You are on page 1of 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Congestive heart failure adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatnya
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik). (Suddarth, dkk 2009 dalam
buku Amin, dkk 2016)

Congestive heart failure terkadang disebut gagal jantung kongestif,


ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Gagal jantung
merupakan sodrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban
(overload) cairan dan perfusi jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya
gagal jantung kongestif meliputi gangguan kontraktilitas jantung
(disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastole) sehingga curah
jantung lebih rendah dari nilai normal. Curah jantung yang rendah dapat
memunculkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan peningkatan
beban kerja jantung dan pada akhirnya terjadi resistensi pengisian
jantung. (Smeltzer, 2013)
Congestive heart failure adalah suatu keadaan serius, dimana jumlah
darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output/ curah
jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen
dan zat-zat makanan. (Dwi Sunar Prasetyono, 2012)

Congestive heart failure merupakan sidrom klinis yang kompleks dengan


gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dan mudah lelah
(fatigue) yang di hubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur
yang diganggu dari jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel
untuk mengisi dan mengeluarkan darah kesirkulasi. (Syamsudin, 2011)

B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat di
sebabkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi :

a. Disfungsi Miokard

1) Iskemia miokard
Penyakit yang ditandai oleh berkurangnya aliran darah ke otot
jantung. Biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit arteri
koroner/ penyakit jantung koroner, dimana aliran darah melalui
arteri terganggu.

2) Infark miokard

Kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang
terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu sel-
sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard)

3) Miokarditis

Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada miokardium.


Peradangan ini dapat disebabkan oleh penyakit reumatik akut dan
infeksi virus seperti cocksakie virus, difteri , campak, influenza ,
poliomielitis, dan berbagai macam bakteri, rikettsia, jamur, dan
parasit.

4) Kardiomiopati

Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit miokardium,


atau otot jantung, ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung
untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi
semacam ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya
memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau
gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal.

b. Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)


1) Stenosis aorta

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan


pada katup aorta. Penyempitan pada katup aorta ini mencegah
katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi
aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan
normal, katup aorta terdiri dari 4 kuncup yang akan menutup dan
membuka sehingga darah bisa melewatinya.

2) Hipertensi iskemik

Peningkatan tekanan darah secara cepat (misalnya hipertensi yang


berasal dari ginjal atau karena penghentian obat antihipertensi
pada penderita hipertensi esensial) bisa menimbulkan hilangnya
kemampuan kompensasi jantung (dekompensasi).

3) Koartasio aorta

Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya


terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan
aorta dan aorta membelok ke bawah.

c. Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)


1) Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis

2) Tranfusi berlebihan
d. Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
1) Anemia

Dengan keberadaan anemia, kebutuhan oksigen untuk jaringan


metabolisasi hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah
jantung. Meskipun kenaikan curah jantung bisa ditahan oleh
jantung yang normal, jantung yang sakit dan kelebihan beban
(meski masih terkompensasi) mungkin tidak mampu
menambah volume darah yang dikirim kesekitarnya. Dalam
hal ini, kombinasi antara anemia dengan penyakit jantung yang
terkompensasi sebelum bisa memicu gagal jantung dan
menyebabkan tidak cukupnya pasokan oksigen kedarah
sekitarnya.

2) Tirotoksikosis

Tiroktosikosis adalah suatu keadaan di mana didapatkan


kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Tirotoksikosis
sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari
fungsi tiroid yang berlebihan.

3) Biri-biri
4) Penyakit paget

e. Gangguan pengisian ventrikel


1) Primer (gagal distensi sistolik)
a.) Perikarditis akut

Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium


(kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan
sering menyebabkan nyeri. Peradangan tersebut dapat
menyebabkan cairan dan menghasilkan darah (fibrin, sel
darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi
rongga pericardium. Inflamasi pada perikardium terjadi
kurang dari 6 minggu.

b.) Tamponade jantung


Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi
penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat
akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di
perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau
ruptur jantung.

