You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.

3 November 2017

ANALISIS PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) DEWASA


TERHADAP RETENSI PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN RJP PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN DI YOGYAKARTA

Linda Widyarani1
1Dosen Departement Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta
email: lindawidyarani@gmail.com

ABSTRACT
Cardiac arrest is a major public health problem affecting thousands of individuals each
year in both out-of-hospital and in-hospital setting. High quality of cardiopulmonary
resuscitation (CPR) provide return of spontaneous after cardiac arrest, but majority of
nursing students feel unconfident to practice CPR. The aim of the study was to assess the
effect of CPR training program on knowledge and practices of nursing students in
Yogyakarta. The study design was quasi-experimental and one group pretest – posttest
design. A questionnaire was applied to the students before CPR training, then the student
were informed about adult CPR by the researchers and all of the students practice CPR on
a Resusci-Anne manikin. One-months after this training the same questionnaire and skills
checklist of CPR were applied. Sixty five students of nursing participated in this study. This
research shows CPR training significantly positive impact cognitive and skills performance
in nursing students. While the average CPR knowledge score of these students was
±44,43, before CPR training, this average increased to ±89,64 after CPR training and
decreased to ±77,54 after one month CPR training. Skill score of the students one month
after the CPR skill training was ±70,61. Nursing students tend to forget theoretical and
applied CPR training after one month. Hence there is a need for continuous CPR training
and education and repeating the skills at regular intervals ever after they have graduated to
ensure sustainability in the CPR skills.
Keywords: cardiopulmonary resuscitation, bystander CPR, training

ABSTRACT
Henti jantung merupakan penyebab kematian utama pada kasus kegawatdaruratan
kardiovaskuler, baik pada setting prehospital (OHCA) maupun intrahospital. Resusitasi
Jantung Paru (RJP) yang berkualitas dapat mengoptimalkan return of spontaneous
circulation pada OHCA, tetapi banyak mahasiswa keperawatan tidak percaya diri dalam
melakukan prosedur ini sehingga mereka membutuhkan pelatihan RJP, agar dapat
berespon cepat, tanggap dan akurat dalam memberikan pertolongan pada korban OHCA.
Penelitian ini menguji pengaruh pelatihan RJP dewasa terhadap retensi pengetahuan dan
ketrampilan RJP pada mahasiswa keperawatan di Yogyakarta. Jenis penelitian quasi
experimental dengan design one group pretest – posttest. Posttest diberikan dua kali, yaitu
sesaat sesudah pelatihan dan sebulan sesudah pelatihan. Jumlah sampel yaitu 65 orang.
Analisa data menggunakan pair t-test. Hasilnya, pelatihan RJP berpengaruh positif
terhadap pengetahuan dan ketrampilan bystander RJP dengan p-value 0,000 (<0,001).
Rerata skor awal pengetahuan ±44,43, rerata skor sesaat sesudah pelatihan ±89,64 dan
rerata skor sebulan sesudah pelatihan adalah ±77,54. Rata-rata skor ketrampilan sebelum

143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

pelatihan adalah ±35,55, rerata skor sesaat setelah pelatihan ±91,80 dan rerata skor
sebulan setelah pelatihan ±70,61. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden,
penurunan retensi pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa sebulan sesudah pelatihan
RJP disebabkan karena mahasiswa kurang terpapar kasus pasien dengan henti jantung
yang membutuhkan tindakan RJP.
Kata Kunci: resusitasi jantung paru, pelatihan, bystander RJP

