Professional Documents
Culture Documents
Reading Assignment For Students1 1489462427 PDF
Reading Assignment For Students1 1489462427 PDF
ABSTRACT
Obesity now is recognized as a public health problem. Changing diets and decreasing physical
activity explain the increasing prevalence of obesity. Method that is commonly used for
indentifying obesity is Body Mass Index (BMI). At present, there has been a growing debate on
different BMI cut-off points for different ethnic groups, in particular for Asian population. A different
cut-off point is needed due to evidence associated with BMI, percentage of body fat, and body fat
distribution that differ across population. Therefore, health risks may incrase even below the cut-
off point of 25 kg/m2 that now categorized as overweight. The objective of the study was to
determine BMI cut-off points and their relationship with degenerative diseases. Data was originally
taken from Health National Household Health Survei (SKRT) in 2004. The population were those
who were aged 25 to 65 years old. The variable analysed statistically were age, sex, blood
pressure, total cholesterol, and Diabetes Mellitus (DM). The analysis used in this study was
univariate and bivariate tables to answer the objective. Based on WHO cut-off point, obesity was
in BMI ≥ 25 kg/m2, and the prevalence of being hypertension, DM and hyperkolestrolemia as risks
were 52.3%, 12,7% and 1,6% respectively. However, based on International Obesity Task Force
(IOTF) cut-off in which pre obesity was started on BMI 23 kg/m2, the prevalence of each risk was
consecutively 40,1%; 11,4% and 0,6%. Respectively cut-off used by Ministry of Health in obesity
was 25 kg/m2 with prevalence for each risk was 50.2%, 11.8% and 1.5% respectively. Sensitivity
(Se) and Specificity (Sp) were around 22.0-23.0 for all subjects based on sex, age, and education.
The highest Se and Sp was found on hypercholesterol. Logistic regresion analysis showed that
the increasing of BMI cut-off of 23 to 25 would be followed by the increase of the risk of
hypercholesterol up to 0.6 points. On the other hand, decreasing BMI from > 25 to < 25 in USA
may reduce 13% co-morbidity disease associated to obesity. In conclusion this study showed that
on BMI ≤ 23.5 was related to degenerative diseases. However, the cut-off point still need to be
examined in relation to the incidence of degenative diseases.
O
karena ketidakseimbangan antara energi
besitas adalah suatu keadaan yang masuk dan energi yang keluar.
penumpukan lemak tubuh yang Pengukuran untuk menentukan
berlebih, sehingga berat badan kegemukan bisa dilakukan dengan berbagai
seseorang jauh di atas normal dan dapat cara yaitu antropometri, bioelectrical
membahayakan kesehatan; sedangkan impedance, atau regional fat distribution.
overweight (kelebihan berat badan) adalah Pengukuran antropometri untuk obesitas
keadaan yang mana BB seseorang melebihi diantaranya adalah berat badan
1
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 1
Batas IMT untuk orang Eropa, Asia dan Indonesia
IMT dapat digunakan untuk berumur 35-74 tahun juga menunjukkan hal
menentukan seberapa besar seseorang yang sama yaitu cut-off IMT=24 dan lingkar
dapat terkena resiko penyakit tertentu yang pinggang 80 cm untuk laki-laki dan
disebabkan karena berat badannya. Pada perempuan untuk penyakit terkait obesitas 6).
orang India, peningkatan IMT dari 22 Proporsi bentuk tubuh orang Indonesia
menjadi 24 dapat meningkatkan prevalensi lebih mendekati penduduk Taiwan atau
Diabetes Mellitus menjadi 2 kali lipat, dan China, sehingga cut-off IMT yang
prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada dikemukakan oleh Depkes3 mungkin perlu
orang dengan IMT 28 4). dikaji lebih lanjut. Studi lebih lanjut tentang
Hasil penelitian di Taiwan dengan cut off IMT orang Indonesia sangat
menggunakan data Nutrition and Health diperlukan sehingga risiko terkait obesitas
Survey pada 4956 orang dewasa dapat diturunkan.
menunjukkan cut-off IMT < 24 untuk obesitas Tujuan analisis adalah 1) menganalisis
telah menunjukkan obesitas yang berkaitan prevalensi obesitas dari berbagai cut-off IMT,
dengan kelainan metabolik 5). Penelitian di dan 2) Menganalisis cut-off dari IMT yang
Cina yang dilakukan pada 15239 orang Cina berbeda terhadap risiko penyakit degeneratif.
2
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
3
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
70
62.1
60
52.3
50
40
34 33.2
30 28.4
20 19.7
12.7
10 10.3 9.5 10.1
Hipertensi Hiperkolesterol DM
Gambar 1.