2) Sekunder
a.) Stenosis mitral

Stenosis mitral adalah suatu penyempitan jalan aliran


darah ke ventrikel. Penyempitan katup mitral
menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan
menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri.
Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah tidak
dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini
menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi
pendek serta gejala lainnya.

b.) Stenosis trikuspidalis

Stenosis trikuspidalis penyempitan lubang katup


trikuspidalis, yang menyebabkan meningkatnya tahanan
aliran darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan. Stenosis
katup trikuspidalis menyebabkan atrium kanan membesar
dan ventrikel kanan mengecil. Jumlah darah yang kembali
ke jantung berkurang dan tekanan di dalam vena yang
membawa darah kembali ke jantung meningkat tajam.

Factor- factor perkembangan gagal jantung :

1.) Aritmia

Aritmia akan mengganggu fungsi mekanisme jantung dengan


mengubah rangsangan listrik yang memulai respon mekanis

2.) Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru

Respon tubuh terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk


memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat
3.) Emboli paru

Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi terhadap


reaksi ventrikel kanan, pemicu terjadinya gagal jantung kanan.
(Wijaya dkk, 2013)

Pencarian sistematis terhadap penyebab/pemicu harus dilakukan pada


setiap pasien yang baru mengalami gagal jantung atau pun yang
mengalami perburukan. Jika dikenali dengan baik, penyebab pemicu
gagal jantung bisa diobati dengan lebih efektif dibandingkan penyebab
utama. Oleh sebab itu, prognosis akan lebih baik jika faktor pemicu
terdeteksi secara dini pada penderita gagal jantung dan segera
mendapat pengobatan daripada pasien dengan proses penyakit dasar
yang terus berkembang hingga menimbulkan gagal jantung tanpa
penyebab pemicu. (Syamsudin, 2011)

C. Patofisiologi
a. Mekanisme dasar

Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu


kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri
yang menurun mengurangi cardiac output dan meningkatkan
volume ventrikel.

Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel (EDV)


maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri
(LEDV). Meningkatnya LEDV, akan mengakibatkan pula
peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel
berhubungan langsung ke dalam anyaman vaskuler paru-paru
meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan
hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan
osmotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi
kecepatan draenase limfatik, maka akan terjadi edema
interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembes ke alveoli dan terjadi edema
paru.

b. Respon kompensatorik
1.) Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik

Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas


adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah cardiac
output (CO), juga terjadi vasokontriksi arteri perifer untuk
menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah
metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung
dan ke otak dapat di pertahankan. Vasokontriksi akan
meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang
selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.

2.) Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin


angiotensin aldosteron ( RAA). Aktivitas RAA menyebabkan
retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel-
ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan beban awal ini akan
menambah kontraktilitas miokardium
3.) Atropi ventrikel

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah


hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding

4.) Efek negatif dari respon kompensatorik


Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan namun
pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala,
meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat gagal
jantung.

Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan


kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan paru-
paru, vena sistemik dan edema, fase kontruksi arteri dan
redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada
anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta
gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang
dikeluarkan dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga
menyebabkan beban akhir dengan memperbesar resistensi
terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga kalau dilatasi ruang
jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan
oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya
hipertensi miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika
kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka akan
terjadi iskemik miokard, akhirnya dapat timbul beban miokard
yang tinggi dan serangan gagal jantung yang berulang. (Wijaya
& Putri 2013)

Manifestasi Klinis

a. Gagal Jantung Kiri


1.) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2.) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3.) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
4.) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5.) Krekels pada kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi
krekels diseluruh area paru.
6.) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7.) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari)
8.) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
9.) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.

b. Gagal Jantung Kanan


1.) Kongesti pada jaringan visceral dan perifer.
2.) Edema estremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites,
(akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu
makan, mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan akibat
penumpukan cairan. (Smeltzer, 2016)

Pada anak dan bayi :

