You are on page 1of 16

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin darah yang kadar nilainya

lebih dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4

mg/dl. (Suriadi 2010)

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia mencapai suatu

nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernicterus kalau tidak ditanggulangi

dengan baik.

Hyperbilirubinemia (icterus pada bayi baru lahir) adalah meningginya kadar

bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa, dan alat

tubuh lainnya berwarna kuning. (Ngastiyah, 2010).

B. Klasifikasi

1. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis adalah icterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak

mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau

mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas

pada bayi.

Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar

bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.

Iktrus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah icterus yang

memiliki karakteristik sebagai berikut :

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
a. Timbul pada hari kedua-ketiga

b. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus

cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan

c. Kecepatam peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %

d. Kadar bilirubin direk < 1 mg %

e. Icterus hilang pada 10 hari pertama

f. Tidak mempunyai dasar patologis, tidak terbukti mempunyai hubungan dengan

keadaan patologis tertentu.

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hyperbilirubinemia dengan

karakteristik sebagai berikut :

a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam

c. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5

mg % pada neonatus cukup bulan

d. Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD

dan sepsis)

e. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,

hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperosmolitas

darah.

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia

Adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah

mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau

tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg

% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10

mg % dan 15 mg %.

3. Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak

terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nucleus

merah, dan nucleus pada dasar ventrikulus IV

Kern ikterus ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup

bulan dengan ikterus berat (bilirubin > 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik

berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara

klinis terbentuk kelainan saraf simpatis yang terjadi secara kronik.

C. Etiologi

1. Gangguan fungsi hati : defisiensi glukoromil transferase, obstruksi empedu

Peningkatan produksi :

a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat

ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus

dan ABO.

b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran

c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik

yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

d. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin

Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.

e. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya

pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya

Sulfadiasine.

3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau

toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,

Toksoplasmosis, Siphilis.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

D. Metabolisme Bilirubin

Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang

larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.Frekuensi

dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta

jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).

Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan

menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin

tidak mencapai tingkat patologis.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
E. Patofisiologi

Hemoglobin

Globin Heme

Biliverdir Fe.co

Peningkatan destruksi eritrosit ( Gangguan konjungasi bilirubin / gangguan

transport bilirubin / peningkatan siklus enterohepatik ) Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikan dengan albumin meningkat

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjungasi

Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah sehingga pengeluaran meronium terlambat


obstruksi

tinja berwarna pucat

Ikrerus pada sclera leher dan badan peningkatan bilirubin indirex > 12 mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar dengan Intensitas tinggi

Resti injuri Gangguan temperatur tubuh

Gangguan Integritas kulit

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah :

1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa

2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik

pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

3. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau ketiga, dan mencapai puncak pada hari

ketiga – keempat dan menurun pada hari kelima – ketujuh yang biasanya merupakan

jaundice fisiologis

4. Ikterus adalah pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak

kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit berwarna

kuning kehujauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang

berat

5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urine gelap dan warna tinja pucat seperti dempul

6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati

7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar

8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau mengisap

9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retradasi mental

10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,

kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
G. Derajat Penilaian Kremer

Kremer telah membuat suatu hubungan antara kadar bilirubin total serum dengan

luas daerah ikterus pada bayi baru lahir, yang selama ini banyak dipakai sebagai acuan

penilaian derajat ikterus.

Ikterus dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru

lahir dalam lima bagian bawah sampai lutut, tumit-pergelangan kaki dan bahu,

pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.

Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang

tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.

Derajat ikterus menurut KRAMER.

Derajat Perkiraan kadar

ikterus Daerah ikterus bilirubin

I Kepala dan leher 5,0 mg %

II Sampai badan atas (diatas umbilicus) 9,0 mg %

Sampai badan bawah (dibawah

III umbilicus) hingga tungkai atas (diatas 11,4 mg %

lutut)

IV Sampai lengan, tungkai bawah lutut 12,4 mg %

V Sampai telapak tangan dan kaki 16,0 mg %

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
H. Komplikasi

1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)

2. Kernikterus : kerusakan neurologis, cerebral palsy, retrdasi mental, hiperaktif, bicara

lambat, tidak ada koordinasi dan tangisan yang melengking.

