Professional Documents
Culture Documents
MIELITIS TRANSVERSA
OLEH:
INTAN EKAVERTA 082281578484
PEMBIMBING:
Prof. DR.
dr. Restu Susanti, Sp.S, M. biomed
Definisi
Mielitis adalah radang infektif dan non-infektif yang menyebabkan
kerusakan pada neuron, substansia alba dan melibatkan meninges atau
menyebabkan nekrosis pada substansia alba dan grisea, menurut Adams dan Victor
(1985).1
Mielitis transversa adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh
peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen
dari medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla
spinalis, trasversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang medulla
spinalis.2
Mielitis transversa merupakan suatu gangguan neurologi yang
disebabkan oleh kehilangan selubung mielin pada medulla spinalis, disebut juga
sebagai demielinisasi. Demielinisai ini muncul secara idiopatik menyertai infeksi
atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel sclerosis. Salah satu teori mayor tentang
penyebabnya adalah bahwa inflamasi immune-mediated adalah sebagai suatu hasil
paparan terhadap antigen virus. Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla
spinalis pada kedua sisinya. Pada mielitis transversa akut, onset terjadi tiba – tiba
dan progresif dalam beberapa jam dan atau beberapa hari. Lesi dapat terjadi di
setiap bagian dari medulla spinalis meskipun biasanya terbatas pada bagian kecil
saja.2
Bila mengenai substansia grisea disebut poliomyelitis, bila mengenai
substansia alba disebut leukomyelitis dan bila seluruh potongan melintang medulla
spinalis terserang maka disebut myelitis transversa. 1
Menurut Transverse Myelitis Consortium Working Group, myelitis
transversa adalah sindrom klinis dimana prosesnya dimediasi oleh sistem imun
menyebabkan cedera neural medula spinalis dan mengakibatkan berbagai derajat
disfungsi motorik, sensori, dan autonom.3
Epidemiologi
Mielitis transversa dapat diderita oleh orang dewasa dan anak – anak baik
pada semua jenis kelamin maupun ras. Usia puncak insidens mielitis transversa
terjadi antara umur 10-19 dan 30-39 tahun. Meskipun sedikit peneliti yang meneliti
rata-rata insidensi tersebut, diperkirakan sekitar 1400 kasus baru tiap tahun di
diagnosa sebagai mielitis transversa di amerika serikat. 4,5,6
Etiologi
Mielitis transversa mempunyai berbagai macam penyebab antara lain : 1
Pasca infeksi atau parainfeksi : infeksi virus, rubela, varisella, variola,
jarang pada rubella, mumps, influenza.
Pasca vaksinasi : anti rabies, varisella, pertusis, polio, tetanus.
Nekrotik atau degeneratif
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrom)
Pada beberapa kasus, mielitis transversa disebabkan oleh malformai arteri-
vena spinalis (kelainan yang merubah aliran darah) atau penyakit vaskuler seperti
atherosklerosis yang menyebabkan iskemik. Sehingga menurunkan kadar oksigen
pada jaringan medulla spinalis. Iskemik dapat disebabkan perdarahan (hemorragik)
dalam medulla spinalis, pembuluh darah yang menyumbat atau sempit, atau faktor
lainnya. Pembuluh darah membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan medulla
spinalis dan membuang hasil metabolisme. Saat pembuluh darah tersumbat atau
menyempit dan tidak dapat membawa sejumlah oksigen ke jaringan medulla
spinalis. Saat area medulla spinalis menjadi kekurangan oksigen atau iskemik. sel
dan serabut saraf mulai mengalami perburukan secara cepat. Kerusakan ini
menyebabkan inflamasi yang luas kadang – kadang menyebabkan mielitis
transversa.7
Patologi
Medula spinalis yang mengalami peradangan akan tampak edema,
hiperemia dan pada kasus berat terjadi perlunakan (mielomalasia) tampak
makroskopik. Secara mikroskopis terdapat kongesti dan infiltrasi sel radang pada
leptomeninges. Kongesti pada medula spinalisnya atau trombosis pembuluh darah
dengan infiltrasi perivaskular sel radang dan edema. Dan didapati pula degenerasi
sel ganglion, selubung mielin dan silinder aksis. Infiltrasi sel radang yang difus
pada medula spinalis. Dapat dijumpai degenerasi asenden maupun desenden pada
jaras-jaras panjang. Pada mielitis pasca infeksi dimana terjadi reaksi autoimun
biasanya yang mengalami kerusakan adalah substansia albanya. Dalam hal ini
terdapat demielinasi pada daerah perivaskular. 1,8
Gambaran Klinis
Pada mielitis tranversa dapat muncul kelemahan otak (25%), gangguan
sensorik atau parastesia (25%), nyeri pinggang (25%), nyeri radik (21%) dan hanya
3% kasus yang mengenai spinkter. Gejala-gejala ini bersifat progresif. Gejala klinis
yang timbul tergantung pada lokasi lesi, tersering pada medula spinalis thorakal.
