You are on page 1of 17

CLASSROOM MANAGEMENT TALK: From Theory to Practice

Abstract
This research aimed at giving descriptive accounts of (1) the TEFL II students’
theoretical understanding of classroom management talk in the forms of the taught
transactional expressions in English, (2) their ability to apply the management talk using
the transactional expressions in their peer teaching, and (3) the state of their attitudes
toward the management talk using the transactional expressions. The subjects of the
research consisted of four parallel classes, 133 students, attending TEFL II subject in
2012. The research instruments used were essay test, observation checklist entailing
video recording, attitude scales, and interview. The teaching scenario consisted of three
phases, namely beginning the class, running the class, and ending the class in which the
students practiced the taught transactional expressions in manging the class. The findings
showed that the students had good theoretical acquisition of the classroom management
talk in English which went along with good performance in using them in their peer
teaching, and they also had very highly positive attitudes toward the classroom English
management talk.

References

Hughes, Glyn; Josephione Moate, and Tiina Raatikainen,(2007). Practical Classroom


English. Oxford:Oxford University Press.
Mc Leod, Joyce, Jan Fisher, and Ginny Hoover. (2003). The Key Elements of Classroom
Management: Managing Time, Space, Student Behavior, and Instructional
Strategies. Alexanda:Virginia USA
Rasyid, Muhammad Amin. (2011). Bahasa Pengelolaan Kelas Bahasa Inggris Berbasis
Tahapan Kegiatan Kelas. Laporan Penelitian: Universitas Negeri Makassar

Biodata
Lead presenter: Dr. Maemuna Muhayyang, M.Pd. was born 05 July 1974 in Ma’rang
Pangkep South Sulawesi, Indonesia. She is a lecturer at English Education Program,
Faculty of Languages and Literature, State University of Makassar, Indonesia. E-mail:
maemarasyid@yahoo.co.id

Co-presenter: Prof. Dr. Muhammad Amin Rasyid, M.A. was born 07 June 1955 in
Gilireng Wajo South Sulawesi, Indonesia. Lecturer at English Education Program,
Faculty of Languages and Literature, State University of Makassar, Indonesia. E-mail:
muhammadaminrasyid_unm@yahoo.com

1
Pendahuluan

Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengajaran di kelas Jurusan Bahasa


Inggris menjadi sebuah tuntutan dalam interaksi kelas untuk membiasakan mahasiswa
berkomunikasi dan berinteraksi dengan bahasa Inggris, dan pada kesempatan yang sama
akan membangun dan membina interaksi kelas yang memberi ruang kepada mahasiswa
untuk menyerap input menjadi intake sekaligus menjadi model penggunaan bahasa
Inggris yang baik. Ujaran bahasa Inggris dosen tidak hanya berfungsi sebagai input tetapi
juga sebagai pelingkung pengembangan bahasa mahasiswa. Sebagai pelingkung bahasa,
ujaran bahasa dosen menjadi rujukan untuk ditiru dan dikembangkan oleh mahasiswa.
Sebagai rujukan, ujaran bahasa Inggris dosen menampilkan sejumlah variasi penggunaan
bahasa, misalnya memerikan, menjelaskan, bertanya, atau memberi instruksi. Dengan
demikian, fungsi-fungsi bahasa Inggris tersebut harus menjadi input dan model bagi
mahasiswa yang sekaligus mampu menumbuhkuatkan semangat belajar dan menjadikan
interaksi kelas sebagai media komunikasi mereka untuk berbahasa Inggris.
Pemodelan fungsi-fungsi bahasa Inggris tersebut memudahkan mahasiswa
berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman-temannya untuk melakukan hal yang
serupa karena adanya pengalaman penggunaan bahasa yang tersimpan dalam memori
mereka. Hal ini akan terwujud kalau bahasa pengajaran yang digunakan dosen sesuai
dengan kompetensi, pengalaman dan kecakapan bahasa mahasiswa. Penyesuaian bahasa
dosen dengan kompetensi mahasiswa diharapkan mampu memicu dan memacu motivasi
mahasiswa untuk mempelajari dan berupaya semampu mungkin untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang bahasa Inggris. Sehubungan dengan hal ini, Noni (1994:1)
menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dosen dalam proses belajar mengajar
seyogyanya jelas, terpahami, dan bebas kesalahan (mistake-free). Oleh karena itu, bahasa
Inggris dosen sebagai input pemerolehan bahasa dan model bentuk-bentuk bahasa harus
memiliki karakteristik pelafalan, diksi, dan tata bahasa yang tepat yang senantiasa
berperan sebagai rujukan dalam membentuk dan mempercepat perkembangan bahasa
mahasiswa khususnya bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Berkenaan dengan peran dosen sebagai penginput dan pelingkung pengembangan
bahasa Inggris mahasiswa, Program Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan

2
Sastra Universitas Negeri Makassar, mempunyai misi untuk menyiapkan dan membekali
mahasiswanya dengan kemampuan dan performansi yang berkualitas dan sikap positif
untuk mengajarkan dan mengelola kelas bahasa Inggris sebagai bahasa asing di mana
pun mereka ditempatkan sebagai tenaga pengajar bahasa pada masa yang akan datang.
Untuk tujuan ini, sejumlah mata kuliah proses belajar mengajar (PBM) bahasa
Inggris dipersiapkan. Salah satu di antara mata kuliah PBM tersebut adalah mata kuliah
Teaching English as a Foreign Language (TEFL). Salah satu bagian esensial mata kuliah
TEFL ini yang sangat penting untuk dikuasai oleh mahasiswa adalah Practical English
for Classroom Management. Oleh karena itu, penggunaan bahasa pengelolaan kelas
bahasa Inggris (management talk in English) oleh dosen/guru, tidak hanya disajikan
secara teoritis tetapi juga diaplikasikan oleh mahasiswa dalam proses belajar mengajar
melalui peer teaching sebagai pengalaman empiris yang disertai dengan pernyataan
sikap mereka terhadap bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris tersebut.
Dengan menyadari hal tersebut di atas, peneliti berkesimpulan bahwa langkah
kongkrit melalui suatu usaha yang terencana, sistematik, dan ilmiah tentang bahasa
pengelolaan kelas bahasa Inggris dosen menjadi suatu kebutuhan penyerapan, aplikasi
dan penyikapan positif oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,
khususnya di Jurusan Bahasa Inggris FBS UNM.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif- kualitatif dengan desain metode


penelitian yang bersifat eksplorasi yang mengumpul data kuantitatif lebih awal sebagai
pendukung data kuantitatif yang menggunakan pembahasan lebih mendalam. Penelitian
ini mengkaji secara kualitatif dan kuantitatif daya serap mahasiswa terhadap bahasa
pengelolaan kelas dosen dalam interaksi kelas bahasa Inggris sebagai input bermakna
terhadap pengembangan bahasa Inggris mahasiswa, dan sejauh mana mahasiswa
mengaplikasikan secara tepat, fasih dan terpahami bahasa pengelolaan kelas tersebut
dalam peer teaching. Penelitian ini juga menggunakan proses induktif dalam analisisnya
sehingga tidak akan menguji suatu hipotesis, tetapi menghimpun bagian-bagian yang
terkait dalam suatu abstraksi..

3
Data penelitian diambil dari dua sumber, yakni (a) ujaran bahasa pengelolalan
kelas dosen mata kuliah TEFL 2 dan ujaran mahasiswa peserta mata kuliah TEFLyang
melaksanakan peer teaching, yang terdiri atas 4 (empat) kelas paralel dengan jumlah
mahasiswa sebanyak 133 orang secara keseluruhan, dan (b) pendapat, perasaan, dan
prilaku mahasiswa peserta mata kuliah TFL 2 terhadap implementasi bahasa pengelolaan
kelas yang telah diajarkan kepadanya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tes esei, observasi
kelas, skala sikap, dan interviu.
Tes esei digunakan untuk mengetahui daya serap mahasiswa terhadap bahasa
pengelolaan kelas. Tes esei diberikan setelah mahasiswa mengikuti kuliah tentang
Management Class, yang membahas tentang bahasa pengelolaan kelas dalam bahasa
Inggris sesuai dengan fase-fase penggunaan bahasa pengelolaan kelas. Observasi kelas
dengan checkl list, yang dilengkapi dengan rekaman video, digunakan untuk
mengumpulkan data tentang bahasa pengelolaan kelas yang digunakan mahasiswa dalam
peer teaching. Skala sikap digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sikap
mahasiswa terhadap bahasa pengelolaan kelas yang digunakan dosen dan yang digunakan
oleh mahasiswa itu sendiri dalam peer teaching. Data untuk skala sikap dikumpulkan
setelah semua kelompok dari empat kelas paralel melaksanakan peer teaching. Interviu
digunakan untuk menguatkan data yang diperoleh melalui observasi, skala sikap dan tes
(triangulasi). Interviu dilaksanakan sesudah tes esei dan skala sikap diberikan. Materi
interviu disesuaikan dengan hal-hal yang dianggap perlu mendapatkan klarifikasi
langsung dari mahasiswa terhadap hasil tes dan skala sikap.