1.) Takikardia (denyut jantung >160 kali/menit pada anak umur di


bawah 12 bulan; >120 kali/menit pada umur 12 bulan -5 Tahun
2.) Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema
perifer (tanda kongestif)
3.) Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru
4.) Pada bayi napas cepat (atau berkeringat, terutama saat di beri
makanan; pada anak yang lebih tua edema kedua tungkai, tangan
atau muka, atau pelebaran vena leher
5.) Telapak tangan sangat pucat, terjadi bila gagal jantung di sebabkan
oleh anemia. (Nurarif & Kusuma, 2016)

Komplikasi

a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri


b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ
vital (jantung dan otak.
c. Episode trombolitik

Thrombus terbentuk karna imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi


dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.

d. Efusi pericardial dan tamponade jantung

Masuknya cairan kekantung pericardium, cairan dapat meregangkan


pericardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik
vena ke jantung  tamponade jantung. (Wijaya & Putri, 2013)

D. Penatalaksanaan Medis

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:

1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan


konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan
digitalisasi.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.

Penatalaksanaan congestive heart failure (gagal jantung) di bagi atas:

1. Terapi non farmakologi


a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktifitas.
2) Diet pembatasan natrium menghentikan obat-obatan yang
memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin
pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
3) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari).
(Wijayaningsih, 2013)
4) Olahraga secara teratur, diet rendah garam, mengurangi berat
badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis,
menghindari rokok. (Huda & Kusuma, 2016)

b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik).
2) Pembatasan cairan.

2. Terapi farmakologi
a. Memperbaiki daya pompa jantung.
1) Therapi Digitalis : Ianoxin. Untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi
\dan mengurangi edema.

b. Pengendalian retensi garam dan cairan


1) Diet rendah garam. Untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
2) Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix),
Sprionolactone (aldactone). Diberikan untuk memacu eksresi
natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil,
enalopril, lisinopril. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian
ventrikel kiri dapat diturunkan.
4) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut
jantung dan menurunkan tekanan darah agar beban jantung
berkurang
5) Infusi intravena : nesiritida, milrinzne, dobutamin. (Smeltzer,
2016)

E. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yang di lakukan secara akurat dan sistematis untuk menentukan
status kesehatan, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat di peroleh melalui anamneses, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Anamnesa
1) Identitas penderita
Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
doagnosa medik.

2) Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk
meminta pertolongan
3) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan
memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama.
Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea,
batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-
gejala lain yang mengganggu pasien.
4) Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada
pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas
infark miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia.
Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh
pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien (Wijaya & Putri,
2013).
5) Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga.
Bila ada keluarga yang meninggal tanyakan penyebab
meninggalnya. Penyakit jantung pada orang tuanya juga
menjadi faktor utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya. (Ardiansyah, 2012).

b. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/ istrirahat
Gejala: keletihan, kelemahan terus sepanjang hari, insomnia,
nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau
pada pengerahan tenaga.
Tanda: gelisah, perubahan status mental (latergi, TTV
berubah pada aktivitas).
2) Sirkulasi
Gejala:
a) Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kanan
sebelumnya
b) Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen, sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan)
Tanda: Tekanan darah mungkin menurun (gagal
pemompaan), Tekanan nadi menunjukan peningkatan
volume sekuncup, Frekuensi jantung takikardia ( gagal
jantung kiri), Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi
atrium, kontraksi ventrikel prematur/ takikardia blok
jantung
c) Nadi apikal disritmia
d) Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin lemah
e) Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya
katup atau insufisiensi x
f) Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal:
nadi jugularis coatis abdominal terlihat
g) Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis
h) Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat
i) Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis
j) Bunyi napas: krekel, ronchi
k) Edema: mungkin dependen, umum atau pitting,
khususnya pada ekstremitas
l) Distensi vena jugularis.

