You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan etiologi, terdapat berbagai jenis luka, antara lain luka gores, luka memar,
luka tusuk.luka sayat, luka lecet, luka insisi, luka tembus dan luka bakar. Berdasarkan waktu ,
di bagi menjadi luka akut dan kronik. Setiap jenis luka memiliki tahap-tahap penyembuhan
luka yang sama yaitu fase inflamasi plorirelatif dan remodeling. Proses penyembuhan luka
memerlukan reaksi seluler, molekuler, dan biokimiawi yang kompleks dan di pengaruhi oleh
beberapa faktor eksterna dan interna (robbin & cotran 2007).
Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik, luka bias
terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya
hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak,
jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan
dikenal trauma tumpul dan trauma tajam.
Setiap orang pasti pernah mengalami luka, namun hanya sedikit dari mereka yang
menyadari bahwa luka memerlukan penganan yang baik dan tepat. Luka yang tidak
menyadari bahwa luka memerlukan penanganan yang baik dan tepat. Luka yang tidak
mendapatkan perawatan yang semestinya dapat berakibat fatal Luka bakar adalah suatu
trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien Luka Trauma?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Ashuan Keperawatan pada Luka Trauma.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Luka Trauma
b. Untuk mengetahui Etiologi Luka Trauma
c. Untuk mengetahui Klasifikasi Luka Trauma
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Luka Trauma
e. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Luka Trauma
f. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Luka Trauma
g. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Luka Trauma
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan
tentang Luka Trauma.
2. Mahasiswa
Manfaat penulisan makalah ini bagi mahasiswa adalah sebagai sumber pembelajaran,
sumber referensi, pengetahuan dalam penatalaksanaan Luka Trauma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagai jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan
hewan (R.Sjamsu Hidayat,1997).
Luka trauma adalah kerusakan atau cedera yang mengenai jaringan lunak kulit. Luka
trauma termasuk luka lecet, laserasi, penetrasi, memar, tusukan dan gigitan (Suriadi, 2015).
Luka trauma adalah cedera meliputi fisik dan psikis seseorang dan bias mengenai
jaringan lunak kulit, seperti luka lecet, laserasi, penetrasi, memar, luka akibat tusukan, gigitan
dan juga luka bakar (Suriadi, 2015 & Musliha, 2010).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).
Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja sehingga
menyebabkan luka (Amro, 2006).
B. Etiologi
Penyebab trauma dapat disebabkan oleh banyak hal, namun disini ada 2 penyebab yang
paling umum adalah :
1. Mekanik
Benda tajam merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi tajam
atau runcing misalnya
a. Luka iris
b. Luka bacok
c. Luka tusuk
d. Benda tumpul
e. Ledakan atau tembakan (luka karena tembakan senjata api)
2. Non mekanik
Bahan kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat misalnya
a. Trauma fisika akibat dari suhu panas contohnya adalah luka bakar.
b. Luka akibat suhu tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer,
heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan heat cramps.
c. Luka akibat suhu rendah Luka akibat suhu rendah Derajat Luka yang terjadi pada kulit
karena suhu dingin diantaranya hyperemia, edema dan vesikel.
d. Luka akibat trauma listrik.
e. Luka akibat petir.
f. Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001).
C. Klasifikasi
Jenis-jenis atau tingkatan pada luka adalah :
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Luka bersih (Clean Wounds)
Adalah luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi)
dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika diperlukan dimasukkan drainase
tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds)
Termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan
besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna. Pada kategori ini juga
termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
d. Luka kotor (Dirty or Infected Wounds)
Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka superfisial (Non-Blanching Erithema)
Adalah luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka partial thickness
Adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.
Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka full thickness 1
Adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan
yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka full thickness 2
Adalah luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi / kerusakan yang luas.
3. Luka berdasarkan sifat kejadian
a. Luka disengaja
Luka disengaja adalah luka yang terkena radiasi atau pembedahan.
b. Luka tidak disengaja
Luka tidak disengaja adalah luka yang terkena trauma. Luka ini dibagi menjadi dua
bagian yaitu luka terbuka dan luka tertutup.
4. Berdasarkan kategori
a. Accidental
b. Luka bedah
5. Berdasarkan integritas kulit
a. Luka terbuka
