You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315613548

Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi

Article · April 2017


DOI: 10.25139/jsk.v1i1.66

CITATIONS READS

3 3,786

1 author:

Daniel Susilo
Airlangga University
27 PUBLICATIONS   35 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Marketing Public Relations View project

Pengaruh Kualitas Jasa, Citra Perusahaan dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Keputusan Pengambilan Produk Kredit Mikro View project

All content following this page was uploaded by Daniel Susilo on 24 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL STUDI KOMUNIKASI
Volume 1 Ed 1, March 2017 Page 62- 72

Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu


Komunikasi

Daniel Susilo
Universitas dr. Soetomo, Indonesia
daniel.susilo@unitomo.ac.id

ABSTRAK
Artikel ini merupakan studi literatur terhadap pengembangan pendekatan terbaru dalam mengurai masalah
– masalah dalam Ilmu Komunikasi. Etnometodologi sebagai suatu pendekatan yang muncul dalam era akhir
Sosiologi modern belum cukup banyak diadopsi oleh ilmuwan Komunikasi di Indonesia. Berbanding
terbalik dengan Fenomenologi yang telah mendapat sambutan luas di kalangan akademisi Indonesia. Dalam
studi literatur ini mencoba mengeksplorasi kemungkinan – kemungkinan masalah – masalah komunikasi
yang dapat dipecahkan dengan metode Etnometodologi. Kesimpulan dari artikel ini adalah terbukanya
peluang adopsi etnometodologi sebagai variasi baru perkembangan Metode Penelitian Komunikasi di
Indonesia.
Kata Kunci: Etnometodologi, Penelitian Komunikasi, Metode Baru

ABSTRACT
This article would to challenging with literature about new approach to solve the communications science
issue. Ethnometodology as an emerging approach in the era of the modern Sociology has not been
sufficiently widely adopted by Communications Academician in Indonesia. Inversely proportional to the
phenomenology that has enjoyed widespread acceptance among academics Indonesia. In this literature
study tried to explore the possibilities of a communication problems can be solved by ethnometodology as
research method. The conclusion of this article is the possibility of adoption of Ethnometodologi as a new
variety in Communication Research Methods at Indonesia.

Keywords: Ethnomethodology, Research on communication, new methods

62
PENGANTAR dilakukan individu dilakukan sehari –
hari dan relatif tanpa berpikir (Ritzer
Tidak banyak ilmuwan sosial di
2014, 302). Hal ini menjadi fokus utama
Indonesia yang memahami
Etnometodologi tidak pada struktur,
Etnometodologi sebagai suatu kajian
namun memfokuskan bagaimana
ilmu sosial yang interdisipliner. Tidak
individu membangun kesadaran dan
banyak buku – buku yang diterbitkan
pemahaman akan struktur.
yang secara khusus membahas
etnometodologi. Dibandingkan dengan Artikel ini akan memaparkan
saudara sebangsanya, Fenomenologi, alur anatomi berpikir Etnometodologi
Etnometodologi masih jarang diketahui sebagai Metode yang dapat diadopsi
oleh mahasiswa maupun akademisi sebagai metode penelitian komunikasi.
dalam rumpun ilmu – ilmu sosial. Pendekatan studi literature digunakan
dalam mengaji pembahasan ini
Harold Garfinkel,
memperkenalkan etnometodologi
sebagai suatu kajian dan metode untuk
DISKUSI
pertama kalinya pada 1967, lewat
karyanya yang berjudul: “Studies in Etnometodologi: Periode Permulaan

Etnomethodology”. Karya tersebut Istilah Etnometodologi muncul


langsung mendapat kritikan secara terus sebagai istilah yang dicetuskan
menerus dari para akademisi sosial. Garfinkel pada berbagai seminar dan
Respon – respon awal yang diterima pertemuan American Sociological
Etnometodologi sangat pedas dan Association 1954 (Amal 2010, 185).
menyebabkan Garfinkel disingkirkan Gagasan – gagasan Garfinkel tersebut
dari percaturan akademisi sosial (Lihat menarik banyak perhatian mahasiswa
Heritage 2015, 383 – 385). dan kolega Garfinkel lainnya. Pada