3) Integritas ego
Gejala:
a) Ansietas, khawatir, takut
b) Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia
c) Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah
ketakutan
4) Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih
malam hari (nokturnal), diare/ konstipasi
5) Makanan/ cairan
Gejala:
a) Kehilangan nafsu makan
b) Mual/ muntah
c) Penambahan berat badan signifikan
d) Pembengkakan pada ekstremitas bawah
e) Pakaian/ sepatu terasa sesak
f) Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak,
gula, dan kafein
g) Penggunaan diuretik (Wijaya & Putri, 2013).
6) Hygiene
Gejala: Keletihan, kelemahan, kelemahan selama aktivitas
perawatan diri
Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7) Neurosensori
Gejala : Kelemahan, peningkatan episode pingsan
Tanda : Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku,
mudah tersinggung
8) Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan.
Tanda: Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik
diri), perilaku melindungi diri
9) Pernapasan
Gejala:
a) Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
b) Batuk dengan/ tanpa sputum
c) Riwayat penyakit paru kronis
d) Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau
medikasi
Tanda:
Pernapasan takipnea, nafas dangkal, pernapasan laboral,
penggunaan otot aksesoris, pernapasan nasal faring, batuk
kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan tanpa sputum, sputum: mungkin bercampur
darah, merah mudah/ berbuih, edema pulmonal, bunyi napas:
mungkin tidak terdengar dengan krekels banner dan mengi,
fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna
kulit pucat/ sianosis (Wijaya & Putri, 2013).

c. Pemeriksaan penunjang
1) Radiogram dada
Kongesti vena paru, redistribusi vaskuler pada lobus-lobus atas
paru, kardiomegali.
2) Kimia darah
Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung,
Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat
3) Urine
Lebih pekat, bunyi jantung meningkat, natrium meningkat
4) Fungsi hati
Pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin dan enzim
hati (SGOT dan SGPT meningkat) (Wijaya & Putri, 2013)

2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas
data subjektif dan data objektif.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data
yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang
nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi dimana pemecahannya dapat
dilakukan dalam batas wewenang perawat.

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung
(takikardia), yaitu distritmia dan perubahan gambaran pola
Elektrokardiografi (EKG), perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi), bunyi ekstra (S3 dan S4), penurunan tekanan
urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin dan kusam, serta orthopnea,
crekels, pembesaran hepar edema dan nyeri dada.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen, kelemahan umum, dan bed rest atau tirah baring dalam jangka
waktu lama/ immobilitas ditandai dengan adanya kelemahan,
kelelahan, perubahan tanda vital, distritmia, dispnea, pucat dan keluar
keringat.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan memberan
kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah,
cuping hidung, warna kulit pucat.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju fitrasi
glomerulus/ meningkatnya produksi Anti Diuretic Hormon (ADH) dan
retensi natrium dan air ditandai dengan orthopnea, bunyi jantung S3,
oliguri, edema, peningkatan berat badan, hipertensi, distress
pernapasan, dan bunyi jantung abnormal.
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring dalam jangka waktu yang lama, edema dan penurunan perfusi
jaringan ditandai dengan kelembapan kulit, kerusakan pada permukaan
kulit.
(Wijaya & Putri, 2013)
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, penurunan
volume paru, hepatomegali, splenomegali ditandai dengan
ketidaknyamanan fisik.
7. Kecemasan berhubungan dengan dispnea, ancaman kematian ditandai
dengan gelisah, insomnia, resah, ketakutan, sedih, fokus pada diri dan
kekhawatiran. (Judith & Wilkson, 2012)
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman tentang
hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal jantung ditandai dengan
pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode Gagal
jantung kronik yang dapat dicegah.

G. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktifitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan
mencengah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan criteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan. Intervensi
Keperawatan menurut NANDA, NIC & NOC. (Judith & Wilkson, 2012).

