You are on page 1of 13

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KETURUNAN, AKTIVITAS MELIHAT

DEKAT DAN SIKAP PENCEGAHAN MAHASISWA FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU TERHADAP KEJADIAN MIOPIA

Sepnita Usman
Efhandi Nukman
Eka Bebasari
Email: sepnita.usman@gmail.com / 085265976686

ABSTRACT
Myopia is a refractive error with incidents between 50% to 80,3% at some
hospitals in Indonesia. Based on World Health Organization, the prevalence of
myopia is increasing. The prevalence of myopia among medical students is nearly
twice as high as in general population. Risk factor that associated with myopia is
genetic or herediter, near work activitis and prevention attitudes. The aim of this
study is to determine the relationship between heredity, near work activities and
prevention attitudes in students of Faculty Medicine of Riau University with
incidence of myopia. This study was analytic observational cross sectional study.
The subjects in this study are medical students of Faculty Medicine of Riau
University grade 2010, 2011 and 2012. Total samples in this study is 85 people
taken with stratified random sampling technique. The data of relationship
between heredity with myopia was analyzed by chi-square test, relationship
between myopia with near work activities for variable reading book and work
study task was analyzed by kolmogorov-smirnov test, for variable reading for
pleasure (hobby), watching televison, using computer or laptop was analyzed by
chi-square test and relationship between prevention attitudes with myopia was
analyzed by kolmogorov-smirnov test. The result of this study showed a significant
association for heredity with myopia (p = 0,001). There were no statistically
association between reading and work study task (p = 0,492), reading for
pleasure or hobby (p = 0,895), wathcing television (p = 0,774), using computer or
laptop (p = 0,680). No association between prevention attitudes with myopia (p =
0,144).
Keyword : myopia, heredity, near work activities, prevention attitudes

PENDAHULUAN ada tindakan pencegahan dan


Miopia merupakan kelainan mata pengobatan terhadap miopia, hal ini
yang paling banyak di seluruh dunia kan mengakibatkan jumlah penderita
dan merupakan masalah kesehatan akan semakin meningkat.2 Dan
masyarakat yang signifikan. Di berdasarkan laporan Institute of Eye
Indonesia, prevalensi kelainan Research diperkirakan pada tahun
refraksi menempati urutan pertama 2020 penderita miopia akan
pada penyakit mata dan ditemukan mencapai 2,5 milyar penduduk.1,3
jumlah penduduk kelainan refraksi di Penyebab terjadinya miopia sampai
Indonesia hampir 25% populasi saat ini masih belum diketahui secara
penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.1 pasti. Dalam perkembangan miopia
Menurut perhitungan WHO, tanpa terdapat perdebatan antara faktor

