You are on page 1of 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “KOMUNIKASI PADA LANSIA”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Kendari,08 juni 2017

penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................3

A.Latar belakang...........................................................................................3

B.Rumusan masalah .....................................................................................5

C.Tujuan penulisan ......................................................................................5

D. Manfaat penulisan ...................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN .....................................................................................6

A.Pengertian komunikasi ............................................................................. 6

B.Konsep dasar komunikasi pada lansia ......................................................8

C.Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada lansia ...............................13

D.Teknik komunikasi terapeutik pada lansia ...............................................14

BAB 3 PENUTUP ..............................................................................................18

A.Kesimpulan ..............................................................................................18

B.Saran .........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam


hubungan antara manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi
lebih bermakna karna merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawatan memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup keterampilan
intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
“caring” atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi
dengan orang lain.

Perawatan yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara


terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan
klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi
keperawatan serta cinta rumah sakit (Achir yani), tetapi yang paling
penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan
terhadap sesama manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang


kedokteran ikut andildalan meningkata kualitas hidup manusia dan
menjadikan rata-rata usia harapan hidup bangsa indonesia makin
meningkat. Ke- (lansia) semakin besar, bahkan cenderung bertambah lebih
cepat dan pesat.

Meningkatnya usia harapan hidup di pengaruhi oleh, Majunya


pelayanan kesehatan; Menurunnya angka kematian bayi dan anak; Adanya

3
perbaikan gizi dan sanitasi; adanya peningkatan pengawasan terhadap
penyakit menular.

Perawat sebagai pemberi asuhan harus pedulu terhadap lansia. Jumlah


populasi lansia di Indonesia makin bertambah banyak dan pada tahun 2007
di perkirakan berkisar 18 juta orang, pada tahun 2015 bertambah lagi
sehingga jumlahnya akan sama engan jumlah balita, pada tahun 2020
jumlah populasi lansia akan melebihi jumlah balita, pada tahun 2025
Indonesia akan menduduki peringkat negara ke 4 di dunia dengan jumlah
populasi lansia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat.

Sesuai budaya bangsa Indonesia lansia harus mendapat tempat yang


tertinggi,di hormati, di hargai, di perhatikan, di kasihi, dan di anggap
sebagai pepunden. Pandangan ini harus di pupuk dan di lestarikan dalam
kehidupan masyarakat karena lansia dianggap memiliki pengetahuan,
pengalaman, dan kearifan yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat yang
lebih mudah.

Semua indifidu akan menjadi tua dan ingin memilih masa tua yang
sehat, sejahtara, berguna, produktif, berkualitas, dan bermartabat. Individu
lansia tidak perlu menarik diri dari semua kegitan karena usianya telah tua.
Lansia tetap dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai kondisinya.
Pandangan tentang kemunduran manusia sehingga harus menarik diri dari
semua kegiatan harus di ubah. Pandangan tersebut memengaruhi lansia
yang kemudian mengambil sikap menarik dari.

Masyarakat kadang masih memiliki pandangan bahwa lansia tidak


berdaya, tidak berguna, tidak dapat membantu, dan sulit berkomunikasi
karna mengalami penurunan pendengaran, penurunan daya ingat, dan
penurunan daya tangkap.

Ketetapan seseorang dianggap lansia sangat bervariasi karena setiap


negara memiliki kriteria dan standar yang berbeda. Di Indonesia,
seseorang di anggap lansia bila ia telah memasuki atau mencapai usia 60

4
tahun lebih (menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial
lanjut usia).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan pengertian komunikasi ?
2. Jelaskan konsep dasar komunikasi pada lansia
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi pada
lansia
4. Sebutkan teknik komunikasi Terapeutik pada lansia

C. TUJUAN
Agar dapat mengetahui dan memahami cara berkomunikasi yang baik
serta menerapkannya pada lansia

D. MANFAAT
Untuk menambah wawasan pembaca mengenai cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan lansia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa inggris “communication”)
berasal dari bahasa latin “communicatun” yang berarti “berbagai” atau
“menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut
kamus bahasa indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary di
jelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan,


penyampaian, penerimaan, dan pengolaha pesan yang terjadi di dalam diri
seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi
tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah
suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan. Menurut beberapa ahli, pengertian komunikasi yaitu:
 Barnlund komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan
untuk mengurangi rasa ketidak pastian, bertindak secara efektif,
mempertahankan atau meperkuat ego.
 Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi orang lainnya.
 Gode komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari
semula yang di miliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi di
miliki oleh dua orang atau lebih.
 Berelson dan Stainer, komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain.

