You are on page 1of 48

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS

PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN


MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA

SKRIPSI
ETIK PIRANTI APRIRIA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ABSTRACT

Triglyceride and Cholesterol Blood Profile of Albino Rat


Fed with Lamb Meat Curry
Apriria, E.P., T. Suryati and Z. Wulandari
Nowadays, people still consuming a lot of lamb because it contains high quality of
protein. Unfortunately, the number of people who consume lamb still lower than people
who consume beef. Most of the people considered lamb consumption can cause diseases.
This research was using laboratory rats strain LMR-Wistar that divided into two groups.
Each consist first group (P0) consist of six rats, as control fed a casein diet and second
(P1) fed a lamb curry. Adaptation period during 5 days and treatment will be take 20
days. The objective of this research was compare the level of total blood cholesterol, high
density lipoprotein (HDL) cholesterol, low density lipoprotein (LDL) cholesterol, blood
triglyceride and evaluate physiological responds of laboratory rat. Serum lipid level were
examined at the end of the treatment period. Physiological responds were examined every
two days during treatment period. The observations for blood profiles and atherogenic
index were analyzed using randomized complete design while physiological responds
was analyzed using subsamples randomized complete design. The result of this
evaluation showed that lamb curry consumption did not negative affect total blood
cholesterol, high density lipoprotein (HDL) cholesterol, low density lipoprotein (LDL)
cholesterol, blood triglyceride and physiological responds such as body temperature,
heart beat and respiratory rate of rat.

Keywords: blood profile, physiological responds, lamb, curry, rat

1
RINGKASAN

ETIK PIRANTI APRIRIA. D14204071. 2008. Profil Trigliserida dan Kolesterol


Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Pakan Mengandung Gulai
Daging Domba. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si.


Pembimbing Anggota : Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si.

Indonesia merupakan negara berkembang dan telah mengalami perbaikan di


segala bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku masyarakat dalam
mengkonsumsi makanan. Dampak negatif dari pergeseran tersebut adalah timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satu penyakit degeneratif yang muncul adalah
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya
gangguan metabolisme lemak di dalam tubuh. Hal tersebut erat kaitannya dengan
kadar kolesterol dalam darah. Masyarakat telah menganggap bahwa kolesterol adalah
zat yang dapat menyebabkan PJK. Pemikiran tersebut membuat sebagian orang
selektif dalam mengkonsumsi makanan, terutama daging yang selama ini dianggap
sebagai sumber kolesterol. Daging domba merupakan salah satu daging yang
dihindari oleh sebagian masyarakat. Pengujian menggunakan tikus percobaan jenis
Wistar merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari
pengaruh konsumsi produk olahan daging domba terhadap profil lemak darah,
kolesterol, serta indeks atherogenik pada manusia, karena tikus merupakan hewan
percobaan yang memiliki sifat fisiologis yang mirip dengan menusia.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2007 hingga Januari
2008 dengan menggunakan tikus jantan berumur 5 minggu, jumlah tikus yang
digunakan adalah 12 ekor dan dibagi menjadi dua grup (masing–masing grup
berjumlah 6 ekor). Penelitian ini dilakukan selama 25 hari. Pertama tikus diberikan
masa adaptasi laboratorium selama 5 hari dengan diberi pakan kontrol, setelah itu
diberi pakan perlakuan yang mengandung gulai daging domba dan pakan yang
mengandung kasein sebagai kontrol. Peubah profil darah yang diukur adalah kadar
trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah. Peubah lain
yang juga diukur adalah indeks atherogenik. Peubah-peubah tersebut dianalisa
dengan statistika model rancangan acak lengkap. Peubah respon fisiologis meliputi
denyut jantung, suhu tubuh, dan laju pernafasan dianalisa dengan model rancangan
acak lengkap subsampling.
Konsumsi pakan mengandung gulai daging domba tidak menunjukkan
pangaruh yang nyata terhadap total kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL,
trigliserida, serta respon fisiologis tikus. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
konsumsi gulai daging domba tidak berdampak negatif terhadap tikus percobaan. Hal
tersebut didukung dengan hasil perhitungan indeks atherogenik yaitu tikus yang
mendapat perlakuan pakan mengandung gulai daging domba tidak mengindikasikan
terjadinya atherosklerosis yang dapat mengarah pada terjadinya penyakit jantung
koroner.

Kata-kata kunci : profil darah, respon fisiologis, gulai, daging domba, tikus
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA

Oleh
ETIK PIRANTI APRIRIA
D14204071

Skripsi ini telah disetujui untuk disidangkan di hadapan


Komisi Ujian Lisan pada tanggal 25 Juni 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Tuti Suryati S.Pt., M.Si. Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si.


NIP. 132 159 706 NIP. 132 206 246
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA

Oleh
ETIK PIRANTI APRIRIA
D14204071

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan


Komisi Ujian Lisan pada tanggal 25 Juni 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Tuti Suryati S.Pt., M.Si. Zakiah Wulandari, S.TP., M.Si.


NIP. 132 159 706 NIP. 132 206 246

Dekan Fakultas Peternakan


Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr.


NIP. 131 955 531
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN
MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA

ETIK PIRANTI APRIRIA


D14204071

Skripsi ini merupakan salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 24 April 1986 dan merupakan


putri pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Mudakir dan Ibu Ernawati.
Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di Sekolah Dasar Negeri
Kebon Baru VII Cirebon. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Cirebon dan pendidikan lanjutan menengah atas
diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Cirebon. Penulis diterima sebagai
mahasiswa di Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam keanggotaan Himpunan
Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER), Fakultas Peternakan. Penulis juga
tergabung dalam Ikatan Keluarga Cirebon (IKC), Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis mendapat kemudahan
dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “ Profil Trigliserida dan Kolesterol Darah
Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Pakan Mengandung Gulai Daging
Domba”.
Indonesia merupakan negara berkembang dan telah mengalami perbaikan di
segala bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku masyarakat dalam
mengkonsumsi makanan. Dampak negatif dari pergeseran tersebut adalah timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satu penyakit degeneratif yang muncul adalah
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya
gangguan metabolisme lemak di dalam tubuh. Hal tersebut erat kaitannya dengan
kadar kolesterol dalam darah. Masyarakat telah menganggap bahwa kolesterol adalah
zat yang dapat menyebabkan PJK. Pemikiran tersebut membuat sebagian orang
selektif dalam mengkonsumsi makanan, terutama daging yang selama ini dianggap
sebagai sumber kolesterol. Daging domba merupakan salah satu daging yang
dihindari oleh sebagian masyarakat. Pengujian menggunakan tikus percobaan jenis
Wistar merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari
pengaruh konsumsi produk olahan daging domba terhadap profil lemak darah,
kolesterol, serta indeks atherogenik pada manusia, karena tikus merupakan hewan
percobaan yang memiliki sifat fisiologis yang mirip dengan menusia.
Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Juni 2008