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014 1


2

genetik dan faktor lingkungan. Orang secara stratified random sampling


tua dengan miopia akan yaitu Merupakan suatu teknik
meningkatkan resiko kemungkinan sampling dimana populasi dibagi
timbulnya miopia pada keturunan kedalam sub populasi (strata), karena
mereka, dibandingkan dengan orang mempunyai karakteristik yang
tua yang tidak memiliki miopia. heterogen dan heterogenitas tersebut
Faktor lingkungan yang paling mempunyai arti yang signifikan
banyak berperan pada miopia adalah terhadap pencapaian tujuan
adanya aktivitas pekerjaan dekat penelitian.7 Penelitian ini dilakukan
yang terus menerus.3 Lamanya di Fakultas Kedokteran Universitas
aktivitas melihat dekat sering Riau yang dilaksanakan pada bulan
dihubungkan dengan tingkat April-Mei 2014.
pendidikan. Penelitian yang Pengambilan sampel dilakukan dari
dilakukan di Universitas Nasional pengumpulan data mahasiswa
Singapura menunjukkan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas
89,9% mahasiswa kedokteran tahun Riau, selanjutnya dipilih secara acak
kedua mengalami miopia.4 Hal ini kemudian diminta kesediaan
mungkin disebabkan mahasiswa mahasiswa untuk dijadikan sampel
kedokteran banyak melakukan penelitian dengan menandatangani
kegiatan membaca buku, sehingga surat persetujuan pada formulir
mereka cenderung mengalami informed consent. Penilaian
miopia. Selain itu, orang yang hubungan antara faktor keturunan,
mengalami miopia cenderung aktivitas melihat dekat dan sikap
mempunyai IQ yang lebih tinggi pencegahan mahasiswa terhadapat
daripada populasi umum, begitu pula kejadian miopia menggunakan
mahasiswa kedokteran. Oleh karena lembar kuesioner. Data hasil visus
itu, miopia cenderung terjadi pada diperoleh dengan mencatat hasil
mahasiswa kedokteran.5 pengukuran visus dengan
Selain itu miopia merupakan menggunakan kartu snellen chart dan
kelainan refraksi yang dapat dicegah pin hole dengan prosedur sebagai
dan sikap yang baik tentang kelainan berikut mahasiswa dan pemeriksa
refraksi akan mencegah gangguan berhadapan. mahasiswa duduk pada
penglihatan.6 jarak 6 m dari kartu snellen nellen,
Dari latar belakang inilah penulis mata yang satu ditutup, mahasiswa
ingin mengetahui lebih jauh tentang dipersilahkan untuk membaca
hubungan faktor keturunan, aktivitas huruf/gambar yang terdapat pada
melihat dan sikap pencegahan kartu snellen, dari yang paling besar
mahasiswa Fakultas Kedokteran sampai pada huruf yang dapat
Universitas Riau terhadap miopia. terlihat oleh mata normal. Angka
disamping baris merupakan
METODE PENELITIAN gambaran visus mahasiswa, bila
Jenis penelitian ini adalah mahasiswa bisa melihat baris dengan
analitik dengan desain penelitian angka disampingnya adalah 15,
cross sectional. Apabila penderita tak dapat melihat
Jumlah responden sebanyak 85 huruf yang terdapat pada kartu
mahasiswa Fakultas Kedokteran snellen, maka pemeriksa
Universitas Riau. Teknik mempergunakan jari.
pengambilan sampel dilakukan
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
3

Mahasiswa diminta untuk Kedokteran Universitas Riau


menghitung jari pemeriksa, pada No.59/UN19.1.28/UEPKK/2014.
jarak 6m, 2 m, sampai dengan 1m.
Dalam hal demikian maka visus dari
mahasiswa dinyatakan dalam per-60 HASIL DAN PEMBAHASAN
Apabila mahasiswa tak dapat
menghitung jari, maka dipergunakan 1. Karakteristik responden
lambaian tangan pemeriksa pada Total sampel pada penelitian ini
jarak 1m sampai 6 m . Dalam hal ini, adalah 85 mahasiswa. Gambaran
maka visus penderita dinyatakan karakteristik 85 mahasiswa sebagai
dalam per 300. Apabila lambaian subjek pada penelitian ini menurut
tangan tak terlihat oleh mahasiswa, umur, jenis kelamin, kelainan
maka kita periksa visusnya dengan refraksi, usia terjadinya miopia
cahaya (sinar baterai). Untuk ini pertama kali tingkat pendidikan
maka visus dinyatakan dalam per tak terjadinya miopia kali dapat dilihat
terhingga.8 pada tabel 1.1

Penelitian ini telah lolos kaji


etik dari Unit Etika Penelitian
Tabel 1.1 Karakteristik responden bahwa pada penelitian ini lebih
banyak berjenis kelamin perempuan
Dari tabel 1.1 didapatkan hasil yaitu 70 orang (82,4%) sedangkan
No Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Laik-laki 15 orang 17,6
Perempuan 70 orang 82,4
Jumlah 85 orang 100
2 Usia
18-20 tahun 51 orang 60
21-23 tahun 34 orang 40
Jumlah 85 orang 100
3 Kelainan Refraksi
Miopia 48 orang 56,5
Emetropia 37 orang 43,5
Jumlah 85 orang 100
4 Usia Terjadinya Miopia Pertama Kali
5-10 tahun 8 orang 16,6
11-15 tahun 20 orang 41,7
16-20 tahun 20 orang 41,7
Jumlah 85 orang 100
5 Tingkat Pendidikan Terjadinya
Miopia Pertama Kali
SD 14 orang 29,2
SMP 11 orang 22,9
SMA 18 orang 37,5
Perguruan Tinggi 5 orang 10,4
Jumlah 85 orang 100
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
4