Etnometodologi menurut periode selanjutnya, Garfinkel menyebut

Garfinkel (dalam Ritzer 2014, 302) Etnometodologi sebagai suatu kajian

memusatkan perhatian pada organisasi empiris yang dapat berdiri sendiri dan

sehari – hari. Etnometodologi mandiri (Garfinkel dan Wieder 1992

berpadangan bahwa kegiatan yang dalam Hilber 2012, 256).

63
Perkembangan etnometodologi permasalahan konseptual yang menjadi
sebenarnya relatif baru bila topik utama sosiologi, isu ini ialah
dibandingkan dengan pendekatan mengenai tindakan sosial, hakekat
struktural fungsional dan interaksionis- intersubjektivitas dan pembentukkan
simbolis yang sudah mapan. Pendekatan pengetahuan secara sosial. Grafinkel
etnometodologi memiliki ragam yang mengeksplorasi bidang ini melalui sifat-
berbeda, karena subject matternya sifat dasar dan penalaran praktis. Studi
adalah berbagai jenis perilaku dalam ini di maksudkan untuk memisahkan
kehidupan sehari-hari sehingga banyak antara teori tindakan dari kesibukan
muncul kajian lanjutan sesuai dengan tradisionalyang bergulat dengan masalah
disiplin ilmu tertentu. Etnometodologi motivasi.
dengan analisis percakapannya tidak
Garfinkel lalu menyimpulkan
dapat dipungkiri juga memberi pengaruh
bahwa jikalau tindakan—tindakan sosial
yang besar dalam agenda penelitian
sehari-hari dibangun di atas premis
komunikasi. Khususnya menyangkut
rasionaliitas ilmiah, maka hasilnya
konsep percakapan sebagai suatu bentuk
bukan sebuah aktivitas melainkan
interaksi.
ketidak aktifan, disorganisasi dan anomi
Orang sering mengira (inactivity, disorganization and anomie).
etnometodologi adalah suatu metodologi Dengan usulan yang terakhir ini
baru dari etnologi, sering juga Garfinkel menetapkan sebuah wilayah
dipertukarkan dengan etnografi. baru bagi kajian sosial; studi tentang
Etnometodologi yang diperkenalkan sifat-sifat penalaran akal-sehat praktis
oleh Harold Garfinkel adalah suatu ranah dalam situasi tindakan sehari-hari.
ilmiah yang unik, sekaligus radikal Usulan ini mengandung penolakan
dalam kajian ilmu sosial. Dikatakan penggunaan rasionalitas ilmiah sebagai
radikal karena dikenal keras dalam titik sentral perbandingan untuk
mengkritik cara-cara yang dilakukan menganalisis penalaran sehari-hari.
para sosiolog sebelumnya.
Studi ini mendorong analis untuk
Garfinkel sepanjang hayatnya memperkirakan semua komitmen
memfokuskan mengenai permasalahan- apapun kepada versi tertentu struktus-

64
struktur sosial sebelumnya (termasuk Hilber (2012: 263-264) jika Parson
versi yang di pegang analis dan berpusat pada pemikiran – pemikiran
pertisipan sendiri) untuk mendukung yang bertujuan pada pemecahan
penyelidikan tentang bagaimana “masalah keteraturan tatanan sosial”
petisipan menciptakan, merangkai, (problem of social order). Bila Parson
memproduksi dan memproduksi berkutat pada struktur, eksperimen –
struktur-struktur sosial yang didalamnya eksperimen Garfinkel memverifikasi
mereka berorientasi. Ini disebut empiris terhadap teori – teori Parson
Ethnometodological indifference yang diderivasi secara analitis (Hilber
(Garfinkel dan Sack:1970). Jadi di 2012: 265).
lapisan dasarnya studi ini adalah studi
tentang penalaran praktis dan tindakan
praktis, menahan diri untuk tidak Etnometodologi: Perjalanan Panjang

melakukan penilaian yang berefek dalam Eksplorasi Teori Sosial

mendukung atau menolak hal tersebut. Dalam 50 tahun terakhir,

Sasaran Etnometodologi adalah beberapa penemuan sosial dan kajian –

deskripsi mendetail tentang praktek- kajian kemasyarakatan telah banyak

praktek sosial yang terorganisasikan disumbangsih oleh metodologi

secara alamiah, seperti observasi- Etnometodologi (Hilber 2012:255).