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ......................................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... ix
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................ 2
Tujuan ......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Daging Domba ............................................................................................ 3
Gulai dan Bumbunya .................................................................................. 3
Respon Fisiologis ........................................................................................ 4
Indeks Atherogenik ..................................................................................... 5
Lemak ......................................................................................................... 5
Kolesterol .................................................................................................... 6
Trigliserida .................................................................................................. 8
Patofisiologi Terjadinya Penyakit Jantung Koroner ................................... 9
Hewan Percobaan ....................................................................................... 10
METODE ................................................................................................................ 12
Lokasi dan Waktu ....................................................................................... 12
Materi .......................................................................................................... 12
Rancangan Percobaan ................................................................................. 13
Prosedur ...................................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 20
Analisis Proksimat Ransum Percobaan ...................................................... 20
Konsumsi dan Bobot Badan Tikus Percobaan ............................................ 20
Respon Fisiologis ........................................................................................ 22
Profil Lemak Darah .................................................................................... 24
Indeks Atherogenik ..................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 28
Kesimpulan ................................................................................................. 28
Saran ........................................................................................................... 28
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 30
LAMPIRAN............................................................................................................ 34
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Komposisi Asam Lemak Daging Domba ..................................................... 3
2. Kebutuhan Nutrisi Tikus (Berdasarkan 90 % Bahan Kering) ...................... 11
3. Komposisi Ransum Tikus Percobaan ........................................................... 16
4. Kandungan Protein, Lemak dan Kadar Air Ransum Percobaan ................... 20
5. Rataan Konsumsi Nutrisi dan Kenaikan Bobot Badan Tikus ....................... 21
6. Rataan Nilai Fisiologis Suhu Rektal, Frekuensi Jantung
dan Laju Pernafasan ...................................................................................... 22
7. Rataan Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL,
Kadar Trigliserida Darah dan Indeks Atherogenik ....................................... 24
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Struktur Kimia Kolesterol ....................................................................... 6
2. Struktur Umum Trigliserida................................................................... 8
3. Potongan Melintang Arteri .................................................................... 10
4. Skema Pembuatan Gulai Daging Domba .............................................. 14
5. Pengukuran Berat Badan Tikus ............................................................. 17
6. Pengukuran Respon fisiologis Tikus ..................................................... 18
7. Proses Pengambilan Darah Tikus .......................................................... 18
8. Kenaikan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan.................................. 21
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Proksimat Gulai Daging Domba dan Pakan ................. 35
2. Hasil Sidik Ragam Laju Pernapasan .................................................... 35
3. Hasil Sidik Ragam Detak Jantung ....................................................... 35
4. Hasil Sidik Ragam Suhu Tubuh (Rektal) ............................................ 35
5. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Darah Tikus ............ 35
6. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar LDL Darah Tikus ..................... 36
7. Hasil Analisis Kadar Kolesterol Produk Olahan Daging..................... 36
8. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar Trigliserida Darah Tikus .......... 36
9. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik. ............................ 36
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dan telah mengalami perbaikan di
segala bidang yang menyebabkan terjadinya pergeseran perilaku masyarakat dalam
mengkonsumsi makanan. Dampak negatif dari pergeseran tersebut adalah timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, salah satu penyakit degeneratif yang muncul adalah
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya
gangguan metabolisme lemak di dalam tubuh. Hal tersebut erat kaitannya dengan
kadar kolesterol dalam darah.
Kolesterol di dalam darah diangkut dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein
yang tergolong berdensitas rendah yaitu LDL (low density lipoprotein) dan VLDL
(very low density lipoprotein) adalah yang paling atherogenik, sedangkan yang
tergolong dalam lipoprotein berdensitas tinggi yaitu HDL (high density lipoprotein)
adalah yang berperan dalam pencegahan atau bersifat anti atherogenik. Low density
lipoprotein (LDL) bertugas dalam mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan tubuh
sedangkan HDL mengangkut kolesterol dari jaringan tubuh ke hati untuk dimetabolis
dan disintesis menjadi garam empedu untuk dibuang. Kadar kolesterol HDL yang
rendah merupakan prediktor bebas yang kuat untuk penyakit jantung koroner (PJK).
Masyarakat telah menganggap bahwa kolesterol adalah zat yang dapat
menyebabkan PJK. Pemikiran tersebut membuat sebagian orang selektif dalam
mengkonsumsi makanan, terutama daging yang selama ini dianggap sebagai sumber
kolesterol. Daging domba merupakan salah satu daging yang dihindari oleh sebagian
masyarakat. Konsumsi daging domba di Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan dengan daging sapi. Menurut data Ditjen. Peternakan Departemen
pertanian RI tahun 2005, konsumsi daging domba masyarakat memang masih sangat
rendah yaitu sekitar 5%, sedangkan konsumsi daging sapi adalah sebesar 23 %.
Daging domba dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan untuk meningkatkan
palatabilitasnya. Olahan produk daging domba yang umumnya disukai oleh
masyarakat adalah sate dan gulai.
Pengujian menggunakan tikus percobaan jenis Wistar merupakan salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh konsumsi gulai
daging domba terhadap profil lemak darah, kolesterol, serta indeks atherogenik pada
manusia, karena tikus merupakan hewan percobaan yang memiliki sifat fisiologis
yang mirip dengan menusia. Pembuktian secara ilmiah tentang pengaruh konsumsi
daging olahan asal domba terhadap kadar kolesterol total, dilakukan agar persepsi
masyarakat mengenai efek negatif dari konsumsi daging olahan asal domba terutama
gulai daging domba dapat dibuktikan dengan jelas, sehingga anggapan tersebut tidak
berpengaruh negatif pada usaha peternakan khususnya peternakan domba milik
rakyat kecil dan usaha pengolahan makanan tradisional Indonesia seperti gulai
daging domba. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini dilaksanakan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsumsi gulai daging domba
yang terkandung dalam pakan terhadap profil trigliserida dan kolesterol darah tikus
putih (Rattus norvegicus) serta respon fisiologis sebagai data pendukung.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Daging Domba
Daging domba memiliki komponen asam lemak rantai bercabang yaitu 4-
metiloktanoat, 4-etiloktanoat dan 4-metilonanoat yang terdapat pada lemak subkutan.
Asam lemak ini ditemukan dalam jumlah tinggi pada daging kambing dan domba,
tetapi tidak ditemukan pada daging sapi (Shahidi, 1998). Nilai gizi yang terkandung
dalam daging domba (per 100 gram daging) yaitu 66 % air; 206 kal energi; 17,1
gram protein; 14,8 gram lemak; 10 mg Ca; 2,6 mg P; 0,15 mg thiamin; 0,25
riboflavin; 5 mg niasin; dan 14,8 gram lemak (Harper,1984). Rasio asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh merupakan indikator yang penting dalam kualitas
lemak. Rasio antara asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh daging domba
adalah 54,88 : 45,13. Rasio optimal antara asam lemak jenuh dengan asam lemak tak
jenuh dari sudut pandang konsumsi adalah 2 : 1 (Niedziólka et al., 2005). Daging
domba ditinjau dari rasio tersebut masih berada pada tingkat aman untuk dikonsumsi.
Komposisi asam lemak daging domba adalah palmitat, stearat, oleat, linoleat, dan
arakhidonat seperti yang ditampilkan dalam Tabel.1.

Tabel. 1 Komposisi Asam Lemak Daging Domba

Asam lemak Jumlah (%) Asam lemak Jumlah (%)

Palmitat (C 16:0) 25 Linoleat (C 18:2) 4


Stearat ( C 18:0) 25 Linolenat (C 18:3) 0,5
Oleat ( C 18:1) 39 Arakhidonat 1,5
Sumber : Lawrie (1995)

Gulai dan Bumbunya


Gulai adalah makanan yang dimasak dengan menggunakan bahan baku
daging kambing, domba, sapi atau ayam (Wikipedia, 2007). Pemasakan gulai melalui
proses pemanasan, proses tersebut menyebabkan perubahan kandungan struktur
lemak, protein dan beberapa komponen lain. Retensi vitamin B (tiamin, riboflavin,
niasin dan asam pantotenat) jika daging dimasak ternyata baik (Winarno, 1993).
Niasin merupakan asam monokarboksilat piridin yang digunakan untuk menurunkan
kadar kolesterol plasma, mekanismenya adalah menghambat perombakan lemak
jaringan, mengurangi pengambilan asam lemak bebas dan meningkatkan pengeluaran
kolesterol oleh hati melalui getah empedu (Naland, 2003).
Daging yang dimasak dalam pembuatan gulai dicampur dengan berbagai
macam bumbu supaya gulai lebih terasa lezat untuk dikonsumsi. Santan merupakan
salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan gulai. Santan mempunyai rasa
lemak dan digunakan sebagai perasa dalam masakan (Wikipedia, 2007). Bawang
putih (Allium sativum L.) merupakan jenis rempah yang penting. Bawang putih
mengandung dua komponen penting yaitu allicin yang berfungsi memberantas
penyakit. Konsumsi allicin dapat menekan kadar kolesterol dalam tubuh (Winarno,
1993). Bumbu lain yang digunakan adalah kunyit. Kunyit mempunyai efek
farmakologis melancarkan peredaran darah dan menurunkan kadar lemak tinggi
(Winarto, 2003).

Respon Fisiologis
Fisiologi merupakan cabang ilmu biologi yang memiliki cakupan luas, yaitu
memadukan setiap fungsi dari semua sel dan organ tubuh menjadi satu kesatuan
fungsional. Sistem homeostasis merupakan suatu sistem pengendalian diri sehingga
tercapai keseimbangan di dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997). Beberapa nilai yang
mendukung terciptanya sistem homeostasis disebut dengan parameter fisiologis,
meliputi denyut jantung, laju pernafasan dan suhu tubuh (Cunningham, 1997).
Frekuensi denyut jantung merupakan hitungan berapa kali jantung berdenyut
dalam semenit. Hal yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung adalah
terkejut, gerak badan, hewan ketika sedang mencerna makanan, dan ketika suhu
lingkungan yang terlalu panas maupun terlalu dingin (Biauw, 1977). Sistem
pernafasan bertujuan untuk membuang karbondioksida dan menyediakan oksigen
guna mencukupi metabolisme tubuh (Cunningham, 1997). Suhu tubuh merupakan
suhu jaringan tubuh bagian dalam dan selalu bernilai konstan pada saat pengukuran.
Suhu tubuh disebut juga sebagai suhu inti (Guyton dan Hall, 1997).
Data fisiologis tikus diantaranya adalah berat badan tikus jantan dewasa 450
sampai 520 gram, berat lahir 5 sampai 6 gram, konsumsi makanan 10g/100g/hari,
konsumsi air minum 10-12 ml/100g/hari, volume tidal 0,6-2,0 ml, volume darah 54-
70 ml/kg, tekanan darah 84-134/60 mmHg, serta kadar trigliserida dan kolesterol
darah masing-masing sebesar 26-145 mg/dl dan 40-130 mg/dl, denyut jantung 250-

4
450/menit, jumlah pernafasan 70-115/menit, dengan penggunaan oksigen 0,68-1,10
ml/g/hari, dan suhu tubuh 35,9-37,5oC (Malole dan Pramono, 1989).

Indeks Atherogenik
Indeks atherogenik merupakan indikator untuk mengetahui resiko atheroskle-
rosis yang merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (Carron
et al., 1999). Nilai indeks atherogenik ini sangat tergantung pada kadar HDL. Kadar
HDL yang semakin tinggi menyebabkan indeks atherogenik semakin rendah
sehingga resiko terjadinya atheroskeloris juga semakin kecil. Nilai indeks atheroge-
nik ideal untuk laki–laki adalah di bawah 4,5 sedangkan untuk wanita di bawah 4,0
(Sihombing, 2003).

Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Proporsi karbon dan hidrogen terhadap oksigen yang dimiliki lipida
lebih banyak daripada karbohidrat (Campbell et al., 2003). Lemak terbagi dalam 4
golongan, yaitu: jenuh (saturated), mono tak jenuh (monounsaturated), poli tak jenuh
(polyunsaturated), dan lemak trans. Keempat golongan lemak tersebut terdiri dari
asam–asam lemak (Harvard School of Public Health, 2004).
Lemak tidak larut dalam air, lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah
dengan cara mengikatkannya pada protein yang larut dalam air (Medicastore, 2002).
Smaolin dan Grosvenor (1997) menerangkan bahwa lemak dalam darah diangkut
dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen, pada jalur eksogen lemak
dalam bentuk trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dikemas dalam
kilomikron. Kilomikron ini akan membawa trigliserida ke dalam aliran darah.
Trigliserida akan mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga
terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnan. Asam lemak bebas menembus
jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai
cadangan energi. Kilomikron remnan dimetabolisme dalam hati sehingga
menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah
menjadi asam empedu dan dikeluarkan ke dalam usus, digunakan sebagai detergen
dan membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian kolesterol lagi
dikeluarkan melalui saluran empedu, kemudian hati akan mendistribusikan kolesterol

5
ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Kilomikron yang tersisa (lemaknya
telah diambil) pada akhirnya dibuang dari aliran darah oleh hati.
Jalur endogen, pembentukan trigliserida dalam hati meningkat apabila
makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah
karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida yang dibawa
melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL). Very low
density lipoprotein (VLDL) dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi
IDL (intermediate density lipoprotein) kemudian berubah menjadi LDL (low density
lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kolesterol yang tidak diperlukan akan
dilepaskan ke dalam darah, pertama akan berikatan dengan HDL (high density
lipoprotein) yang bertugas membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh.
Kilomikron membawa lemak dari usus (berasal dari makanan) dan mengirim
trigliserida ke sel-sel tubuh. Very low density lipoprotein (VLDL) membawa lemak
dari hati dan mengirim trigliserida ke sel-sel tubuh. Low density lipoprotein (LDL)
yang berasal dari pemecahan IDL (sebelumnya berbentuk VLDL) merupakan
pengirim kolesterol yang utama ke sel-sel tubuh.

