You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sakit kepala merupakan salah satu keluhan kesehatan masyarakat yang
paling umum. Bentuknya dapat bermacam-macam, mulai dari yang paling ringan
sampai yang paling berat. Salah satu dari bentuk sakit kepala adalah perasaan
pusing berputar sampai hilangnya keseimbangan, atau yang sering disebut
masyarakat sebagai vertigo. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dan
masyarakat memerlukan pemahaman yang lebih luas mengenainya.
Pada skenario kali ini, diceritakan mengenai seorang wanita usia 51 tahun
yang sejak dua minggu terakhir merasa pusing berputar. Pusing terjadi hanya kira-
kira selama satu menit tetapi terjadi beberapa kali dalam sehari. Keluhan timbul
bila pasien berubah posisi waktu tidur, bangun tidur, membungkuk, dan kemudian
tegak kembali. Pasien juga merasa mual tetapi tidak muntah. Kira-kira enam bulan
yang lalu, pasien juga pernah sakit seperti ini tetapi sembuh sendiri. Pendengaran
kedua telinga baik, tidak berdengung. Riwayat trauma dan demam sebelumnya
disangkal.
Makalah ini berisikan berbagai penjelasan mengenai vertigo atau pusing
berputar. Diharapkan makalah ini memberikan pengetahuan yang lebih dalam
kepada pembaca mengenai vertigo.

1.2. Tujuan Penulisan


Untuk memberikan pengetahuan yang luas kepada pembaca mengenai
vertigo atau pusing berputar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan adalah auto anamnesis. Dokter akan
menanyakan beberapa pertanyaan kepada pasien yang mengalami keluhan untuk
mengetahui dengan lebih jelas penyakit penderita tersebut. Adapun pertanyaan-
pertanyaan tersebut antara lain:1,2
1) Apakah pasien merasa pusing? Jika ya, bagaimana gambaran pusing
tersebut secara rinci?
2) Apakah pasien merasa dirinya atau objek sekitarnya berputar?
3) Apakah pasien merasakan adanya gangguan keseimbangan atau
sempoyongan?
4) Apakah terdapat gangguan pendengaran atau gangguan kesadaran?
5) Apakah keluhan timbul atau bertambah berat pada pergerakan kepala
seperti menggeleng, menundukkan kepala atau menengadah?
6) Apakah keluhan timbul pada bangun pagi?
7) Apakah keluhan timbul pada saat perubahan posisi tubuh?
8) Kapan saja, berapa lama, dan berapa kali serangan itu muncul dalam
sehari?
9) Apakah pasien juga merasakan mual, muntah, keringat dingin, jantung
berdebar, atau keluhan penyerta lainnya?
10) Pernahkah pasien menjalani pengobatan terhadap keluhan ini sebelumnya?
Jika ya, pengobatan apa yang sudah dilakukan?

2.2. Pemeriksaan Fisik


Ditujukan untuk meneliti bentuk vertigo, letak lesi serta penyebabnya
dengan melakukan berbagai pemeriksaan antara lain:1

 Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, antara lain:
pengukuran tekanan darah dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri,
mendengar ada tidaknya bising karotis, irama (denyut jantung) dan memeriksa
pulsasi nadi perifer.

2

Pemeriksaan Neurologis
Dilakukan untuk memeriksa fungsi vestibuler/serebelar pasien, terdiri atas:
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-
30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
Pada kelainan vestibuler, hanya pada mata tertutup badan penderita
akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebelar,
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup.
b. Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler,
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebelar, penderita
akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler, posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah
lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram, yakni kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata

3
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan
dan lima langkah ke belakang selama setengah menit. Pada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.


Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
Ditujukan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1) Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
- Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke
posisi terlentang), lalu putar kepala ke samping
- Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri
- Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa
- Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke
kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer
atau sentral.
Hasil yang akan ditemukan yaitu:
- Pada vertigo perifer (BPPV): vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
(fatigue).
- Pada vertigo sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo
berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti
semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori

4
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang
timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya
nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Tes ini dapat menentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan. Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat
maupun air dingin. Sedangkan directional preponderance ialah jika
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-
masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau
n. VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Hanya dilakukan di rumah sakit untuk merekam gerakan mata pada
nistagmus, agar nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif.

2) Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala
Digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif dengan
tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes Rinne negatif,
Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Loudness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.

Selain itu, juga terdapat pemeriksaan saraf otak lain meliputi: acies
visus, kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah, pendengaran,
dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas), fungsi
sensorik (hipestesi, parestesi) dan serebellar (tremor, gangguan cara berjalan).