observasi di dalam ilmu alam, bias di Etnometodolog telah berhasil membuka

reproduksi, diperiksa, dievaluasi dan wawasan – wawasan teraktual dalam

membentuk dasar bagi studi dan penelitian – penelitian empiris yang

penyimpulan yang alamiah. memperkaya teori – teori umum.

Etnometodologi sendiri dalam Sekalipun pertegangan diantara para

perdebatan Ilmu Sosial dianggap ilmuwan sosial mengenai perlu tidaknya

mengoreksi pandangan – pandangan etnometodologi dimasukkan dalam teori

Parson dalam hal – hal yang bersifat – teori sosial sehingga mampu

adaptif, dapat dikatakan etnometodologi dimasukkan dalam teori – teori umum

fleksibel dalam perkembangan (Hilber 2012:255).

fenomena – fenomena sosial (Hilber


2012: 259-262). Dalam komparasinya,

65
Jika paham – paham sosiologi Prof. Engkus Kuswarno, Guru Besar di
pra-etnometodologi berbicara banyak Universitas Padjadjaran.
mengenai Struktural Fungsional klasik
Garfinkel disaat awal merancang
(Ritzer 2013:21-27) yang berkutat pada
etnometodologi, juga sedang mendalami
pandangan – pandangan sempit analisis
fenomenologi Alfred Schutz pada New
sosial yang berbasiskan realitas sosial,
School For Social Research. Para ahli
Etnometodologi menghadirkan
sosial menengarai Etnometodologi yang
anggapan dasar yang membalikkan itu
dicetuskan Garfinekl sedikit banyak
semua. Struktur bukan menjadi
dipengaruhi gaya fenomenologi Schutz.
persoalan mendasar dalam kacamata
Asumsi dasar etnometodologi dan
Etnometodologi, yang memfokuskan
fenomenologi dapat dikatakan serupa.
pada analisis percakapan dan bagaimana
Schutz menganggap bahwa dunia
“si tolol” memaknai sesuatu.
keseharian adalah dunia inter subjektif
Kebaharuan menjadi titik kunci yang dimiliki bersama orang lain dan
memahami studi – studi etnometodologi. bergantung dengan siapa kita
Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi berinteraksi.
misalnya, Etnometodologi menjadi
Garfinkel secara khusus tidak
sesuatu yang asing dan tidak lazim
mempersoalkan persoalan – persoalan
digunakan. Sekalipun salah satu kajian
mikro dalam proses penelitian
Etnometodologi berfokus pada analisis
etnometodologi. Dalam pandangan
percakapan, dan Percakapan antar
Amal (2010:208), Garfinkel
manusia merupakan objek penelitian
memasukkan realitas dan perspektif
komunikasi, etnometodologi menjadi
yang Definisi Sosial Mikro (DS-Mi).
suatu paradigma baru dalam eksplorasi
Fokus etnometodologi yang tidak
sosial. Perkembangan keilmuan
berpusat pada level makro membuat
Komunikasi di Indonesia baru sampai
gagasan – gagasan Garfinkel dalam
tahap Adopsi Metode Fenomenologi,
etnometodologi menarik dicermati.
saudara dekat dari Etnometodologi.
Etnometodologi memusatkan pada
Gagasan – gagasan penggunaan
proses pemaknaan interaksi dan cara
Fenomenologi di Indonesia dibawa oleh
aktor menstrukturkan tindakan sosial