PENDAHULUAN Wong., (2005) mengemukanan bahwa


Henti jantung yang terjadi di luar OHCA paling sering terjadi di rumah,
rumah sakit, atau dikenal dengan istilah yaitu mencapai 80% dan 20% terjadi di
Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) luar rumah.
merupakan salah satu kasus Di Indonesia, belum ada data
kegawatdaruratan yang menjadi statistik tentang angka kejadian OHCA,
penyebab kematian utama di Amerika akan tetapi beberapa kejadian sudah
dan Eropa. Secara global, angka menyerang masyarakat di Indonesia,
kejadian OHCA cenderung meningkat antara lain Adjie Massaid, seorang artis
dari tahun ke tahun. Di Unites State, sekaligus politikus mengalami kematian
angka kejadian OHCA sudah mencapai akibat OHCA dan Ida Kusumah, seorang
180.000 – 450.000 kasus per tahun artis perempuan juga mengalami
sedangkan di Netherlands, Ireland dan kematian akibat OHCA. Selain itu, Ricky
Cina, insidensi OHCA juga sudah Joe, seorang presenter sepak bola,
mencapai 50 – 100 orang per 100.000 Benyamin S, seorang aktor senior dan
penduduk per tahun (Fishman et al., juga Jojon, seorang komedian terkenal di
2010; Deo et al., 2012). Indonesia juga mengalami kematian
Di Asia Tenggara, yaitu akibat OHCA (Harian Kompas, 2011).
Singapura, insidensi OHCA dalam kurun Fenomena di Indonesia adalahperan
waktu tiga bulan sejak November 2001 – bystander belum terimplementasi secara
Januari 2002 mencapai 93 pasien (Lim baik sehingga pasien dengan OHCA
et al., 2002). Di Malaysia, yaitu di seringkali tidak mendapatkan early –
Hospital Universiti Sains Malaysia RJP, RJP diberikan jika pasien sudah
(HUSM), angka kejadian OHCA dalam berada di rumah sakit.
kurun waktu satu tahun sejak Maret 2005 OHCA didefinisikan sebagai
sampai Maret 2006 mencapai 63 pasien, kondisi berhentinya aktivitas mekanik
dan hanya 19 pasien diantaranya jantung yang ditandai dengan tidak
berhasil kembali ke kondisi Return of adanya tanda sirkulasi jantung dan
Spontaneous Circulation (ROSC) setelah kejadiannya terjadi di luar rumah sakit
pemberian tindakan RJP di IGD (Chew (Berg., et al., 2010). Pasien dengan
et al., 2008). Insidensi OHCA juga OHCA umumnya mempunyai gambaran
meningkat seiring dengan peningkatan EKG lethal dengan kriteria ventrikuler
usia, pada laki-laki usia 50 tahun takikardia (VT), ventrikuler fibrilasi (VF),
insidensi OHCA mencapai 100 per pulseless electrical activity (PEA) dan
100.000 penduduk per tahun dan asystole. Semakin meningkatnya angka
meningkat pada laki-laki usia 80 tahun kejadian OHCA dan juga untuk
mencapai 800 per 100.000 penduduk per meningkatkan angka kelangsungan
tahun (Liong., et al., 2010). Chung & hidup pasien post-OHCA maka