1. Diagnosa I
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik ditandai dengan peningkatan frekuensi jantung
(takikardia), yaitu distritmia dan perubahan gambaran pola
Elektrokardiografi (EKG), perubahan tekanan darah
(hipotensi/hipertensi), bunyi ekstra (S3 dan S4), penurunan tekanan
urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin dan kusam, serta orthopnea,
crekels, pembesaran hepar edema dan nyeri dada

Tabel 3 : Intervensi Keperawatan Diagnosa I


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan kriteria hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Kaji fungsi jantung tentang: bunyi,
frekuensi, dan irama jantung
diharapkan curah jantung kembali· Observasi sirkulasi nadi perifer
adekuat dengan kriteria hasil : · Pantau tekanan darah pasien
· TTV dalam batas normal · Kaji adanya sianosis dan perubahan
· Ortopnea tidak ada kulit yang pucat
· Nyeri dada tidak ada · Kaji perubahan sensori: letargi
· Terjadi penurunan episode dyspnea (penurunan kesadaran, cemas, dan
· Ikut serta dalam aktivitas yang depresi)
mengurangi beban kerja jantung. · Beri lingkungan yang tenang dan
tirah baring
Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian obat anti
aritmia jika diperlukan
· Berikan oksigen tambahan dengan
kanula nasal/masker sesuai indikasi

2. Diagnosa II
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen, kelemahan umum, dan bed rest atau tirah baring dalam jangka
waktu lama/ immobilitas ditandai dengan adanya kelemahan,
kelelahan, perubahan tanda vital, distritmia, dispnea, pucat dan keluar
keringat. (Ardiansyah, 2012)

Tabel 4 : Intervensi Keperawatan Diagnosa II


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Pantau tanda-tanda vital sebelum
diharapkan Klien dapat menoleransi selama dan setelah aktivitas,
aktivitas dan melakukan ADL dengan hentikan aktivitas jika tanda-tanda
baik dengan kriteria hasil : vital tidak dalam rentang normal.
· Berparsitipasi dalam aktivitas fisik · Bantu pasien untuk mengubah
yang dibutuhkan dengan peningkatan posisi secara berkala, bersandar,
normal denyut jantung, frekuensi duduk, dan berdiri.
pernafasan, dan tekanan darah serta · Hindari menjadwalkan
memantau pola dalam batas normal. pelaksanaan aktivitas selama periode
· Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.
istirahat. · Penggunaan teknik relaksasi (mis:
· Mengidentifikasi aktifitas atau mengalihkan perhatian pasien dari
situasi yang menimbulkan hal-hal lain, posisi pasien yang tepat,
kecemasan yang dapat pikiran beristirahat dan lingkungan
mengakibatkan intoleransi aktifitas. tenang) selama aktifitas.
· Mengatur jadwal aktifitas untuk Manajemen energi :
menghemat energi. · Ajarkan rentang pengaturan
· Peningkatan intoleransi aktifitas aktivitas dan anjurkan kepada klien
untuk menghindari stress, jaga berat
badan, tidur teratur, makan sesuai
diet yang di anjurkan untuk
mencegah kelelahan.
· Pantau respon oksigen pasien
terhadap aktifitas perawatan diri
· Pantau penyebab keletihan.
Kolaborasi:
· Berikan pengobatan nyeri sebelum
aktivitas, apabila nyeri merupakan
salah satu faktor penyebab.
· Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi
jantung jika keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung.

3. Diagnosa III
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membenaran
kapiler alveoli ditandai dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah,
cuping hidung, warna kulit pucat.