Kolesterol
Kolesterol adalah senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok compound
organic. Rumus molekul kolesterol adalah C27H45OH dan dapat dinyatakan sebagai 3
hidroksi– 5, 6 kolesten, kolesterol mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C3 dan
ikatan rangkap pada C5 dan C6 serta percabangan pada C10 , C13 dan C17 (Mayes,
1996). Struktur kimia kolesterol ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol (Mayes,1996)

Kolesterol bebas atau dalam bentuk ester memiliki fungsi fisiologis yang
penting. Fungsi kolesterol adalah 1) komponen essensial membran sel tubuh, yakni
untuk regulasi cairan tubuh, 2) unsur dari myelin dalam jaringan saraf, 3) prekursor
beberapa jenis biomolekul, seperti hormon steroid, asam empedu, dan vitamin D

6
(Boyer, 2002). Kolesterol yang ada dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu, dari
makanan (eksogen) dan kolesterol endogen yang disintesa oleh tubuh (Vytorin,
2005). Kadar kolesterol daging domba tidak jauh berbeda dengan daging sapi. Kadar
kolesterol daging domba yaitu sebesar 79 mg/100 gram dan kadar kolesterol daging
sapi yaitu sebesar 59 mg/100 gram (Lawrie, 1998). Menurut Muchtadi et al. (1993)
laju sintesis kolesterol de novo berhubungan dengan jumlah kolesterol dari makanan.
Jumlah kolesterol dari makanan berkurang maka sintesis kolesterol di dalam hati dan
usus akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan organ lainnya dan
sebaliknya. Kolesterol yang diproduksi dalam hati dibantu dengan enzim yang
disebut HMG Koenzim-A Reduktase, kemudian dikirimkan ke dalam aliran darah.
Guyton (1992) menyatakan bahwa 70% kolesterol plasma berada dalam
bentuk ester. Kolesterol diangkut ke dalam darah oleh suatu jenis lemak yang disebut
lipoprotein (Soegih, 1995). Muchtadi et al. (1993) menyatakan hal tersebut
disebabkan oleh sifat kolesterol yang tidak larut dalam sistem larutan. Lipoprotein
plasma darah digolongkan menjadi tiga kelas berdasarkan densitasnya, yaitu VLDL
(very low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), dan HDL (high
density lipoprotein). Low density lipoprotein (LDL) diproduksi oleh hati. Kadar
kolesterol LDL dalam darah tergantung konsumsi makanan yang tinggi kolesterol
dan lemak jenuh (Grundy, 1991).
Low density lipoprotein (LDL) mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan
atau sel dan yang berlebih akan disekresikan ke hati melalui HDL atau mengalami
reesterifikasi oleh enzim asil-KoA kolesterol asil transferase agar dapat disimpan di
dalam sel. Kolesterol yang dibawa oleh HDL mengalami esterifikasi menjadi
kolesterol ester dengan bantuan enzim lesitin-kolesterol asil transferase (Ganong,
1995). Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam
endotel perifel, termasuk pembuluh darah, ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan
melalui empedu, dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer berkurang
(Ganong, 1995). Hasil dari beberapa studi menunjukkan bahwa kolesterol HDL
berkorelasi negatif dengan trigliserida yang terkandung dalam serum darah (NIH
Consensus Conference, 1993). Cholesterol high density lipoprotein (HDL)
mempunyai pengaruh yang kuat pada peningkatan resiko terkena penyakit
kardiovaskular, setiap penurunan kadar kolesterol HDL sebesar 10 mg/dL maka

7
resiko terkena penyakit kardiovaskular meningkat sebesar 22 % (Howard et al.,
2000).

Trigliserida
Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari tiga asam
lemak dan gliserol. Struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2. Fungsi
utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Kadar trigliserida atau lemak yang ada
di dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang dicerna dari makanan atau
banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh (Damron, 2003).

Gambar 2. Struktur Umum Trigliseria (Wikipedia, 2007)

Lemak disimpan didalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang merupakan


hasil sintesa dari asam–asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan hormon
insulin; proses ini dikenal sebagai lipogenesis (deposisi lemak) yang terjadi akibat
masukan energi melebihi keluaran energi (Prawirokusumo, 1994). Apabila sel
membutuhkan energi atau masukan energi lebih rendah dibanding energi yang
keluar, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah, proses ini disebut lipolisis
(mobilisasi lemak) (Soehardi, 2004).
Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan
tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat
(sederhana dan kompleks) (Soehardi, 2004). Trigliserida yang ada dalam epithel usus
selama absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam limpa dalam bentuk kilomikron
dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan–jaringan di seluruh tubuh
(Lloyd et al., 1978). Struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 2.
Peningkatan kadar trigliserida sebesar 1-mmol/L ( 90 mg/dL) dapat meningkatkan
resiko terkena penyakit kardiovaskular sebesar 32 % pada laki-laki (Oberman, 2000).

8
Patofisiologi Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit degeneratif kronis yang
mempengaruhi masalah kesehatan. Foktor yang mempengaruhi penyakit ini adalah
faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyakit ini
adalah konsumsi lemak dan karbohidrat yang tinggi, kandungan energi pakan yang
berlebih, penggunaan tembakau dalam rokok, konsumsi alkohol dan gaya hidup
(Aguilar-Salinas et al., 2001). Pasien penderita penyakit jantung koroner di Amerika
memiliki kadar kolesterol <200 mg/dL (Miller et al., 1990), dan sebagian besar
pasien tersebut memiliki konsentrasi trigliserida yang normal tetapi kadar kolesterol
HDL rendah (Romm et al., 1991). Hubungan antara kadar kolesterol HDL dengan
penyakit jantung koroner cukup kuat sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan
bahwa kadar kolesterol HDL yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya
penyakit jantung koroner, meskipun penurunan kadar kolesterol HDL terjadi juga
pada orang yang menderita hipertrigliseridemia (Davis et al., 1980) dan
hiperlipidemia, rendahnya konsentrasi kolesterol HDL terjadi pada normolipidia
(plasmalipida normal), juga merupakan keadaan susunan protein yang biasa terjadi
pada penderita penyakit jantung koroner (Inazu et al., 1992).
Tubuh memproduksi kolesterol sesuai kebutuhan melalui hati. Bila terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka kadar kolesterol
dalam darah dapat berlebih (disebut hiperkolesterolemia). Kelebihan kadar kolesterol
dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah arteri, yang
disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama plak berasal dari kolesterol LDL,
sedangkan HDL membawa kembali kelebihan kolesterol ke dalam hati, sehingga
mengurangi penumpukan kolesterol di dalam dinding pembuluh darah). Ateroma
berisi bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat (Medicastore, 2002). .
Semakin lama plak yang terbentuk semakin banyak dan akan terjadi
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai atherosklerosis (terdapatnya
ateroma pada dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak lainnya yang
menyebabkan terjadinya penebalan pada dinding arteri dan hilangnya kelenturan
dinding arteri). Jika ateroma yang terbentuk semakin tebal maka dapat merobek

9
lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah (trombus) yang dapat menyumbat
aliran darah dalam arteri tersebut (Medicastore, 2002). Potongan melintang arteri
normal dan yang terluka dapat dilihat pada Gambar 3.

Potongan
melintang Sobekan
arteri pada
normal dinding
arteri

Penimbunan
lemak pada Pembuluh
dinding tersumbat
pembuluh oleh suatu
darah bekuan
darah

Gambar 3. Potongan Melintang Arteri (Medicastore, 2002)

Hal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-
zat penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung, jika
mengenai arteri koronaria yang berfungsi mensuplai darah ke otot jantung
(miokardium), maka suplai darah menjadi berkurang dan menyebabkan kematian di
daerah tersebut (disebut sebagai infark miokard). Konsekuensinya adalah terjadinya
serangan jantung dan menyebabkan timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat
(dikenal sebagai angina pectoris). Keadaan ini yang disebut sebagai penyakit jantung
koroner (medicastore, 2002). Hasil penelitian Prospective Cardiovascular Munster
Study (PROCAM), menjelaskan bahwa 4559 pasien pria muda kadar trigliserida
lebih dari 2,3 mmol/L (200 mg/dL) memiliki resiko yang tinggi terserang penyakit
kardiovaskular (Assman dan Schulte, 1992), selain itu ukuran partikel LDL
berkorelasi dengan level trigliserida, beberapa studi menerangkan behwa ukuran
partikel LDL tersebut merupakan faktor bebas yang dapat mempengaruhi penyakit
jantung koroner (Knopp, 1999).