66
dalam realitas sehari – hari. Lompatan studi – studi setting institusional.
lokus etnometodologi memusatkan pada Pendekatan Setting Institusional dalam
bagaimana tafsir atau definisi sosial kajian – kajian ilmu sosial konvensional
subjek penelitian dalam memaknai berpusat dalam struktur, aturan formal,
struktur secara bersama –sama. dan prosedur resmi. Pemikiran –
pemikiran Garfinkel pada pencetusan ide
Etnometodologi sebagai praktik
– ide awal Etnometodologi dipusatkan
keseharian dapat diklasifikasikan
pada kegiatan seperti di dalam rumah,
sebagai penelitian kualitatif yang
dan kemudian bergeser dalam setting
memfokuskan pada kesadaran, persepsi,
institusional seperti pengadilan, klinik,
dan tindakan aktor dalam kesehariannya
dan kantor polisi (Ritzer 2012: 306).
ataupun juga perbuatan yang sudah
dianggap suatu kelazimannya. Dalam Dalam penelitian
perjalanannya, etnometodologi etnometodologi model setting
mengalami penolakan sedemikian rupa institusional memperhatikan secara
dalam rupa – rupa kritikan tajam para khusus pada struktur, aturan formal, dan
sosiolog yang membuat Etnometodologi prosedur resmi dalam mendeskripsikan
menjadi sesuatu yang diasingkan dalam perilaku subjek penelitiannya (Ritzer
percaturan akademis. 2012: 306). Sebagai penelitian yang
bersifat kualitatif namun empiris,
Garfinkel tetap memperhatikan
Mengenal Varian Penelitian bagaimana subjek memaknai unsur –
Etnometodologi (1): Studi Setting unsur tersebut. Ritzer (2012: 306)
Institusional menjelaskan bahwa para etnometodolog

Ritzer (2015: 13) menjelaskan berpegang pada prinsip unsur – unsur

bahwa pada mulanya Garfinkel dan diluar sebuah organisasi (kelompok)

koleganya menggarap Etnometodologi tidak akan cukup mampu menerangkan

dalam kerangka yang santai dan non- apa yang sebenarnya terjadi dalam

institusional (homey feeling). Oleh sebuah institusi tersebut. Orang tidak

sebab itu, studi – studi terdahulu dalam ditentukan oleh pihak – pihak (unsur –

etnometodologi berlangsung dengan unsur) diluar sebuah kelompok, subjek


yang melakukan proses penciptaan

67
makna dalam institusi tersebut. Mengenal Varian Penelitian
Etnomedolog juga mempercayai bahwa Etnometodologi (2): Analisis
subjek didalam sebuah kelompoklah Percakapan
yang memaknai bahwa sebuah
Selain varian setting
kelompok/ institusi diciptakan bukan
institusional, para etnometodolog juga
hanya menyelesaikan tugas – tugas
mengenal varian analisis percakapan
keseharian mereka, namun juga
(conversation analysis). Para
membentuk sebuah institusi itu sendiri.
Etnometodolog memahami bahwa
Untuk mepermudah memahami percakapan adalah roh dasar untuk
konsep ini, peneliti memberikan contoh memahami studi – studi etnometodologi.
dalam sebuah rumah sakit, tingkat Zimmerman dalam Ritzer (2012: 307)
wabah sebuah penyakit di rumah sakit menjelaskan bahwa “Percakapan adalah
yang disusun oleh petugas medis di aktivitas interaksi yang menunjukkan
rumah sakit bukan semata – mata akibat aktivitas yang stabil dan teratur yang
petugas medis tersebut mengikuti merupakan kegiatan yang dapat
kriteria sakit atau pengetahuan akan dianalisa”. Lokus dari penelitian analisis
penyakit yang disusun oleh rumah sakit percakapan adalah konten percakapan
sebagai konsekuensi melekat karena itu sendiri, bukan faktor – faktor
profesinya. Paramedis lebih eksternal yang membatasi percakapan.
memanfaatkan prosedur yang
Model Analisis Percakapan
berlandaskan pemikiran mereka untuk
adalah model variasi etnometodologi
memutuskan mana – mana gejala yang
paling utama dalam perkembangan
langsung dapat digolongkan sebagai
etnometodologi. Model analisis
bagian dari wabah penyakit tersebut.
percakapan memusatkan hubungan antar
Jadi pengalaman, penafsiran, dan rekam
ucapan dalam sebuah percakapan.
medis berguna untuk analisa kejadian
Analisis percakapan bahkan secara tidak
berikutnya.
langsung menjadi model etnometodologi
yang paling kaya menyumbangkan
literatur dan contoh – contoh nyata