Tabel 5 : Intervensi Keperawatan Diagnosa III


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi )
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Kaji pernafasan pasien tiap dua jam
diharapkan pasien dapat (frekuensi, irama, bunyi dan
menunjukkan oksigenasi dan kedalaman)
ventilasi adekuat dengan kriteria hasil· Kaji sianosis jika ada
: · Ajarkan/anjurkan klien batuk
· Mendemonstrasikan peningkatan efektif, nafas dalam.
ventilasi dan oksigenasi yang· Pantau saturasi oksigen dengan
adekuat. oksimetri (alat untuk pemantauan
· Mendemonstrasikan batuk efektif kadar oksigen dalam darah dari Hb
dan suara nafas yang bersih, tidak ada pasien)
sianosis dan dyspneu (mampu· Berikan tirah baring
mengeluarkan sputum, mampu· Kaji adanya perubahan sensori:
bernafas dengan mudah, tidak ada perubahan mental, kepribadian dan
pursed lips). penurunan kesadaran.
· Tanda tanda vital dalam rentang· Pertahankan posisi duduk
normal semifowler
· Latih batuk efektif jika terjadi batuk
Kolaborasi :
· Pantau/gambarkan seri GDA (gas
darah arteri)
· Periksa GDA (gas darah arteri)
sesuai indikasi
· Kolaborasi pemberian obat/oksigen
tambahan sesuai indikasi

4. Diagnosa IV
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomerulus/ meningkatnya produksi Anti Deuretik Hormon
(ADH) dan retensi natrium dan air ditandai dengan orthopnea, bunyi
jantung S3, oliguri, edema, peningkatan berat badan, hipertensi,
distress pernapasan, dan bunyi jantung abnormal. (Ardiansyah, 2012)

Tabel 6 : Intervensi Keperawatan Diagnosa IV


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam· Pantau haluaran urin, catat jumlah
diharapkan pasien mengalami dan warna
keseimbangan cairan dan elektrolit.· Hitung keseimbangan pemasukan
dengan kriteria hasil : dan pengeluaran selama 24 jam
· Masukan dan haluaran cairan dalam· Ajarkan klien dengan posisi
batas seimbang semifowler
· Bunyi nafas bersih/ jelas · Pantau tekanan darah
· Tanda vital dalam rentang yang· Kaji bising usus, catat keluhan
dapat diterima anoreksia, mual, distensi abdomen
· Berat badan stabil dan konstipasi
· Tak ada edema · Timbang berat badan tiap hari
· Pantau hasil laboratorium yang
relevan dengan keseimbangan cairan
· Ubah posisi sesering mungkin.
· Palpasi hepatomegali (pembesaran
hati). Cacat keluhan nyeri abdomen
kuadran kanan atas/ nyeri tekan.
Kolaborasi :
· Pemberian obat sesuai indikasi
· Konsultasikan dengan ahli gizi
untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat dan
pembatasan natrium.

5. Diagnosa V
Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah
baring dalam jangka waktu yang lama, edema, dan penurunan perfusi
jaringan ditandai dengan kelembapan, kerusakan pada permukaan
kulit (epidermis). (Ardiansyah, 2012)

Tabel 7 : Intervensi Keperawatan Diagnosa V


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam · Kaji kulit, adanya edema, area
diharapkan tidak terjadi kerusakan sirkulasi terganggu, atau
integritas kulit dengan criteria hasil : kegemukan/ kurus
· Mempertahankan integritas kulit · Pijat area kemerahan atau yang
· Mendemonstrasikan perilaku/teknik memutih
mencegah kerusakan kulit. · Sering mengubah posisi ditempat
tidur/kursi, bantu latihan rentang
gerak pasif/aktif.
· Berikan perawatan kulit,
minimalkan dengan
kelembaban/ekskresi.
· Lihat permukaan kulit, pertahankan
tetap kering dan brikan bantalan
sesuai indikasi
Kolaborasi :
· Rujuk ke perawat ahli terapi
enterostoma untuk mendapatkan
bantuan dalam pengkajian,
penentuan derajat luka dan
dokumentasi perawatan luka atau
kerusakan kulit.