144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

dibutuhkan suatu strategi implementasi memberikan pertolongan pada korban


penanganan OHCA. Early-RJP dengan OHCA. Kemampuan tersebut harus
merupakan strategi implementasi yang selalu disiapsiagakan dan diperbaharui
direkomendasikan oleh American Heart sesuai dengan perkembangan ilmu yang ada
Association (AHA) (Berg et al., 2010). (Nori et al., 2012). McNallyet al., (2011)
menyebutkan bahwa pelatihan RJP mampu
Cappuci et al., (2002) mengemukakan
meningkatkan pengetahuan dan juga
bahwa early-RJP terbukti mampu ketrampilanbystanderRJP, kemampuan
meningkatkan angka kelangsungan kompresi dada bystandersebelum mendapat
hidup sampai tiga kali lipat pada pasien pelatihan hanya 29,5% sedangkan sesudah
post OHCA, dibandingkan pasien yang pelatihan RJP, kemampuan bystander
tidak mendapatkan early-RJP. mencapai 99,2%. Selain itu, tingkat percaya
Early-RJP dapat diinisiasi oleh diri bystander juga meningkat, yaitu
bystander. Early-RJP oleh bystander, mencapai 99,2% sesudah pelatihan RJP,
sementara waktu mampu sedangkan sebelum pelatihan RJP hanya
mempertahankan perfusi jantung dan 26,9%. Berdasarkan latar belakang diatas,
otak akan kebutuhan oksigen sebelum perlu dikaji tentang pengetahuan dan
ketrampilan mahasiswa keperawatan
anggota tim Emergency Medical
sebagai bystander sebelum dan sesudah
Services(EMS) dan ambulans datang di pelatihan RJP. Oleh karena itu, peneliti
lokasi. Pasien yang mengalami OHCA, tertarik melakukan penelitian dengan judul
angka kelangsungan hidup menurun 7 – “Analisis Pengaruh Pelatihan Resusitasi
9% per menit apabila tidak diberikan Jantung Paru (RJP) Dewasa terhadap
early-RJP (Chewet al., 2008). Berg et al., Retensi Pengetahuan dan Ketrampilan RJP
(2010) menyatakan bahwa pemberian pada Mahasiswa Keperawatan di
early-RJP oleh bystander terbukti Yogyakarta.”
meningkatkan angka kelangsungan
hidup pasien post OHCA. Definisi METODE PENELITIAN
bystanderadalah upaya pemberian early- Penelitian ini merupakan
RJP yang dilakukan oleh seseorang penelitian kuantitatif dengan jenis quasi
yang sudah pernah mengikuti pelatihan experimental dengan design one group
pemberian RJP, selain dari anggota tim pretest – posttest. Design one group
EMS (Sasson et al., 2010). pretest – posttest adalah design
Mahasiswa merupakan bagian dari penelitian dimana suatu kelompok
masyarakat dimana turut bertanggung jawab diberikan perlakuan, namun sebelumnya
terhadap permasalahan ini, sehingga RJP diberikan pretest dan selanjutnya
merupakan keterampilan yang harus dilakukan posttest (Wasis, 2006).
dikuasai oleh mahasiswa. RJP yang Penelitian ini dilakukan pada
berkualitas dapat mengoptimalkan return of bulan Maret sampai Mei 2017. Populasi
spontaneus circulation, tetapi banyak pada penelitian ini adalah seluruh
mahasiswa kedokteran tidak percaya diri mahasiswa semester V DIII
dalam melakukan prosedur ini (Behrend,
Keperawatan, setelah dipilih sesuai
2011). Mahasiswa keperawatan merupakan
salah satu bystander RJP yang dengan kriteria inklusi didapatkan jumlah
membutuhkan pengetahuan dan juga sampel yaitu 65 orang. Adapun kriteria
ketrampilan dalam melakukan early-RJP, inklusi pada penelitian ini adaah
sehingga mereka membutuhkan pelatihan mahasiswa semester V program studi
RJP, agar setelah lulus, mereka yang DIII Keperawatan AKPER Notokusumo,
nantinya bekerja sebagai perawat dapat bersedia menjadi responden penelitian
berespon cepat, tanggap dan efektif dalam