5
2.3. Pemeriksaan Penunjang
-
Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
-
Foto rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
-
Pemeriksaan neurofisiologi: Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi
(EMG), Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP).
-
Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, atau MRI.1

2.4. Diagnosis
 Diagnosis Kerja

Vertigo
Vertigo adalah perasaan berputar atau bergerak pada diri seseorang
atau terhadap benda-benda di sekitarnya pada setiap bidang; kadang-
kadang digunakan secara keliru untuk mengartikan semua bentuk
pusing.3 Vertigo merupakan salah satu dari empat tipe dizziness, di
mana dizziness adalah sensasi, kepala terasa ringan, seperti akan
pingsan, berputar, perasaan mabuk, dan bisa juga tidak mengarah,
seperti gangguan mental, pandangan kabur, pusing atau perasaan
perih.4 Adapun berbagai tipe dizziness lain yaitu presinkop,
disekuilibrium, dan vague light headedness, yang akan menjadi
diagnosa banding dari vertigo.

 Diagnosis Banding

Presinkop (nearsinkop)
Merupakan suatu sensasi dari seperti akan pingsan atau hilangnya
kesadaran, seringkali diawali pandangan yang buram, dan terdengar
suara gemuruh di telinga. Presinkop biasanya menandakan adanya
pasokan darah dan/atau nutrisi yang tidak adekuat ke seluruh otak, dan
bukan merupakan suatu gambaran dari iskemik serebral fokal.
Umumnya penyebab dizziness tipe ini adalah faktor kardiovaskular
yang gejala timbulnya tiba-tiba dan dapat terjadi pada segala posisi.4

6

Disekuilibrium
Merupakan rasa ketidakseimbangan (unsteadiness) dalam melangkah
dengan kondisi tidak adanya gangguan sensasi di kepala. Sering
disebutkan sebagai “dizziness in the feet” dan seringkali dikarenakan
gangguan kontrol motorik. Penyebab umum kelainan ini yaitu defisit
sensoris tunggal atau multipel.4

Vague light-headedness
Merupakan kategori dizziness untuk memasukkan gejala yang tidak
dapat diidentifikasi sebagai vertigo, presinkop, atau disekuilibrium.
Pasien mungkin mengeluhkan seakan merasa selalu dalam keadaan
berkabut. Penyebab psikogenik seringkali ditemukan dalam tipe ini
dengan gejala depresi, ansietas, atau serangan panik.4
2.5. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dari
keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%.
Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita
dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.3
2.6. Etiologi dan Faktor Resiko
Terdapat berbagai penyebab yang juga merupakan faktor resiko vertigo,
antara lain:5
1) Penyakit sistem vestibuler perifer
- Telinga bagian luar: serumen, benda asing
- Telinga bagian tengah: retraksi membrane timpani, otitis media
purulenta akuta, labirintitis, kolesteatoma, ruda paksa
- Telinga bagian dalam: trauma, serangan vaskuler, alergi,
hydrops labirin
- Nervus III: infeksi, trauma, dan tumor
- Infeksi vestibularis: infeksi, trauma, trombosis, tumor, sklerosis
multipel.
2) Penyakit susunan saraf pusat

7
- Hipoksia atau iskemik otak: hipertensi kronis, aterosklerosis,
anemia, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis aorta, sinkop,
hipotensi, blok jantung
- Infeksi: meningitis, ensefalitis, abses.
- Trauma kepala
- Tumor
- Migren
- Epilepsi
3) Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor
medulla adrenal.
4) Kelainan psikiatri: depresi, neurosis cemas.
5) Kelainan mata: kelainan refraksi, kelainan otot mata.
6) Kelainan proprioseptik: polineuropati.
7) Intoksikasi

2.7. Klasifikasi
Secara garis besar, terdapat dua jenis vertigo, yaitu vertigo perifer dan
vertigo sentral. Vertigo perifer disebabkan adanya kelainan baik pada bagian akhir
vestibula (kanalis semisirkularis) atau neuron perifer termasuk nervus VIII pars
vestibula. Sedangkan vertigo sentral disebabkan kelainan pada batang otak
(nucleus vestibularis, fasikulus longitudinalis medialis), serebellum (lobus
flokulonodularis atau traktus vestibuloserebellaris) dan korteks lobus temporalis.6
1. Vertigo perifer.6
Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu BPPV,
vestibular neuritis dan Penyakit Meniere.
a. Benign Paroxysmal Positioning Vertigo (BPPV)
- Merupakan vertigo yang paling mudah diobati.
- Keluhan vertigo kurang dari satu menit, biasa terjadi pada pagi
hari saat bangun atau kepala berpaling di tempat tidur.
- Disebabkan oleh debris di kanalis semi sirkularis (63,6% di
posterior) dan kupula.
- Sering disertai mual, muntah, dan nistagmus perifer.
- BPPV perlu dibedakan dengan vertigo posisional sentral yang
memiliki tanda khas nistagmus vertical yang tidak membaik
dengan pengulangan posisi.
b. Vestibular neuritis

