You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat


Dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang

Ida Suryati 1) Aldo Yuliano2)Puti Bundo3)


1
) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis
Email : idasuryati53@yahoo.co.id
2)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis
Email : aldoyuliano@ymail.com
3
) Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perinti
Email : putibundo@yahoo.co.id

ABSTRACT

Animal bite victims in 2017 in the Baso Puskesmas workforce experienced a fairly high increase. In
view of the dangers of animal bites containing viruses and toxins, to the health and peace of the
people due to their adverse impacts, according to Thygerson, 2009 requires sufficient knowledge and
attitudes from various parties including the community to rapidly handle early bites of animals, thus
preventing death and Disabled to the victim, to be able to live and function again in society. The
purpose of this study was to determine the relationship of knowledge level and attitude of the
community with the initial handling of animal bites.This method of research using the method
Descriptive analytic with the design of corelation study approach, then data is processed by using Chi
Square test. Samples in this research are 100 respondents. The test results obtained p value = 0,000
(p <α), it can be concluded that there is a relationship of knowledge level with the initial handling of
animal bites in Jorong Baso Nagari Tabek Panjang Kec.Baso Kab.Agam Year 2017. The results of
statistical tests obtained p value = 0,000 (p <α). Conclusion of this study the relationship level
knowledge and attitude of society with the initial handling of animal bites. Suggestions In this study is
the results of this study can be used as additional material knowledge for the community in the initial
treatment of animal bites.

Keywords: Knowledge, Community Attitude, Early Treatment of Animal Bites

PENDAHULUAN Kasus yang banyak ditanggulagi


Kehidupan manusia tidak terlepas dalam gigitan binatang adalah pertama,
dengan lingkungan, diantaranya dengan gigitan binatang yang beracun. Racun
hewan. Selain segi yang menguntungkan adalah zat atau senyawa yang masuk ke
jelas terdapat juga segi yang merugikan. Segi dalam tubuh dengan berbagai cara yang
negatif inilah yang kita ketemukakan. Tidak menghambat respons pada sistem biologis
saja berupa gigitan tetapi terdapat pula yang dan dapat menyebabkan gangguan
lainya, sesuai dengan jenis binatang kesehatan, penyakit, dan bahkan kematian.
(Maurung, 2014). Banyak sekali jenis Keracunan sering dihubungkan dengan
binatang berbisa dan beracun yang mungkin pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
menyerang dan mengigit kita. Untuk itu jika bukan hanya pangan atau bahan kimia saja
terdapat keluarga, teman, atau mungkin yang dapat menyebabkan keracunan. Di
orang lain di sekitar kita di gigit binatang sekeliling kita ada racun alam yang terdapat
berbisa dan beracun, apapun jenisnya, pada beberapa binatang yaitu ular berbisa
berikan beberapa pertolongan, serta dan sengatan serangga. Kedua gigitan anjing
pengetahuan tentang penanganan awal yang menyebabkan penyakit rabies(Tygerson
gigitan binatang tersebut (Ermawati,2015). dkk,2009).

1
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Rabies (gigitan anjing gila) Banyaknya segi yang merugikan