6. Diagnnosa VI
Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas, penurunan
volume paru, hepatomegali, splenomigali ditandai dengan
ketidaknyamanan fisik.
Tabel 8 : Intervensi Keperawatan Diagnosa VI
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam · Ciptakan lingkungan yang tenang
diharapkan kebutuhan istirahat tidur menjelang tidur
klien terpenuhi dengan criteria hasil : · Atur posisi klien semi fowler
· Klien dapat tidur nyenyak · Berikan lingkungan yang tenang
· Klien tidak mengeluh tidak bisa tidur menjelang tidur : batasi suara ribut,
· Tidur 7-8 jam atur cahaya lampu
· Catat pola istirahat tidur klien
· Motivasi klien untuk tenang dan
rileks
Kolaborasi :
· Kolaborasi dengan dokter tentang
perlunya meninjau program
pengobatan jika berpengaruh pada
pola tidur.
· Kolaborasi untuk memberikan O2
tambahan
· Dukung penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supreser
fase tidur.

7. Diagnosa VII
Kecemasan berhubungan dengan dispnea, ancaman kematian
ditandai dengan gelisah, insomnia, resah, ketakutan, sedih, fokus
pada diri dan kekhawatiran.
Tabel 9 : Intervensi Keperawatan Diagnosa VII
Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam · Gunakan pendekatan yang
diharapkan pasien tidak merasa menenangkan
cemas dengan kriteria hasil : · Nyatakan dengan jelas harapan
· Klien mampu mengidentifikasi dan terhadap pasien
mengungkapkan gejala cemas · Jelaskan semua prosedur dan apa
· Mengidentifikasi, mengungkapkan yang dirasakan selama prosedur
dan menunjukkan tehnik untuk · Pahami prespektif pasien terhadap
mengontol cemas situasi stres
· Vital sign dalam batas normal · Temani pasien untuk memberikan
· Postur tubuh, ekspresi wajah, keamanan dan mengurangi takut
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas · Berikan informasi faktual mengenai
menunjukkan berkurangnya diagnosis, tindakan prognosis
kecemasan. · Dorong keluarga menemani pasien
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
· Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Kolaborasi
· Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat untuk mengurangi
kecemasan

8. Diagnosa VIII
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman
tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal jantung ditandai
dengan pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya
episode Gagal jantung kronik yang dapat dicegah.

Tabel 10 : Intervensi Keperawatan Diagnosa VIII


Rencana Keperawatan
NOC (Tujuan dan kriteria hasil) NIC (Intervensi)
Setelah dilakukan tindakan Mandiri
keperawatan selama …x24 jam · Kaji pengetahuan klien tentang
diharapkan pasien mengerti proses penyakitnya
penyakitnya dan Program perawatan · Jelaskan tentang proses penyakit (tanda
serta Therapi yg diberikan dengan dan gejala), identifikasi kemungkinan
kriteria hasil: penyebab. Jelaskan kondisi tentang klien
· Mengidentifikasi hubungan terapi
· Jelaskan tentang program pengobatan
untuk menurunkan episode berulang
dan alternatif pengobantan
dan mencegah komplikasi.
· Pasien mampu menjelaskan kembali · Diskusikan perubahan gaya hidup yang
tentang penyakit mungkin digunakan untuk mencegah
komplikasi
· Pasien mampu mengenal kebutuhan · Diskusikan tentang terapi dan
perawatan dan pengobatan tanpa cemas pilihannya

· Instruksikan kapan harus ke pelayanan

· Tanyakan kembali pengetahuan klien


tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan

H. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini
perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan
aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar
implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian bila telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan
perawatan kesehatan keluarga. Prinsip dalam memberikan tindakan
keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan
setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan
adalah independent, dependen dan interdependen. (Doenges, 2002)

I. Evaluasi
Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan
Keperawatan antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku pasien yang tampil. Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi
proses keperawatan adalah mengukur respon pasien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat
mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau
pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan
apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan
menelah respon pasien dan membandingkannya dengan perilaku yang
disebutkan dalam hasil yang diharapkan. (Doenges, 2002)

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap


rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi
dengan baik, perawat menghentikan rencana asuhan tersebut dan
mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak
terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat
untuk melanjutkan rencana atau memodifikasi rencana Asuhan
Keperawatan.

You might also like