15 orang (17,6%) berjenis kelamin berdasarkan tingkat pendidikan


laki-laki. Berdasarkan usia responden responden pertama kali mengalami
dapat dilihat usia responden lebih miopia paling banyak pada tingkat
banyak berkisar 18-20 tahun yaitu 51 pendidikan SMA yaitu 18 orang
orang (60%) daripada usia 21-23 (37,5%), diikuti dengan tingkat
tahun yaitu 34 orang (40%). pendidikan SD yaitu 14 orang
Responden yang mengalami kelainan (29,2%), tingkat pendidikan SMP
refraksi miopia lebih banyak yaitu 11 orang (22,9%) dan paling
daripada yang emetropia atau tidak sedikit pada tingkat pendidikan
mengalami kelainan refraksi yaitu 48 perguruan tinggi yaitu 5 orang
orang (56,5%) dan 37 orang (34,5%). (10,4%).
Dari 48 responden yang mengalami
miopia didapakan hasil untuk 2. Distribusi miopia pada
karakteristik usia terjadinya miopia responden dan pada kedua
pertama kali pada responden paling orangtuanya
sedikit pada usia 5-10 tahun yaitu 8 Hubungan antara miopia dengan
orang (16,6%), pada usia 11-15 faktor keturunan pada mahasiswa
tahun dan usia 16-20 tahun hasilnya Fakultas Kedokteran Universitas
sama yaitu masing-masing 20 orang Riau dapat dilihat pada tabel 2.1
(41,7%). Untuk hasil penelitian

Tabel 2.1 Distribusi miopia pada responden dan pada kedua orang tuanya
Miopia Total p
n % n % n %
Ayah 4 4,7 0 0 4 4,7
Riwayat dan
miopia Ibu
pada Ayah 15 17,64 3 3,52 18 21,17 0,001
orangtua atau
Ibu
Tidak 29 34,11 34 40 63 74,11
Total 48 56,47 37 45,52 85 100
Berdasarkan tabel 2.1 didapatkan bahwa orang dengan riwayat miopia
hasil dari 85 responden didapati memiliki kemungkinan lebih besar
bahwa 37 orang tidak mengalami untuk mengalami miopia daripada
miopia dan 48 orang yang emetropia.
mengalami miopia, 4 orang Hal ini sesuai dengan penelitian yang
mempunyai kedua orang tua yang dilakukan oleh Melita Perty Arianti
miopia. 15 orang lainnya mempunyai dimana dari 44 responden yang
salah satu orang tua yang mengalami mengalami miopia, didapatkan 18
miopia. Dan 29 orang tidak memiliki responden memiliki riwayat miopia
orang tua yang miopia. di keluarga, sedangkan dari 26
Dari hasil uji hipotesis Chi-Square responden yang tidak mengalami
didapatkan nilai p = 0,001 yang miopia, 3 orang memiliki riwayat
berarti terdapat hubungan bermakna miopia di keluarga dan didapatkan
antara faktor keturunan dengan nilai p 0,010 yang didapat dengan uji
miopia.Sehingga dapat dikatakan Chi-Square.9 Penelitian lisa dan

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


5

kawan-kawan, juga mengatakan Penelitian secara genetik juga pernah


bahwa ada hubungan antara riwayat dilakukan untuk mengidentifikasi
miopia pada keluarga dengan miopia lokus genetik yang berhubungan
p <0,0001, mengindikasikan bahwa dengan kejadian miopia, terutama
kemungkinan anak memiliki resiko miopia ekstrim. Penelitian secara
tinggi menjadi miopia meningkat genetik, telah mengidentifikasikan
seiring jumlah orang tua yang lokus gen untuk miopia (2q, 4q, 7q,
mengalami miopia.10 12q, 15q,17q,18p,22q, dan Xq), dan
Beberapa penelitian menunjukkan gen 7p15, 7q36 dan 22q11
faktor resiko keturunan adalah faktor dilaporkan ikut mengatur kejadian
terpenting yang menyebabkan miopia.12 Penelitian lain juga
miopia. Orang tua yang miopia menemukan 7q36 berhubungan
cenderung memiliki anak miopia. dengan kejadian miopia berat ( > -
Penelitian Goss menyebutkan, 6D). Hal ini membuktikan bahwa
prevalensi miopia 33-60% pada anak riwayat miopia di keluarga
dengan kedua orangtua miopia, pada merupakan faktor resiko yang
anak yang memiliki salah satu orang penting dalam kejadian miopia.11
ttua miopia prevalensinya 23-40%
dan hanya 6-15% anak yang
mengalami miopia yang tidak 3. Distribusi penambahan visus
memiliki orang tua miopia.11 Sesuai pada responden dalam satu tahun
dengan hasil penelitian tersebut, ada terakhir.
faktor keturunan yang mendasari
seseorang mengalami miopia, dan Penambahan visus pada responden
hal ini cenderung mengikuti pola dalam satu tahun terakhir dapat
dose respons pattern. Dalam dilihat pada tabel 3.1
penelitian ini, anak yang orangtuanya
mengalami miopia memiliki
kemungkinan menjadi miopia
sebesar 22,34%.