145
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

dengan mengisi informed consent, dan Tabel 2. Data Karakteristik Responden


tidak sedang sakit selama proses berdasarkan jenis kelamin
pengambilan data. (n=65 orang)
Dalam penelitian ini, subjek
penelitian, yang dalam penelitian ini Jenis Kelamin n %
Laki-laki 15 23,08
disebut sebagai bystander terlebih Perempuan 50 76,92
dahulu diberikan tes awal (pretest) untuk Total 65 100%
mengetahui sejauh mana pengetahuan Sumber Data: Data Primer (2017)
dan ketrampilannya. Selanjutnya, subjek
Pada penelitian ini, kemampuan
penelitian diberikan pelatihan RJP dan
kognitif bystander RJP diartikan sebagai
pada tahap akhir, subjek penelitian kemampuan kognitif bystander dalam
diberikan posttest untuk mengetahui menginterpretasikan informasi tentang
sejauh mana pengaruh pelatihan RJP tindakan early RJP pada pasien OHCA,
terhadap pengetahuan dan ketrampilan sebelum, sesaat sesudah, dan satu bulan
bystander. Posttest diberikan dua kali, sesudah pelatihan RJP. Berdasarkan tabel
yaitu sesaat sesudah pelatihan dan berikut tertuang rata-rata skor kemampuan
sebulan sesudah pelatihan. kognitif saat pretest, posttest dan sebulan
Instrumen penelitian dalam sesudah pelatihan RJP.
penelitian ini mengacu pada Written
Exam: Version A 2011 American Heart Tabel 3. Data Kemampuan Kognitif dan
Skill Responden Sebelum, Sesaat dan
Association (AHA). Written Exam:
Sebulan Sesudah Pelatihan RJP
Version A 2011 American Heart
Association (AHA) terdiri dari 20 Variabel Sebelum Sesaat Sebulan
pertanyaan multiple choice. Pengambilan yang pelatihan sesudah sesudah
sampel dengan teknik probability dinilai pelatihan pelatihan
sampling yaitu dengan simple random Kemampu 44,43±5,44 89,64±5,56 77,54±6,86
sampling. Analisa data menggunakan an kognitif
Kemampu 33,55±6,51 91,80±6,25 70,61±6,14
pair t-test. an skill
Sumber Data: Data Primer (2017)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, karakteristik Pada penelitian ini, rata-rata
responden berdasarkan usia menunjukkan skor pretest kemampuan kognitif
usia minimal adalah 20 tahun dan usia bystander RJP adalah ±44,43,
maksimal adalah 26 tahun, dengan mean sedangkan rata-rata skor sesaat
22,78. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian sesudah pelatihan RJP adalah ±89,64
besar responden berjenis kelamin dan sebulan sesudah pelatihan RJP
perempuan (76,92%). adalah ±77,54. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian Bobrow et al
Tabel 1. Data Karakteristik Responden
(2012) bahwa rata-rata skor kemampuan
berdasarkan usia dalam tahun (n=65
orang)
kognitif bystander RJP sebelum
pelatihan yaitu ±52,04 dan skor
Usia Mean Median Modus SD kemampuan kognitif segera setelah
20-26 22,78 23 23 1,16 pelatihan meningkat menjadi ±84,34 dan
Sumber Data : Data Primer (2017) sebulan setelah pelatihan menunjukkan
adanya penurunan yaitu menjadi ±78,59.

146
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Pada penelitian ini, rata-rata Hasil penelitian ini didukung oleh


skor kemampuan skill bystander RJP McNallyet al (2011) bahwa pelatihan RJP
sebelum pelatihan yaitu ±35,55 berpengaruh secara signifikan terhadap
sedangkan segera setelah pelatihan kemampuan kognitif dan skill bystander RJP
meningkat menjadi ±91,80 dan sebulan (p – value<0,001). Pada penelitian ini,
keterampilan responden dalam melakukan
setelah pelatihan, mengalami penurunan
Resusitasi Jantung Paru dinilai dari indikator
menjadi ±70,61. McNallyet al.,(2011) sebagai berikut: 1) tahapan respon
mendukung hasil penelitian ini bahwa kegawatdaruratan, yaitu pastikan keamanan,
kemampuan skill RJP sebelum diberikan cek respon korban, panggilan telepon
pelatihan hanya ±29, sedangkan setelah bantuan; 2) posisi tangan, yaitu jumlah
diberikan pelatihan, kemampuan skill wrong hand position (kali); 3) RJP
RJP mencapai ±80,2 dan sebulan berkualitas, yaitu rata-rata kedalaman
sesudah pelatihan RJP menurun menjadi kompresi (mm), rata-rata kecepatan
±68,4. Hasil penelitian ini menunjukkan kompresi (kali/menit), jumlah incomplete
adanya penurunan retensi pengetahuan release (kali) serta jumlah ventilasi efektif
dan ketrampilan mahasiswa sebulan (kali); dan 4) durasi kompresi=ventilasi
(detik).
sesudah pelatihan RJP.
Responden menunjukkan
Berdasarkan hasil wawancara ketidakmampuan untuk memberikan tiupan
dengan responden ditemukan data yang benar dan tepat sehingga tiupan yang
bahwa responden kurang terpapar diberikan menjadi kurang bahkan tidak
dengan kasus henti jantung sehingga efektif. Selain itu ketidakpercayaan diri
lupa dengan prosedur tindakan RJP. responden untuk memberikan tiupan pada
Hasil penelitian ini senada dengan mulut manikin yang telah disediakan juga
Puspita (2015) yang menjelaskan bahwa turut berkontribusi terhadap kemampuan
seseorang cenderung lupa karena memberikan ventilasi yang efektif.
tergantung pada sesuatu yang diamati, Pencapaian ketrampilan tindakan RJP agar
situasi, proses pengamatan yang menghasilkan kualitas yang baik harus
dilakukan dengan teknik yang benar mulai
berlangsung dan waktu. Pengetahuan
dari penempatan posisi tangan yang tepat,
sebagai hasil dari proses belajar sangat tekanan yang dibutuhkan untuk
dipengaruhi oleh waktu sejak menghasilkan kedalaman yang maksimal,
memperoleh pemaparan, dan akan kecepatan yang dihasilkan adekuat serta
cenderung menurun secara logaritmik pemberian bantuan nafas yang efektif,
dari waktu ke waktu. Penelitian ini tentunya pencapaian ketrampilan tersebut
menunjukkan pelatihan RJP berpengaruh tidak dapat diperoleh hanya dengan
positif terhadap kemampuan kognitif dan skill pelatihan yang sifatnya singkat, harus
bystander RJP dengan p-value 0,000 dilakukan pengulangan dan latihan dengan
(<0,001) yang tertuang pada tabel berikut. interval waktu tertentu untuk menjaga
ketrampilan RJP yang dimiliki tetap baik.
Tabel 4. Hasil Analisa Data Pair t-test
Pengaruh Pelatihan RJP terhadap SIMPULAN DAN SARAN
Kemampuan Kognitif dan Skill bystander Pelatihan RJP berpengaruh
RJP positif terhadap pengetahuan dan
ketrampilan bystander RJP dengan p-
Variabel Pelatihan RJP
(p-value)
value 0,000 (<0,001). Rata-rata skor
Kemampuan Kognitif RJP 0,000 awal pengetahuan bystander RJP pada
Kemampuan Skill RJP 0,000 penelitian ini adalah ±44,43, sedangkan
Sumber Data: Data Primer (2017) rata-rata skor sesaat sesudah pelatihan

