You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan


dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali
tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam
24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan
merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus
rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh
berbagai faktor. (Surasmi, 2003).

Sepsis merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invarsif dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum
tulang atau air kemih.Sepsis neonatorium saat ini masih menjadi masalah yang
belum dapat terpecahkan dalam pelayanan dan perawataan bayi baru lahir.Di
negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat
mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara
maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas,
mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.(IDAI, 2008)

Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis yang terjadi pada 28 hari awal
kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik atau isolasi bakteri pathogen
dalam aliran darah .secara umum Sepsis neonatorum diklasifikasikan
berdasarkan waktu terjadinya Sepsis neonatorum awitan dini (early onset
neonatal sepsis ) dan sepsiss awitan lambat lebih rendah 10-20 %
dibandingkan dengan Sepsis neonatorum awitan dini .

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) hmpir semua


(98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di Negara berkembang lebih dari
dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan 42 % kematian
neonatal disebabkan infeksi seperti : sepsis, tetanus neonatorium , meningitis,
pneumonia , dan diare. Menurut hasil Riskesdas 2007, penyebab kematian bayi

1
baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah ganggun pernafasan 36,9 %,
prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 68 %, kelainan darah atau ikterus
6,6 % dan lain-lain. Penyebab kematian bayi 7-28 hari adalah sepsis 20,5 %
kelianan congenital 18,1 %, pneumonia 15,4 %, prematuritas dan bayi berat
lahir rendaah (BBLR) 12,8 % dan respiratory distress syndrome (RSD)
12,8 %.

Disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan


pada sepsis neonatorum , hal ini terjadi karena banyak faktor infeksi pada masa
perinatalyang belum banyak dapat dicegah dan ditanggulangi. Angka kematian
sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50 % dari angka kematiaan bayi baru lahir.
Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum dalah
meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubin dan gangguan nafas (Depkes,
2007).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Neonatus(Usia 2


Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit Muhammadiyah
Palembang?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui asuhan keperawatan padaNeonatus(Usia 2 Hari)
dengan masalah SEPSIS di ruang perinatal Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian keperawatan padaNeonatus(Usia 2
Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menentukan diagnosa pada Neonatus(Usia 2 Hari) dengan
masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.

2
3. Dapat merencanakan tindakan keperawatan padaNeonatus(Usia 2
Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
4. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada Neonatus(Usia 2
Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
5. Dapat melakukan evaluasi keperawatan padaNeonatus(Usia 2 Hari)
dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Pasien/Keluarga
Membudayakan pengelolaan pasienpada Neonatus(Usia 2 Hari)
dengan masalah SEPSIS di ruang perinatal Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
1.4.2 Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Memberikan masukan untuk pengembangan Asuhan
Keperawatan pada Neonatus(Usia 2 Hari) dengan masalah SEPSIS di
ruang perinatalRumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
1.4.3 Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan serta
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa, Neonatus(Usia
2 Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
1.4.4 Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Menambah khasanah keilmuan dan teknologi terapan bidang
keperawatan dalam bidang pengelolaan pasienpada Neonatus(Usia 2
Hari) dengan masalah SEPSIS di ruang perinatalRumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.

3
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN

2.1 Sejarah
Sejak tahun 1965 cita-cita Muhammadiyah yang ingin mendirikan amal
usaha dibidang kesehatan khususnya dalam bentuk rumah sakit yang
komprehensif telah menjadi obsesi tokoh-tokoh Muhammadiyah di Sumatera
Selatan. Wacana pendirian rumah sakit tersebut selanjutnya diaktualisasikan
oleh beberapa tokoh Muhammadiyah diantaranya adalah HM. Sidik Adiem,
Djamain St. Marajo, KH. Masjhur Azhari, HM. Rasjid Talib, H. Zamhari
Abidin, SH, H. Anang Kirom, HM. Soeripto, A. Sjarkowi Bakri, HM. Fauzi
Shomad dan tokoh-tokoh lainnya yang mendapat sambutan positif dan
dukungan penuh dari Bapak H. Abu Jazid Bustomi dan Bapak HM. Ali Amin,
SH selaku Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Selatan pada saat itu.

