Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang
berjudul “KOMUNIKASI PADA LANSIA”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
penulis
1
DAFTAR ISI
A.Latar belakang...........................................................................................3
A.Kesimpulan ..............................................................................................18
B.Saran .........................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
perbaikan gizi dan sanitasi; adanya peningkatan pengawasan terhadap
penyakit menular.
Semua indifidu akan menjadi tua dan ingin memilih masa tua yang
sehat, sejahtara, berguna, produktif, berkualitas, dan bermartabat. Individu
lansia tidak perlu menarik diri dari semua kegitan karena usianya telah tua.
Lansia tetap dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai kondisinya.
Pandangan tentang kemunduran manusia sehingga harus menarik diri dari
semua kegiatan harus di ubah. Pandangan tersebut memengaruhi lansia
yang kemudian mengambil sikap menarik dari.
4
tahun lebih (menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan sosial
lanjut usia).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan pengertian komunikasi ?
2. Jelaskan konsep dasar komunikasi pada lansia
3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi pada
lansia
4. Sebutkan teknik komunikasi Terapeutik pada lansia
C. TUJUAN
Agar dapat mengetahui dan memahami cara berkomunikasi yang baik
serta menerapkannya pada lansia
D. MANFAAT
Untuk menambah wawasan pembaca mengenai cara yang baik dalam
berkomunikasi dengan lansia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa inggris “communication”)
berasal dari bahasa latin “communicatun” yang berarti “berbagai” atau
“menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut
kamus bahasa indonesia mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary di
jelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran di antara
individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
6
Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut dia atas,
dapat di peroleh gambaran-gambaran bahwa komunikasi mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
7
B. KONSEP DASAR KOMUNIKASI PADA LANSIA
1. PROSES MENUA
Pada dasarnya proses menua di tandai dengan berbagai perubahan:
a. Perubahan perilaku dan masalah psikologis karena kehilangan
pasangan hidup, di tinggal anak yang telah menikah, penurunan
fungsi penglihatan dan pendengaran, adanya penyakit kronis atau
degeneratif, mobilitas terbatas, kesetiaan, dan penghasilan
berkurang.
8
Menurut burnside (1979) tahapan lansia meliputi:
9
Memberi kesempatan bagi lansia untuk melakukan kegiatan
sehari-hari akan memberi manfaat bagi mereka karena kegiatan
fisik sangat diperlukan untuk kebugaran. Dengan banyak berjalan
kaki atau senam ringan akan baik bagi kesehatan,menghindari
kegemukan, dan pada akhirnya dapat tidur lelap dan fisik menjadi
segar.
10
atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh tanggapan dari
lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan
komunikasi. Tercapainya komunikasi beupa pesan yang disampaikan
oleh komunikator (perawat) sama yang diterima oleh komunikan
(lansia).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik, dan tindakan.
Sementara ada yang berpendapat bahwa komunikasi adalah pertukaran
pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling
mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik
antara sseseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran
fakta,gagasan,opini emosi antara dua orang atau lebih.
Manusia adalah makhluk sosial yang secara naluri memiliki
dorongan untuk berhubungan dengan orang lain. Manusia di karunia
tuhan berbagai indra untuk digunakan dalam berhubungan dengan
lingkungan dan melakukan komunikasi, baik secara internal dengan
dirinya maupun secara eksternal dengan lingkungannya (lingkungan
fisik,biologis, maupun sosio-kultural). Hubungan antar – manusia
melalui komunikasi memungkinkan pencapaian tidak hanya kebutuhan
fisik dan keamanan semata, tetapi juga kebutuhan psiko sosial, seperti
cinta, rasa memiliki, pengembangan harga diri dan identitas diri.
Keefektifan dan kegembiraan indifidu dewasa terkait langsung dengan
kapasitas individu tersebut membentuk hubungan dengan orang lain.
Sedangkan lansia dapat dan sering bergantung pada orang lain, baik
sebagian atau secara keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kegagalan dalam berkomunikasi dapat menyebabkan stres
(menjadi sumber stres pribadi dan sosial).
11
3. PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI
a. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di
laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
b. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada
perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih
lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai
konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing
atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat
berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.
12
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KOMUNIKASI
PADA LANSIA.
Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terdiri dari faktor
penunjang dan penghambat. Faktor penunjang dari aspek komunikator
(perawat atau pemberi asuhan) adalah memiliki kelebihan fisik maupun
mental,memiliki pengetahuan,keterampilan,dan pengalaman yang cukup
mengenai komunikasi,menguasai isi pesan,menguasai media,dan adanya
lingkungan yang mendukung(tenang,bebas dari kebisingan,ventilasi
baik,kamar tidak terlalu panas atau terlalu dingin,adanya privasi) akan
memperlancar komunikasi.faktor penunjang dari aspek komunikan(lansia)
adalah mempunyai sifat terbuka,pengetahuan cukup,sehat fisik dan
mentalnya.
Sedangkan faktor penghambat dapat muncul baik dari komunikator
maupun komunikan. Faktor penghambat dari aspek komunikator (perawat
atau pemberi asuhan) meliputi tidak menguasai pesan,kurang menguasai
unsur lain,suasana kurang mendukung,penyampaian kurang jelas (karena
suara terlalu kecil/cepat) sehinga susah di tangkap oleh penerima.faktor
penghambat dari aspek komunikan (lansia) meliputi pengetahuan
komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna isi pesan,sifat tertutup
(terkait agama,adat kebiasaan,malu,takut,status), atau lingkungan tempat
berkomunikasi yang kurang mendukung (terlalu bising,panas,terlalu
dingin,tidak adanya privasi) akan menghambat komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya
ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Oleh karena itu,
perlu diketahui hambatan-hambatan tersebut, yaitu:
1. Kebisingan
2. Keadaan psikologis komunikan
3. Kekurangan komunikator atau komunikan
4. Kesalahan penilaian oleh komunikator
5. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan
6. Bahasa
13
7. Isi pesan berlebihan
8. Bersifat satu arah
9. Faktor teknis
10. Kepentingan atau interest
11. Prasangka
12. Cara penyajian yang verbalistis atau sebagainya
14
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang
mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi
keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk
menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara materiil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya:
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu
dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan
15
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.
Menyatakan Pengenalan
Contoh pernyataannya:
“ya, Oma Anna”
“Apa kabar Oma Anna?”
“Selamat pagi Opa Yudi”
16
Menawarkan diri
Contoh pernyataannya:
Memberi penghargaan
Contoh pernyataannya:
Mengklarifikasi waktu
Contoh pernyataannya:
Responsif
Contoh pernyataannta:
“apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa
bantu…?”
Supportif
Contoh pernyataan
‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu
bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat
membantu’.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolaha pesan
yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau
lebih dengan tujuan tertentu.
Faktor yang mempngaruhi komunikasi yaitu:
1. Keadaan psikologis komunikan
2. Kekurangan komunikator atau komunikan
3. Kesalahan penilaian oleh komunikator
4. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan
5. Bahasa
6. Isi pesan berlebihan
7. Bersifat Kebisingan satu arah
8. Faktor teknis
9. Kepentingan atau interest
10. Prasangka
11. Cara penyajian yang verbalistis atau sebagainya
B. SARAN
Saran kami sebagai penulis agar para pembaca dapat menerapkan
tata cara berkomunikasi dengan baik pada lansia maupun para
pasien yang sedang di ajak berkomunikasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19