147
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

RJP adalah ±89,64 dan sebulan Behrend T, Heineman J, Wu L, Burk C,


sesudah pelatihan RJP adalah ±77,54. Duong N, Munoz M, Pruett M,
Rata-rata skor ketrampilan bystander Seropian M, Dillman D. (2011)
RJP sebelum pelatihan adalah ±35,55 Retention of Cardiopulmonary
sedangkan sesaat setelah pelatihan RJP Resuscitation Skills in Medical
adalah ±91,80 dan pada sebulan setelah Students Utilizing a High-Fidelity
pelatihan RJP adalah ±70,61. Penelitian Patient Simulator. Medical
ini menunjukkan pelatihan RJP Student Research
berpengaruh positif terhadap Journal;1(Winter):1-4
pengetahuan dan ketrampilan bystander Capucci, A., Aschieri, D., Piepoli, M.F.,
RJP dengan p-value < 0,000.
Bardy G.H., Iconomu, E., Arvedi,
Penurunan retensi pengetahuan M. (2002). Tripling Survival from
dan ketrampilan mahasiswa sebulan Sudden Cardiac Arrest via Early
sesudah pelatihan RJP disebabkan Defibrillation without Traditional
karena mahasiswa kurang terpapar Education in Cardiopulmonary
kasus pasien dengan henti jantung yang Resuscitation. Circulation. 106.
membutuhkan tindakan RJP. p: 1065 – 1070
Pencapaian kemampuan kognitif dan
ketrampilan RJP yang efektif tentunya Chew, KS., Idzwan, ZM., Hisamuddin,
tidak dapat diperoleh hanya dengan NAR., Aasim, WAW. (2008).
pelatihan yang sifatnya singkat, harus Outcomes of Cardiopulmonary
dilakukan pengulangan dan latihan Resuscitation Performed in
dengan interval waktu tertentu untuk Emergency Department,
menjaga ketrampilan RJP yang dimiliki Hospital Universiti Sains
tetap baik Malaysia. Medical Journal
Malaysia. 63(1): 4 – 8
DAFTAR PUSTAKA Chew, KS., Idzwan, M., Hishamuddin,
Berg, R.A., Hemphill, R., Abella, B.S., NAR., Wan, WA., Kamaruddin,
Aufderheide, DM., Cave, D.M., J. (2008). How frequent is
Hazinski, M.F., Lerner, B., Rea, bystander cardiopulmonary
T.D., Sayre, M.R., Swor, R.A. resuscitation performed in the
(2010). Adult Basic Life Support: community of Kota Bharu,
2010 American Heart Malaysia. Singapore Medical
Association Guidelines for Journal. 49(8):636 – 646
Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Chung, CH., Wong, PCY. (2005). A six –
Care. 122. p: 685 – 705 year prospective study of out -
of – hospital cardiac arrest
Bobrow, B.J., Spaite, D.W., Berg, R.A., managed by a voluntary
Stolz, U., Sanders, A.B., Kern, ambulance organization.
K.B. (2012). Chest Hongkong Journal of Emergency
Compression–Only CPR by Lay Medicine. 12(3):140 – 147
Rescuers and Survival From
Out-of-Hospital Cardiac Arrest. Deo, R., Albert, C.M. (2012).
The Journal of the American Epidemiology and Genetics of
Medical Association. 304 (13). p: Sudden Cardiac Death.
1447 – 1454 Circulation. 125. p: 620-637