Hewan Percobaan
Tikus putih (Rattus novergicus) adalah hewan percobaan yang paling banyak
digunakan dalam penelitian in vivo. Tikus tersebut lebih cepat dewasa dibandingkan
tikus liar (Muchtadi, 1989). Perkembangan dan pertumbuhan tikus hampir sama
dengan mamalia pada umumnya (Baker et al, 1980). Zat gizi yang diperlukan untuk

10
pertumbuhan tikus dan manusia memliki beberapa persamaan (Muchtadi, 1989).
Kebutuhan nutrisi tikus dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi Tikus (Berdasarkan 90 % Bahan Kering)


Kebutuhan dalam Diet
Nutrisi
Pertumbuhan atau Laktasi
Protein 12 %
Lemak 5%
(Digestible Energi)
3,8 kkal/kg
Karbohidrat
Mineral
Kalsium 0,50 %
Klorida 0,05 %
Magnesium 0,04 %
Fospor 0,40 %
Potasium 0,36 %
Sodium 0,05 %
Sulfur 0,03 %
Kromium 0,30 mg
Tembaga 5,00 mg
Fluorida 1,00 mg
Iodin 0,15 mg
Besi 35,00 mg
Magnesium 50,00 mg
Selenium 0,10 mg
Seng 12,00 mg
Vitamin
A 4000,00 iu/kg
D 1000,00 iu/kg
E 30,00 iu/kg
K 50,00µg/kg
Kolin 1000 mg/kg
Asam folat 1,00 mg/kg
Niacin 20,00 mg/kg
Pantotenat (kalsium) 8,00 mg/kg
Riboflavin 3,00 mg/kg
Thiamin 4,00 mg/kg
Vitamin B6 6,00 mg/kg
Vitamin B12 50,00µg/kg
Sumber: Nutrients Requirements of Laboratory Animals (1978)

11
METODE

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, untuk pemeliharaan hewan
penelitian, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian
Bogor untuk analisis proksimat, serta Laboratorium Klinik Prodia Bogor untuk
analisis profil lemak darah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2007
hingga Januari 2008.

Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bahan dan peralatan
untuk pembuatan gulai daging domba, bahan dan peralatan untuk percobaan in vivo
serta analisis darah. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gulai daging
domba adalah daging domba yang berasal dari ternak lokal berumur sekitar 1 tahun.
Daging yang digunakan adalah daging bagian paha belakang sebanyak 3 kg ditambah
dengan bumbu gulai instan merek Indofood yang telah dilengkapi dengan santan.
Alat yang digunakan adalah alat pengolahan gulai yang meliputi timbangan, pisau,
kompor, pengaduk, dan panci.
Hewan yang digunakan dalam percobaan in vivo adalah tikus putih jantan
strain LMR-Wistar sebanyak 12 ekor. Tikus yang digunakan berumur 5 minggu
dengan perbedaan bobot badan masing – masing maksimum 10 gram. Pakan yang
digunakan adalah pakan dengan komposisi seperti pada Tabel 3. Alat yang
digunakan adalah kandang individu sebanyak 12 buah, tempat pakan dan minum,
serta alat untuk pengambilan sampel darah syringe 2,5 ml, vacuum venojact 10 ml
yang mengandung antikoagulan lithilium heparin dan termos es. Termometer digital
digunakan untuk pengukuran suhu tubuh tikus, dan timbangan digital untuk
mengukur berat badan tikus. Analisis darah menggunakan kit merek DiaLine serta
alat automated clinical analyzer TRX – 7010 Version 1.70.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) untuk analisis darah. Perlakuan meliputi pemberian pakan kontrol
dan pemberian pakan mengandung gulai daging domba sebagai sumber protein
kepada tikus percobaan dengan masing-masing tiga ulangan. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan ANOVA (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).

Yij = µ + ζi +εij

Keterangan :
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan pakan ke-i, dan ulangan ke-j
µ = rataan umum
ζi = pengaruh perlakuan pakan yang berbeda (kontrol dan gulai kambing)
εij = pengaruh galat pada perlakuan pakan ke-i dan ulangan ke-j

Rancangan acak lengkap (RAL) dengan penarikan anak contoh (sub-


sampling) digunakan dalam pengukuran respon fisiologis tikus dengan dua taraf
perlakuan dan enam ulangan. (Steel dan Torrie, 1991).

Yijk = µ + Ti + εij + δijk

Keterangan :
Yijk = respon fisiologis ke-k dalam hari ke-j yang memperoleh perlakuan
pakan ke-i
µ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh perlakuan pakan ke-i
εij = pengaruh galat pada hari ke-j yang memperoleh perlakuan pakan
ke-i
δijk = pengaruh galat dari respon fisiologis ke-k dalam hari ke-j yang
memperoleh perlakuan pakan ke-i

Prosedur
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama merupakan
penelitian pendahuluan dan tahap kedua merupakan penelitian utama.

Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan gulai daging domba, kemudian
gulai tersebut dianalisis proksimat (kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar
abu), selain itu dilakukan pula analisis kolesterol gulai daging domba.

13
Pembuatan Gulai Daging Domba. Proses pembuatan gulai daging domba adalah
daging domba di-trim kemudian dipotong-potong dengan ukuran 4 cm x 4 cm,
kemudian direbus. Bumbu instan yang telah dilengkapi dengan santan dimasukkan
kedalam rebusan daging, kemudian dimasak hingga matang sambil diaduk. Skema
pembuatan gulai daging domba dapat dilihat pada Gambar 4.

Daging domba

Di-trim dan dipotong-potong

Direbus
Bumbu instan

Dimasak 15 menit

Gulai daging domba

Gambar 4. Skema Pembuatan Gulai Daging Domba

Pengujian Gulai Daging Domba. Komposisi nutrisi gulai daging domba dianalisis
proksimat (AOAC, 1984) dan analisis kolesterol. Analisis kolesterol gulai daging
domba menggunakan metode Lieberman-Burchard (1961).

Kadar Air. Pengukuran kadar air ini dilakukan dengan metode oven. Cawan yang
akan digunakan dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC selama 15 menit
kemudian didinginkan dan ditimbang. Sampel ditimbang sekitar 1 gram pada cawan
yang telah diketahui bobotnya. Sampel dan cawan dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105oC selama enam jam kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan
ditimbang hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air dapat ditentukan dengan rumus:

(berat sampel segar - berat sampel kering) g


Kadar air (%) = x 100%
berat sampel segar (g)

Kadar Protein. Sebanyak 0,25 gram sampel kering, ditempatkan dalam labu
Kjeldhal 100 ml dan ditambahkan 0,25 gram Selenium dan 3 ml H2SO4 pekat.
Dekstruksi (pemanasan dalam keadaan mendidih) kemudian dilakukan selama 1 jam
hingga larutan jernih. Setelah dingin ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH

14
40 % kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam tabung Erlenmeyer yang
berisi campuran 10 ml H3BO3 2% dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green-Methyl
Red berwarna merah muda. Setelah volume hasil tampungan (destilat) menjadi 10 ml
dan berwarna hijau kebiruan, destilasi dihentikan destilasi dititrasi menjadi HCl 0,1
N sampai berwarna merah muda. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap
blanko. Kadar nitrogen total dihitung menggunakan rumus :

(S - B) x HCl x 14
%N= x 100%
W x 1000
Keterangan :
S : volume titran sampel (ml); B : volume titran blanko (ml)
W : bobot sampel kering (mg)
Kadar protein diperoleh dengan mengalikan kadar nitrogen dengan faktor perkalian
yaitu 6,25.
Kadar Lemak. Kadar lemak diukur dengan menggunakan metode ekstraksi Soxhlet.
Sebanyak 2 gram sampel kering disebar diatas kapas yang beralas kertas saring dan
digulung membentuk thimble, lalu dimasukkan ke dalam labu soxhlet yang
dihubungkan dengan labu lemak yang berisi batu didih dan diketahui bobotnya.
Ekstraksi kemudian dilakukan selama 6 jam dengan menggunakan pelarut lemak
berupa heksana sebanyak 150 ml. Lemak yang terekstrak kemudian dikeringkan
dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam.

berat lemak terekstrak (g)


Kadar lemak (%) = x 100%
berat sampel kering (g)

Kadar Abu. Cawan porselin dikeringkan dalam oven bersuhu 105oC, kemudian
didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 1 gram sampel kering
dimasukkan dalam cawan porselin dan dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen
hingga tidak berasap. Pengabuan dilakukan di dalam tanur bersuhu 600oC selama 2
jam atau sampai terbentuk abu berwarna putih, kemudian didinginkan dalam
desikator, selanjutnya ditimbang. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan rumus:
berat abu (g)
Kadar abu (%) = x 100%
berat sampel kering (g)

Kadar Kolesterol Total Gulai Daging Domba. Kadar kolesterol total gulai daging
domba ditentukan dengan menggunakan metode Lieberman-Buchard (1961).
Sebanyak 0,1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse ditambahkan

15
dengan 8 ml alkohol : heksan dengan perbandingan 3 berbanding 1 dan selanjutnya
diaduk hingga homogen. Produk dibilas dengan 2 ml larutan alkohol : heksan dengan
perbandingan 3 berbanding 1 kemudian disentrifuse selama 10 menit (3000 rpm).
Supernatan dituang ke dalam beaker glass 100 ml dan diuapkan di penangas air.
Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit), sambil dituangkan ke
dalam tabung berskala (sampai volume 5 ml) ditambahkan 2 ml acetic anhidrid
ditambahkan juga 0,2 mol H2SO4 pekat atau 2 tetes dan selanjutnya dicampur dengan
vortex dan dibiarkan di tempat gelap selama 25 menit. Langkah terakhir dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 420 nm dengan standar yang digunakan
0,4 mg/ml. Perhitungan :
absorbansi contoh
x konsentras i standar
absorbansi standar
Kadar kolesterol (mg/g) =
berat sampel kering (g)

Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan. Penyusunan ransum dilakukan


setelah komposisi nutrisi gulai daging domba diketahui melalui analisis proksimat.
Komposisi ransum yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Ransum Tikus Percobaan


Ransum kontrol Ransum perlakuan
Bahan
campuran Gross
% BK Protein Lemak % BK Protein Lemak Gross Energy
Energy
Kasein 14 12,18 0,27 - - - - -
Gulai
daging - - - - 18 12,33 3,36 37,08 kal
domba
Minyak
7,77 - 7,77 63,14 kal 7,77 - 7,77 63,14 kal
jagung
Campuran
4,48 - - - 4,48 - - -
mineral
Selulosa 1 - - - 1 - - -
Tepung
71,75 0,22 - 246,96 kal 67,75 0,20 - 233,05 kal
maizena
Vitamin 1 - - - 1 - - -
Total 100 12,39 8,04 310,10 kal 100 12,53 11,13 333,27 kal

16
Penelitian Utama
Penelitian utama meliputi percobaan in vivo, pengamatan respon fisiologis,
pengambilan darah dan analisis profil lemak darah tikus. Respon fisiologis yang
diamati meliputi suhu tubuh, denyut jantung dan laju pernafasan. Profil lemak darah
yang dianalisis adalah total kolesterol, trigliserida, dan kolesterol HDL.