68
bagaimana etnometodologi sosial yang mendasari sebuah perilaku
diimplementasikan. interaksi sosial, yakni harapan – harapan
maupun prosedur – prosedur yang
Sacks (1984: 26) menjelaskan
dilakukan, diproduksi, dan dipahami
dalam penelitian model analisis
oleh subjek dalam interaksi. Sedari
percakapan, lokus yang menjadi inti
permulaan, analisis percakapan
penelitian adalah bagaimana peneliti
berkembang dalam dua macam dimensi,
secara metodologis berhasrat mengamati
dimana dimensi pertama yang
detil – detil suatu institusi (kelompok)
dikembangkan Grafinkel dan Sacks akan
dari interaksi percakapan yang yang
pemahaman yang bersifat deskriptif
muncul secara alami yang patuh pada
yang pada periode mula – mula berfokus
uraian – uraian formal. Sacks dan timnya
pada komunikasi – komunikasi di pusat
mempelajari analisis percakapan dengan
– pusat pencegahan bunuh diri (Heritage
pola – pola interaksi yang biasa (tidak
2015: 444).
dilembagakan/ terstruktur). Analisis
percakapan dapat secara mendalami Dimensi lainnya lahir dari
interaksi – interaksi “yang tak kasat penelitian yang berfokus pada
mata” ataupun yang “belum terjamah” pengurutan interaksi dan
dalam metode – metode sebelumnya. diorganisasikan. Dimensi kedua inilah
Analisis percakapan yang menyentuh yang mempengaruhi banyak publikasi –
dimensi percakapan sehari – hari, publikasi etnometodologi selanjutnya.
menjadi metode yang paling fleksibel
Etnometodologi sendiri memiliki
bagi seorang peneliti untuk menyingkap
lima prinsip dasar guna menganalisis
apa – apa “yang dianggap biasa” ataupun
percakapan. Prinsip pertama dalam
dianggap “remeh temeh” namun
melakukan penelitian etnometodologi
memiliki implikasi signifikan dalam
adalah peneliti harus mengumpulkan
eksistensi subjek maupun institusi.
percakapan dan menganalisis secara
Heritage (2015: 443) rinci. Data – data yang dirincikan bukan
menjelaskan bahwa tujuan pokok semata – mata kata – kata maupun
analisis percakapan adalah membuka kalimat – kalimat, namun termasuk
selubung kompetensi – kompetensi kenampakan – kenampakan nonverbal

69
yang muncul dalam percakapan tersebut rangkaian percakapan yang utuh.
seperti meraung – meraung, murung, Disebabkan rangkaian percakapan yang
tertawa, terbahak – bahak, mendesis, utuh ini, Zimmerman menyebutnya
berpantun, dan lain sebagainya. sebagai organisasi yang teratur.