Akan tetapi karena situasi sosial politik dan kondisi internal


Muhammadiyah khususnya dalam bidang finansial, akhirnya RSMP baru
dapat diresmikan pendiriannya pada tanggal 10 Dzulhijjah 1417 H / 18 April
1997 M oleh Gubernur Sumatera Selatan pada saat itu yakni Bapak H. Ramli
Hasan Basri bersama Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bapak Prof Dr.
HM. Amien Rais, MA.

Keberadaan RSMP saat ini telah menunjukkan perkembangan yang


cukup menggembirakan dan dapat mensejajarkan diri dengan rumah sakit
lainnya di Kota Palembang. Kepercayaan dan dukungan masyarakat yang
tinggi dapat dilihat dari kunjungan pasien setiap hari hingga RSMP dipercaya
sebagai provider PT. ASKES sejak tahun 2005 dalam melayani pasien ASKES
PNS, Komersial, Jamkesmas dan Jamsoskes Sumsel Semesta, bahkan saat ini
juga telah dijalin kerjasama dengan banyak instansi lain baik pemerintah
maupun swasta di Sumatera Selatan terutama dalam bidang pelayanan
kesehatan.

Kepercayaan dan dukungan masyarakat serta pemerintah diatas, bagi


RSMP disamping sebagai rahmat Allah SWT dan wujud pencapaian

4
perjuangan serta kerja keras seluruh pimpinan dan pegawai RSMP, disisi lain
juga merupakan amanah yang harus dipertahankan bahkan kedepan wajib
ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Oleh karena itulah dalam
rangka akselerasi peningkatan kualitas pelayanan tersebut, RSMP telah
merencanakan pembangunan infra dan supra struktur dengan tetap bertumpu
pada kondisi finansial dan prioritas pengembangan RSMP

2.2 Visi dan Misi

Visi : Terwujudnya Rumah Sakit yang Professional dalam Pelayanan


dan Berkarakter Islami
Misi :
 Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
secara professional, modern dan Islami
 Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
 Mewujudkan citra sebagai wahana ibadah dan pengemban
dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang kesehatan
 Menjadi pusat persemaian kader Muhammadiyah dalam bidang
pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan
2.3 Moto
Melayani sebagai ibadah dan dakwah.

5
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Sepsis

Sepsis adalah respons inflamasi terhadap infeksi. Pendapat lain


menyebutkan sepsis neonatorum sebagai sindrom klinik penyakit sistemik
yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Sepsis
awitan dini adalah kejadian sepsis pada BBL yang terjadi pada 72 jam setelah
persalinan8,17 atau 5-7 hari pertama kehidupan.8,18,19 Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan jarang karena protozoa.20 Sepsis
awitan dini lebih sering didapatkan pada bayi kurang bulan. Sepsis berat ialah
sepsis yang disertai disfungsi organ kardiovaskuler atau disertai gangguan
nafas akut atau adanya gangguan dua organ lain (seperti gangguan neurologi,
hematologi, urogenital dan hepatologi).23,24 Angka kejadian sepsis
neonatorum di negara berkembang masih cukup tinggi (1,8 – 18/1000
kelahiran) dibanding dengan negara maju (1 – 5 /1000 kelahiran) dan
merupakan penyebab kematian neonatal utama (42%) di negara berkembang.

3.2 Faktor risiko sepsis neonatorum

Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor ibu, bayi dan faktor
lain-lain.

1. Faktor risiko ibu :


a. Ketuban pecah dini36 dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban
pecah lebih dari 24 jam maka kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar
1% dan bila disertai korioamnionitis maka kejadian sepsis meningkat
menjadi 4 kali.

b. Infeksi dan demam (> γ8˚C)37 pada masa peripartum akibat


korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh GBS,
kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.

c. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau.7,8

6
d. Kehamilan multipel.

2. faktor risiko pada bayi


a. Prematuritas dan berat lahir rendah.

b. Resusitasi pada saat kelahiran misalnya pada bayi yang mengalami


fetal distress, dan trauma pada proses persalinan.

c. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, kateter, infus,


pembedahan.

d. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E.coli),


defek imun atau asplenia.

e. Asfiksia neonatorum

f. Cacat bawaan.

g. Tanpa rawat gabung.

h. Pemberian nutrisi parenteral.

i. Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama.