Percobaan in Vivo. Tikus terlebih dahulu diberikan masa adaptasi laboratorium


selama 5 hari sebelum pemberian pakan perlakuan supaya tikus terbiasa pada
lingkungan laboratorium yang digunakan. Tikus diberi pakan kontrol mengandung
kasein dan konsumsi air minum ad libitum selama masa adaptasi. Bobot badan tikus
ditimbang setiap dua hari sekali dan konsumsi ransum ditimbang setiap hari.
Pengukuran bobot badan tikus ditunjukkan pada Gambar 5. Pakan perlakuan
diberikan selama 20 hari dan air minum diberikan ad libitum setelah masa adaptasi.

Gambar 5. Pengukuran Berat Badan Tikus

Pengukuran Respon Fisiologis. Pengukuran respon fisiologis dilakukan pada pagi


hari sekitar pukul 7- 10 WIB. Pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer
digital. Bagian ujung termometer yang digunakan sebelumnya didesinfeksi terlebih
dahulu menggunakan alkohol. Suhu tubuh diukur dengan cara memposisikan
termometer pada bagian rektal tikus. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal
(Andreoli et al., 1993; Gelfand, et al., 1998). Layar indikator suhu yang terdapat
pada termometer akan berhenti sekitar 30-60 detik dan menghasilkan bunyi yang
menandakan suhu rektal telah tercapai, maka suhu tubuh tikus akan tertera pada layar
indikator. Jumlah pernafasan dan denyut jantung diamati dengan menempelkan jari

17
tangan selama 15 detik, pada diafragma untuk pengukuran laju pernafasan dan dada
sebelah kiri untuk pengukuran denyut jantung. Cara pengukuran respon fisiologis
dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b) (c)


Keterangan : a) Pengukuran suhu tubuh tikus
b) Pengukuran denyut jantung tikus
c) Pengukuran laju pernafasan tikus
Gambar 6. Pengukuran Respon Fisiologis Tikus

Pengambilan Sampel Darah. Pengambilan sampel darah pada hari ke 25 percobaan


in vivo. Tikus dipingsankan terlebih dahulu dengan menggunakan eter. Darah
diambil dari jantung dengan menggunakan alat suntik, kemudian langsung
dimasukkan ke dalam tabung vacum venojact yang sudah diberi anti koagulan
heparin. Plasma yang diperoleh dugunakan untuk analisis kadar kolesterol total,
kolesterol HDL dan kadar trigliserida, sedangkan kadar kolesterol LDL diperoleh
dari hasil perhitungan. Pengambilan sampel darah dapat dilihat pada Gambar 7.

a) Pemingsanan tikus b) Pengambilan sampel darah tikus


Gambar 7. Pengambilan Darah Tikus

Analisis Profil Lemak dan Kolesterol darah Tikus. Kadar kolesterol total dan
kolesterol HDL dianalisis menggunakan metode CHOD-PAP (Cholesterol oxidase-p-
aminophenazone). Kadar trigliserida dianalisis menggunakan metode GPO-PAP
(Glycerol-3-Phosphate oxidase-p-aminophenazone) metode Trinder (Rodriguez et

18
al., 2000). Kit yang digunakan dalam analisis kadar kolesterol total dan trigliserida
adalah DiaLINE. Kit merek Daiichi Pure Chemicals Co. Ltd. digunakan untuk
analisis kadar kolesterol HDL. Darah disentrifuse pada 2500 rpm selama 15 menit.
Plasma yang terpisah diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam
tabung Evendorf kemudian ditutup rapat.
Reagent untuk mengukur kadar kolesterol total mengandung bahan aktif
buffer fosfat, 4-aminophenazone, fenol, peroksidase, kolesterol esterase dan
kolesterol oksidase. Reagent untuk mengukur kadar trigliserida mengandung bahan
aktif buffer fosfat, 4-klorofenol, ATP, Mg2+, Glycerokinase, Peroksidase,
Lipoprotein Lipase, 4-aminophenazone dan gliserol-3-fosfat oksidase, sedangkan
reagent yang digunakan untuk mengukur kadar kolesterol HDL mengandung bahan
N,N-bis (4-sulfobutyl)-m-toluidine disodium salt (DSBmT), kolesterol oksidase,
peroksidase, 4-aminoantipyrine, kolesterol esterase dan detergen.
Pengukuran total kolesterol dan trigliserida dilakukan dengan cara
memasukkan 10 μl plasma sampel ke dalam tabung reaksi yang sudah disterilisasi.
Tabung diberi reagent masing-masing sebanyak 1000 μl sampel dan reagent
dihomogenkan. Campuran tersebut kemudian diinkubasi selama 10 menit pada suhu
37oC. Pengukuran kolesterol HDL dilakukan terlebih dahulu dengan pemberian
detergen ke dalam plasma sehingga HDL terpisah. Kadar kolesterol HDL kemudian
ditentukan dengan metode CHOD-PAP. Kadar trigliserida, total kolesterol dan
kolesterol LDL diukur dengan automated clinical analyzer. Kadar kolsterol LDL
dihitung dengan persamaan berikut (Ginsberg et al., 1998):

Kolesterol LDL (mg/dl) = total kolesterol (mg/dl)- kolesterol HDL (mg/dl)


trigliserida (mg/dl)
-
5
Perhitungan Indeks Atherogenik (Carron et al., 1999). Indeks atherogenik
merupakan indikator untuk mengetahui resiko atherosklerosis yang merupakan
penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner.
Indeks atherogenik (IA) dihitung dengan rumus:

IA = (total kolesterol – kolesterol HDL) / kolesterol HDL

19
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Ransum Percobaan


Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan ransum percobaan karena ransum yang digunakan
kandungan nutrisinya disusun sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan tikus
percobaan. Hasil analisis proksimat ransum percobaan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Protein, Lemak dan Kadar Air Ransum Percobaan
Sampel Protein (%) Lemak (%) Kadar air (%)
Ransum Kontrol 12,5 5,87 50,27
Ransum Gulai Daging Domba 16,88 4,40 44,73

Hasil analisis proksimat ransum gulai daging domba dan ransum kontrol
menunjukkan kadar protein yang sesuai dengan kebutuhan tikus percobaan.
Kandungan protein ransum gulai daging domba dan ransum kontrol masing-masing
adalah 16,88 % dan 12,5 %, sedangkan kebutuhan protein tikus menurut Nutrients
Requirements of Laboratory Animals (1978) adalah 12 %. Protein merupakan
komponen zat gizi yang berperan bagi proses metabolisme dan pembentukan struktur
tubuh hewan percobaan. Penggunaan kasein dan gulai daging domba dalam ransum
percobaan memenuhi kebutuhan protein bagi tikus percobaan.
Penggunaan minyak nabati yang berasal dari minyak jagung sebagai salah
satu sumber lemak dalam ransum percobaan disebabkan kandungan asam lemak
tidak jenuh yang cukup rendah sehingga tidak mempengaruhi kadar kolesterol darah
tikus percobaan. Sumber karbohidrat ransum percobaan sebagian besar berasal dari
tepung maizena. Kandungan tepung maizena tersebut merupakan salah satu sumber
energi disamping lemak dan protein. Menurut Smith dan Soesanto (1998), kualitas
makanan tikus percobaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi tikus
mencapai potensi genetik untuk tumbuh.

Konsumsi dan Bobot Badan Tikus Percobaan


Konsumsi bahan kering dan protein kasar yang mendapat perlakuan pakan
gulai daging domba lebih besar dibandingkan tikus kontrol. Konsumsi lemak kasar
tikus yang mendapat perlakuan pakan gulai daging domba lebih rendah daripada
tikus kontrol. Rataan konsumsi nutrisi dan bobot badan tikus percobaan pada Tabel
5.
Tabel 5. Rataan Konsumsi Nutrisi dan Kenaikan Bobot Badan Tikus
Parameter Kontrol Gulai Daging Domba
Konsumsi Bahan Kering (BK) (g/ekor/hari) 5,98 ± 0,89 7,88 ± 0,85
Konsumsi Protein Kasar (PK) (g/ekor/hari) 1,50 ± 0,22 2,41 ± 0,26
Konsumsi Lemak Kasar (LK) (g/ekor/hari) 0,71 ± 0,11 0,63 ± 0,07
Kenaikan Bobot Badan (g/hari) 1,87 ± 0,43 3,54 ± 0,67

Jumlah konsumsi bahan kering dan protein kasar terlihat mempengaruhi


kenaikan bobot badan tikus percobaan. Komposisi nutrisi (bahan kering, protein
kasar dan lemak kasar) yang terkandung dalam pakan perlakuan disesuaikan dengan
kebutuhan tikus percobaan, namun jumlah konsumsi bahan kering dan protein kasar
tikus yang mendapat perlakuan pakan gulai daging domba lebih besar, sehingga
kenaikan bobot badan tikus yang mendapat perlakuan pakan gulai daging domba
lebih tinggi daripada tikus kontrol. Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan. Protein yang terkandung dalam pakan gulai daging
domba dicerna dengan bantuan enzim protease menjadi asam-asam amino yang
selanjutnya akan diserap oleh usus, kemudian dialirkan ke seluruh tubuh tikus untuk
digunakan dalam pertumbuhan dan pembentukan jaringan baru. Menurut Muchtadi
et al. (1993), pertumbuhan dan peningkatan massa otot terjadi apabila jumlah protein
yang dibutuhkan terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan penggantian jaringan. Grafik kenaikan
bobot badan tikus selama percobaan disajikan pada Gambar 8.