8
- Vertigo rotasional yang berat dengan onset akut, disertai
nistagmus yang spontan, ketidakstabilan postur, dan nausea
tanpa diikuti disfungsi auditorik.
- Gejala biasanya mencapai puncak dalam 24 jam, membaik
setelah beberapa hari-minggu.
- Meski kerusakan berupa hilangnya fungsi vestibular unilateral
permanen, tetap terjadi perbaikan dengan adanya kompensasi
otak.
- Diduga disebabkan oleh virus.
c. Penyakit Meniere
- Serangan yang khas diawali dengan rasa penuh di telinga,
penurunan daya pendengaran serta tinnitus, sebelum muncul
vertigo rotasional.
- Disertai keluhan ketidakstabilan postur, nistagmus, dan mual
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
- Sering terjadi pada usia 30-50 tahun.
- Disebabkan oleh hidrops endolimfatik yang berakhir dengan
sel-sel rambut pada koklea dan neuro epitel di kanalis
semisirkularis.
- Penyebab vertigo perifer lainnya yang juga muncul yaitu: fistel
perilimfe, labirintitis, obat ototoksik, trauma kapitis, dan
neuroma akustikus.
d. Neuroma akustikus (schwanoma)
- Sering terjadi pada usia 30-50 tahun, lebih sering pada wanita.
- Merupakan tumor infratentorial yang tumbuh dari pars
vestibularis N. VIII di kanalis auditoris internus.
- Gejala awal berupa kehilangan pendengaran unilateral. Pada
tahap berikutnya akan timbul vertigo, nistagmus, dan gangguan
keseimbangan.
- Bertambahnya ukuran tumor akan menyebabkan kompresi
struktur batang otak yang berfungsi dalam kompensasi
kerusakan saraf perifer yang progresif.
e. Labirintitis
- Pada viral labirintitis hampir sama dengan vestibular neuritis,
tetapi lebih dari 50% penderita penyakit ini menunjukkan
gangguan pendengaran.

9
- Sering muncul 10-14 hari setelah penyakit varicella, morbili,
parotitis, dan herpes.
- Dapat merupakan komplikasi dari otitis media kronik atau
mastoiditis, juga operasi telinga tengah.

2. Vertigo sentral.6
Sebagian besar kasus sindrom vertigo sentral disebabkan disfungsi dari
induksi suatu lesi, tapi sebagian kecil disebabkan proses patologis dari
berbagai struktur mulai dari nucleus sampai korteks vestibularis. Beberapa
penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral antara lain:
a. Penyakit vaskuler, seperti: insufisiensi vertebrobasilar, infark
vertebrobasilar, infark serebelum, perdarahan serebelum, dan migren
vertebrobasilar.
b. Epilepsi
c. Tumor, seperti: tumor ventrikel IV, tumor serebellum, dan tumor
serebri.
d. Trauma, terutama trauma kepala, leher, dan barotrauma.
e. Multiple sclerosis
Tabel 1. Perbedaan vertigo sentral dan perifer.1

Sentral Perifer
Masa laten sebelum timbul nistagmus Tidak ada 2–20 detik
Mual berlebihan dan muntah Jarang Sering
Intensitas Ringan Hebat
Tinitus Jarang Sering
Diperburuk oleh pergerakan kepala tidak spesifik ++ -
Dicetuskan oleh pergerakan kepala spesifik (mis: posisi Dix-
+ +++
Hallpike, perputaran kepala dalam posisi telentang)
Timbulnya nistagmus paroksismal ke atas dan rotatoar dengan
- +++
manuver Dix-Hallpike
Timbulnya nistagmus paroksismal ke bawah dan rotatoar dengan
++ +
manuver Dix-Hallpike
Nistagmus dengan perubahan posisi horizontal paroksismal
(geotropik/ageotropik) yang dibangkitkan oleh perputaran posisi + ++
horizontal kepala
Nistagmus persisten ke bawah pada semua posisi +++ -
Hilangnya nistagmus dengan pengulangan posisi - +++