merupakan penyakit menular akut yang akibat gigitan binatang tersebut, masyarakat
disebabkan oleh virus rabies yang sebagai salah satu faktor yang berperan
menyerang susunan saraf pusat penderitanya. penting dalam kasus gigitan binatang
Penyakit ini ditularkan langsung kepada diharapkan memiliki sikap positif dan dapat
manusia melalui kontak gigitan atau lebih memiliki pengetahuan baik. Seseorang yang
dikenal dengan istilah direct zoonosis dikatakan dapat memiliki pengetahuan baik
(Andi,2011). apabila seorang tahu, memahami, juga sudah
bisa mengaplikasi, menganalisis, dan apabila
Di sidney (Australia) angka kejadian sudah mencapai tingkatan/ tahapan sintetis
gigitan binantang meningkat setiap tahunnya. dan evaluasi (Notoatmodjo,2003). Untuk
Tahun 2013 korban gigitan binatang mencegah kematian dan kecatatan dan
sebanyak 482 orang . Dari korban itu berfungsi kembali dalam masyarakat, maka
sebanyak 148 orang karena digigit ular, 314 dari itu masyarakat harus mengetahui tentang
karena sengatan seranggga dan 20 orang penanganan awal gigitan binatang
digigit anjing. Tidak dilaporkan korban (Ermawati,2015).
meniggal dari gigitan tersebut. Pada tahun
2014 angka gigitan bintang meningkat yaitu Penanganan awal binatang dengan
sebanyak 587 orang di bawa ke rumah. Dari melaporkan hewan yang menggigit ke dinas
korban itu sebanyak 125 orang digigit ular perternakan setempat; mereka yang
dan 342 karena sengatan serangga sedangkan seharusnya menangkap dan melakukan
korban gigitan anjing 120 orang. Sedangkan observasi terhadap hewan tersebut. Jika
tahun 2015 korban gigitan binatang berbisa korban tegigit anjing atau kucing peliharaan
sebanyak 598 orang karena di gigit ular yang sehat, maka hewan tersebut harus
sebanyak 224 orang dan 278 orang karena dikurung dan diobservasikan selama sepuluh
sengatan serangga dan 96 orang korban hari untuk memeriksa adakah penyakit lain.
gigitan anjing (Archive,2012). Jika korban tergigit hewan liar, sebaiknya
pikirkan kemungkinan negatif dan segera
Di indonesia korban gigitan binatang cari pertolongan medis (Thygerson,2009).
cukup tinggi sehingga angka kematian
mencapai 50 persen yaitu di propinsi Tujuan penelitian ini adalah Untuk
Sumatera Utara, Sumatera selatan dan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
Sulawesi Utara merupakan provinsi dengan dan sikap masyarakat dengan penanganan
kasus rabies teringgi. Jumlah kasus gigitan awal gigitan binatang di Jorong Baso Nagari
binatang di deaerah ini antara lain 3.800 Tabek Panjang Kec.Baso Kab.Agam Tahun
kasus di Sumatera Utara, 2.477 kasus di 2017
Sumatera selatan dan 1.387 kasus di
Sulawesi Utara yang rata-rata terjadi setiap KAJIAN LITERATUR
tahunnya (Depertement kesehatan RI, 2014). Gigitan binatang terbagi dua jenis :
Tahun 2014 korban gigitan binatang di yang berbisa (beracun) dan tidak memiliki
daerah sumatra barat sebanyak 159 orang. bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada
Kasus itu 53 orang karena digigit ular dan 86 gigitan binatang lebih besar dari luka biasa,
korban karena sengatan serangga sedangkan pada umumnya bila digigit binatang perlu
korban gigitang anjing sebanyak 20 orang. mendapatkan pemeriksaan medis.
Sedangkan tahun 2015 angka gigitan bintang
meningkat yaitu sebanyak 196 orang korban Gigitan binatang termasuk dalam
di bawa ke rumah sakit. Dari korban itu kategori racun yang masuk kedalam tubuh
sebanyak 56 orang digigit ular dan 110 melalui suntikan. Gigitan binatang bisa
karena sengatan serangga , sedangkan 30 menyebabkan nyeri hebat dan bisa
orang karena gigitan anjing (Departemen menyebabkan pembengkakan, gigitan
kesehatan, 2013). binatang walaupun tidak selalu