14
0
12
Bobot
0
10
badan
(gram) 0
80 kasein
60 perlakuan
40
20
0
1 3 5 7 9 11 1 15 17 19 21 23
3
Hari ke-x
Gambar 8. Kenaikan Bobot Badan Tikus selama Percobaan

21
Rataan bobot badan awal tikus kontrol dan tikus yang mendapat perlakuan
pakan gulai daging domba masing-masing adalah 40,78 ± 3,4 gram dan 47,06 ± 2,1
gram, sedangkan rataan bobot akhirnya adalah 83,85 ± 10,9 gram dan 132,07 ± 14,8
gram. Tikus yang mengkonsumsi gulai daging domba mengalami kenaikan bobot
badan 89,3 % lebih tinggi dibandingkan tikus kontrol. Hal tersebut selain disebabkan
karena konsumsi bahan kering dan protein kasar yang lebih tinggi, disebabkan pula
karena energi yang terkandung dalam pakan gulai daging domba 7,5 % lebih tinggi
dari energi pakan kontrol.

Respon Fisiologis
Konsumsi pakan yang mengandung gulai daging domba tidak berpengaruh
nyata terhadap respon fisiologis tikus (frekuensi jantung, laju pernafasan dan suhu
rektal). Rataan nilai fisiologis tikus selama percobaan ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Nilai Fisiologis Suhu Rektal, Frekuensi Jantung dan Laju
Pernafasan

Perlakuan
Parameter yang diamati
Kontrol Gulai Daging Domba
Suhu Rektal (oC) 35,7 ± 0,9 35,7 ± 0,8
Frekuensi Jantung (kali per menit) 211,5 ± 28,0 211,0 ± 23,5
Laju Pernafasan ( kali per menit) 148,9 ± 20,6 150,3 ± 15,0

Rataan dan simpangan baku suhu rektal tikus yang mengkonsumsi gulai
daging domba adalah (35,7 ± 0,8)oC. Nilai tersebut masih berada pada batas normal.
Menurut Malole dan Pramono (1989) suhu rektal tikus berkisar antara (35,9-27,5)oC.
Panas yang diproduksi oleh proses metabolisme tikus percobaan tidak berdampak
terhadap perubahan suhu tubuh tikus percobaan secara signifikan. Hal tersebut
diduga karena energi untuk metabolisme lemak dalam gulai daging domba
menghasilkan laju pembentukan panas dalam tubuh yang seimbang dengan laju
hilangnya panas. Cunningham (1997) menyatakan bahwa suhu tubuh bergantung
pada keseimbangan antara input dan output panas serta kondisi tersebut dapat
dianggap logis, karena hewan memiliki daya homeostasis, yaitu suatu mekanisme
pengaturan suhu tubuh melalui proses biokimiawi dan fisiologis, metabolisme tubuh
berperan penting dalam penyesuaian produksi panas dalam tubuh, dibantu dengan
kegiatan kooperatif dan selektif dari alat dan jaringan tubuh dalam mempercepat dan

22
menghambat pengeluaran panas dari dalam tubuh. Suhu tubuh normal tikus yang
mengkonsumsi gulai daging domba turut mendukung frekuensi denyut jantung
normal. Peningkatan suhu tubuh akan mempengaruhi peningkatan frekuensi denyut
jantung dan sebaliknya. Hal itu dikarenakan panas dapat meningkatkan permeabilitas
membran otot jantung, sehingga akan menghasilkan proses perangsangan sendiri
dalam peningkatan frekuensi denyut jantung (Guyton dan Hall, 1997).
Konsumsi gulai daging domba tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
terhadap kerja jantung. Rataan dan simpangan baku frekuensi jantung tikus yang
mengkonsumsi gulai daging domba adalah 211,0 ± 23,5 kali per menit. Nilai tersebut
masih berada pada batas normal. Menurut Malole dan Pramono (1989) frekuensi
jantung tikus 250-450 kali per menit. Hal tersebut diduga karena kadar lipida dalam
darah ditransportasikan oleh lipoprotein dengan baik, sehingga berdampak pada kerja
jantung dalam memompakan darah dan berdetak secara normal. Jantung akan
memompakan darah secara normal, jika volume darah yang dibutuhkan normal,
artinya tidak diperlukan frekuensi denyut jantung yang tinggi untuk menghasilkan
volume darah yang sesuai dengan kebutuhan. Guyton dan Hall (1997) menyatakan
bahwa semakin tinggi frekuensi jantung setiap menit maka semakin banyak darah
yang dapat dipompakan.
Gulai daging domba dikonsumsi sesuai kebutuhan tikus, sehingga menye-
babkan laju pernafasan normal, karena pola konsumsi oksigen dalam pernafasan
mengikuti pola konsumsi pakan. Rataan dan simpangan baku laju pernafasan tikus
yang mengkonsumsi gulai daging domba adalah 150,3 ± 15,0 kali per menit.
Menurut Margi (2005) laju pernafasan normal pada tikus adalah 71-146 kali per
menit. Komposisi ransum dalam penelitian ini disusun sesuai dengan kebutuhan tikus
percobaan, sehingga tidak menyebabkan laju pernafasan menjadi lebih tinggi.
Menurut Guyton dan Hall (1997), asupan makanan harus selalu cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Konsumsi makanan yang berlebihan dapat
meningkatkan metabolisme oksigen.

23
Kadar Trigliserida, Kolesterol Total, Kolesterol HDL
dan Kolesterol LDL
Konsumsi gulai daging domba yang terkandung dalam pakan tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol HDL dan
kolesterol LDL darah tikus. Hasil rataan dan simpangan baku kadar trigliserida,
kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah tikus percobaan dapat
dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Kadar Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL,


Kadar Trigliserida Darah dan Indeks Atherogenik
Parameter yang Diamati Kontrol Gulai Daging Domba
Kadar Kolesterol Total (mg/dl) 107,0 ± 8,0 110,0± 5,6
Kadar Kolesterol LDL (mg/dl) 54,5 ± 7,5 49,9± 4,4
Kadar Kolesterol HDL (mg/dl) 38,3 ± 4,9 38,0 ± 2,6
Trigliserida (mg/dl) 70,7 ± 29,9 110,3 ± 38,3
Indeks Atherogenik 1,8 ± 0,2 1,9 ± 0,2

Berdasarkan hasil analisis statistik, konsumsi gulai daging domba tidak


berpengaruh nyata terhadap kadar trigliserida darah tikus. Rataan dan simpangan
baku kadar trigliserida tikus yang mengkonsumsi gulai daging domba adalah sebesar
110,3 ± 38,3 mg/dl, nilai rataan tersebut masih dalam kisaran kadar trigliserida tikus
normal yaitu 26-145 mg/dl (Malole dan Pramono, 1989). Hal tersebut dipengaruhi
oleh kandungan bahan pangan terutama lemak dan karbohidrat dalam pakan. Rataan
konsumsi lemak kasar tikus yang mengkonsumsi gulai daging domba adalah 0,63
gram/ekor/hari. Lemak pangan yang tersimpan dalam bentuk trigliserida diangkut
oleh lipoprotein darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh, selain lemak, kandungan
karbohidrat dalam pakan juga merupakan bahan untuk terjadinya lipogenesis yang
menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Proses ini akan mengakibatkan
kelebihan kalori dan akan diubah menjadi trigliserida yang dibawa melalui aliran
darah. Sumber karbohidrat dalam pakan sebagian besar berasal dari tepung maizena.
Menurut Damron (2003) kadar trigliserida dalam darah dipengaruhi oleh kadar
lemak yang dicerna dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh,
selain itu Katan et al. (1997) dan Connor et al. (1997) menyatakan bahwa
kandungan karbohidrat yang tinggi dalam pakan dapat meningkatkan kadar

24
trigliserida dalam darah, selain itu konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat
berkontribusi pada peningkatan hipertrigliseridemia (Parks et al., 2000).
Nilai rataan kadar kolesterol total darah tikus yang mengkonsumsi gulai
daging domba masih berada pada kisaran kadar kolesterol darah tikus normal.
Kisaran kadar kolesterol darah tikus menurut Malole dan Pramono (1989) adalah 40-
130 mg/dl. Gulai daging domba mengandung kolesterol sebesar 81 mg/g. Kolesterol
yang dikonsumsi oleh tikus percobaan dalam penelitian ini adalah sebesar 3,6
mg/ekor/hari selama 20 hari tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
kolesterol darah tikus percobaan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hartoyo dan Astuti (2002) yaitu pemberian kolesterol dalam pakan
sebesar 4 mg/g selama 28 hari tidak berpengaruh pada kolesterol total, trigliserida,
kolesterol HDL serta kolesterol LDL darah tikus.
Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa gulai daging domba dengan
kandungan kolesterol sebesar 81 mg/g masih dalam batas aman bagi kesehatan dan
tidak berkontribusi terhadap terjadinya atherosklerosis. Menurut Hu et al. (2001)
kolesterol yang terkandung dalam pakan berlebih dapat menyebabkan terjadinya
atherosklerosis. Hal lain yang menyebabkannya adalah tubuh tikus memiliki
mekanisme homeostasis untuk mempertahankan kadar kolesterol tetap normal
meskipun asupan kolesterol dari pakan bervariasi. Menurut Linder (2006) Kolesterol
yang berasal dari pakan dapat menghambat pembentukan kolesterol dari dalam
tubuh.
Konsumsi gulai daging domba tidak berpengaruh nyata terhadap kadar
kolesterol LDL dan kolesterol HDL darah tikus. Nilai rataan kadar kolesterol LDL
darah tikus masih tergolong normal yaitu ≤130 mg/dl (Wormser, 2004) serta nilai
rataan kadar kolesterol HDL tikus tergolong normal, yaitu diatas kadar kolesterol
subjek penderita jantung koroner yaitu ≥ 35 mg/dl (Asztalos et al., 2000). Rataan dan
simpangan baku kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL darah tikus yang diberi
pakan gulai daging domba masing-masing adalah sebesar 49,9 ± 4,4 mg/dl dan 38,0
± 2,6 mg/dl, serta nisbah kolesterol LDL/ kolesterol HDL darah tikus yang diberi
pakan gulai daging domba adalah sebesar 1,3. Nisbah LDL/HDL dapat digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui tingkat atherosklerosis, sehingga pada diet anti