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau selaput jaringan rusak, kerusakan terjadi
karena kesengajaan seperti operasi, dan bisa juga terjadi karena ketidaksengajaan
(kecelakaan).
b. Luka tertutup
Luka tertutup adalah luka dimana jaringan yang ada pada permukaan tidak rusak seperti
keseleo, terkilir, dan patah tulang.
6. Berdasarkan tingkat keparahannya, luka dibagi menjadi beberapa luka khusus yaitu sebagai
berikut:
a. Abrasi / Luka lecet
Abrasi adalah goresan akibat terjadinya gesekan dengan benda lain. Goresan tersebut
menyebabkan hilangnya epitel dan lapisan kulit epidermis. Kulit yang luka lecetnya
kemasukan benda tajam lain memungkinkan luka semakin parah. Misalnya, kemasukan
pasir, serpihan kerikil dan aspal.
b. Luka memar
Luka memar disebabkan akibat benda tumpul yang menyebabkan bengkak,
biru/kemerahan dijaringan subkutan. Luka memar jika dilihat sekilas memiliki warna
hitam kebiruan. Apabila dibiakan selama dua hari, memar akan berubah warna menjadi
kekuningan. Sebagian memar luka bias hilang dan sembuh sendiri, namun ada juga ynag
perlu disembuhkan, jika tidak akan menyebabkan pembengkakan pada jaringan fascial.
c. Luka sayat / Laserasi
Luka laserasi merupakan luka akibat teriris atau tersayat benda tajam. Bisa jadi karena
pisau, kaca dan pecahan kaca, benda tajam tersebut mengenai sampai lapisan dalam.
d. Luka bakar
Luka bakar disebut dengan kombusio, luka bakar ini disebabkan oleh banyak faktor.
Diantaranya disebabkan oleh zat kimia, suhu tinggi, sinar matahari, nyala api, radiasi, dan
juga disebabkan oleh zat dingin seperti es kering.
e. Luka tusuk / tembus
Dikatakan luka tusuk karena luka menusuk hingga bagian dalam kulit. Luka tusuk terlihat
sepele, namun dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Luka untuk dapat
menyebabkan kemasukan bakteri kedalam luka, sehingga perawat perlu melakukan
pemeriksaan, apakah tusukan kemasukan kotoran atau benda lain.
f. Abses
Luka abses bias ditimbulkan gigitan serangga, luka tusukan, dan folikel rambut yang
terinfeksi. Pus tidak mengalir melalui kulit sehingga menyebabkan kulit menjadi
tenganga dan memar.
g. Avulsi
Avulsi termasuk cedera ketika degloving kulit dipisahkan secara komplit dari jaringan
yang ada pada dasar luka. Avulsi dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Jaringan yang
mengalami luka avulsi bias kehabisan darah, karena jenis luka ini memang mengeluarkan
banyak darah.
h. Subungual hematon
Luka akibat pukulan langsung pada ujung jari yang dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah dibawah kuku. Pembuluh darah yang pecah dapat mengakibatkan
pengumpulan darah. Pada umumnya kuku yang terluka akan memperlihatkan kuku
tampak hitam, kebiruan dan dapat mengakibatkan kuku mati dan lepas.
i. Luka tembak
Luka yang memiliki resiko kematian jika peluru yang masuk mengenai bagian vital. Luka
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan dan organ yang terkena peluru. Bahkan peluru
dapat menghancurkan tulang dan menyebabkan cedera lebih parah. Luka tembak harus
segera ditindak lanjuti secara cepat, agar tidak kehabisan darah.
j. Luka akibat gigitan
Luka akibat gigitan memiliki potensi besar bakteri masuk ke luka. Jangka panjangnya
akan menimbulkan infeksi. Oleh sebab itu jika mengalami gigitan hewan segera diberi
antivirus seperti hepatitis atau rabies.
D. Patofisiologi
Jika ada sesuatu kekuataan eksternal di benturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga, dan terjatuh dari ketinggian).
Maka beratnya merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan objek
statis (yang di tubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang
akan menimbulkan disrupsi jaringan tubuh. Elastilitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemapuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walapun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma
yang terjadi tergantung pada seberapa jauh gaya yang ada, akan dapat melewati ketahanan
jaringan kompenen lain yang harus di pertimbangkan dalam bahaya trauma adalah posisi
tubuh relative terhadap permukaan benturan.
E. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang mungkin muncul diantaranya meliputi:
1. Nyeri
2. Luka terbuka
3. Mual dan muntah
4. Edema
5. Pusing
6. Disorientasi atau kebingungan
7. Metabolisme meningkat
8. Hilangnya kesadaran
9. Merasa kedinginan seiring menurunnya suhu tubuh.
Salah satu bahaya terbesar dari trauma adalah trauma tidakselalu menyebabkan
gejala yang terlihat. Bias saja seseorang terlihat baik-baik saja dari luar namun sebenarnya
ia telah mengalami perdarahan atau kerusakan organ didalam tubuh.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksan rongent
Pemeriksaan rongent sevikal lateral, anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang
harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma. Munhkin berguna untuk mengetahui