Membaik setelah perawatan dengan manuver posisional - +++

10
2.8. Patofisiologi
Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh sehingga
timbul ketidakcocokan antara posisi tubuh sebenarnya dengan persepsi oleh
susunan saraf pusat. Adapun terdapat berbagai teori yang dapat menerangkan
kejadian tersebut, antara lain:1
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Menurut teori ini, rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi
kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu. Akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual, dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini, ketidakcocokan masukan sensorik dari mata/visus,
vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan masukan sensorik
dari sisi kiri dan kanan mengakibatkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola
mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Teori ini lebih
menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Merupakan pengembangan teori konflik sensorik. Menurut teori ini, otak
mempunyai memori tentang pola gerakan tertentu sehingga jika suatu saat
dirasakan gerakan yang tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, akan timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola
gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi perubahan posisi. Gejala klinis timbul jika sistem simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral

11
Teori ini menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mempengaruhi sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala
vertigo.
6. Teori sinaps
Menurut teori ini, rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu
sekresi CRF (corticotropin releasing factor). Hal ini akan mengaktifkan
susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi
berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.

2.9. Manifestasi Klinis


Secara umum, manifestasi klinis vertigo berbeda berdasarkan
penyebabnya, yakni vertigo perifer dan sentral.

Tabel 2. Manifestasi klinis vertigo perifer dan sentral.6

Vertigo Perifer Vertigo Sentral


Pandangan gelap Penglihatan ganda
Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah
Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
Sensitif pada cahaya terang dan suara
Berkeringat

2.10. Komplikasi
Komplikasi bergantung pada penyakit penyebabnya. Terapi bedah harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari rusak atau hilangnya pendengaran

12
atau komplikasi lain seperti infeksi, penyembuhan lambat, dan reaksi alergi
terhadap obat. Selain itu, anestesi lokal yang digunakan untuk terapi juga dapat
menyebabkan gangguan pada telinga dalam yang berakibat pada rusak atau
hilangnya pendengaran.7
Pengobatan jangka panjang dengan beberapa obat anti vertigo juga dapat
mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk beradaptasi secara alami
terhadap perubahan dalam sistem telinga dalam sehingga menyebabkan gangguan
keseimbangan jangka panjang. Hal ini menyebabkan penderita sering terjatuh dan
terjadi trauma yang dapat membahayakan penderita. Terkadang, vertigo juga
dapat menyebabkan kebutaan sementara.7

2.11. Penatalaksanaan
Terdapat tiga macam pengobatan vertigo, yakni pengobatan kausal,
simptomatik, dan rehabilitatif.5
1) Pengobatan kausal.5
Kebanyakan kasus vertigo tidak diketahui penyebabnya. Apabila
penyebabnya diketahui, pengobatan kausal merupakan pilihan utama.5
2) Pengobatan simptomatik.5
Ditujukan untuk mengobati dua gejala utama yaitu rasa vertigo
(berputar, melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Obat-obat
antivertigo biasanya bekerja sebagai supresan vestibuler, maka
pemberiannya secukupnya untuk mengurangi gejala supaya tidak
menghambat adaptasi atau komposisi sentral.
 Calcium entry blocker
Mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan pelepasan
glutamat dan bekerja langsung sebagai depressor labirin, bisa
untuk vertigo perifer dan sentral. Preparat: Flunarizin
 Antihistamin
Efek antikolinergik dan merangsang inhibitori monoaminergik,
akibatnya inhibisi N. VIII. Preparat: Sinarisin, dimenhidrinat,
prometasin, meclizine, cyclizine.
 Antikolinergik

13
Mengurangi eksitabilitas neuron dengan menghambat jaras
eksitatori kolinergik ke N. VIII, mengurangi firing rate dan
respon rangsang N. VIII. Preparat: Skopolamin, atropin.
 Monoaminergik
Merangsang jaras inhibitori-monoaminergik pada N. VIII
sehingga eksitabilitas neuron berkurang. Preparat: amfetamin,
efedrin.
 Fenotiazin (antidopaminergik)
Bekerja pada CTZ dan pusat muntah di medulla oblongata.
Preparat: Klormpomasin, proklorperazine, haloperidol.
 Benzodiazepin
Menurunkan resting activity neuron.
 Histaminik
Inhibisi neuron polisinaptik pada N. VIII lateralis. Preparat:
betahistin.
 Antiepileptik
Penggunaan karbamazepin dan fenitoin pada epilepsy lobus
temporal dengan gejala vertigo.
3) Pengobatan rehabilitatif.5
Meningkatkan kompensasi mental dengan mekanisme kerja melalui:
- Substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensorik untuk
fungsi vestibular yang terganggu
- Mengaktifkan kembali pada inti vestibuler oleh serebelum
sistem visual dan somatosensorik
- Menimbulkan habituasi berkurangnya respon terhadap
stimulasi sensorik.
Terdapat dua jenis latihan yaitu latihan vestibuler dan latihan
visual vestibuler.
 Latihan vestibuler dengan metode Brandt-Daroff sebagai upaya
desensitisasi reseptor semisirkularis dengan cara sebagai berikut:
-
Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan tungkai tergantung