25
atheroghenik lebih ditekankan pada penurunan LDL lebih daripada penurunan HDL
(Wolf, 1996).
Kadar kolesterol HDL dan kolesterol LDL darah dipengaruhi oleh lemak
dalam bahan pangan yang dikonsumsi oleh tikus. Kadar kolesterol LDL dan
kolesterol HDL darah tikus yang mengkonsumsi gulai daging domba menurun
masing-masing sebesar 8,4 % dan 0,78 %. Kondisi tersebut dapat disebabkan karena
gulai daging domba dibuat menggunakan daging domba yang telah mengalami
proses trimming, proses tersebut dapat menurunkan kandungan lemak gulai daging
domba. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Traianedes et al. (1990) bahwa
konsumsi daging yang telah di-trim sangat efektif dalam menurunkan total kolesterol
plasma terutama kolesterol LDL.
Rataan konsumsi lemak kasar tikus yang mendapat perlakuan pakan gulai
daging domba lebih rendah daripada tikus kontrol. Rataan konsumsi lemak kasar
masing-masing tikus perlakuan yaitu sebesar 0,63 gram/ekor/hari dan 0,71
gram/ekor/hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi lemak merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol LDL plasma darah, sesuai
dengan pernyataan Grundy (1991) bahwa kadar kolesterol LDL darah tergantung
pada konsumsi lemak dari pakan. Lemak yang dikonsumsi merupakan bahan dasar
dalam biosintesis kolesterol yang akan diangkut oleh lipoprotein LDL dan HDL.
Penurunan kadar kolesterol LDL menyebabkan jumlah sekresi kolesterol LDL ke
hati yang diangkut oleh HDL menurun. LDL mengangkut 65% kolesterol dari hati ke
seluruh jaringan tubuh sedangkan HDL mengangkut 20% kolesterol ke hati untuk
disekresikan (Muchtadi et al.,1993).

Indeks Atherogenik
Nilai rataan dan simpangan baku hasil perhitungan indeks atherogenik tikus
yang mengkonsumsi gulai daging domba 1,9 ± 0,2 dan ditampilkan pada Tabel 6.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi pakan mengandung gulai domba
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap resiko atherosklerosis. Nilai indeks
atherogenik tikus masih dibawah batas ideal, yaitu < 4,5 (Sihombing, 2003). Hal
tersebut disebabkan oleh konsumsi daging domba memenuhi kebutuhan nutrisi tikus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sauvaget et
al. (2004) bahwa konsumsi daging yang berlebih dapat menjadi faktor terjadinya

26
atherosklerosis, karena daging kaya akan asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang
tinggi dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan karena beresiko pada
pembentukan plak di arteri yang menyebabkan terjadinya atherosklerosis.
Nilai Indeks atherogenik juga dipengaruhi oleh kadar kolesterol HDL. Kadar
kolesterol HDL tikus yang mengkonsumsi gulai daging domba mengalami
penurunan, sehingga hal tersebut diduga yang menyebabkan nilai indeks atherogenik
tikus yang mengonsumsi gulai daging domba mengalami peningkatan sebesar 5,5 %,
selain itu menurut hasil penelitian Carlson dan Bottiger insiden terjadinya
atherosklerosis berkorelasi positif dengan konsentrasi trigliserida (Parks dan
Hellerstein, 2000), hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu kadar
trigliserida dan nilai indeks atherogenik tikus yang mengkonsumsi gulai daging
domba mengalami peningkatan masing-masing sebesar 56 % dan 5,5 %.

27
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan bagi Nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga serta sahabatnya hingga akhir jaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mudakir, Ibu Ernawati,
Adik-adikku (Endah Dwi Nakirakanok, Malinda Putri Etis dan Mumtaz Riz Qiyada),
H. Ellyono, Hj. Manisah, keluarga Ida Faridah, keluarga Ekawati, Sutandi sekeluarga
serta keluarga besar tercinta yang telah banyak membantu baik materi, motivasi, doa
serta kasih sayang yang tiada henti-hentinya yang diberikan untuk penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Tuti Suryati S.Pt., M.Si. dan
Zakiah Wulandari S.TP., M.Si. selaku dosen pembimbing dan kepada Dr. Ir Bagus P.
Purwanto M.Agr sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu serta membantu penulis dalam penyusunan
usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Ucapan terimakasih kepada
dosen penguji Ir. Sri Rahayu, M.Si. dan Dr.Ir. Nahrowi MS. atas saran serta masukan
yang diberikan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada Tim kolesterol (Dini
Maharani, Rohmah Retno Wulandari, Juliansyah Sudrajat, Auma Irama, dan Aziz
Bahaudin), Fitria Bunga Yunita, Rindu Dara Amanda, Mira Hotri, Muqqita,
Barlianty Jannah, Rayi Anggororatri, Andhini Nurul Fatimah, Eninta, Nuraini, Lies
Monalisa, Niki Indriani, Arini Taroreh, Desty Setyowati, Cristina, Tresnia
Purwantari, Stefani, rekan-rekan THT, keluarga besar IKC (Irna Melvyana, Heru,
Pifit Fitri Sa’diah, Bachtiar) dan keluarga besar HIMAPROTER yang telah
memberikan bantuan serta semangat. Kepada seluruh staf dan teknisi bagian THT,
Fakultas Peternakan serta staf pegawai Departemen IPTP.
Terakhir penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh civitas akademika
Fakultas Peternakan, Institut pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andreoli T.E., J.B. Bennet, C.J. Carpenter, dan F. Plum. 1993. Cecil Essentials of
Medicine. 3rd ed. WB. Saunders Company, Philadelphia.
Aguilar-Salinas, C. A., G. Olaiz, V. Valles, J. M. Ríos Torres, F. J. Gómez Pérez, J.
A. Rull, R. Rojas, A. Franco, dan J. Sepulveda. 2001. High prevalence of low
HDL cholesterol concentrations and mixed hyperlipidemia in a Mexican
nationwide survey. J. Lipid Res. 42: 1298–1307.
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of Association of Official Analytical
Chemists. Agricultural Chemystry, Washington DC.
Assman, G., dan H. Schulte. 1992. Relation of high-density lipoprotein cholesterol
and triglycerides to incidence of atherosclerotic coronary artery disease (The
PROCAM Experience). Am.J. Cardiol. 70: 733–737.
Asztalos, B., M. Lefrevre, L. Wong, T.A. Foster, R. Tulley, M. Windhauser,
W.Zhang, dan P.S. Roheim. 2000. Differential response to low-fat diet
between low and normal HDL-cholesterol subjects. Journal of Lipid
Research 41: 321-328.
Baker, H.J., J.R. Linsey dan S.H. Wiesbroth. 1980. Research Application. Vol.II.
Academic Press, New York.
Biauw A.S. 1977. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Boyer, R. F. 2002. Concepts in Biochemistry. 2nd Edition. Thomson Learning, lnc.,
New York.
Campbell, J.R., M.D. Kenealy dan K.L. Campbell. 2003. Animal Science. The
Biology, Care and Production of Domestic Animals. Mc GrawHill Company,
Inc., New York.
Carron, M. N., Igoni, J.A. Larrauri, A. Garcia-Alonso dan F-Saura-Calixto. 1999.
Reduction in serum total and HDL Cholesterol concentration by a dietary
fiber and Polyphenol-rich grape product in hypercholesterolemic rats.
J.Nutr.Res.19 (9): 1371-1381.
Connor, W. E. dan S. L. Connor. 1997. Should a low-fat, high-carbohydrate diet be
recommended for everyone?. N. Engl. J. Med. 337:562-563.
Cunningham J.G. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. WB Sanders Company,
Phyladelphia.
Damron, W. S. 2003. Introduction to Animal Science: Biological, Industry
Perspective. Prentice Hall, New Jersey.
Davis, C.E., D. Gordon, J. La Rosa, P.D.S. Wood, dan M. Halperin. 1980.
Correlations of plasma high-density lipoprotein cholesterol levels with other
plasma lipid and lipoprotein concentrations: The Lipid Research Clinics
Program Prevalence Study. Circulation. 62(4):24-30.
Franson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan: Srigandono, B dan
K. Praseno. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Rivew of Medical
Physiology). Edisi 14. Terjemahan : Patrus Andrianto. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Ginsberg, H. N., P. K. Etherton, B. Dennis, P. J. Elmer, A. Ershow , M. Lefevre, T.
Pearson, P. Roheim, R. Ramakrishnan, R. Reed, K. Stewart, P. Stewart, K.
Phillips, dan N. Anderson. 1998. Effects of reducing dietary saturated fatty
acids on plasma lipids and lipoproteins in healthy subjects. Arteriosclerosis,
Thrombosis, and Vascular Biology, American Heart Association, Inc.
18:441-449.
Grundy, S. M. 1991. Multiffactorial etiology of hypercholesterolemic: implication
for prevention of corony heart disease. artheriosclerosis and thrombosis.
Am.J.Cardiol. 11:1619-1635.
Guyton, A. C., dan J.E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Setiawan
I., Ken A. T., Alex S., Terjemahan: Setiawan S., Editor. Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta.
Harper, H. A., V. W. Rodwell dan P. A. Mayes. 1984. Rivew of Physiologycal
Chemistry. 17th Ed. CV ECG, Jakarta.
Hartoyo, A. dan M. Astuti. 2002. Aktivitas antioksidatif dan hipokolesterolemik
ekstrak teh hijau dan teh wangi pada tikus yang diberi ransom kaya asam
lemak tidak jenuh ganda. J. Tekenologi dan Industri Pangan. 8(1):78-85
Harvard School of Public Health. 2004. Fats and Oils. http://www.fats.html. [19
Januari 2008].
Hawab, M., M. Bintang dan E. Kustaman. 1989. Biokimia Lanjutan. Penuntun
praktikum. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Herpandi. 2005. Aktivitas hipokolesterolemik tepung rumput laut pada tikus
hiperkolesterolemia. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Howard, B.V., D. C. Robbins, M.L. Sievers, E.T. Lee, D. Rhoades, R.B. Devereux,
L.D. Cowan, R.S. Gray, T.K. Welty; O.T. Go, dan W.J. Howard. 2000. LDL
cholesterol as a strong predictor of coronary heart disease in diabetic
individuals with insulin resistance and low LDL. Arteriosclerosis,
Thrombosis, and Vascular Biology, American Heart Association, Inc.
20:830-835
Hu, F.B., J.E. Manson, dan W.C. Willett. 2001. Types of dietary fat and risk or
coronary heart disease : a critical review Am.J.Nutr. 20(1): 5-19.
Inazu A., J. Koizumi, H. Mabuchi, K. Kajinami, dan R. Takeda. 1992. Enhanced
cholesteryl ester transfer protein activities and abnormalities of high density
lipoproteins in familial hypercholesterolemia. Hormone Metab Res. 24:284-
288.
Katan, M.B., S.M. Grundy, dan W.C. Willet. (1997). Beyond low-fat diets. N.Engl.J.
Med. 337:563-567.