148
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017

Fishman, G.I., Chugh, S.S., DiMarco, October 1, 2005 - December 31,


J.P., Albert, C.M., Anderson, 2010. Centers for Disease
M.E. (2010). Sudden Cardiac Control and Prevention.
Death Prediction and Morbidity and Mortality Weekly
Prevention. Report from a Report. 60 (8). 1 – 6
National Heart, Lung, and Blood Nori, JM., Saghafinia, M., Motamedi,
Institute and heart Rhythm MH., Hosseini, MK. (2012). CPR
Society Workshop. Circulation. training for Nurses: How often is
122. p: 2335 – 2348 it necessary? Iran Red Crescent
Harian Kompas. 5 Februari (2011). Adjie Medical Journal. 14(2): 104 –
Massaid dan Kematian 107
Mendadak. Harian Kompas Puspita, I., D. (2015). Retensi
[Online]. Dikutip dari: Pengetahuam, Sikap, dan
http://health.kompas.com/index. Perilaku Pasca Pelatihan Gizi
php/read/2011/02/05/10302115/ Seimbang pada Siswa Kelas 5
Adjie.Massaid.dan.Kematian.Me dan 6 di 10 Sekolah Dasar
ndadak Terpilih Kota Depok Tahun
Harian Kompas. 23 Maret (2013). 2012. Bina Widya. Vol. 26
Hikmah di Balik Kepergian Ricky Nomor 1. p: 18-27
Jo. Harian Kompas [Online]. Sasson, C., Meischke, H., Abella, B.S.,
Dikutip dari: Berg, R.A., Bobrow, B.J., Chan,
http://health.kompas.com/read/2 P.S., Root, E.D., Heisler, M.,
013/03/23/09542054/hikmah.di.b Levy, J.H., Link, M., Masoudi, F.,
alik.kepergian.ricky.jo Ong, M., Sayre, M.R. (2013).
Lim, GH., Seow, E. (2002). Resuscitation Increasing Cardiopulmonary
for Patients with out – of – Resuscitation Provision in
hospital cardiac arrest: Communities With Low
Singapore. Prehospital Disaster Bystander Cardiopulmonary
Medical. 17(2):96 – 101 Resuscitation Rates A Science
Advisory From the American
Leong, BSH. (2011). Bystander CPR and
Heart Association for Healthcare
Survival. Singapore Medical
Providers, Policymakers, Public
Journal. 52(8). p: 573 575
Health Departments, and
McNally, B., Robb, R., Mehta, M., Community Leaders. Circulation.
Vellano, K., Valderrama, A.L., 127. p: 1 – 9
Yoon, P.W., Sasson, C. (2011).
Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis
Out-of-Hospital Cardiac Arrest
untuk Profesi Perawat. Jakarta:
Surveillance — Cardiac Arrest
EGC.
Registry to Enhance Survival
(CARES), United States,

149

You might also like