Data yang diperoleh melalui observasi kelas dan interviu dianalisis dengan metode
deskriptif; data yang diperoleh melalui skala sikap ditabulasi kemudian diperingkatkan;
dan data yang diperoleh melalui tes diskor kemudian ditentukan reratanya.

Hasil Penelitian dan Pembahasannya


Hasil penelitian ini meliputi tiga hal penting sebagai berikut.

4
a. Daya serap mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012
tentang ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris menunjukkan penguasaan
teoritis materi yang tinggi dengan rerata 78.66 Angka rerata ini menurut Buku
Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Negeri Makassar tahun 2010
berada pada kategori Baik (B), yakni berada pada rentangan 76 – 90.

b. Kemampuan aplikasi ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris mereka yang
diperoleh melalui kegiatan peer teaching menunjukkan penguasaan aplikasi yang
tinggi dengan rerata skor 76.53 (Baik).

c. Sikap mereka terhadap ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris sangat tinggi,
yakni 45.44. Angka rerata ini berada pada rentangan 40 – 50 yang dijadikan acuan
penelitian ini.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Daya serap mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012
tentang ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris
Daya serap mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012
tentang ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris melalui tes esei menunjukkan
penguasaan teoritis materi yang tinggi dengan rerata 78.44 (B=Baik). Rerata tingkat
penguasaan teoritis yang dicapai ini pada hakikatnya sangat menggembirakan. Namun,
kalau dicermati lebih jauh, ternyata masih tersisa sejumlah mahasiswa yang pada
dasarnya hanya mencapai penguasaan yang Cukup, bahkan ada yang masih berada pada
rentangan penguasaan yang Kurang dan Sangat Kurang. Mahasiswa yang berada pada
kategori Kurang dan Sangat Kurang tersebut diberikan kesempatan untuk memperbaiki
peringkatnya melalui interviu. Materi interviu yang diberikan mencakup bagian-bagian

5
yang mereka belum kuasai pada tes esei yang telah diikuti sebelumnya. Hasil akhir yang
dicapai secara keseluruhan tertera pada tabel berikut.

Tabel 1. Frekuensi dan Persentase Perolehan Skor Daya Serap Bahasa Pengelolaan Kelas
Bahasa Inggris Mahasiswa Peserta Mata Kuliah TEFL II Tahun Akademik 2011-
2012
No Rentang Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 91 – 100 A = Sangat Baik 11 8.27

2 76 – 90 B = Baik 66 49.62

3 61 – 75 C = Cukup 46 34.59

4 51 – 60 D = Kurang 6 4.51

5 ≤ 50 E = Sangat Kurang 4 3.01

Total 133 100

Agregasi persentase mahasiswa yang memperoleh skor yang berada pada


rentangan 76 - 90 dan rentangan 91 – 100 mencapai 57.99%. Prestasi ini menunjukkan
penguasaan yang baik. Sisanya, yang memerlukan pembinaan penguasaan Structure
secara serius adalah sebesar 7.52%; dan 34.59% yang memerlukan latihan pemantapan
penguasaan Structure secara berkelanjutan.
Tes esei yang diberikan kepada mahasiswa tersebut adalah mengenai
transactional expressions of Management Talk yang telah dikuliahkan dan yang
digunakan oleh dosen pengampu mata kuliah TEFL II dalam mengelola kelas TEFL.
Pada hakikatnya, jawaban tertulis mereka yang memperoleh skor 40, 50, 60 dan 65 secara
komunikatif terpahami, tetapi tidak terungkap secara akurat menurut tatabahasa bahasa
Inggris. Contoh kesalahan-kesalahan yang sangat mendasar yang mereka buat dalam
jawaban tes eseinya adalah sebagai berikut:

No Tertulis Seharusnya Tahapan Penggunaan Bahasa

6
Pengelolaan Kelas

1 I am new teacher here. I am a new teracher here. Meeting a new class

2 Let me to mention your Let me call your name … Calling the roll
name … . .
3 Why are you come Why are you late? Dealing with lateness
late?
4 Is anyone can tell …? Can anyone tell … ? Beginning with Revision

5 Let’s we begin our Let’s begin our class. Starting something new
class.
6 I want tell you about… I want to tell you about Telling objectives
. ….
7 Are you get the point? Did you get the point? Checking understanding

8 Are you finish? Are you finished? Checking Progress

9 I want give you I want to give you Setting homework


homework. homework
10 No more write. Stop writing. Stopping work

2. Kemampuan mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012 dalam
aplikasi ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris melalui kegiatan peer teaching
yang dilaksanakan dalam team teaching menunjukkan penguasaan aplikasi yang tinggi,
yakni 76.53 (Baik). Kalau kita bandingkan dengan kemampuan teoretis yang mereka
capai, hasilnya tidak terlalu jauh berbeda, yakni 78.44. untuk kemampuan teoritis, dan
76.53 untuk kemampuan penerapan. Kedua skor capaian ini masih berada pada katergori
yang sama, yakni kategori Baik, seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 2. Frekuensi dan Persentase Kemampuan Daya Serap dan Aplikasi Bahasa
Pengelolaan Kelas Bahasa Inggris Mahasiswa Peserta Mata Kuliah TEFL II
Tahun Akademik 2011- 2012

No Rentangan Skor dan Frekuensi Persentase (%)

7
Kategori
Daya Serap Aplikasi Daya Serap Aplikasi

1 91 – 100 (A=Sangat 11 0 8.27 0


Baik)
2 76 – 90 (B=Baik) 66 76 49.62 57.14

3 61 – 75 (C=Cukup) 46 47 34.59 35.34

4 51 – 60 (D=Kurang) 6 6 4.51 4.51

5 ≤ 50 (E=Sangat 4 4 3.01 3.01


Kurang)
Total 133 133 100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan daya serap mahasiswa peserta


mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012 terhadap bahasa pengelolaan kelas
bahasa Inggris lebih tinggi daripada kemampuan applikasinya. Hal ini menunjukkan
kewajaran bahwa aplikasi/performansi adalah representasi kompetensi, walaupun
representasi tersebut tidak selalu mewakili kompetensi secara keseluruhan.

1. Semua tim sewaktu memasuki kelas menyapa kelas dengan ucapan salam keselamatan
dalam Islam, Assalamu Alaykum warahmatullahi wabaraktuh, kemudian disusul
dengan sapaan dalam bahasa Inggris, Good morning, how are you all/students/class?
secara akurat, fasih dan terpahami dengan baik. Oleh karena pelaksanaan peer teaching
berlangsung pada pagi hari, ucapan sapaan seperti Good afternoon dan Good evening
tidak pernah terucapkan selama peer teaching berlangsung.
2. Transactional expressions of meeting a new class yang digunakan oleh semua tim
terpahami, namun masih ada beberapa tim yang belum fasih. Kebelumfasihan itu pada
umumnya disebabkan oleh perasaan gugup mereka karena baru pertama kali
melaksanakan peraktek mengajar di kelas.
3. Transactional expressions of taking the register yang digunakan oleh semua tim
terpahami, namun masih ada beberapa tim yang belum fasih. Kebelumfasihan itu pada
umumnya juga disebabkan oleh perasaan gugup mereka karena baru pertama kali
melaksanakan peraktek mengajar di kelas.