2
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

membahayakan jiwa dapat menimbulkan Gigitan Ular


reaksi alergi yang hebat dan bahkan dapat
berakibat fatal. Menurut Ermawati (2015) Hanya empat spesies ular asli dari
Kasus yang banyak ditaanggulangi adalah amerika serikat yang beracun : rattlesnake
gigitan anjing, yang menyebabkan penyakit (yang menyebabkan 65% gigitan ular
rabies, gigitan ular dan sengatan serangga. beracun dan hampir semua kematian akibat
gigitan ular di amerika serikat),
B. Gigitan Anjing copperhead,water Moccasin (dikenal juga
Menurut andi (2011) Gigtan anjing sebagai cottonmouth), dan koral snake. Ular
(anjing gila ) menyebabkan penyakit rabies derik (rattlesnake), copperhead, dan water
yang disebabkan oleh suatu virus yang moccasin, semuanya adalah ular beracun
ditemukan dalam air liur hewan berdarah yang hidup didalam lubang. Coral snake
panas yang menyebar dari satu hewan ke berukuran kecil dan berwarna warni, dengan
hewan lain, biasanya melalui gigitan atau moncong hitam dan serangkaian pita merah
jilatan. Menurut Thygerson (2009) Anjing terang, kuning, dan hitam di sekitar
yang dianggap harus dianggap tubuhnya. Ular beracun dari negara lain juga
(kemungkinan) gila bila :Hewan menyerang menimbulkan masalah gigitan ular.
tanpa propokasi. Hewan bertindak aneh atau
berbeda dari karakternya (misalnya anjing Manifestasi klinik
yang biasanya bersahabat menjadi akresif
Tanda dan gejala yang umum di temukan
atau srigala liar tanpak jinak dan
pada pasien bekas gigitan ular adalah :
“bersahabat”), Hewan merupakan spisies
Lokasi sakit bukan gambaran umum, Tanda-
berisiko tinggi
tanda bekas taring, laserasi, Bengkak dan
kemerahan, kadang –kadang bulae/
Penatalaksanaan vasikular, Sakit kepala, mual muntah, Rasa
a) Penatalaksanaan di lapangan
sakit pada otot- otot , dinding perut, Demam,
Menurut Thygerson (2006)
keringat dingin, Untuk bisa neurotoksik :
Penatalaksanaanya meliputi : Jika luka tidak
Kelumpuhan otot pernafasan, Kardiovaskuler
berdarah hebat, cuci dengan sabun dan air.
terganggu, Kesadaran menurun menurun
Hindari menggosok yang dapat
sampai koma. Untuk bisa haemolitik, Luka
menyebabkan jaringan menjadi memar.Cuci
bekas patukan yang terus berdarah,
luka seluruhnya dengan air yang menguncur
Haematoma pada tiap suntikan IM,
deras. Kontrol pendarahan dan tutup luka
Hematuria , Haemoptisis/ atau haematimisi,
dengan kasa steril atau bersih. Cari
Kegagalan ginjal (HTN), Ular yang hidup di
pertolongan medis untuk pembersihan dan
dalam lubang , Nyeri terbakar hebat, Satu
penutup luka, dan dapat juga diberikan
atau dua luka tusuk kecil berjarak sekitar
perawatan untuk tetanus atau rabies.
satu cm , Bengkak, Lepuh berisi darah dan
b) Penatalaksanaan di rumah sakit
berubah warna kemungkinan terjadi
Binatang diserahkan kepada dinas
beberapa jam setelah gigitan, Mual muntah,
perternakan atau dokter hewan untuk
berkeringat dan lemah
observasi. Sedangkan untuk penderita
tersebut: Debridement luka sesuai dengan
Penatalaksanaan
cara mengatasi luka, membuang jaringan
Penatalaksanaan di lapangan : Secara umum
nekrosis dan yang akan nekrosis. Cuci
: Mintak korban dan orang orang di
dengan benzalkonium chloride atau air
sekitarnya untuk menjauhi ular, Tenangkan
deterjen/sabun, H2O2. Jangan dijahit.
korban dan batasi gerakan, Cuci area yang
Pemberian vaksin dan serum anti rabies,
tergigit secara lembut dengan sabun dan air,
pemberianATS/toksoid, analgesik/antibiotic
Stabilkan ekstermitas yang tergigit seperti
halnya saat menangani fraktur, Cari
pertolongan medis dengan segera.