6
Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut dia atas,
dapat di peroleh gambaran-gambaran bahwa komunikasi mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

a. Komunikasi adalah suatu proses komunikasi sebagai suatu proses


artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi)
serta berkaitan satu smaa lainnya dalam kurun waktu tertentu.
b. Komunikasi adalahbsuatu upaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan.komuniukasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar,disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-
sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama
terhadap topik pesan yang di sampaikan.
d. Komunikasi bersifat simbolik. Komunikasi pada dasarnya merupakan
tindakan yang di lakukan dengan menggunakan lambang-lambang.
Lambang yang paling umum di gunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-
angka atau tanda-tanda lainnya.
e. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya
menurut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan
tersebut tentunya perlu di lakukan secara seimbang atau porsional.
f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Maksudnya adalah
bahwa para peserta yang terlibat dalam komunikasi tidak hartus hadir
pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk
teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili dan lain-lain,
faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam
berkomunikasi.

7
B. KONSEP DASAR KOMUNIKASI PADA LANSIA
1. PROSES MENUA
Pada dasarnya proses menua di tandai dengan berbagai perubahan:
a. Perubahan perilaku dan masalah psikologis karena kehilangan
pasangan hidup, di tinggal anak yang telah menikah, penurunan
fungsi penglihatan dan pendengaran, adanya penyakit kronis atau
degeneratif, mobilitas terbatas, kesetiaan, dan penghasilan
berkurang.

b. Perubahan pada organ.


Menurut WHO, klasifikasi lansia adalah usia pertengahan
(middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua
(old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Prof. Dr. Ny. Sumiati ahmad muhammad (alm), guru besar fakultas
kedokteran Universitas Gadjah Mada membagi periode biologis
perkembangan manusia yang di anggap lansia sebagai prasenium
(40-65 tahun) dan senium atau lansia (65 tahun ke atas).
Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia)
mengatakan bahwa lansia merupakan kelanjuatan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat di bagi menjadi empat bagian:
1. Fase iuventus (25-40 tahun)
2. Fase verilitas (40-50 tahun)
3. Fase prasenium (55-65 tahun)
4. Fase senium (65 tahun hingga tutup usia)
 Menurut Prof. Dr. Koesoemanto, SpKJ, indifidu lansia adalah
yang berusia lebih dari 65/70 tahun.
 Menurut Bee (1996) tahap lansia dimulai dari masa dewasa
lanjud (65-75 tahun) sampai dewasa sangat lanjut (>75 tahun).
 Hurlock (1979) membedakan lansia dalam 2 tahap yakni early
old age (60-70 tahun) dan advanced old age (>70 tahun)

8
Menurut burnside (1979) tahapan lansia meliputi:

1. Young old (60-69 tahun)


2. Middle age old(70-79 tahun)
3. Old old (80-89 tahun)
4. Very old old (>90 tahun)

Sedangkan sumber lain mengemukakan pengelompokan umur


berikut:

1. 60-65 tahun (eldery)


2. Lebih besar 65-75 tahun (junior old age)
3. Lebih besar 75-90 tahun (formal old age)
4. Lebih besar 90-120 tahun (longevity old age)

Bila dilihat dari pembagian umur menurut beberapa ahli


tersebut diatas,dapat disimpulkan ,yang disebut lansia adalah orang
yang telah berumur 65 tahun keatas. Namun di indonesia batasan
lanjut usia adalah usia 65 tahun keatas.