Kelumpuhan awalnya bersifat flacsid (spinalshock) dan diikuti spastis pada daerah
di bawah lesi. Setinggi lesi bisa terjadi penurunan atau arefleks jika lesi mengenai
cornu anterior atau radiks. Dystesia terasa pada tungkai dan naik secara simetris
atau asimetris dengan terlihat level sensoris yang jelas. Dari beberapa gejala,
muncul empat gejala klasik mielitis transvera, yaitu: 1,4
1. Parestesia anggota gerak bawah dan tubuh dengan pola segmental
2. Kadang nyeri punggung yang menjalar sepanjang batas atas lesi medulla
spinalis.
3. Kehilangan rasa pada kaki dan jari – jari kaki
thoracal 6.1,4
Tatalaksana 1
Tujuan pengobatan pertama ditujukan untuk meredakan respon immun yang
disebabkan oleh trauma medulla spinalis. Pengobatan awal pada penderita mielitis
tranversa dengan pemberian steroid dosis tinggi secara intravena atau oral.
1. Gejala awitan sedang berlangsung dalam waktu 10 hari pertama atau terjadi
progresivitas defisist neurologik :
a. Glukokortikoid
i. Prednison oral 1mg/kgBB/hari selama 2 minggu, tappering
off
ii. Metilprednisolon intravena 0,8mg/kgBB/hari
b. ACTH intramuskular
i. 40 unit, 2 x 1 ( 7 hari)
ii. 20 unit, 2 x 1 ( 4 hari)
iii. 20 unit, 2 x 1 ( 3 hari)
2. Untuk mencegah efek samping kortikosteroid
a. diet rendah garam
b. simitidin 300mg 4 x 1 atau ranitidin 150mg 2 x 1
3. pemasangan kateter, untuk mencegah infeksi diberikan profilaksis (
trimetroprim- sulfametoksazol, 1 mg tiap malam).
4. konstipasi diberikan laksan.
5. diet dan nutrisi harus dijaga, 125 gram protein, vitamin dosis tinggi dan
cairan sebanyak 3 liter per hari.
6. spasme kedua tungkai dapat diberikan
a. baclofen 15-80mg /hari
b. diazepam 3-4 kali 5mg/hari
7. rehabilitasi harus dimulai sedini mungkin untuk mengurangi kontraktur dan
mencegah tromboemboli.
Prognosis 1
Prognosis penyakit ini meragukan. Sebagai pedoman bila dalam 3-4 minggu
setelah awitan penyakit terlihat tanda-tanda perbaikan maka prognosisnya baik.
Kebanyakan penderita hanya mengalami sekali episode gangguan meskipun jarang,
kasus rekuren atau relaps mileitis transvera dapat terjadi . Beberapa pasien sembuh
secara sempurna kemudian mengalami relaps kembali. Pada kasus relaps dokter
akan menyelidiki kemungkinan penyebab seperti MS atau lupus erythematosus
sistemik sejak penderita mengalami releaps tersebut.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. 2003. Mielitis transversa Dalam Kapita Selekta Neurologi, Gajah mada
University press, Yogyakarta
2. Harsono. 1996. Mielitis Dalam Buku Ajar Neurologi Klinis, Gajah mada
University press, Yogyakarta
3. S A Budiman. 2010. Mielitis Transversa Dengan Paraparese Inferior Flaksid dan
Sefalgia. Diunduh dari http://www.fkumyecase.net tanggal 10 Mei 2014
4. Tonam. 2004. Panduan Diagnosis dan Penatalaksanaan Ilmu Penyakit Saraf.
FKUI, Jakarta.
5. National Institut of neurological disorder and stroke, myelitis trasversa. Diunduh
dari http://www.ninds.nih.gov/disorder/trasversemyeilitis tanggal 10 Mei 2014
6. Anonymous. Transversa myelitis. Diunduh dari
http://www.wikipedia.org/wiki/trasversemyelitis tanggal 10 Mei 2014
7. Anonymous, mielitis tranversa. Diunduh dari
http://www.healthnewsflash.com/conditions/transverse_myelitis.htm tanggal 10
Mei 2014
8. Igusti Gede Ngoerah,dr,Prof. 1994. Mielitis Dalam Dasar – Dasar Ilmu Penyakit
Saraf, Airlangga University Press, Surabaya
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Klinis : Paraparese inferior tipe UMN (fase syok spinal) +
hipoestesi setinggi dermatom XI
Diagnosis Topik : Medula spinalis setinggi corpus vertebrae thorakal IX
Diagnosis Etiologi : Mielitis Transversa
Diagnosis Sekunder : Anemia
Hiponatremia
Anjuran :
Konsul Interne
Terapi :
Umum :
Bed rest
MB TKTP
IVFD Nacl 3% : 12 jam/kolf
Khusus :
Metiprednisolon 125 mg vial 3x1 IV (tappering off)
BAB III
DISKUSI