3. Faktor risiko lain

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis neonatorum lebih


sering terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan,7,27,38 lebih
sering pada bayi kulit hitam daripada bayi kulit putih, lebih sering pada
bayi dengan status sosial ekonomi yang rendah,7,8 dan sering terjadi
akibat prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan
maupun anggota keluarga pasien. Faktor risiko ini dikelompokkan dalam 2
kelompok yaitu faktor risiko mayor dan minor. Faktor risiko mayor
meliputi ketuban pecah >24 jam, ibu demam (>38oC) intrapartum,
korioamnionitis, denyut jantung janin >160 x/menit, ketuban berbau.
Sedangkan faktor risiko minor meliputi ketuban pecah >12 jam, ibu
demam intrapartum (>37,5oC), nilai Apgar rendah (menit ke-1 <5, menit
ke-5 <7), bayi berat lahir sangat rendah (<1500 gram), usia gestasi <

7
37minggu, kehamilan ganda, keputihan ibu yang tidak diobati, ibu dengan
infeksi saluran kencing.21 Tanda-tanda korioamnionitis ibu yaitu febris
pada saat melahirkan (suhu tubuh ≥ γ7,8oC), takikardia (denyut jantung ≥
1β0 X per menit), denyut jantung janin > 160X per menit, uterus teraba
lunak dan jumlah sel lekosit > 11,000 sel/mm 3.

8
3.3 Etiologi

Bakteria seperti Escherichiacoli, Neisseriameningitidis, Sterptococcus


pneumoniae, Haemophilusinfluenzae tipeB,Salmonella, dan Streptococcus
grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia
sampai dengan 3 bulan. Streptococcu sgrup B merupakan penyebab sepsis
paling sering pada neonatus.

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh


bayi melalui ibu selam kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi
kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus,
antara lain:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus atau plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
7. Streptococcus grup B dapat masuk kedalam tubuh bayi selama proses
kelahiran.

Menurut Centersfor Diseases Controland Prevention (CDC) Amerika,


paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap
lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan.
Bayi prematur yang menjalani perawat anintensi frentan terhadap sepsis
karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya
menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan
sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan
ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk
ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang
telah disebutdi atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteri emia
tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke
sepsis. Bakteri emia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran

9
darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya
bakteri emia tersamar adalah demam. Hampir satu pertiga dari semua bayi
pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas-dan
penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami
infeksi bakterial di dalam darah. Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteri emia
tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.

3.4 Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan konta minasi sistemik.


Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya
fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, complmentcascade menimbulkan banyak kematian
dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan Disseminated Intravaskuler
Coagulation (DIC) dan kematian (Bobak,2005). Bayi baru lahir mendapat
infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada
infeksi konginetavirus rubella, protozoaToxoplasma, atau basilus Listeria
monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi di dapatkan melalui jalur vertikel,
dari ibu selama proses persalinan (infeksi Streptokokus group B atau infeksi
kuman gram negatif) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan
setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor-factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi


kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit

10
putih.
b. Status paritas (wanita multiparaataugravida lebih dari 3) dan umur
ibu kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.
c. Kurangnyaperawatanprenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD) dan Prosedur selama
persalinan.
2. Faktor Neonatal

a. Prematurius (berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan


faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi
kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan Ig Gspesifik,


khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilusinfluenza. Ig G dan
Ig A tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah
tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen
terlambat. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi
total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan
sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki-laki
empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3. FaktorLingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering


memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan
dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/arteri maupun
kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisme nimbulkan

11
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi


penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas
(infeksinosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus


melalui beberapacara, yaitu :
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah
kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella,
herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antaralain malaria, sipilis, dan tokso
plasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan
terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotisdan korionitis, selanjutnya
kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Caralain, yaitu
saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksiakan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui
kulit bayi atau portde entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan
lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican, dan
N.gonorrea.

12
c. Infeksi paskaatau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar
rahim (misal melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakhea,
infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya
infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus
(AsriningS.,2003).