Prevalensi hipertensi, hiperkolesterol, dan diabetes mellitus
dari cut off BMI menurut WHO
70
60 62.1
52.3
50
40 40.1
30 30.2 31
20 19.7
11.4 12.7
10 9.8 9.7
Hipertensi Hiperkolesterol DM
Gambar 2.
Prevalensi hipertensi, hiperkolesterol, dan diabetes mellitus
dari cut off BMI menurut IOTF
4
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
yang cukup besar untuk prevalensi aktivitas, namun tidak terdapat hasil yang
hiperkolesterol. bermakna.
Analisis Sensitivitas (Se) dan Spesifitas
Penggunaan cut-off IMT untuk penentuan (Sp) dimulai dari cut-off IMT 22 sampai 30.
obesitas Sebagai gold standar adalah keadaan
Analisis dilakukan secara keseluruhan tekanan darah, gula darah (DM) kolesterol
dari subjek, menurut jenis kelamin, usia dan total dan mempunyai satu atau lebih dari
pendidikan. Selain itu pada analisis juga resikonya yaitu tekanan darah, gula darah,
dilakukan menurut merokok/tidak merokok, kolesterol total.
pengeluaran untuk buah dan sayur, dan
Tabel 2
Ringkasan hasil Se, Sp cut-off BMI menurut hipertensi, DM, hiperkolesterol, dan ≥ 1 risiko
5
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 3
Karakteristik faktor risiko metabolik menurut jenis kelamin
Tabel 4
Ringkasan hasil Se, Sp cut off BMI menurut hipertensi, DM, hiperkolesterol,
6
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 5
Karakteristik faktor risiko metabolik menurut umur
7
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 6 memberikan gambaran tentang 22-23. Pada usia ≥ 40 tahun nilai Se dan Sp
hasil ringkasan Se dan Sp dari berbagai BMI cenderung lebih rendah dibandingkan
faktor risiko menurut kelompok umur. Nilai dengan usia < 40 tahun untuk semua faktor
Se, Sp untuk DM lebih rendah dibandingkan risiko. Nilai Se dan Sp untuk hiperkolesterol
hipertensi dan hiperkolesterol pada terlihat lebih tinggi dibandingkan hipertensi,
kelompok umur < 40 tahun pada cut-off BMI DM dan ≥ 1 risiko.
8
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 6
Ringkasan hasil Se, Sp cut off BMI menurut hipertensi, DM, hiperkolesterol,
dan ≥ 1 risiko pada umur < 40 dan ≥ 40 tahun
Faktor Risiko dari Cut-off IMT yang hipertensi, DM dan hiperkolesterol. Pening-
berbeda katan faktor risiko untuk hiperkolesterol dari
Pada Tabel 7 dapat dilihat besarnya cut-off IMT 23 menjadi 25 lebih besar
faktor risiko dari penggunaan cut-off dari IMT dibandingkan dengan hipertensi, DM atau ≥
23 sampai 25. Terlihat bahwa semakin tinggi 1 risiko.
cut-off IMT semakin tinggi untuk terkena
9
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Tabel 9
Nilai OR, dan 95% CI dari cut off IMT 23-25
10
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
Dari analisis yang dilakukan yaitu menurut berbagai data, dan penelitian prospektif
jenis kelamin, dan usia terlihat bahwa Se dan untuk meyakinkan bahwa diperlukan
Sp untuk hiperkolesterol lebih tinggi penurunan cut-off IMT untuk orang dewasa
dibandingkan dengan 3 parameter lainnya di Indonesia. Hasil analisis ini juga tidak
yaitu hipertensi, gula darah dan ≥ dari 1 mengukur secara langsung lemak tubuh atau
risiko. distribusi lemak, karena IMT adalah untuk
Tidak ada batas yang jelas dari IMT memprediksi lemak atau distribusi lemak
yang dapat menentukan ada atau tidak ada tubuh. Studi lebih lanjut diperlukan untuk
peningkatan untuk terkena penyakit tertentu terhadap etnis yang berbeda dalam
misalnya penyakit jantung koroner, baik hubungannya dengan IMT, rasio lingkar
dibawah cut-off atau jika berada diatas cut- pinggang panggul, lemak tubuh dan
off tersebut dapat meningkatkan risiko distribusi lemak tubuh.