31
Knopp, R.H. 1999. Drug treatment of lipid disorders (Review). N Engl.J.Med.
341:498–511.
Lawrie, R.A. 1998. Meat Science. 6th Edition. Woodhad Publishing Ltd., Cambridge.
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Terjemahan M. Thenawidjaja.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Linder, M.C. 2006. Biokimia Nutrisi dan metabolisme (dengan pemakaian secara
klinis). diterjemahkan oleh A. Parakkasi. UI Press, Jakarta.
Lloyd. L.E., B.E. Mc. Donald, dan E.W. Crampton. 1978. Fundamental of Nutrition
2nd Edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.
Malole, M.B.M. dan C.S.U. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Edisi
kedua. IPB Press, Bogor.
Mayes, P.A. 1996. Lipid transport and storage. dalam Murry R.K., D.K. Granner.,
P.A. Mayes., dan V.W. Rodwell (eds). Harper’s Biochemistry. Prentice –
Hall International, lnc., London.
Medicastore. 2002. Lipid.
http://www.medicastore.com/nutracare/isi_choless.php?isi_choless=kelainan
_lipid [12 April 2008].
Miller M., L.A. Mead, P.O. Kwiterovich, dan T.A. Pearson. 1990. Dyslipidemias
with desirable plasma total cholesterol levels and angiographically
demonstrated coronary artery disease. Am.J. Cardiol. 65:1-5.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, Bogor.
Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Sumber,
Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Naland, H. 2003. Kombucha Teh Ajaib Pencegah Dan Penyembuh Aneka Penyakit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
National Research Council. 1978. Nutrient Requirements of Laboratory Animals. 3rd
Revised Edition. National Academy of Sciences, Washington.
Niedziólka, R., K. P-Lendzion dan E. Horoszewicz. 2005. Comparison of the
chemical composition and fatty acids of the intramuscular fat of goat kid and
ram lamb meat. Electron. J. Polish Agric. Univ. 8 (3): # 11
NIH Consensus Conference. 1993. Triglyceride, high-density lipoprotein and
coronary heart disease. JAMA 10: 269-505.
Oberman, A. 2000. Hypertriglyceridemia and coronary heart desease. The Journal of
Clinical Endocrinology and Metabolism 85(6): 2098-2105.

32
Parks, E.J. dan M.K. Hellerstein. 2000. Carbohydrate-induced hypertriacyl-
glycerolemia: historical perspective and review of biological mechanisms.
Am.J.Clin. Nutr. 71(2):412-433.
Povey R. 2000. Memantau Kadar Kolesterol Anda. Terjemahan: Anton Adiwiyoto.
Sheldon Press, London.
Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi komparatif. BPFE, Yogyakarta.
Rodriguez, E., M. Gonzales, B. Caride, M.A. Lamas dan M.C. Taboada. 2000.
Nutritional value of Holothuria forskali protein and effect on serum lipid
profile in rats. J. Physiol. Biochem. 56 (1) 39-44.
Romm, P.A., C.E. Green, K. Reagan, dan C.E. Rackley. 1991. Relation of serum
lipoprotein cholesterol levels to presence and severity of angiographic
coronary artery disease. Am.J.Cardiol. 67:479-483.
Sauvaget, C., J. Nagano, M. Hayashi, dan M. Yamada. 2004. Animal protein, animal
fat, and cholesterol intakes and risk of cerebral infarction mortality in the
adult health study. AHA journals, Stroke 35: 1531-1537.
Shahidi, F. 1998. Flavour of Meat Product and Seafood. Blackie Academic and
Proffesional, New York.
Sihombing, A.B.H. 2003. Pemanfaatan rumput laut sebagai sumber serat pangan
dalam ransum untuk menurunkan kadar kolesterol darah tikus percobaan.
Skripsi. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Smaolin, L.A, dan M.B. Grosvenor. 1997. Nutrition: Science and Applications, 2nd
edition. Saunders College Publishing, New York.
Smith, J.B. dan Soesanto. 1988. pemeliharaan dan Penggunaan Hewan percobaan di
Daerah Tropis. UI Press, Jakarta.
Soeigih, R. 1995. Gangguan penyakit jantung dan Pembuluh darah. Sadar Pangan
dan Gizi. Bul. 4(3): 2-3.
Steel, R.G. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: B.
Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Strayer, L. 1981. Biochemistry. Edisi ke-2. Freeman, San Francisco.
Traianedes, Kathy, O'Dea, Kerin, Chisholm, Kerryn, Leyden, Helen, Sinclair, dan J.
Andrew . 1990. Cholesterol lowering effect of a low fat diet containing lean
beef is reversed by the addition of beef fat. Am.J. Clin. Nutr. 1(2): 9165
Vytorin. 2005. Source of Cholesterol.
http://www.vytorin.com/ezetimible_simvastatin/vytorin/consumer/source_of
_Cholesterol/index.jsp. [15 Desember 2007]
Wikipedia. 2007. Gulai. http://id.wikipedia.org/wiki/Gulai [12 desember 2007]
Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi, dan Konsumen. P.T. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Wolf, G. 1996. High fat, high cholesterol diet raises plasma HDL cholesterol :
studies on the mechanism of this effect. J. Nutr. 54: 34-35

33
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Lampiran 1.Hasil Analisis Proksimat Gulai Daging Domba dan Pakan


Kadar Abu (%) Lemak (%) Protein (%)
Sampel Air
B.Segar B.Kering B.Segar B.Kering B.Segar B.Kering
(%)
Gulai
Daging 68,11 0,96 3,01 5,95 18,66 21,84 68,49
Domba
Pakan
50.27 2.39 4.81 2.92 5.87 6.22 12,50
Kontrol
Pakan
44,73 2.65 4.46 2,43 4,40 9,33 16,88
Perlakuan

Lampiran 2. Hasil Sidik Ragam Laju Pernapasan


Sumber F tabel
db JK KT F hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 1 2,67 2,67 0,003 4,60 8,86
Galat 1 14 14531,33 1037,952 4,7 1,84 1,60
Galat 2 80 17535,33 219,1917
Total 95 32069,33

Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Detak Jantung


Sumber F tabel
db JK KT F hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 1 150 150 0,07 4,6 8,86
Galat 1 14 32244 2303,143 6,82 1,84 1,6
Galat 2 80 27024 337,8
Total 95 59418

Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam Suhu Tubuh (Rektal)


Sumber F tabel
db JK KT F hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 1 0,006 0,006 0,003 4,60 8,86
Galat 1 14 29,08 2,08 4,87 1,84 1,60
Galat 2 80 34,16 0,43
Total 95 63,25

Lampiran 5. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Darah Tikus


Perlakuan N Median Rank Z P
kontrol 3 107,0 3,0 -0.65 0,513
Gulai daging domba 3 109,0 4,0 0.65
Jumlah 6 3,5
H = 0.43 DF = 1

35
Lampiran 6. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar LDL Darah Tikus
Perlakuan N Median Rank Z P
kontrol 3 50,40 4,3 1,09 0,275
Gulai daging domba 3 48,00 2,7 -1,09
Jumlah 6 3,5
H = 1,19 DF = 1

Lampiran 7. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar HDL Darah Tikus


Perlakuan N Median Rank Z P
kontrol 3 36,00 3,5 0,00 1,00
Gulai daging domba 3 39,00 3,5 0,00 1,00
Jumlah 6 3,5
H = 0,00 DF = 1

Lampiran 8. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Kadar Trigliserida Darah Tikus


Perlakuan N Median Rank Z P
kontrol 3 65,00 2,3 -1,53 0,127
Gulai daging domba 3 105,00 4,7 1,53
Jumlah 6 3,5
H = 2,33 DF = 1

Lampiran 9. Hasil Analisis Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik


Perlakuan N Median Rank Z P
kontrol 3 1,75 3,3 -0,22 0,827
Gulai daging domba 3 1,974 3,7 0,22
Jumlah 6 3,5
H = 0,05 DF = 1

36

You might also like