3
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

1. Monitor tanda vital, irama


Jenis gigitan ular berbisa jantung,saturasi o2 secara ketat, dan
Mintak korban dan orang orang di sekitarnya awasi adanya tanda-tanda kesulitan
untuk menjauhi ular, Tenangkan korban dan menelan atau insuvisiensi pernafasan
batasi gerakan, Cuci area yang tergigit secara 2. Perhatian tingkat eritema dan
lembut dengan sabun dan air, Berikan pembengkakan dan lingkar ekstremitas
tekanan ringan dengan melilitkan perban setiap 15 menit sampai pembengkakan
elastik di atas tempat gigitan dan di seluruh telah stabil.
panjang lengan atau tungkai, Cari 3. Mula-mula obati syok dengan resusitasi
pertolongan medis dengan segera. cairan kristaloid menggunakan cairan
isotonis. Jika hipotensi masih menetap,
Jenis gigitan ular tidak berbisa coba berikan albumin 5% dan fasofresor.
Minta korban dan orang orang di sekitarnaya 4. Mulailah pencarian anti bisa ular
menjauhi ular, Cuci area yang tergigit secara spesifik yang sesuai, untuk semua kasus
lembut dengan sabun dan air.Jika lukanya gigitan ular berbisa yang diketahui
kecil, oleskan salep antibiotik dan tutupi jenisnya. Di amerika serikat, tersedia
lukanya.Cari pertolongan medis, bantuan 24 jam dari pusat pengendalian
( Thygerson,2009) racun regional.
5. Adanya bukti keracunan bisa ular secara
Penatalaksanaan dilapangan menurut sistematik ( gejala sistemik adnormalitas
Harrison tahun 2013 : Bawa korban laboratorium) dan (kemungkinan) tanda
ketempat perawatan yang memadai sesegera lokal progresif yang signifikan adalah
mungkin, Jaga agar korban tidak bergerak indikasi untuk pemberian bisa ular.
untuk meminimalisir penyebaran bisa secara 6. Pemberian anti bisa ular sebaiknya
sitemik, Pasang belat pada ekstremitas yang dilanjutkan sampai korban
tergigit, dan dijaga ekstremitas itu dalam memperlihatkan perbaikan yang pasti.
posisis setinggi jantung, Lalu lakukan Tetapi neurotoksisitas akibat gigitan
imobilisasi dengan tekanan ( pembebatan seekor ular (misalnya kobra) lebih sulit
seluruh ekstremitas dengan perban dengan disembuhkan dengan menggunakan anti
tekanan 40-70 mmHg dan pemasangan bisa ular. Diperlukan intubasi,
belat)dapat dilakukan bisa itu terutama pemberian lebih banyak anti bisa ular
bersifat neurotoksid tanpa adanya pengaruh biasanya tidak dapat membantu.
lokal pada jaringan,jika penyelamat terampil 7. Crofab, yaitu antibisa ular
melakukan teknik ini dan jika korban dapat yang digunakan di amerika serikat untuk
dibawa ketempat, perawatan kesehatan. spesies pit viver (ular ekor mira atau ular
Hindari menyayat kedalam luka gigitan, bangkai laut) berbisa di amerika utara,
dinginkan, mengkonsumsi minuman mempunyai resiko yang cukup rendah
berakohol oleh korban, dan kejut listrik. umtuk menimbulkan alergi.
Pertolongan pertama yang terbaik adalah : 8. Jika terdapat resiko alergi yang
melakukan dengan benar (RIGHT) sinifikan, pasien sebaiknya diberikan
=Reassure (tenangkan) korban, imobilisasi terapi antihistamin IV (misalnya
ekstremitas, ggettodhe hospital (=bawa difenhidramin, 1 mg/kg sampai dosis
kerumah sakit), berikan keterangan kepada maksimal sebesar 100 mg; ditambah
dokter tentang tanda dan gejala yang timbul. dengan simetidin,5-10 mg/kg sampai
(RIGHT : reassure victim, imobilize dosis maksimal sebesar 300 mg) dan
ektremity, get the hospital, inform physician diberikan cairan kristaloid IV untuk
of tale signs and symptoms. mengembangkan volume intravaskular.
9. Penhambat asetilkolinesterase mungkin
Penatalaksanaan di rumah sakit menyebabkan perbaikan neurorogis pada

4
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

penderita yang digigit ular yang Myers (1996) yang menyatakan sikap adalah
mengandung neurotoksin pasca sinaps. reaksi menyenangkan atau tidak
Setelah dilakukan pemberian anti bisa menyenangkan terhadap suatu objek berupa
ular naikan ekstremitas yang tergigit. keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan
Perbarui imunisasi tetanus, Observasi atau perilaku yang diharapkan (Depkes,
apakah ada sindroma kompartemen-otot. 2010).Sikap merupakan reaksi terhadap
observasi pasien yang memperlihatkan objek dilingkungan tertentu sebagai suatu
tanda keracunan. (Harrison,2013) penghayatan terhadap objek (Nurhuda,
2013).
C. Pengetahuan
METODE PENELITIAN
Pengetahuan adalah hasil “tahu’ dan ini Penelitian ini menggunakan desain
terjadi setelah orang melakukan pengindraan deskiptif analitik dan metode cross secsional
terjadi melalui terhadap suatu objek tertentu, study yaitu mengetahui hubungan tingkat
pengindraan terjadi melalui panca indra pengetahuan dan sikap masyarakat dengan
manusia yakni indera penglihatan, penanganan awal gigitan binatang di Jorong
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Baso Nagari Tabek Panjang Kec.Baso
Sebagian besar pengetahuan manusia Kab.Agam Tahun 2017. Tempat penelitian
diperoleh dari mata dan telinga. ini dilakukan di Jorong Baso Nagari Tabek
(Notoatmodjo,2011 Panjang Kec.Baso Kab.Agam Tahun 2017.
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal
D. Konsep Sikap
16 sampai 23 Juni 2017. Populasi dalam
Sikap dalam bahasa Inggris disebut penelitian ini adalah 109 orang KK. Sampel
attitude. Menurut Calhoun dan Acocella dalam penelitian ini adalah 109 orang
1990), an attiitude is a cluster of ingrained responden. Teknik yang digunakan dalam
beliefs and feelings about a certain object penentuan sampel untuk penelitian ini total
and a predispotion to act toward that object sampling. Alat yang digunakan dalam
in certain way (sikap adalah sesuatu yang penelitian ini menggunakan: kuesioner dan
melekat pada keyakinan-keyakinan dan angket, dengan pengolahan data dengan chai
perasaan-perasaan terhadap suatu objek dan square dengan sistem komputerisasi
predisposisi untuk berbuat terhadap objek
dan predisposisi dengan cara-cara tertentu).
Definisi lain tentang sikap dikemukan oleh