PATHWAY

Penyakit infeksi yang di derita ibu

Bakteri dan Virus

Masuk ke neonatus

Masa Antenatal

Bakteri dan virus dari ibu melewati plasenta


dan umbilicus masuk ketuban bayi

Sepsis

Peningkatan Leukosit

Infeksi

13
3.5 Manifestasi Klinis

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum


adalah sebagai berikut,

1. Umum :panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema.


2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali.
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,
merintih, sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulitlembab, hipotensi,
takikardi,bradikardi.
5. Sistem syaraf pusat :iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malasminum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol.
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,
tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhutu buhnya turun-
naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang,
jaundice, muntah, diare, dan perut kembung. Gejala dari sepsis neonatorum
juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

1. Infeksi padatali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah


dari pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan
koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun- ubun.
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena.
4. Infeksi pada persen menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat.
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah.

14
3.6 PemeriksaanPenunjang

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cutoff tepat
yang optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%,
spesifisitas lebih dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%,
Negative Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi
infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal
adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus petunjuk untuk
penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk
menentukan prognosis.
Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih
total, hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan
neutrofil total (I:T), mikro Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung
trombosit. Tes laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin,
sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test)untuk deteksi antigen, dan panel
skrining sepsis.
Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah
sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6
(atau IL1-ra0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indicespada hari
ke-0); CRP,IL6 (atau GCSF dan hematological indicespada hari ke-1); dan
CRP pada hari-hari berikutnya untuk memonitor respons terhadap terapi.
Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji
laboratorium.

3.7 Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200mg/ kg


BB/ 24 jam. iv (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 71/ 2mg/ kg BB/
perhari. Im . iv dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Amino glikosida yang lain bila diberikan. iv harus diencerkan dan waktu
pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septicworkup sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,


urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebro spinal, urine

15
dan feses (atas indikasi), fungsi lumbal dengan analisa cairan serebro
spinal(jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada,
pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula


darah, analisa gas darah, foto abdomen,USG kepala dan lain-lain.

4. Apa bila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan


infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif
maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong


infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim100mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40mg/kg
BB/perhari. iv dan Amikasin dengan dosis15 mg/kgBB/perhari iv im
(atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotikaditeruskan sesuai dengan tes kepekaannya.Lama


pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari. Pengobatan suportif meliputi
:Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik.

3.8 Diagnosis

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


infeksi atau inflamasi
a. Kriteria Hasil

1) Suhu tubuh beradadalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37oC)


2) Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100-180x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)

16
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap 1. Perubahan tanda-tanda vital
dua jam dan pantau warna kulit yang singnifikan akan
mempengaruhi proses regulasi
atauppun metabolism dalam
tubuh.

2. Observasi adanya kejang dan 2. Hipertermi sangat potensial


dehidrasi untuk menyebabkan kejangnya
yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan
pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang
tidak diketahui jumlahnya dan
dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air hangat 3. Kompres pada aksila, leher dan
pada aksila, leher dan lipatan paha, lipatan paha terhadap
hindari penggunaan alcohol untuk pembuluh-pembuluh dasar
kompres. yang akan membantu
menurunkan demam.
Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan
menyebabkan penurunan dan
peningkatan panas secara
drastis.
4. Berikan antipretik sasuai kebutuhan 4. Pemberian antipretik juga
jika panas tidak turun. diperlukan untuk menurunkan
panas dengan segera

17
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat demam.

a. KriteriaHasil

1) Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o- 37oC)
2) Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus
normal 100-180x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-
60x/menit)
3) Bayi mau menghabiskan ASI/PAS I25 ml/6jam
b. Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Monitoring tanda-tanda vital 1. Perubahan tanda-tanda vital yang

setiap dua jam dan pantau warna singnifikan akan mempengaruhi

kulit proses regulasi atauppun


metabolism dalam tubuh.

2. Observasi adana hipertermi, 2. Hipertermi sangat potensial

kejang dan dehidrasi untuk menyebabkan kejangnya


yang akan semakin memperburuk
kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan
banyak cairan secara evaporasi
yang tidak diketahui jumlahnya
dapat dan menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi
dehidrasi.

3. Beri kompres hangat jika terjadi 3. Kompres air hangat lebih cocok

hipertermi, dan pertimbangkan digunakan pada anak di bawah

untuk langkah kolaborasi umur 1 tahun, untuk menjaga

dengan memberikan atipiretik. tubuh agar tidak terjadinya


hipotermi secara tiba-tiba.
Hipertermi yang terlalu lama
tidak baik untuk tubuh bayi oleh

18
karena itu pemberian antipiretik
diperlukan untuk segera
menurunkan panas, missal
dengan asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal 4. Pemberian ASI/PASI sesuai

dengan jumlah pemberian yang jadwal diperlukan untuk

telah ditentukan. mencegah bayi dari kondisi lapar


dan haus yang berlebihan.

3. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasi
a. KriteriaHasil

1) Tercapai keseimbangan ai dalam suanginterselulardan ekstraselular

2) Keadekuatan kontraksiototuntuk pergerakan

3)Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan


memelihara fungsi jaringan
b.Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Perawatan sirkulasi 1. Meningkatkan sirkulasi
(misalnya periksa nadi arteri dan vena
perifer, edema,
pengisisan perifer,
warna dan suhu
ekstremitas)
2. Pabtau perbedaan 2. Mengetahui sensasi
ketajaman / tumpul dan perifer, kemungkinan
panas atau dingin parestesia
3. Pantau status cairan 3. Mengetahui
keseimbangan antara
asupan dan haluaran

19
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS (USIA 2 HARI)


DENGAN SEPSIS DI RUANG PERINATAL
RS MUHAMADIYAH PALEMBANG

4.1 PENGKAJIAN
1. IDENTITAS BAYI

Nama : Bayi Ny. “H”

Tanggal Lahir : 09 Desember 2018

Pukul : 20:15 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal pengkajian : 11 Desember 2018

Pukul :10.00 Wib

No. Register : 58-78-50

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. “K”

Umur : 28 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani

Hubungan dengan klien : Anak

Alamat :Dusun Talang Selwman, Kecamatan


Payaraman, Kabupaten Ogan Ilir

Suku/Bangsa : Indonesia

20
3. RIWAYAT KELAHIRAN
1. Jenis persalinan : Seksio Sesarea
2. APGAR SCORE : 1 detik = 8 5 menit = 9
3. Resusitasi : Tidak ada

4. PEMERIKSAAN FISIK
1) HR : 140 x/menit
2) Pernafasan : 40 x/menit
3) Suhu axial : 36,3ºC
4) BB : 3360 gram
5) PB : 50 cm
6) Lingkar kepala : 35cm
7) Lingkar dada : 33 cm
8) Lingkar perut : 31 cm

Keluhan utama masuk RS: Bayi lahir pada tanggal 09 desember 2018 dan
pada saat melahirkan kondisi air ketuban ibu kering.

Keadaan umum
 kulit kering
 bibir berwarna kemerahaan
Postur dan gerak
 Episotonus : Tidak ada
 Kejang : Tidak ada
 Tremor : Tidak ada
Kesadaran / aktivitas
 Normal : Normal
 Letargi : Tidak ada
 Lunglai / layuh : Tidak ada
 Irritable : Tidak ada
 Aktivitas kurang : Ada
 Tidak sadar : Tidak ada
Kepala
 Hydrochepalus : Tidak ada

21
 Fontanel anterior : Tidak ada
 Chepal haematom : Tidak ada
 Caput sucsadeum : Tidak ada
 Malase / molding : Tidak ada
Wajah
 Paralase facial : Tidak ada
Mata
 Secret : Ada
 Kelopak mata : Ada
 Perdarahan Subconjung tiva : Tidak ada
Hidung / mulut
 Membrane mukosa : Ada.
 Labia schizis : Tidak ada
 Palatum schizis : Tidak ada
 Trush : Tidak ada
 Reflek hisap : Ada, tetapi bila bayi menyusui paada ibu
reflek hisapnya kurang baik.
Leher
 Pembesaran kelenjar tyroid: Tidak ada
 Peningkatan JVP : Tidak ada
Dada
 Bentuk dada : Simetris
 Bunyi nafas : Regular
Abdomen
 Keadaan tali pusat : Baik
 Distensi abdomen : Tidak ada
 Omphalocel : Tidak ada
 Spina bipida : Tidak ada
 Bising usus : Tidak ada
Genitalia
Laki-laki

22
 Dua testis dalam scrotum : Tidak ada
 Terdapat lubang pada ujung penis : Tidak ada
Perempuan
 Labia mayora / labia minora : Ada
 Terdapat lubang vagina : Ada
 Terdapat lubang uretra : Ada
Ekstremitas
 Jumlah jari tangan / kaki : Lengkap
 Trauma : Tidak ada
 Kelainan : Tidak ada
Eliminasi
Anus imperporataBAB
 Warna feces : Hijau kehitam hitaman
 Frekuensi : ± 5 kali sehari
 Konsistensi : Lembek
BAK
 Frekuensi : ± 8kali sehari
 Warna : Kekuningan jernih