8
4.Transactional expressions of dealing with lateness yang digunakan oleh semua tim
terpahami, namun masih ada beberapa tim yang belum fasih dan tidak akurat, yakni
menyimpang dari aturan tatabahasa Bahasa Inggris. Misalnya, Why are you come late?
yang seharusnya Why are you late? Kesalahan ini adalah pengulangan kesalahan yang
terdapat pada jawaban tes esei mereka. Demikian pula yang secara aturan tatabahasa
Bahasa Inggris benar, seperti, Why do you come late? Why did you come late? tetapi
secara situasional keduanya tidak tepat digunakan untuk kejadian tersebut. Yang tepat
secara situasional ditanyakan kepada seorang siswa yang terlambat adalah Why are you
late?
5. Transactional expressions of getting down to start yang digunakan oleh semua tim,
terpahami, fasih dan akurat, dan bervariasi, seperti berikut ini:
a. Well, everybody. Let’s start the lesson now.
b. All right class. I think we can start now.
c. OK, everybody. Let’s get on with the lesson now.
d. Hello everybody. Give me your sweetest smile to start the lesson.

6.Transactional expressions of beginning with revision yang digunakan oleh semua tim
terpahami, tetapi hanya ada beberapa tim yang menggunakannya secara fasih dan tepat
situasi. Ada juga beberapa tim yang menggunakannya dengan benar menurut tatabahasa
Bahasa Inggris, tetapi tidak tepat situasi. Ketidaktepatan tersebut disebabkan oleh
pengondisian mereka sebagai guru bahasa Inggris yang baru mengajar pada kesempatan
pertama di kelas yang bersangkutan, tetapi dalam transactional expressions yang
digunakan sudah melibatkan dirinya sebagai guru yang pernah mengajar kelas tersebut
sebelumnya. Misalnya, Can anyone tell us what we discussed last time? Tidak ada yang
salah pada kalimat tanya ini menurut tatabahasa Bahasa Inggris, tetapi penggunaan kata
ganti orang pertama jamak (first person plural) we memaknakan bahwa
sipembicara/sipenanya mengingklusifkan dirinya hadir bersama dengan orang yang
ditanya pada waktu yang lalu, pada hal sipembicara/sipenanya berfungsi sebagai guru
baru yang pertama mengajar kelas tersebut.

9
7. Transactional expressions of starting something new yang digunakan oleh semua tim,
terpahami, tepat dan pada umumnya fasih. Pada umumnya tim menggunakan: Well
class, our topic today is … , atau Well students, our topic today is … .
8.Transactional expressions of telling the objectives yang digunakan oleh semua tim
terpahami, namun ada beberapa tim yang masih agak kaku dalam penyampaiannya.
Objectives tersebut ditayangkan dengan menggunakan power point dengan LCD
presentation. Hanya saja ada tim yang menayangkannya secara sekilas dan kurang fasih
penyampaiannya.
9.Transactional expressions of presenting materials yang digunakan oleh semua tim
terpahami, namun ada beberapa tim yang masih gugup dalam menyampaikan materi.
Kegugupan ini disebabkan karena mereka baru pertama kali menyajikan materi dalam
kapasistasnya sebagai seorang guru.
10. Transactional expressions of making things clear/checking students’ understanding
yang digunakan tim bervariasi, terpahami, hanya kadang-kadang ada yang kurang
fasih. Variasi bentuk ujaran tersebut sebagai berikut:
a. Do you understand?
b. Understand?
c. Is everything clear?
d. Am I clear?
e. Is that clear?
f. Do you follow me?
g. Got it?
h. Any questions?
i. Please raise your hand if you don’t understand).
11. Sequencing activities, sebagai salah satu bagian bahasa pengelolaan kelas, tercantum
dalam lesson plan yang dibuat oleh masing-masing tim, tetapi tidak disertai dengan
rincian jenis kegiatan yang akan dilaksanakan selama pelajaran berlangsung.
Sehingga, pelaksanaan peer teaching, khususnya pada minggu 1 – 3 tidak ada satupun
tim (dari 12 tim ) yang menayangkan dan memberikan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh siswa selama pelajaran berlangsung. Untuk itu, dosen
pengampu mata kuliah TEFL II memberikan penekanan bahwa setelah guru selesai