Tabel 3.1 distribusi pemabahan visus pada responden dalam satu tahun terakhir

No Terjadi penambahan Jumlah Persentase (%)


1 Ya 25 orang 52,1
2 Tidak 23 orang 47,9
Jumlah 48 orang 100
Dari 48 responden yang mengalami dalam satu tahun terakhir dan 23
miopia didapatkan hasil 25 orang orang (47,9%) tidak mengalami
(52,1%) mengalami penambahan penambahan
visus

4. Distribusi responden Riwayat miopia di keluarga pada


berdasarkan riwayat miopia di responden dapat dilihat dari tabel 4.1
keluarga
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
6

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan riwayat miopia pada keluarga


No Riwayat Miopia di keluarga Jumlah Persentase (%)
1 Ada 63 orang 74
2 Tidak 22 orang 26
Jumlah 85 orang 100
Pada tabel 4.4 dapat dilihat responden orang (74%) dan yang memiliki
yang tidak memiliki riwayat miopia di riwayat miopia di keluarga
keluarga yaitu 63 22 orang (26%).

5. Distribusi responden Penggunaan kacamata pada orangtua


berdasarkan penggunaan kacamata responden dapat dilihat pada tabel 5.1
pada orang tuanya
Tabel 5.1 riwayat penggunaan kacamata pada orangtua responden
No Riwayat penggunaan kacamata Jumlah Persentase (%)
1 Ayah dan Ibu 48 orang 56,5
2 Ayah atau Ibu 15 orang 17,6
3 Tidak 22 orang 25,9
jumlah 85 orang 100

Dari 85 orang responden terdapat 48 satu orangtuanya menggunakan


orang (56,5%) yang kedua kacamata dan 22 orang (25,9%) yang
orangtuanya menggunakan kaca orangtuanya tidak menggunakan
mata, 15 orang (17,6%) yang salah kacamata.

6. Distribusi responden Usia orangtua responden pertama


berdasarkan usia orangtua kali menggunakan kacamata dapat
pertama kali menggunakan dilihat pada tabel 6.1
kacamata

Tabel 6.1 penggunaan kacamata pada orangtua responden

No Usia Jumlah Persentase (%)


1 Ayah
10-30 tahun 30 orang 55,6
31-60 tahun 24 orang 44,4
Jumlah 54 orang 100
2 Ibu
10-30 tahun 35 orang 61,4
31-60 tahun 22 orang 38,6
jumlah 57 orang 100

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


7

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat juga dapat dilihat bahwa usia Ibu
bahwa usia Ayah responden pertama responden pertama kali
kali menggunakan kacamata lebih menggunakan kacamata juga lebih
banyak pada usia 10-30 tahun yaitu banyak pada usia 10-30 tahun yaitu
30 orang (55,6%) dan 24 orang 35 orang (61,4%) dan 22 orang
(44,4%) Ayah responden (38,6%) Ibu responden menggunakan
menggunakan kacamata pertama kali kacamata pertama kali pada usia 31-
pada usia 31-60 tahun. Dari tabel 60 tahun.