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Tingkat Pengetahuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 55 55

Cukup 12 12

Kurang Baik 33 33

Total 100 100

5
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan baik.(12%) pengetahuan


lebih dari separoh (55 % )responden dengan cukup, dan (33%) pengetahuan kurang baik.

b. Sikap Masyarakat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sikap masyarakat

Frekuensi Persentase (%)


Sikap Masyarakat
Positif 66 66

Negatif 34 34

Total 100 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa positif, (34%) responden sikap masyarakat
lebih dari separoh (66%) sikap masyarakat negatif.

c. Penanganan Awal Gigitan Binatang


Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Penanganan Awal Gigitan Binatang
Penanganan Awal Frekuensi Persentase (%)
Gigitan Binatang
Sesuai 62 62

Tidak Sesuai 38 38

Total 100 100

Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa orang responden tidak sesuai dengan
lebih dari separoh (62%) sesuai dengan penanganan awal gigitan binatang.
penanganan awal gigitan binatang (38%)

d. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang

Tabel 4
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang

Penanganan Awal Gigitan p value


Tingkat Binatang Total
Pengetahuan
Sesuai Tidak Sesuai
Baik 46 83,6% 9 16,4% 55 100% 0,000

Cukup 5 41,7% 7 58,3% 12 100%

Kurang Baik 11 33,3% 22 66,7% 33 100%

6
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Total 62 62% 38 38% 100 100%

Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa sebanyak Terdapat sebanyak 33 orang responden


55 orang responden tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan kurang baik,
baik, diantaranya terdapat sebanyak 46 diantaranya terdapat 11 orang (33,3%)
orang (83,6%) sesuai dengan penanganan sesuai dengan penanganan awal gigitan
awal gigitan binatang, dan 9 orang binatang, dan 22 orang (66,7%) tidak
(16,4%) tidak sesuai dengan penanganan sesuai dengan penanganan awal gigitan
awal gigitan binatang. Terdapat Sebanyak binatang. Hasil uji statistik diperoleh nilai
12 orang tingkat pengetahuan cukup, p value = 0,000 (p<α) maka dapat
diantaranya sebanyak sebanyak 5 orang disimpulkan adanya hubungan tingkat
(41,7%) dan 7 orang (58,3%) responden pengetahuan dengan penanganan awal
tidak sesuai dengan penanganan awal gigitan binatang di Jorong Baso Nagari
gigitan binatang, sesuai dengan Tabek Panjang Kec.Baso Kab.Agam
penanganan awal gigitan binatang. Tahun 2017.

c.Hubungan Sikap Masyarakat dengan penanganan Awal Gigitan Binatang

Tabel 5
Hubungan Sikap Masyarakat dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang

Penanganan Awal Gigitan p value


Binatang
Sikap Total OR
Masyarakat Sesuai Tidak
Sesuai
Positif 51 77,3% 15 22,7% 66 100% 0,000

Negatif 11 32,4% 23 67,6% 34 100% 0,141

Total 62 62% 38 38% 100 100%

Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 66 binatang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
orang responden memiliki sikap masyarakat value = 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan
positif, diantaranya terdapat 51 orang adanya hubungan sikap masyarakat dengan
(77,3%) sesuai dengan penanganan awal penanganan awal gigitan binatang di Jorong
gigitan binatang, dan 15 orang (22,7%) tidak Baso Nagari Tabek Panjang Kec.Baso
sesuai dengan penanganan awal gigitan Kab.Agam Tahun 2017. Dari hasil analisis
binatang. Terdapat sebanyak 34 orang diperoleh OR= 0,141 artinya responden yang
responden memiliki sikap masyarakat memiliki sikap msyarakat positif memiliki
negatif, diantaranya terdapat 11 orang peluang 0,141 kali untuk penanganan awal
(32,4%) sesuai dengan penanganan awal gigitan binatang sesuai dibandingkan dengan
gigitan binatang, dan 23 orang (67,6%) tidak sikap masyarakat negatif.
sesuai dengan penanganan awal gigitan
Pembahasan Lebih dari separoh sebanyak 55 orang (55%)
a. Tingkat Pengetahuan responden dengan tingkat pengetahuan baik.
12 orang (12%) pengetahuan cukup, dan 33