Lansia tidak perlu menarik diri tetapi harus berkomunikasi


dengan orang lain. Lanjut usia dapat melakukan berbagai kegaiatan
sesuai kondisinya. Pandangan tentang kemunduran lansia hingga
harus menarik diri dari semua kegiatan harus diubah. Pandangan
tersebut akan memengaruhi lansiia yang kemudian dirinya betul-
betul mundur. Lansia tidak perlu menarik diri dari semua kegiatan.
Dengan aktifitas,lansia dapat memiliki perasaan berguna bagi didri
dan keluarga dan memberikan kesibukan yang berarti bahkan bila
tidak melakukan kegiatan apapun lansia akan merasa tidak
berguna,kurang bersemangat,menjadi pendiam dan pemurung,
serta tidak bersemangat hidup.

9
Memberi kesempatan bagi lansia untuk melakukan kegiatan
sehari-hari akan memberi manfaat bagi mereka karena kegiatan
fisik sangat diperlukan untuk kebugaran. Dengan banyak berjalan
kaki atau senam ringan akan baik bagi kesehatan,menghindari
kegemukan, dan pada akhirnya dapat tidur lelap dan fisik menjadi
segar.

Lansia juga perlu diberi kesempatan untuk bersosialisasi atau


berkumpul dengan orang lain. Selain untuk mempertahankan
keterampilan berkomunikasi juga menunda kepikunan. Dengan
demikian,mereka juga dapat merasakan kegembiraan bersama
orang lain dan merasakan peredaan stres. Beberapa kegiatan yang
dapat diikuti oleh lansia adalah arisan, kegiatan rohani,
pemeriksaan diposiandu, melayat, menjenguk teman sakit,
menghadiri undangan, atau senam lansia bersama.

2. KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN GERONTIK


Keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,berbentuk
pelayanan bio-psikososio-kultural dan spiritual yang berdasarkan pada
pencapaian kebutuhan dasar manusia”.asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien bersifat komprehensif,yang ditujukan kepada
individu,kelompok,keluarga, dan masyarakat, baik dalam keadaan
sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan
logo berarti ilmu.jadi gerontologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang lanjut usia dengan segala permasalahannya sedangkan gerontik
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan
segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Komunikasi dalam keperawatan gerontik adalah komunikasi yang
diaplikasikan dalam prakti asuhan keperawatan lansia.komunikasi
dengan lansia adalah suatu proses penyampaian/gagasan dari perawat

10
atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapan dari
lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan
komunikasi. Tercapainya komunikasi beupa pesan yang disampaikan
oleh komunikator (perawat) sama yang diterima oleh komunikan
(lansia).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik, dan tindakan.
Sementara ada yang berpendapat bahwa komunikasi adalah pertukaran
pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling
mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik
antara sseseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran
fakta,gagasan,opini emosi antara dua orang atau lebih.
Manusia adalah makhluk sosial yang secara naluri memiliki
dorongan untuk berhubungan dengan orang lain. Manusia di karunia
tuhan berbagai indra untuk digunakan dalam berhubungan dengan
lingkungan dan melakukan komunikasi, baik secara internal dengan
dirinya maupun secara eksternal dengan lingkungannya (lingkungan
fisik,biologis, maupun sosio-kultural). Hubungan antar – manusia
melalui komunikasi memungkinkan pencapaian tidak hanya kebutuhan
fisik dan keamanan semata, tetapi juga kebutuhan psiko sosial, seperti
cinta, rasa memiliki, pengembangan harga diri dan identitas diri.
Keefektifan dan kegembiraan indifidu dewasa terkait langsung dengan
kapasitas individu tersebut membentuk hubungan dengan orang lain.
Sedangkan lansia dapat dan sering bergantung pada orang lain, baik
sebagian atau secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kegagalan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan stres
(menjadi sumber stres pribadi dan sosial).

11
3. PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI

a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di
laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.

b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada
perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih
lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing
atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.