10
menyajikan materi dan mengecek pemahaman siswa tentang materi yang telah
dijelaskan, guru harus memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan apa saja
yang selanjutnya akan mereka laksanakan pada tahap pemahiran (practice activity)
dan tahap penggunaan bahasa (production/use activity) agar mereka dapat memiliki
penguasaan tuntas tentang materi yang telah disajikan. Mereka harus diberikan
gambaran keseluruhan tentang apa yang mereka akan lakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah disampaikan kepada mereka. Kepada 12 tim yang telah
melaksanakan peer teaching tetapi belum merinci jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan siswa, mereka memperbaiki lesson plan yang telah dibuatnya dengan
mencantumkan rincian jenis kegiatan yang dimaksud. Sebagai contoh,
Practice Activities:
Activity 1: Describing a friend
Activity 2: Describing your most inspiring person
Production/use Activity
Activity 3: “Who Am I?” Game
12. Transactional expressions of checking the time, stopping work, clearing the class,
setting taking home assignment, dan making announcement yang digunakan oleh
semua tim pada umumnya akurat, fasih dan terpahami, khususnya bagi tim yang
melaksanakan peer teaching pada minggu ke 4-7. Mereka belajar banyak dari peer
teaching yang dilaksanakan oleh tim pada minggu 1-3.
13. Transactional expressions of ending the lesson dan yang digunakan oleh semua tim
tercatat akurat, fasih dan berkarakter keislaman seperti berikut: Let’s conclude our
meeting today by reciting Hamdallah – Alhamdulillahi rabbil alamiyn.
14. Transactional expressions of saying good bye yang digunakan oleh semua tim juga
tercatat akurat, fasih dan berkarakter keislaman seperti berikut: Good bye, Bye now
and Assalamu alaykum warahmatullahi wabarakatuh. Kalau pada waktu memasuki
kelas tercatat semua tim menyapa kelas dengan ucapan salam keselamatan dalam
Islam, Assalamu Alaykum warahmatullahi wabaraktuh, kemudian mereka
mengucapkan sapaan dalam bahasa Inggris, Good morning, how are you
all/students/class? ,maka berbeda halnya sewaktu mereka meninggalkan kelas,
mereka mendahulukan salam pisah dalam bahasa Inggris Good bye, atau Bye now,

11
kemudian mereka mengucapkan salam keselamatan bagi kaum muslimin dan
muslimat Assalamu Alaykum warahmatullahi wabarakatuh. Ini suatu bukti bahwa
mereka memodel apa yang diucapkan dan dilakukan oleh dosen pengampu mata
kuliah TEFL II tahun akademik 2100 – 2012.

3. Sikap mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun akademik 2011-2012 terhadap
ujaran bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris sangat tinggi, yakni 45.44. Angka rerata
ini berada pada rentangan 40 – 50 yang dijadikan acuan penelitian ini.

Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Skala Sikap Mahasiswa Peserta Mata Kuliah TEFL
terhadap Ujaran Bahasa Pengelolaan Kelas Bahasa Inggris Tahun Akademik
2011 - 2012
No Rentangan Skor Skala Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 40 - 50 Sangat Tinggi 132 99.25
2 31 - 39 Tinggi 1 0.75
3 29 - 30 Sedang 0
4 20 - 29 Kurang 0
5 10 - 19 Sangat Kurang 0
Rerata 133 100

Uraian di atas memaknakan bahwa 99.25 % dari jumlah mahasiswa peserta mata
kuliah TEFL II tahun Akademik 2011 – 2012, menurut pemikiran/pendapat, perasaan dan
prilaku mereka terhadap bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris, BERSIKAP POSITIF
SANGAT TINGGI, dan 0.75 % BERSIKAP POSITIF TINGGI terhadap fungsi dan
manfaat bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris. Mereka sangat setuju terhadap fungsi
dan manfaat bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris seperti tertuang dalam pernyataan
berikut:
1. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris ( Management Talk in English)
penting diketahui oleh mahasiswa Pendidikan Bahas Inggris.
2. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris perlu dilatihkan melalui peer
teaching.