terkena penyakit. Dari hasil analisis Se, Sp
belum ada batas yang jelas dari IMT dalam
hubungannya dengan faktor risiko, namun KESIMPULAN
ada kecenderungan cut-off IMT 23,5 sudah Hasil analisis data menunjukkan
mulai menunjukkan adanya risiko dari prevalensi hipertensi, gula darah dan
peningkatan tekanan darah, kolesterol dan kolesterol dengan menggunakan cut-off
gula darah. Masih sedikit studi yang IOTF dan WHO pada masing-masing BMI 23
menggunakan pendekatan sensitivitas dan dan 25 tidak menunjukkan perbedaan yang
spesifisitas terutama untuk penentuan IMT. besar. Menurut cut-off yang digunakan IOTF
Hasil analisis Pan (5) menunjukkan BMI < prevalensi hipertensi, DM, dan hiper-
24 terkait dengan penyakit di Taiwan, kolesterol masing-masing adalah 40,1%;
analisis lain yang dilakukan oleh Wildman (6) 11,4% dan 0,6%, dan menurut cut-off yang
untuk penduduk China juga menyarankan digunakan WHO adalah 52.3%, 12.7% dan
IMT < 24. 1.6% untuk masing masing resiko.
Hasil analisis dengan menggunakan Nilai Se dan Sp berkisar antara 22-23.5
regresi logistik menunjukkan peningkatan untuk subjek secara keseluruhan, atau
nilai cut-off IMT akan meningkatkan risiko menurut jenis kelamin, umur, dan pendi-
terkena penyakit degeneratif. Sebagai dikan. Nilai dengan keseimbangan Se dan
contoh orang-orang yang mempunyai IMT > Sp tertinggi banyak terdapat pada
23 mempunyai risiko terkena hipertensi 2,1 hiperkolesterol. Hasil analisis data menunjuk-
kali dibandingkan dengan orang yang kan pada IMT 23 sudah mulai terjadi risiko
mempunyai IMT < 23, jika cut-off penyakit degeneratif yang terkait dengan
ditingkatkan menjadi 25, maka risiko terkena obesitas.
hipertensi menjadi 2,4 kali. Risiko terkena
hiperkolesterol meningkat 0,6 poin jika IMT SARAN
dinaikkan dari 23 menjadi 25. Menurut Pan5
penurunan IMT dari > 25 menjadi < 25 pada Penurunan angka IMT dari 25 menjadi
orang-orang di USA dapat menghilangkan 23 secara nasional perlu dikaji lebih lanjut
13% dari penyakit yang terkait dengan dengan meta analysis dari berbagai data
obesitas. yang tersedia. Penelitian prospektif juga
Kekuatan dari analisis ini adalah perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa
menggunakan data Survei Kesehatan diperlukan penurunan cut-off IMT untuk
Nasional yang merupakan representatif dari orang dewasa di Indonesia. Hasil analisis ini
total populasi orang dewasa di Indonesia, juga tidak mengukur secara langsung lemak
sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan tubuh atau distribusi lemak, karena BMI
untuk populasi orang dewasa di Indonesia adalah tidak untuk memprediksi lemak atau
yang berusia 25 – 65 tahun. Sebaliknya distribusi lemak tubuh. Studi lebih lanjut
analisis ini berasal dari data cross-sectional, diperlukan untuk melihat etnis yang berbeda
sehingga diperlukan meta analysis dari dalam hubungannya dengan BMI, rasio
11
Gizi Indon 2005, 31; Penggunaan berbagai cut off IMT Heryudarini, dkk.
lingkar pinggang panggul, lemak tubuh dan 5. Pan WH, et.al. 2004. Body mass index
distribusi lemak tubuh. and obesity-related metabolic disorder
in Taiwanese and US white and blacks:
implications for definitions of overweight
RUJUKAN and obesity for Asians. Am J Clin
Nutr ;79: 31-9.
1. WHO. Physical status: the use and
6. Widlman RP, et.al. 2004. Appropriate
interpretation of anthropometry. Report
body mass index and waist
of WHO Expert Committee. Geneva,
circumference cutoffs for categorization
World Health Organization, 1995
of overweight and central adiposity
2. IOTF/WHO. The Asia Pacific among Chinese adults. Am J Clin
perspective: redefining obesity and its Nutr ;80: 29-36.
treatment. Melbourne, Health
7. Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Communication Australia. 2000.
2004. Vol 1 Rancangan Survei
3. Direktorat Gizi Masyarakat. 2003. Kesehatan Rumah Tangga. Badan
Petunjuk teknis pemantauan status gizi Penelitian dan Pengembangan
orang dewasa dengan indeks massa Kesehatan, Depkes RI
tubuh (IMT). Dirjen Binkesmas. Depkes 8. Weisell RC. 2002. Body mass index as
RI. Jakarta an indicator of obesity. Asia Pasific J
4. www.obesindonesia. Prevalensi Clin Nutr; 11 (suppl):S681-S684
obesitas. Visited 21 Maret 2005.
12