7.Distribusi responden Alasan penggunaan kacamata


berdasarkan alasan pertama kali pertama kalli pada orangtua
penggunaan kaca mata pada responden dapat dilihat pada tabel
Orangtuanya 7.1

Tabel 7.1 Alasan penggunaan kacamata pertama kali pada orangtua responden
No Kelainan refraksi Jumlah Persentase (%)
1 Ayah
Melihat dekat 12 orang 22,2
Melihat jauh 42 orang 77,8
Melihat jauh dekat 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 54 orang 100
2 Ibu
Melihat dekat 14 orang 24,6
Melihat jauh 41 orang 71,9
Melihat jauh dekat 2 orang 3,5
Lain-lain 0 0
jumlah 57 orang 100
Dari 54 responden yang Ayahnya menggunakan kaca mata terdapat 14
menggunakan kaca mata terdapat 12 orang (24,6%) yang menggunakan
orang (22,2%) yang menggunakan kacamata pertama kali dengan tujuan
kacamata pertama kali dengan tujuan untuk melihat jauh, 41 orang (71,9%)
untuk melihat jauh, 42 orang (77,8%) menggunakan kacamata pertama kali
yang menggunakan kacamata dengan tujuan untuk melihat dekat
pertama kali dengan tujuan untuk dan 2 orang (3,5%) menggunakan
melihat dekat dan 0 % menggunakan kacamata pertama kali untuk melihat
kacamata pertama kali untuk melihat jauh dekat dan 0% yang
jauh dekat dan lain-lain. Dan dari 57 menggunakan kacamata pertama kali
responden yang Ibunya untuk lain-lain.

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


8

8 Distribusi responden Visus responden berdasarkan hasil


berdasarkan hasil pemeriksaan pemeriksaan dengan menggunakan
visus dengan snellen chart kartu snellen dapat dilihat pada tabel
8.1

Tabel 8.1 Hasil pemeriksaan visus responden dengan menggunakan kartu snellen
No Tajam penglihatan Jumlah Persentase (%)
1 Mata kanan
6/6 – 6/50 60 orang 70,6
>6/50 – 6/120 13 orang 15,3
>6/120 – 6/200 6 orang 7,1
>6/200 – 3/60 4 orang 4,8
>3/60 – 1/60 1orang 1,2
<1/60 0 0
Jumlah 85 orang 100
2 Mata kiri
6/6 – 6/50 58 orang 68,2
>6/50 – 6/120 13 orang 15,3
>6/120 – 6/200 8 orang 9,4
>6/200 – 3/60 5 orang 5,9
>3/60 – 1/60 1 orang 1,2
<1/60 0 0
Jumlah 85 orang 100
Pemeriksaan visus dengan pemeriksaan visus responden dengan
menggunakan kartu snellen pada menggunakan kartu snellen pada
mata kanan 85 responden didapatkan mata kiri didapatkan hasil visus
hasil visus terbanyak antara 6/6 – terbanyak antara 6/6 – 6/50 yaitu 58
6/50 yaitu 60 orang (70,6%), visus orang (68,2 %), visus >6/50 – 6/120
>6/50 – 6/120 didapatkan 13 orang didapatkan 13 orang (15,3 %),
(15,3%), >6/120 – 6/200 6 orang (7,1 >6/120 – 6/200 8 orang (9,4%),
%), >6/200 – 3/60 4 orang (4,7%), >6/200 – 3/60 5 orang (5,9%), >3/60
>3/60 – 1/60 1 orang (1,2%), dan 0 – 1/60 1 orang (1,2%) dan 0 yang
yang memiliki visus <1/60. Dari memiliki visus <1/60.
tabel 4.7 juga dapat dilihat hasil

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


9

9. Distribusi miopia dengan variabel, membaca dan mengerjakan


aktivitas melihat dekat pada tugas kuliah, membaca untuk
responden kesenangan (hobi), menonton
teleivisi dan menggunakan komputer
Hasil uji statistik miopia dengan atau laptop dapat dilihat pada tabel
aktivitas melihat dekat dengan 9.1

Tabel 9.1 Proporsi miopia dan aktivitas melihat dekat pada responden
Variable Riwayat Kategori aktivitas melihat dekat p
miopia rendah sedang tinggi
n % n % n %
Membaca dan ya 13 15,3 30 35,3 5 5,9 0,492
mengerjakan tidak 14 16,4 23 27,1 0 0
tugas kuliah
Membaca Ya 8 9,4 31 36,4 9 10,7 0,895
untuk
kesenangan tidak 5 5,9 24 28,2 8 9,4
(hobi)
Menonton Ya 11 12,9 26 30,6 11 12,9 0,774
televisi tidak 8 9,4 18 21,3 11 12,9
Menggunakan Ya 10 11,8 31 36,4 7 8,2 0,680
komputer atau tidak 5 5,9 26 30,6 6 7
laptop