7
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

orang (33%) pengetahuan kurang baik. lainnya. Pada saat tergigitnya binatang yang
Tingkat pengetahuan sangat dibutuhkan pada berbisa kita harus mengetahui penanganan
saat terkena gigitan binatang yang berbisa, awal dari gigitan binatang tersebut seperti
jika pengetahuannya tinggi maka orang gigitan ular, Mintak korban dan orang orang
tersebut akan mengetahui penanganan awal di sekitarnya untuk menjauhi ular,
gigitan binatang itu seperti apa yang baiknya, Tenangkan korban dan batasi gerakan, Cuci
jika seseorang mempunyai tingkat area yang tergigit secara lembut dengan
pengetahuan yang cukup, kurang baik maka sabun dan air, Stabilkan ekstermitas yang
orang tersebut kurang mengetahui bagaimana tergigit seperti halnya saat menangani
penanganan awal gigitan binatang. fraktur, Cari pertolongan medis dengan
Penanganan awal ini dibutuhkan untuk segera. Jenis gigitan ular berbisa, Mitak
mencegah terjadinya hal-hal yang bisa korban dan orang orang di sekitarnya untuk
membahayakan jiwa yang digigit binatang menjauhi ular, Tenangkan korban dan batasi
berbisa, setidaknya dengan adanya gerakan, Cuci area yang tergigit secara
pengetahuan yang tinggi bisa mengurangi lembut dengan sabun dan air, Berikan
penyebaran bisa yang ada di dalam tubuh, tekanan ringan dengan melilitkan perban
untuk tidak menyebar keseluruh tubuh yang elastik di atas tempat gigitan dan di seluruh
telah digigit oleh binatang yang berbisa. panjang lengan atau tungkai, Cari
pertolongan medis dengan segera. Jenis
b. Sikap Masyarakat gigitan ular tidak berbisa, Minta korban dan
Lebih dari separoh 66 orang (66%) sikap orang orang di sekitarnaya menjauhi ular.
masyarakat positif, 34 orang (34%) Cuci area yang tergigit secara lembut dengan
responden sikap masyarakat negatif. Sikap sabun dan air. Jika lukanya kecil, oleskan
yang positif akan membantu seseorang salep antibiotik dan tutupi lukanya.Cari
dalam menentukan arah dantujuan yang akan pertolongan medis. Dan begitu juga pada
mau dicapai. Pada penelitian ini sikap yang binatang seperti anjing, pada anjing
positif bisa membuat seseorang itu dapat penyebaran rabies pada anjing tersebut
bertindak dengan baik. Contohnya saja pada sangatlah cepat. Untuk itu perlu dilakukan
responden yang mengalami gigitan binatang penanganan awal yang baik seperti pada saat
berbisa yang bisa mengancam jiwanya, akan terkena gigitan anjing, maka luka segra
mengambil sikap positifnya untuk dicuci, dibalut dan bawa ke pelayanan
penanganan pertama gigitan binatang, pada kesehatan segra mungkin. Dan begitu juga
umumnya orang yang bersikap positif tidak dengan penanganan awal gigitan binatang
akan panik dengan keadaannya, dia selalu berbisa lainnya kita harus hati-hati dengan
berusaha untuk tetap tegar, dan melakukan gigitan binatang, setelah kita digigit
tindakan yang baik seperti mencuci luka, sebaiknya segra dibawa ke pelayanan
membalut luka yang terkena gigitan binatang kesehatan.
berbisa sehingga bisa mengurangi
penyebaran bisa binatang tersebut. d. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
penanganan awal gigitan binatang
c. Penanganan Awal Gigitan Binatang e. Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa
Berdasarkan tabel 5.2.3 dapat hubungan tingkat pengetahuan dengan
dijelaskan bahwa lebih dari separoh 62 orang penanganan awal gigitan binatang di Jorong
(62%) sesuai dengan penanganan awal Baso Nagari Tabek Panjang Kec.Baso
gigitan binatang 38 orang (38%) orang Kab.Agam Tahun 2017, dari 33 orang
responden tidak sesuai dengan penanganan responden tingkat pengetahuan kurang baik,
awal gigitan binatang. Penanganan awal diantaranya terdapat sebanyak 22 orang
gigitan binatang harus di ketahui oleh setiap (66,7%) tidak sesuai dengan penanganan
orang yang berada di lingkungan yang rawan awal gigitan binatang, dan 11 orang (33,3%)
terdapat binatang seperti anjing gila, ular sesuai dengan penanganan awal gigitan
berbisa, serangga dan binatang berbisa
8
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