Prinsip yang kedua yang Prinsip kelima menyatakan


dilakukan adalah menjadikan bahwa rangkaian interaksi percakapan
percakapan yang detil itu sebagai dikelola atas dasar tempat atau
pencapaian tujuan secara teratur. Bisa bergiliran. Dengan dilandasi oleh
diartikan sebagaimana seseorang dalam pendapat Heritage yang membuat
sebuah struktur akan berusaha sebaik perbedaan antara jenis percakapan yang
mungkin tata aturan dalam ditentukan konteks dan jenis percakapan
berkomunikasi sehari hari melalui proses yang diperbaharui konteks. Percakapan
percakapan. yang terdahulu pernah dilakukan yang
menjadi bagian dari topic pembicaraan
Prinsip ketiga yang selanjutnya
percakapan dalam konteks berikutnya.
adalah keteraturan dalam struktur inilah
yang menjadi fokus dalam sebuah Asumsi mendasar dari analisis
penelitian. Pelaku pelaku yang diamati percakapan ini adalah seperti yang
dalam sebuah struktur dikondisikan dikemukakan oleh Gibson, bahwa
untuk tetap bersikap alami dalam percakapan merupakan perwujudan dari
interaksi interaksinya. Hal ini akan hubungan komunikasi secara personal.
memudahkan bagi peneliti untuk bisa Percakapan adalah bentuk interaksi yang
mengamati prilaku prilkau yang muncul paling cair dan mudah meresap. Inilah
sebagai bentuk kesadaran sebagai bagian yang menjadikan percakapan adalah
daripada struktur itu sendiri. bagian penting dari prosedur dan praktik
komunikasi yang paling terorganisasi
Prinsip keempat berbunyi
(Gibson, 2000).
kerangka percakapan yang fundamental
adalah organisasi yang teratur. Ini
dimaksudkan bahwa percakapan
memiliki kerangka atau konsep konsep
pesan inti yang merupakan episteme

70
KESIMPULAN and Amal, M.K. Anatomi dan
Perkembangan Teori Sosial.
Pemikiran – pemikiran Garfinkel
Malang: Aditya Media.
yang mengkritisi gaya khas Talcot
Parson yang khas dengan struktur, Gibson, D. R. (2000). Seizing the
menjadikan nafas baru dalam penelitian moment: The problem of
ilmu – ilmu sosial. Dengan berfokus conversational agency.
pada setting institusi dan analisis Sociological Theory, 18(3), 368-
percakapan, Garfinkel tidak hanya 382.
melihat perilaku manusia dalam
Hakim, M.L. (2010). Etnometodologi:
organisasi semata – mata sebagai suatu
Perkembangan dan
rutinitas, namun jauh kedalam
Perdebatannya. In Suyanto, B.,
melihatnya sebagai bagian dari
and Amal, M.K. Anatomi dan
pemaknaan.
Perkembangan Teori Sosial.
Adopsi Pemikiran – pemikiran Malang: Aditya Media.
Garfinkel tentang Etnometodologi dapat
Hilber, R.A. (2012). Etnometodologi
memberikan oase segar pada stagnansi
dan Teori Sosial. In Turner, B.S.
perkembangan metode penelitian
Teori Sosial dari Klasik sampai
komunikasi di Indonesia. Gagasan
Postmodern. Yogyakarta:
mengenai analisis percakapan dapat
Pustaka Pelajar.
dikembangkan dengan konsep – konsep
teori sosial lainnya seperti habitus milik Heritage, J.C. (2015). Etnometodologi.

Bourdieu maupun dekonstruksi milik In Giddens, A. and Turner, J.

Derrida dalam menganalisis Komunikasi (eds). Social Theory Today:

Antar Pribadi, maupun juga pengajian Panduan Sistematis, Tradisi, dan

media dan studi kebudayaan. Tren Terdepan Teori Sosial.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, G. (2008). Eksplorasi dalam


REFERENSI
Teori Sosial. Yogyakarta: Kreasi
Amal, M. K. (2010). Etnometodologi Wacana.
Harold Garfinkel. In Suyanto, B.,

71
Ritzer, G. (2015). Etnometodologi dalam Ritzer, G. (2014). Teori Sosiologi
Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kreasi Modern. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Wacana. Kencana.

TENTANG PENULIS

Daniel Susilo – Dosen Matakuliah Desain penelitian dan Komunikasi Kontemporer di


Universitas dr. Soetomo. Saat ini tengah meneliti kajian gender dalam media dengan
metode etnometodogi.

72

View publication stats

You might also like