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium (pemeriksaan darah)

a. Pemeriksaan bilirubin serum. Pada bayi prematur kadar bilirubin > 14 mg/dl dan

bayi cukup bulan, kadar bilirubin 10 mg/dl merupakan keadaan fisiologis.

b. Hb, HCT, hitung Darah Lengkap

c. Protein serum total

2. USG untuk evaluasi anatomi cabang kantung empedu

3. Radiosotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dan

atresia biliary

J. Penatalaksanaan

1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian

ASI)

2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa

furokolin

3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada neonatus dan janin

4. Fenobarbital

Fenobarbital dapat mengekresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transfere yang mana dapat meningkatkan

bilirubin konjugasi dan clerence hepatic pigmen dalam empedu.Fenobarbital tidak

begitu sering digunakan.

5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi

6. Fototerapi

Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi


untuk menurunkan bilirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada
bilirubin dari billiverdin, Dengan criteria alat :

1. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.


2. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
3. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
4. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri dari biru
(F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes .

7. Transfusi tukar

Transfuse tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat orang tua :

Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,

Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.

2. Pemeriksaan Fisik :

Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui

yang lemah, Iritabilitas.

3. Pengkajian Psikososial :

Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa

bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.

4. Pengetahuan Keluarga meliputi :

Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal

keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari

Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas dapat diidentifikasikan masalah yang

memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun

perencanaan asuhan keperawatan.Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai

diagnosa keperawatan melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan,

fototherapi, dan diare.

Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat

Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake

output, beri air diantara menyusui atau memberi botol.

2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan efek fototerapi

Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan

Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5- 37

C, cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare

Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan

Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah

posisi setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan

kelembabannya.

4. Gangguan parenting berhubungan dengan pemisahan

Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua

dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.

Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk

stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,

libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua

mengekspresikan perasaannya.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapyyang diberikan pada bayi.

Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejalagejala

untuk menyampaikan pada tim kesehatan

Intervensi :

Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning,

proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara

perawatan bayi dirumah.

6. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan efekfototherapi

Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat

fototherapi

Intervensi :

Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam

keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan

kain yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida

menutupi hidung dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji

adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak

bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.

7. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusitukar

Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Intervensi :

Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan

NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam

sebelum tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tandatanda

vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati

adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor

pemeriksaan laboratorium sesuai program.

C. Aplikasi Discharge Planning.

Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan

hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi

tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan

gambaran yang diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan

dirumah.

Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik

dalam perawatan bayi hiperbilirubinimea (Whaley &Wong, 1994):

1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguangangguan

kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusuimenurun.

2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk

mempertahankan kelancaran air susu

3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk

menurunkan kadar bilirubin bayi.

4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal

mencegah peningkatan bilirubin.

5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :

a. Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
b. Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah

sekitar kulit yang rusak.

c. Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan

kelembaban kulit.

d. Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.

e. Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat

mengakibatkan lecet karena gesekan

f. Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti

penekanan yang lama, garukan .

g. Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena

bab dan bak.

h. Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor

kulit, capilari reffil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius)

2. Perawatan tali pusat / umbilicus

3. Mengganti popok dan pakaian bayi

4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak

dengan sesuatu yang baru

5. Temperatur / suhu

6. Pernapasan

7. Cara menyusui

8. Eliminasi

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
9. Perawatan sirkumsisi

10. Imunisasi

11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :

a. Letargi (bayi sulit dibangunkan)

b. Demam (suhu > 37 C)

c. Muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)

d. Diare ( lebih dari 3 x)

e. Tidak ada nafsu makan.

12. Keamanan

a. Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau,

gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.

b. Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya

c. Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan

mobil atau sarana lainnya.

d. Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. Marlyn & Moerorse Mary Frace.2010. Rencana Perawatan Maternal Bayi.EGC.

Jakarta

Ngastiah, 2000. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Prawirohadjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Suriadi, dan Rita Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta

Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

HENI SELVIA 15 3145 901 056 Profesi Ners Keperawatan Anak Stikes MRM

You might also like