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Hasil Satuan Batas Normal
Hemoglobin 17,2 g/dL 12-24
Hematokrit 46,9 % 40-68
Jumlah trombosit 381 10^3/ul 200-400
Jumlah leokosit 17,6 10^3/ul 10,0-2.0
Eosinofil L 0,1 % 1-3
Basofil 0,2 % 0-1
Neutrofil H 79,6 %
Limfosit L 9,6 % 20-35
Monosit H 10,5 % 2-8

23
4.2 ANALISA DATA
No. Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds:  Penyakit infeksi yang Infeksi
Ibu os mengatakan diderita ibu
air kerubannya  Bakteri dan virus
kering pada saat  Masuk ke neonates
iya melahirkan  Masa antenatal
Do:  Kuman dan virus dari
 Suhu tubuh 36,6 ibu melewati plasenta
C. dan umbilicus masuk
 Masa kehamilan ketubuh bayi
cukup minggu  Sepsis
 Peningkatan leukosit
 Infeksi
2. Ds:  Input menurun Defisit Volume Cairan
Ibu os mengatakan  Dehidrasi
bayi tidak mau  Deficit volume cairan
minum.
Ibu os mengatakan
bahwa bayinya
hanya minum 50cc
ASI / 24 jam.
Do:
 Keadaan bayi :
somnolen
 Mata tampak
anemis
 Mukosa kering
3. Ds:  Kurangnya Ansietas yang
Ibu os mengatakan pengetahuan terhadap berhubungan dengan
cemas karena air penyakit yang diderita
kecemasan orang tua
ketubannya kering  Kuranganya support
dan hasil dari keluarga terhadap keselamatan
laboratorium yang  Masala yang tidak anaknya.
dilakukan ibu teratasi
leukositnya  Ansietas orang tua
sejumlah 37600 berhubungan dengan
Do: ancaman kesejahteraan
 Keadaan bayi pada diri anak
somnolen

24
 Mata tampak
anemis
 Mukosa kering
 Suhu tubuh 36,6
C

4.3 DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Dignosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Resiko infeksi Setelah dilakukan  Kaji bayi yang memiliki resiko


neonates b.d asuhan keperawatan menderita infeksi meliputi:
ketuban 1x24 jam masalah  Kaji riwayar ibu, status social
kering
infeksi dapat teratasi ekonomi, ketuban pecah dini,
dengan dan infeksi yang di deerita ibu
 Kaji adanya tanda infeksi
Kriteria Hasil:
meliputi suhu tubuh yang tidak
Penularan infeksi efektif stabil, reflek menghisap
tidak terjadi kurang, alergi.
 Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium

2. Devisit Setelah dilakukan  Monitoring TTV setia dua jam


volume cairan asuhan keperawatan dan pantau warna kulit
b.d 1x24 jam deficit  Kaji pengisian kapiler pasien
peningkatan volume cairan dapat  Monitoring input dan output
permeabilitas teratasi.  Observasi adanya kejang dan
kapiler hidrasi
plasma Kriteria Hasil: turgo
kulit elastic, mukosa  Berikan ASI/PASI sesuai jadwal
bibir baik, kesadaran dengan jumlah pemberian yang
composmentis telah ditentukan
 Beri pengetahuan mengenai
pentingnya cairan untuk
mempertahankan keseimbangan
volume cairan adekurat kepada
keluarga pasien.
 Kolaborasi dengan tim medis
lainnya untuk pemberian IV dan

25
periksakan laboratorium.

3. Ansietas Setelah dilakukan  Berikan penjelasan orang tua


orang tua b.d asuhan keperawatan tentanng kesehatan anak.
ancaman 1x24 jam masalah  Tinjau factor resiko dan bentuk
kesejahteraan dapat teratasi dengan penularan atau tempat masuk
pada diri anak infeksi.
Kriteria Hasil:
 Dorong orang tua untuk
Orang tua bias memberikan perhatian yang
mengetahui cara lebih pada anak.
pencegahan
penularan infeksi.