binatang. Terdapat Sebanyak 12 orang


tingkat pengetahuan cukup, diantaranya f.Hubungan Sikap Masyarakat dengan
sebanyak 7 orang (58,3%) responden tidak penanganan awal gigitan binatang
sesuai dengan penanganan awal gigitan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa
binatang, dan sebanyak 5 orang (41,7%) hubungan sikap masyarakat dengan
sesuai dengan penanganan awal gigitan penanganan awal gigitan binatang di
binatang. Terdapat sebanyak 55 orang Jorong Baso Nagari Tabek Panjang
responden tingkat pengetahuan baik, Kec.Baso Kab.Agam Tahun 2017.
diantaranya terdapat sebanyak 9 orang Terdapat sebanyak 66 orang responden
(16,4%) tidak sesuai dengan penanganan memiliki sikap masyarakat positif,
awal gigitan binatang, dan 46 orang (83,6%) diantaranya terdapat 51 orang (77,3%)
sesuai dengan penanganan awal gigitan sesuai dengan penanganan awal gigitan
binatang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p binatang, dan 15 orang (22,7%) tidak sesuai
value = 0,000 (p<α) maka dapat dengan penanganan awal gigitan binatang.
disimpulkan adanya hubungan tingkat Terdapat sebanyak 34 orang responden
pengetahuan dengan penanganan awal memiliki sikap masyarakat negatif,
gigitan binatang di Jorong Baso Nagari diantaranya terdapat 11 orang (32,4%)
Tabek Panjang Kec.Baso Kab.Agam Tahun sesuai dengan penanganan awal gigitan
2017. binatang, dan 23 orang (67,6%) tidak sesuai
dengan penanganan awal gigitan binatang.
Pengetahuan yang tinggi perlu Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =
dibutuhkan pada saat kita mengalami 0,000 (p<α) maka dapat disimpulkan
kesulitan seperti kita mengalami gigitan adanya hubungan sikap masyarakat dengan
binatang yang berbisa karena dengan penanganan awal gigitan binatang di
pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, Jorong Baso Nagari Tabek Panjang
responden bisa mengambil penanganan Kec.Baso Kab.Agam Tahun 2017. Dari
sendiri seperti penanganan awal gigitan hasil analisis diperoleh OR= 0,141 artinya
binatang sebagaimana biasanya. Contohnya responden yang memiliki sikap msyarakat
saja pada saat di gigit binatang yang berbisa positif memiliki peluang 0,141 kali untuk
maka orang yang berpengetahuan dan penanganan awal gigitan binatang sesuai
pendidikan tinggi otomatis mengetahui dibandingkan dengan sikap masyarakat
seperti apa penanganan awal gigitan binatang negatif. Sikap yang baik akan membuat
yang berbisa seperti jangan panik, cuci luka seseorang bertindak dengan baik juga.
gigitan, balut dengan kain, segra datang ke sikap yang positif akan membantu
pelayanan kesehatan setempat. Pada seseorang dalam menentukan arah
penelitian ini pendidikan mempunyai dantujuan yang akan mau dicapai. Pada
hubungan dengan penanganan awal gigitan penelitian ini sikap yang positif bisa
binatang karena orang yang mempunyai membuat seseorang itu dapat bertindak
pendidikan tinggi otomatis mempunyai dengan baik. Contohnya saja pada
pengetahuan yang tinggi pula, sedangkan responden yang mengalami gigitan
orang yang mempunyai pendidikan rendah binatang berbisa yang bisa mengancam
otomatis membunyai pengetahuan yang jiwanya, akan mengambil sikap positifnya
cukup rendah kecuali, pengetahuan itu untuk penanganan pertama gigitan
didapatkan melalui media masa, penyuluhan binatang, pada umumnya orang yang
kesehatan dan lain-lainnya. Sehingga orang bersikap positif tidak akan panik dengan
yang berpendidikan tinggi akan mengetahui keadaannya, dia selalu berusaha untuk tetap
bagaimana cara penanganan awal gigitan tegar, dan melakukan tindakan yang baik
binatang yang tidak membahayakan jiwa, seperti mencuci luka, membalut luka yang
dan mencegah penyebaran bisa gigitan terkena gigitan binatang berbisa sehingga
binatang tersebut. bisa mengurangi penyebaran bisa binatang

9
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

tersebut. Pada penelitian ini adanya Moningka, Kapantow, Sondakh, (2013).