12
3. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris memudahkan guru mengatur
kegiatan kelas.
4. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris mengaktifkan peserta didik
dalam kegiatan kelas.
5. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris mendisiplinkan peserta didik
dalam interaksi kelas.
6. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris membangun dan membina
karakter peserta didik untuk taat pada aturan kelas.
7. Bahasa Pengelolaan Kelas dalam bahasa Inggris membuat suasana kelas kondusif.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berikut ditarik dengan merujuk kepada hasil penelitian dan


pembahasannya.
1. Kompetensi (daya serap) mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II tahun ajaran 2011 –
2012 tentang bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris selaras dengan kemampuan
aplikasi mereka tentang bahasa pengelolaan kelas tersebut, yakni mereka yang
memiliki kompetensi tinggi akan memiliki daya aplikasi yang tinggi pula.
2. Peer teaching sebagai wadah pelatihan dan pemahiran bahasa pengelolaan kelas
bahasa Inggris adalah bahagian esensial mata kuliah TEFL II yang mempersiapkan
mahasiswa untuk mengelola kelas dengan menggunakan bahas Inggris pada waktu
mereka melakukan Peraktek Pengalaman Lapangan.
3. Sikap positif terhadap bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris akan tertanam dan
tumbuh subur dalam diri mahasiswa (pikiran, perasaan, dan prilaku mereka) kalau
mereka terlibat langsung dalam mengaplikasan bahasa pengelolaan kelas tersebut
dalam situasi yang nyata.

B. Saran

Sekaitan dengan ketiga kesimpulan di atas, maka disarankan tiga hal sebagai
berikut:

13
1. Untuk menyelaraskan kompetensi dan aplikasi/performansi mahasiswa Prodi
Bahasa Inggris tentang bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris, Management
Talk sebagai bagian Classroom Management harus dikuliahkan dan dipraktekkan
secara intensif melalui kegiatan peer teaching.
2. SKS mata kuliah TEFL I dan TEFL II yang masing- masing hanya 2 sks
dijadikan menjadi masing-masing 3 sks sehingga mahasiwa mendapatkan waktu
yang lebih banyak untuk mengaplikasikan bahasa pengelolaan kelas bahasa
Inggris. Hal ini ini disarankan pula oleh mahasiswa peserta mata kuliah TEFL II
tahun akademik 2011-2012.
3. Agar sikap mahasiswa terhadap bahasa pengelolaan kelas bahasa Inggris menjadi
positif dan tinggi, bahakan menjadi sangat positif dan sangat tinggi, mereka
memerlukan pengetahuan teoretis yang banyak dan bervariasi tentang bahasa
pengelolaan kelas bahasa Inggris, dan pengalaman aplikasi serta pengalaman
observasi terhadap kelas bahasa Inggris yang diajar oleh penutur asli bahasa
Inggris.

Kepustakaan
Allen, R. R, Kenneth L. Brown & Joanne Yatvin. 1986. Learning Language through
Communication. California: Wardsworth Publishing Company.
Blundell, Jon, Jonathan Higgins and Nigel Middlemiss. 1982. Function in English.
Oxford. CUP.
Brown, H. Douglas. 1980. Principles of Language and Teaching, London: Prentice-Hall
International, Inc.
Celce-Muria, M. 1989. Interaction and Communication in the ESOL in Classroom: A
Forum Anthology, 4:25-31
Cook, Vivian. 1989. Second Language Learning and Language Teaching. London:
Edward Arnold.
Chaudron, Craig. 1988. “How to Start a Lesson” in Newton Research on Teaching and
Learning. Cambridge: CPU.