4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Tanggal Diagnose Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. 11-12- Infeksi  Observasi TTV 1 S: bayi baru lahir
2018 jam sekali O: KU bayi baik, aktif
 Menganjurkan ibu (+), BAB (+), BAK
untuk memberikan (+), Suhu 36,5 C, HR
asi setiap bayi 130x/menit, RR
ingin menyusui 4Ox/menit.
 Kolaborasi dengan A: Resiko infeksi
dokter dalam neonatal b.d ketuban
mencegah infeksi kering.
dengan :
 Injeksi ampicilin
3x90 mg yang ke 6
pukul 13:30
 Injeksi gentamicin
2x9 mg yang ke 4
pukul 09.30
2. 12-12- Devisit  Menghitung S: bayi lahir SC
18 volume cairan kebutuhan minum O: KU terlihat sudah
bayi, kebutuhan mau minum ASI
minum pasien 2 A: deficit volume
jam 1x cairan b.d peningkatan
 Menimbang berat permeabilitas kapiler
badan setiap hari. plasma

26
3. 13-12- Ansietas  Beritahu orang tua S: bayi lahir SC
2018 orang tua tentang O: KU tampak sudah
pengetahuan yang lebih tenang dan tidak
berhubungan lagi cemas
dengan penyakit. A: anasietas orang tua
 Membantu orang berhubungan dengan
tua untuk ancaman kesejahteraan
mengetahui factor pada diri anak.
yang
mempengaruhi
penyakit dan cara
penularannya.
 Memberikan
dukungan kepada
orang tua untuk
lebih
memperhatikan
anaknya.
 Membantu orang
tua mengatasi
kecemasan
terhadap anaknya
dengan cara
memberikan
edukasi tentang
penyakit,
penularan dan cara
pencegahannya.

27
BAB V
PENUTUP

5.1 Evaluasi
No. Diagnose Keperawatan Evaluasi
1. Infeksi S: Bayi baru lahir
O: KU bayi baik, aktif (+), BAB (+),
BAK (+), Suhu 36,5 C, HR 130x/menit,
RR 4Ox/menit.
A: Massalh teratasi
P: Intervensi di hentikan

2. Defisit volume cairan S: bayi lahir SC


O: KU terlihat sudah mau minum ASI
A:Masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi
P: Intervensi di hentikan

3. Ansietas orang tua S: bayi lahir SC


O: KU tampak sudah lebih tenang dan
tidak lagi cemas
A: masalah pada orang tua teratasi
P: intervensi di hentikan

5.2 Kesimpulan
Sepsis neonatal adalah respons inflamasi terhadap infeksi. Pendapat lain
menyebutkan sepsis neonatorum sebagai sindrom klinik penyakit sistemik
yang disertai bakteremia dan terjadi pada bulan pertama kehidupan. Sepsis
awitan dini adalah kejadian sepsis pada BBL yang terjadi pada 72 jam setelah
persalinan8,17 atau 5-7 hari pertama kehidupan.8,18,19 Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan jarang karena protozoa.

28
Pada Kasus By. Ny H peneliti telah mengumpulkan data yaitu:

1. Bayi Lahir secara SC


2. Diagnosa medis sepsis
Setelah melakukan pengkajian selama 2 hari pada Ny. Bayi Ny H,
peneliti mencoba menerapkan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
sepsis, lebih mengenal tentang sepsis, mengidentifikasi masalah yang muncul
pada klien serta menentukan dan menerapkan rencana tindakan yang tepat pada
klien. Adapun implementasi yang telah dilakukan diantaranya yaitu:
1. Observasi ttv 1 jam sekali
2. Menganjurkan Ibu untuk memberikan Asi
3. Kolaborasi dengan dokter ,Injeksi ampicilin 3x90 mg, injeksi gentamicin
2x9 mg

5.3 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis
susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan umumnya untuk
lebih dalam asuhan keperawatan dalam kasus sepsi naonatorum.

29
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,LJ.2000.DiagnosaKeperawatan,AplikasipadaPraktekKlinis,Edisi6.Jak
arta: EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2007.IlmuKebidanan. Jakarta:Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal DanNeonatal. Jakarta : BinaPustakaVietha. 2008.
AskeppadaSepsi Neonatorum.

30

You might also like