Berdasarkan tabel 9.1 dapat terlihat kedalam kategori sedang yaitu 31


untuk variabel membaca dan orang (36,4%), 9 orang (10,7%)
mengerjakan tugas kuliah dari 48 termasuk kedalam kategori tinggi
responden yang mengalami miopia dan 8 orang (9,4%) yang termasuk
paling banyak termasuk kedalam kedalam kategori rendah. Dan dari
kategori sedang yaitu 30 orang 37 responden yang tidak mengalami
(35,3%), 13 orang (15,3%) termasuk miopia paling banyak juga termasuk
kedalam kategori tinggi dan 5 orang kedalam kategori sedang yaitu 24
(5,9%) yang termasuk kedalam orang (28,2%), 8 orang (9,4%)
kategori rendah. Dan dari 37 termasuk kedalam kategori tinggi
responden yang tidak mengalami dan paling sedikit 5 orang (5,9%)
miopia paling banyak juga termasuk yang termasuk kedalam kategori
kedalam kategori sedang yaitu 23 rendah. Dari tabel juga dapat dilihat
orang (27,1%), 14 orang (16,4%) nilai p adalah 0,895. Variabel
termasuk kedalam kategori rendah menonton televisi dari 48 responden
dan paling sedikit 0 orang (0%) yang yang mengalami miopia paling
termasuk kedalam kategori tinggi. banyak termasuk kedalam kategori
Dari tabel juga dapat dilihat nilai p sedang yaitu 26 orang (30,6%), 11
adalah 0,492. orang (12,9%) termasuk kedalam
Untuk variabel membaca untuk kategori tinggi dan 11 orang (12,9%)
kesenangan (hobi) dapat dilihat dari yang termasuk kedalam kategori
48 responden yang mengalami rendah. Dan dari 37 responden yang
miopia paling banyak termasuk tidak mengalami miopia
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
10

paling banyak juga termasuk bermain video game, menggunakan


kedalam kategori sedang yaitu 18 komputer, aktivitas jarak dekat lain,
orang (21,3%), 11 orang (12,9%) namun dari penelitian tersebut
termasuk kedalam kategori tinggi terdapat kecenderungan bahwa
dan paling sedikit 8 orang (12,9%) semakin tinggi aktivitas melihat
yang termasuk kedalam kategori dekat maka akan semakin tinggi
rendah. Dari tabel juga dapat dilihat pertambahan miopianya.13 Data yang
nilai p adalah 0,774. diperoleh peneliti menunjukkan
Dan dari tabel juga dapat dilihat dari bahwa secara keseluruhan waktu
48 responden yang mengalami yang paling banyak dihabiskan oleh
miopia paling banyak termasuk responden adalah membaca dan
kedalam kategori sedang yaitu 31 mengerjakan tugas kuliah. Hal ini
orang (36,4%), 10 orang (11,8%) sesuai dengan teori yang menyatakan
termasuk kedalam kategori rendah bahwa kebiasaan membaca dalam
dan 7 orang (8,2%) yang termasuk waktu lama dapat menyebabkan
kedalam kategori tinggi. Dan dari 37 tonus siliaris menjadi tinggi sehingga
responden yang tidak mengalami lensa menjadi cembung yang
miopia paling banyak juga termasuk mengakibatkan bayangan objek jatuh
kedalam kategori sedang yaitu 26 di depan retina dan menimbulkan
orang (30,6%), 5 orang (5,9%) miopia.
termasuk kedalam kategori rendah Dalam penelitian ini dapat
dan 6 orang (7%) yang termasuk disimpulkan bahwa tidak ada
kedalam kategori tinggi. Dari tabel hubungan bermakna antara lamanya
juga dapat dilihat nilai p adalah aktivitas melihat dekat dengan
0,680. kejadian miopia, karena didapatkan
Penelitian yang dilakukan oleh imam bahwa lama waktu yang dihabiskan
dan kawan-kawan tentang hubungan untuk membaca atau mengerjakan
aktivitas melihat dekat dengan tugas kuliah, membaca untuk hobi,
kejadian miopia juga menunjukkan menonton televisi, dan menggunakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang komputer atau laptop antara sampel
bermakna secara statistik (p>0,05) yang miopia dan tidak miopia tidak
untuk seluruh parameter yang jauh berbeda.
digunakan untuk aktivitas melihat
dekat (belajar, menonton televisi,