14
Das, K. Bikram. 1987. Patterns of Classroom Interaction in Southeast Asia. Selected
Papers from the RELC Seminar on Patterns of Classroom Interaction in Southeast
Asia. Singapore: Regional Language Centre.
. 1987. Communication and Learning in the Classroom
Community. Singapore: Regional Language Centre.
Doff, A. 1988. Teach English: A Training Course for Teachers.(Teacher’s Book).
Cambridge: CPU
Juric, Slobodan. 1989. “Communicative Teaching” in Newton (ed.). English Teaching
Forum. Vol. XXVII. No. 2.
Johnson, Keith & Keith Morrow. 1981. Communicative in the Classroom: Handbook for
Language Teacher. England: Longman Group.
Lier, Van Leo. 1988. The Classroom and the Language Learner. Cambridge: Cambridge
University Press.
Littlewood, T William. 1984. Foreign and Second Language Learning. Cambridge.
Cambridge University Press.
Malamah-Thomas, Ann. 1987. Classroom Interaction. Oxford OUP.
Milal, A. Dzo’ul. 1993. Teacher Talk in EFL Classes (Thesis). Malang: Graduate Study
Program IKIP Malang.
Noni, Nurdin. 1994. The Instructional Language Used by the Lecturers in the English
Classroom Interaction at the English Department of IKIP Ujung Pandang (Thesis).
Ujung Pandang: Graduate Studies Program, Hasanuddin University.
Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. New York: Prentice Hall.
Nuril Huda. 1982. “Characteristics of Teacher Talk in Foreign Language setting” in
Adenan et all (eds.). Teflin Journal. Yogjakarta: BKS Antar Bahasa dan Sastra
Inggris di Indonesia.
Rahman, A. Qashas. 2005. A Pragmatic Study of Indonesian Speakers’ Use of Turn-
Taking Mechanisms in English Conversations. Unpublished Dissertation.
Makassar: Postgraduate Studies, Hasanuddin University.
Rahman, M. Asfah and Muhammad Amin Rasyid. 1994. Sikap, Persepsi dan Ekspektasi
Mahasiswa terhadap Profil dosen FPBS IKIP Ujung Pandang. Laporan Penelitian.
Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.

15
Rasyid Muhammad Amin, 1992. Developing Communicative Competence through
Topics of Interest and Learning Styles Using the Integrated Skills Approach.
Unpublished Dissertation. Ujung Pandang: Postgraduate Studies, Hasanuddin
University.
Rasyid, Muhammad Amin. 1992. Pengembangan Kompetensi Komunikatif Berdasarkan
Perbedaan Individu Melalui Pendekatan Keterampilan Terpadu (Laporan
Penelitian). PSULIT IKIP Ujung Pandang.
, 1993. Hubungan antara Bahasa Pengajaran dalam Bahasa Inggris
dengan Kemampuan Riseptif Bahasa Inggris Mahasiswa Semester II Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Ujung Pandang (Laporan Penelitian). PUSLIT
IKIP Ujung Pandang.
, 1994. Bentuk Pedagogik-Sosial Bahasa Pengajaran Dalam Bahasa
Inggris yang Digunakan Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS IKIP
Ujung pandang dalam Interaksi Kelas (Laporan Penelitian). PUSLIT IKIP Ujung
Pandang.
Rasyid, Muhammad Amin & Hafsah. J. Nur. 1997. Teaching English as a Foreign
Language in Indonesia: Theory, Practice, and Research. FPBS IKIP Ujung
Pandang.
Rasyid, Muhammad Amin, Nurdin Noni, dan Syahril. 1994. Bentuk Pedagogik-Sosial
Bahasa Pengajaran Bahasa Inggris yang Digunakan Dosen Jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris FPBS IKIP Ujung Pandang dalam Interaksi Kelas. Laporan
Penelitian. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Richards, J., J. Platt & H. Weber, 1987. Longman Dictionary of Applied Linguistic.
Harlow, Essex: Longman.
Rivers, M. Wilga. 1983. Communicating Naturally in a Second Language: Theory and
Practice in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Tickoo, L. Makhan. 1985. Language in Learning selected Papers from the RELC
Seminar on Language Across the Curriculum. Singapore: Regional Language
Centre.
Universitas Negeri Makassar.2010. Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan. Makassar:
Badan Penerbit UNM.

16
Willis, Jane. 1987. Teaching English through English. Harlow, Essex: Longman
Wilkins, D. A. 1985. National Syllabus. Oxford: CUP
Wright, Tony. 1987. Roles of Teachers and Learners. England: Oxford University Press.

17

You might also like