udara ekstraluminal diretroperitonium atau udara bebas dibawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomy segera.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb deprlukan untuk base-line data bila terjadi pendarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematocrit, pemeriksaan leokosit yag melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinannya rupture lienalis. Serum amylase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pancreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang dioperasi dan disangsikan adanya
trauma pada hepar dan retroperitonium.
G. Penatalaksanaan
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan
biaya perawatan. Pemilihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman
terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka
lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga
NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
mahal.
1. Non Medika Mentosa
a. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris. Pencucian luka yang seksama 2 hingga 3 kali sehari akan
membuang sekret yang tercemar bakteri. Beberapa langkah yang harus diperhatikan
dalam pembersihan luka yaitu:
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati
dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
3) Berikan antiseptic
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi local.
5) Bila perlu lakukan penutupan luka.
b. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas
tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam. Benang dapat
dibedakan menjadi dapat diserap dan tidak dapat diserap. Benang yang dapat diserap
merupakan material sintetis seperti asam poliglikolat atau material biologis seperti
“catgut” biasa. Benang yang dapat diserap biasanya dibenamkan. Benang yang tidak
dapat diserap digunakan untuk kulit, dan dapat digunakan pada jaringan subkutan,
fasia dan memperbaiki orgain lain.
c. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal. Hindari penutupan primer pada luka terinfeksi dan
meradang, luka kotor, gigitan hewan dan manusia, luka remuk yang berat dan
terabakan. Penutupan plester menurunkan risiko terinfeksi dibanding penjahitan dan
dapat dipertimbangkan untuk luka berisiko tinggi.
d. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi,
mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai
fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
e. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
f. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Luka
1. Anamnesa
a. Tanggal dan waktu pengkajian: Untuk mengetahui perkembangan penyakit
b. Biodata : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat.
c. Keluhan utama
d. Riwayat kesehatan: Kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, status kesehatan
keluarga dan status perkembangan.
e. Aktivitas sehari-hari.
f. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan kulit
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui metode
inspeksi dan palpasi.
a. Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka) seperti:
1) Adanya perdarahan
2) Proses inflamasi (kemerahan dan pembengkakan).
3) Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaksi inflamasi pada saat pembekuan
berkurang).
4) Adanya parut atau bekas luka akibat fibroblast dalam jaringan granulasi
mengeluarkan kolagen yang membentuknya serta berkurangnya ukuran parut yang
merupakan indikasi terbentuknya koloid.
b. Melihat adanya benda asing.
c. Melihat ukuran, kedalaman dan lokasi luka.
d. Adanya drainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap dan nyeri pada daerah luka.
B. Kasus pada Luka Trauma
Contoh Kasus:
Riwayat Penyakit Sekarang:
±2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang mengendarai sepeda
motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor klien menabrak truk yang ada di
depannya. Klien terjatuh dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah
kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi setelah
beberapa saat di rumah, klien merasa perut sebelah kanan sampai punggung dan terasa sesak
nafas. Oleh keluarga di antar ke IGD.
1. PemeriksaanFisik Head To Toe
a. Kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan
kesegala arah, pupil isokor, sklera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis, hidung
simetris tidak ada secret.
b. Leher
Tidak ada kaku kuduk
c. Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri sama
Palpasi : Fremitus vokal kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
d. Abdomen
Inspeksi : Terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
Auskultasi : Peristaltik usus 7x/menit
Palpasi : Tidak ada pembesaran hati
Perkusi : Pekak
e. Ekstremitas
Ekstermitas atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.
2. Analisis data
No Data Etiologi Problem
1. DS : - Klien mengatakan sesak nafas. Penurunan ekspansi Pola nafas tidak
- Klien mengatakan perut paru efektif
sebelah kanan terasa ampeg
DO : - Klien gelisah
R : 26x/menit
2. DS: -Klien mengatakan perut sebelah Trauma Abdomen Nyeri akut
kanan sakit
P : bila bergerak dan bernafas
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut sebelah kanan
S :7
T : hilang timbul
DO : - Klien tampak mengerang-
erang menahan sakit.
- Terdapat luka lecet dan jejas
pada abdomen sebelah
kanan