14
-
Tutup kedua mata dan berbaring dengan cepat ke salah satu sisi
tubuh
-
Tahan selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali
-
Setelah 30 detik baringkan tubuh dengan cara yang sama ke sisi lain
-
Tahan selama 30 detik, kemudian duduk tegak kembali.
-
Latihan ini dilakukan berulang (lima kali berturut-turut) pada pagi
dan petang hari sampai tidak timbul vertigo lagi.

Gambar 1. Terapi vertigo dengan metode Brandt-Daroff.1

 Latihan visual-vestibular, berupa gerakan mata melirik ke atas, bawah,


kiri dan kanan mengikuti gerak obyek yang makin lama makin cepat;
kemudian diikuti dengan gerakan fleksi–ekstensi kepala berulang
dengan mata tertutup, yang makin lama makin cepat.

2.12. Profilaksis
-
Hadapi dengan tenang sewaktu gejala mulai timbul. Sebagai contoh,
apabila gejala timbul saat berkendara, segera menepi dan atur pernafasan
-
Tidak mengenakan aksesoris atau membawa benda tajam lainnya yang
dapat membahayakan penderita apabila terjatuh
-
Hindari pergerakan kepala atau posisi tubuh yang dapat memicu terjadinya
serangan

15
-
Penderita dengan resiko tinggi stroke harus mengontrol tekanan darah,
kolesterol, dan berhenti merokok
-
Penderita penyakit Meniere disarankan untuk mengurangi asupan garam.7

2.13. Prognosis
Prognosis vertigo tergantung pada penyebab vertigo. Vertigo yang
disebabkan gangguan pada telinga tengah biasanya sembuh dengan sendirinya,
tetapi pada beberapa kasus dapat melumpuhkan. Pengobatan yang tepat dapat
menyingkirkan gejala atau meringankannya. Sedangkan pada vertigo yang
disebabkan adanya lesi pada otak bergantung pada jumlah kerusakan pada sistem
saraf pusat. Hal ini mungkin membutuhkan evaluasi darurat oleh neurolog atau
ahli bedah saraf.8

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Vertigo adalah perasaan berputar atau bergerak pada diri seseorang atau
terhadap benda-benda di sekitarnya pada setiap bidang yang kadang-kadang
digunakan secara keliru untuk mengartikan semua bentuk pusing. Terdapat dua
jenis vertigo, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo perifer disebabkan
adanya kelainan baik pada bagian akhir vestibula (kanalis semisirkularis) atau
neuron perifer termasuk nervus VIII pars vestibula. Sedangkan vertigo sentral
disebabkan kelainan pada batang otak (nucleus vestibularis, fasikulus
longitudinalis medialis), serebellum (lobus flokulonodularis atau traktus
vestibuloserebellaris) dan korteks lobus temporalis. Untuk mengobati vertigo,
dapat dilakukan tiga jenis pengobatan yaitu pengobatan kausal, simptomatik, dan
rehabilitatif dengan latihan vestibular dan visual vestibular.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Wreksoatmodjo BR. Cermin dunia kedokteran nomor 144. Jakarta:PT Kalbe


Farma;2004.h.41-6.
2. Markam S. Penuntun neurologi. Jakarta:Binarupa Aksara;2002.h.221-31.
3. Kamus saku kedokteran Dorland. Edisi ke-25. Jakarta:EGC;2001.h.1179.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-5. Volume 1. Jakarta:Interna Publishing;2009.h.828.
5. Nurimaba N. Penatalaksanaan vertigo. Diunduh dari: http://repository.unpad.
ac.id/handle/123456789/1283, 8 Januari 2012.
6. Bintoro AC. Kecepatan rerata aliran darah otak sistem vertebrobasilar pada
pasien vertigo sentral. Diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/12209/1/
2000FK643.pdf, 7 Januari 2012.
7. Johnson G. Vertigo. Diunduh dari: http://www.mdguidelines.com/vertigo, 7
Januari 2012.
8. Cunha JP. Vertigo. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/vertigo/
page12_em.htm#Authors%20and%20Editors, 7 Januari 2012.

18

You might also like