12
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KOMUNIKASI
PADA LANSIA.
Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terdiri dari faktor
penunjang dan penghambat. Faktor penunjang dari aspek komunikator
(perawat atau pemberi asuhan) adalah memiliki kelebihan fisik maupun
mental,memiliki pengetahuan,keterampilan,dan pengalaman yang cukup
mengenai komunikasi,menguasai isi pesan,menguasai media,dan adanya
lingkungan yang mendukung(tenang,bebas dari kebisingan,ventilasi
baik,kamar tidak terlalu panas atau terlalu dingin,adanya privasi) akan
memperlancar komunikasi.faktor penunjang dari aspek komunikan(lansia)
adalah mempunyai sifat terbuka,pengetahuan cukup,sehat fisik dan
mentalnya.
Sedangkan faktor penghambat dapat muncul baik dari komunikator
maupun komunikan. Faktor penghambat dari aspek komunikator (perawat
atau pemberi asuhan) meliputi tidak menguasai pesan,kurang menguasai
unsur lain,suasana kurang mendukung,penyampaian kurang jelas (karena
suara terlalu kecil/cepat) sehinga susah di tangkap oleh penerima.faktor
penghambat dari aspek komunikan (lansia) meliputi pengetahuan
komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna isi pesan,sifat tertutup
(terkait agama,adat kebiasaan,malu,takut,status), atau lingkungan tempat
berkomunikasi yang kurang mendukung (terlalu bising,panas,terlalu
dingin,tidak adanya privasi) akan menghambat komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya
ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Oleh karena itu,
perlu diketahui hambatan-hambatan tersebut, yaitu:
1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan
6. Bahasa

13
7. Isi pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interest
11. Prasangka
12. Cara penyajian yang verbalistis atau sebagainya

D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:


1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada
klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat

14
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang
mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi
keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya:
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan

15
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.

Dalam menanggapi pesan yang di sampaikan klien, perawat juga dapat


menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut
(Stuart dan Sundeen, 1987, hl. 124)
1. Mendengar (listening)
2. Pertanyaan Terbuka (broad opening)
3. Mengulang (Restarting)
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Membagi persepsi
8. Identifikasi tema
9. Diam (silence)
10. Informasi
11. Saran

Contoh-contoh teknik komunikasi pada lansia beserta pertanyaanya:

 Menyatakan Pengenalan
Contoh pernyataannya:
“ya, Oma Anna”
“Apa kabar Oma Anna?”
“Selamat pagi Opa Yudi”

16
 Menawarkan diri

Contoh pernyataannya:

“Apakah ada yang bisa saya bantu Opa?”

“saya bisa menemani Opa sampai Oma datang”

 Memberi penghargaan

Contoh pernyataannya:

“Opa ingin membicarakan apa?”

“apakah akan membantu jika kita membicarakan apa yang Opa


rasakan?”

 Mengklarifikasi waktu

Contoh pernyataannya:

Lansia: “saya muntah dua kali tadi pagi”


Perawat: “apakah itu setelah sarapan pagi atau kapan hal itu
terjadi”?

 Responsif
Contoh pernyataannta:
“apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa
bantu…?”

 Supportif
Contoh pernyataan
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu
bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat
membantu’.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolaha pesan
yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau
lebih dengan tujuan tertentu.
 Faktor yang mempngaruhi komunikasi yaitu:
1. Keadaan psikologis komunikan
2. Kekurangan komunikator atau komunikan
3. Kesalahan penilaian oleh komunikator
4. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan
5. Bahasa
6. Isi pesan berlebihan
7. Bersifat Kebisingan satu arah
8. Faktor teknis
9. Kepentingan atau interest
10. Prasangka
11. Cara penyajian yang verbalistis atau sebagainya

B. SARAN
Saran kami sebagai penulis agar para pembaca dapat menerapkan
tata cara berkomunikasi dengan baik pada lansia maupun para
pasien yang sedang di ajak berkomunikasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nurhasanah.N.2009,Ilmu komunikasi dalam konteks


keperwatan.Jakarta:CV.Trans Info Media

Nugroho.W.2006, Komunikasi dalam keperawatan gerontik.Jakarta:Buku


kedokteran ECG

Dalami.E.dkk.2009,Buku saku komunikasi keperawatan,jakarta:Trans info media

19

You might also like