3. Ds : Klien tampak meringis menahan Luka non-penetrasi Resiko infeksi


sakit abdomen
Do : - Terdapat luka lecet pada perut
kanan.
- Terdapat jejas dan hematoma
pada abdomen sebelah kanan
Hb : 14,5 g/dl
Leukosit : 12,1 103/ul

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan feses.

4. Intervensi dan rasional


No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola nafas 1. Untuk menentukan
keperawatan selama 1x15 2. Kaji tanda vital intervensi yang
menit, pola nafas efektif 3. Posisikan klien semi tepat.
Dengan KH : fowler. 2. Mengetahui
- Klien mengatakan sesak 4. Beri oksigen sesuai perkembangan
nafas berkurang indikasi klien.
- Klien rileks 3. Mengurangi sesak
Pernafasan normal : 20-24 nafas.
x/mnt 4. Mengurangi sesak
nafas.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Untuk menentukan
keperawatan 1x10 menit, nyeri 2. Jelaskan penyebab intervensi yang
teratasi nyeri tepat.
Dengan KH : 3. Beri posisi nyaman 2. Untuk
- Klien mengatakan nyeri 4. Ajarkan teknik menenangkan klien
berkurang/hilang relaksasi dan keluarga.
- Klien tenang tidak 5. Kolaborasi pemberian 3. Meningkatkan
mengerang-erang kesakitan analgetik kenyamanan klien.
Skala nyeri 1-3 4. Mengurangi
ketegangan otot
sehingga
mengurangi nyeri.
5. Analgetik berfungsi
menghilangkan
nyeri

3. Setelah dilakukan tindakan 1. Pasang kateter 1. Untuk mengurangi


keperawatan 1x20 menit, tidak 2. Pasang NGT aktivitas klien.
terjadi infeksi 3. Pasang trail pada 2. Untuk mengetahui
Dengan KH : tempat tidur klien adanya perdarahan
- Tidak ada tanda-tanda 4. Ajurkan keluarga dalam.
infeksi. untuk menemani klien 3. Menurunkan resiko
- Tidak ada perdarahan 5. Monitor hasil cidera.
- Suhu tubuh normal : 36-37 laboratorium terutama 4. Memenuhi
Hb kebutuhan klien.
6. Kolaborasi pemberian 5. Mengetahui
antibiotik perkembangan
klien.
6. Mencegah infeksi

5. Implementasi dan evaluasi


Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Pola nafas tidak 1. Mengkaji pola S : - klien mengatakan sesak
efektif berhubungan nafas klien nafas berkurang
dengan ekspansi 2. Memposisikan - klien mengatkan lebih
paru klien semi fowler nyaman
3. Memberikan O : 24x/menit
nasal kanul A : masalah teratasi
2L/menit P : lanjutkan intervensi

2. Nyeri berhubungan 1. Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan nyeri


dengan adanya nyeri sedikit berkurang
trauma abdomen 2. Memberikan O : - Klien masih gelisah
atau luka panetrasi injeksi ketorolak - Klien masih tampak
abdomen 2ml merintih kesakitan
3. Mengajarkan A : Masalah teratasi sebagian
nafas dalam bila P : Lanjutkan intervensi
nyeri timbul
3. Resiko tinggi infeksi 1. Memasang S :-
b/d kontaminasi kateter O : - Urine jernih tidak ada
bakteri 2. Memasang NGT perdarahan.
3. Mengambil - Volume urine 200cc
sample darah - Keluaran NGT cairan
4. Memasang trail bersih
tempat tidur - Hb : 14,5 g/dl
5. Memonitor NGT A : Masalah teratasi sebagian
6. Memberikan P : Lanjutkan intervensi di
injeksi cefotaxim bangsal
1g
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terjadinya suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit dimana terjadinya
kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.
Jakarta, EGC.

Johnson, Ruth, Taylor. 1997. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta, EGC.

Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
Illustrated Guide. USA, Boston, Little Brown.

Kozier, Barbara. 1995. Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition,
Menlo Park, Calofornia.

Oswari E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta, Gramedia.

Potter. 2000. Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like