10. Distribusi miopia dengan sikap Hubungan antara miopia


pencegahan mahasiswa Fakultas dengan sikap pencegahan mahasiswa
Kedokteran Universitas Riau Fakultas Kedokteran Universitas
terhadap kejadian miopia Riau terhadap kejadian miopia dapat
dilihat pada tabel 10.1

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


11

Tabel 10.1 Proporsi miopia pada responden dan sikap pencegahan terhadap
kejadian miopia
Kategori sikap pencegahan terhadap kejadian p
miopia
Buruk Sedang Baik
n % n % n %
Riwayat Ya 4 4,7 36 42,4 8 9,4 0,144
miopia tidak 3 3,5 29 34,1 5 5,9
Dari 85 responden didapatkan 48 dekat juga dipengaruhi oleh posisi
orang yang mengalami miopia saat melakukan aktivitas melihat
dengan sikap pencegahan 4 orang dekat, pencahayaan yang digunakan
(4,7%) yang memiliki sikap saat melakukan aktivitas melihat
pencegahan yang buruk, 36 orang dekat dan posisi serta jeda saat
(42,4%) yang memiliki sikap melakukan aktivitas melihat dekat.
pencegahan yang sedang, 8 orang Selain itu sikap pencegahan terhadap
(9,4%) yang memiliki sikap kejadian miopia ataupun perburukan
pencegahan yang baik. Dan dari 37 miopia juga dipengaruhi oleh
responden yang tidak mengalami makanan yang dikonsumsi dan
miopia didapatkan hasil sikap aktivitas olahraga.
pecegahan 3 orang (3,5%) yang
memiliki sikap pencegahan yang SIMPULAN DAN SARAN
baik, 29 orang (34,1%) yang Berdasarkan hasil penelitian yang
memiliki sikap pencegahan yang telah dilakukan dapat diambil
sedang, 5 orang (5,9%) yang kesimpulan, kelompok usia
memiliki sikap pencegahan yang terbanyak terbanyak yaitu kelompok
buruk. Dinilai dari hasil persentase usia 18-21 tahun (60%), jenis
yang didapat, dapat disimpulkan kelamin terbanyak yaitu perempuan
tidak terdapat perbedaan yang nyata (82,4%), terdapat lebih banyak
antara responden yang mengalami responden yang mengalami miopia
miopia ataupun tidak mengalami (56,5%), usia terjadinya miopia
miopia bila dinilai dari sikap pertama kali pada kelompok usia 11-
pencegahannya terhadap kejadian 20 tahun (83,4%), tingkat pendidikan
miopia dan dari hasil uji hipotesis pertama kali mengalami miopia
komparatif komlogorov-smirnov paling banyak pada tingkat
didapatkan nilai p > dari 0,05 yaitu p pendidikan SMA (37,5%). Terdapat
adalah 0,144 sehingga dapat hubungan bermakna antara faktor
disimpulkan tidak terdapat hubungan keturunan dengan kejadian miopia
bermakna antara miopia dengan pada mahasiswa Fakultas
sikap pencegahan terhadap miopia Kedokteran Universitas Riau
pada mahasiswwa Fakultas angkatan 2010, 2011 dan 2012.
Kedokteran Universitas Riau. Hal ini Tidak terdapat hubungan bermakna
mungkin disebabkan sikap antara faktor lamanya aktivitas
pencegahan lebih mempengaruhi melihat dekat dengan kejadian
perburukan dari miopia. Sedangkan miopia pada mahasiswa Fakultas
untuk kejadian miopia selain Kedokteran Universitas Riau
dipengaruhi aktivitas melihat dekat angkatan 2010, 2011 dan 2012.
seperti lamanya aktivitas melihat