hubungan antara sikap masyarakat dengan Hubungan Antara Pengetahuan
penanganan awal gigitan binatang pada Dan Sikap Pemilik Anjing Dengan
mastarakat. Pada umumnya sikap positif Tindakan Pencegahan Rabies
sangat berpengaruh pada tindakan yang Diwilayah Kerja Puskesmas
akan dilakukan oleh seseorang. Tindakan Ongkaw Kabupaten Minahasa
yang baik sangat diperlukan pada Selatan. Jurnal Keperawatan.
masyarakat yang mengalami gigitan
binatang yang berbisa, tindakan yang Notoatmodjo soedkidjo, 2002. Metode
dimaksud disini adalah tindakan awal yang penelitian. Penerbit buku
bisa mencegah penyebaran racun gigitan kedokteran EGC: Jakarta
binatang tersebut.
Notoatmodjo soedkidjo, 2007. Pendidikan
dan perilaku kesehatan.PT Rineke
Kesimpulan
Cipta . Jakarta
Lebih dari separoh sebanyak 55 orang (55%)
responden dengan tingkat pengetahuan baik. Notoatmodjo soedkidjo, 2005. Metodelogi
12 orang (12%) pengetahuan cukup, dan 33 dan perilaku kesehatan.PT Rineke
orang (33%) pengetahuan kurang baik. Lebih Cipta . Jakarta
dari separoh 66 orang (66%) sikap
masyarakat positif, 34 orang (34%) Notoatmodjo soedkidjo, 2003. Pendidikan
responden sikap masyarakat negatif. Lebih dan perilaku kesehatan.PT Rineke
dari separoh 62 orang (62%) sesuai dengan Cipta . Jakarta.
penanganan awal gigitan binatang. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p value = 0,000 (p<α) Nursalam, 2013. Metode Penelitian Ilmu
maka dapat disimpulkan adanya hubungan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat salemba medika.
dengan penanganan awal gigitan binatang diParwis muhammad, dkk. (2016). Kajian
Jorong Baso Nagari Tabek Panjang pengetahuan, sikap dan tindakan
Kec.Baso Kab.Agam Tahun 2017. Dari hasil masyarakat dalam mewaspadai
analisis diperoleh OR= 0,141 artinya gigitan anjing sebagai hewan
responden yang memiliki sikap msyarakat penular rabies (HDR) dikota banda
positif memiliki peluang 0,141 kali untuk aceh. Jurnal medika veterinaria.
penanganan awal gigitan binatang sesuai
dibandingkan dengan sikap masyarakat Pebrianti,dkk. 2011. Pemetaan Korban
negatif. Gigitan Anjing Rabies Di
Kabupaten Tona Toraja. Jurnal
Daftar Pustaka keperawatan.
Arikunto Suharsimi,2002. Prosedur Putra , Putu Agus (2016) tatalaksana
Penelitian .Jakarta : Rineke Cipta gigitan ular yang disertai sindrom
Dempsey Patricia ann, 2002. Riset kompartemen di ruang terapi
Keperawatan. EGC. Jakarta intensif . Jurnal Keperawatan

Mubin halim,2009. Buku Panduan Praktis Purwadianto agus,Sampurna Budi,2013.


Kedaruratan Penyakit Dalam: Buku Ajar Kedaruratan Medik.
Diagnosis Dan Terapi. Editor dan BINARUPA AKSARA Gudung
penyelaras: dr. Y.Joko Suryono Karisma,Jl. Moh. Toha No.2
Diterbitkan Pertamakali Oleh Pondokcabe Pamulang Tanggerang
Penerbit Buku Kedokteran EGC Selatan
2009.

10
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 1 No. 1 Tahun 2018

Rianto A.2011. Aplikasi metodologi Saratun,2014. Buku Ajar Asuhan


penelitian kesehatan. Bantul : mulia Keperawatan Gawat Darurat. Cv.
medika. Trans Info Media. Jl. Pusdiklat
Depnaker No.21 Jak-Tim 13570.
Rianto A.2011. Aplikasi metodologi
penelitian kesehatan. Bantul : mulia medika. Thygerson, 2009 . Buku Ajar Pertolongan
Pertama. Penerbit Erlangga Dicetak
Risqan anugrah, 2013. Buku Saku Harrison Oleh PT Gelora Aksara Pratama.
Kedaruratan Medik. Diterbitkan
Karisma Publishing Groupgedung Wibowo, AE. 2012. Aplikasi Praktis SPSS
Karisma, Jl, Moh. Toha Pondok dalam penelitian. Yogyakarta :
Cabe Pamulang Tanggerang Selatan Gava Medika
15418.

11

You might also like