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014


12

Tidak terdapat hubungan bermakna sesungguhnya dan menggunakan


antara sikap pencegahan terhadap alat-alat untuk pemeriksaan visus
miopia dengan kejadian miopia pada yang dapat menggambarkan nilai
mahasiswa Fakultas Kedokteran kelainan dioptri, seperti set lensa
Universitas Riau angkatan 2010, coba trial lens.
2011 dan 2012.
Diharapkan kepada peneliti lain yang UCAPAN TERIMA KASIH
akan melakukan penelitian yang Penulis mengucapkan terima kasih
sama disarankan untuk penelitian yang sebesar-besarnya kepada
dalam pembuatan pertanyaan Fakultas Kedokteran Universitas
kuesioner lebih spesifik dan detail, Riau, dosen pembimbing yang telah
sehingga terlihat perbedaan jawaban memberikan banyak masukan kepada
yang bermakna, kemudian kondisi Penulis untuk kelancaran penelitian
responden harus benar-benar serta kepada responden yang telah
dipersiapkan sehingga pengukuran berpartisipasi dalam penelitian ini
visus dan pengisian kuesioner dari sehingga penelitian ini dapat
responden benar-benar dilaksanakan dan diselesaikan tepat
mencerminkan keadaan responden waktu.

DAFTAR PUSTAKA 4. Woo WW, Lim KA,


Yang H, Refractive Errors in
1. Saw S.M, Hong R.Z, Medical Student in
Zhang M.Z, Fu Z.F, Ye M, Singapore. Singapore Med J
Tan D and Chew S.J., Near 2004;Vol 45(10) : 470
Work Activity and Myopia in 5. Midelfart A and
Rural and Urban Hertes S. Myopia Among
Schoolchildren in China. Medical Student in Norway
Journal Pediatric Invest Ophthlamol 45 sci 46:
Ophthalmology Strabismus, E. Abstract 2005 ;562
2001. Available at : 6. Sirlan F. Survei
http://www.ncbi.nim.nih.gov pengetahuan, Sikap dan
(diakses pada tanggal Praktek Masyarakat di Jawa
25oktober 2013) Barat Terhadap Kesehatan
2. Dunway and Berger. Mata;2005;245-51
World Wide Distribution of 7. Sugiyono. Statistika
Visual Refractive Errors and untuk Penelitian. Bandung:
What to Expect at a Particular 2011. Alfabeta.
Location. 2001 8. Ganong wf. Buku ajar
3. Mutti D.O., Mitchell fisiologi kedokteran ed 22.
G.L.,. Moeschberger M. L, Penglihatan. Jakarta: EGC,
Jones L. A., Zadnik K., 2008;75
Parental Myopia, Near Work, 9. Melita PA. Hubungan
School Achievement, and Antara Riwayat Miopia di
Children’s Refractive Error. Keluarga dan Lama Aktivitas
Investigative Ophthalmology Melihat Dekat dengan Miopia
& Visual Science, 2002. pada Mahasiswa PSPD
43(12), pp.3633-40. UNTAN angkatan 2010-
JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014
13

2012. [skripsi] Fakultas 12. Klein AP, Duggal P,


Kedokteran Universitas Lee KE, Cheng CY, Klein R,
Tanjungpura . 2013 Bailey-Wilson JE, Klein BE.
10. Jones Jordan LA, Linkage Analysis Of
Sinnott LT, Manny RE, Quantitative Refraction and
Cotter SA, Kleinstein RN, Refractive Errors in The
Mutti DO, et all. Beaver Dam Eye Study
Earlyhildhood Refractive [abstract]. 2011 vol
Error and Parental History 13;52(8):5220-5 Avalaible at
Myopia as Predictors of http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Myopia. Invest Ophthalmol pubmed/21571680 (diakses
Vis Sci. 2010 ; vol 51 (1) ; pada tanggal 12 april 2014)
115-121 . available at 13. Imam Triharyo,
http://www.jovs.org/content/5 Wasisdi Gunawan, Suhardjo.
1/1/115.short (diakses pada Pertambahan Miopia pada
tanggal 12 april 2014) Anak Sekolah Dasar Daerah
11. Goss, D. Practice Perkotaan dan Pedesaan di
Guideline Care of The Patient Daerah Istimewa Yogyakarta.
with Myopia American Fakultas Kedokteran
Optometric Association. UGM/RS
Optometric Clinical. Avalaibe dr.Sardjito.Yogyakarta. 2008.
at Vol 6(2) 104-112
http://www.aoa.org/document
s/CPG-15.pdf (diakses pada
tanggal 10 april 2014)

JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014

You might also like