Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklim (cuaca) kerja adalah kombinasi dari suhu udara (suhu basah dan suhu kering),
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi. Kombinasi keempat faktor
tersebut yang dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh sendiri disebut tekanan panas
(heat stress). Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada akan menentukan dalam
pelaksanaan proses produksi yang akan dilakukan, baik itu produksi barang maupun jasa.
Pengetahuan, keterampilan dan sikap dari karyawan akan mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap proses produksi, kualitas pelayanan, kualitas produk atau jasa yang dihasilkan
suatu organisasi.
Terciptanya iklim kerja yang mendukung pekerjaan sangat dibutuhkan oleh seluruh
karyawan. karyawan memiliki iklim kerja yang dirasa sangat memerlukan perhatian dari
pimpinan dalam rangka meningkatkan semangat kerja. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
unsur-unsur iklim kerja karyawan yang berpotensi mendatangkan kecelakaan maupun
ketidaknyamanan, antara lain suara bising, polusi udara, kerusakan mesin, kecelakaan kerja
dan lain-lain. Pentingnya iklim kerja bagi organisasi karena iklim kerja dalam organisasi
sangat berpengaruh dengan kinerja karyawan karena dengan adanya iklim kerja yang baik
maka akan dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
Oleh sebab itu sebagai mahasiswa K3 perlu dilakukannya praktikum pengukuran atau
penilaian iklim kerja pada suatu area kerja yang berpotensi sebagai sarana untuk latihan
dalam mengendalikan secara tepat dan menimimalisir dampak-dampak yang tidak
diinginkan.
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat mengukur iklim kerja pada suatu ruangan tertentu dengan menggunakan
WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) dan mengidentifikasi kelayakan dan kesesuaian
terhadap NAB iklim kerja ruangan tersebut terhadap temperatur yang ada.
Menurut Suma’mur (2014), terdapat tiga sumber panas pada lingkungan kerja, yaitu:
1. Iklim kerja setempat. Keadaan udara di tempat kerja, ditentukan oleh faktor-faktor
keadaan antara lain suhu udara, penerangan, kecepatan gerakan udara dan sebagainya.
2. Proses produksi dan mesin. Mesin mengeluarkan panas secara nyata sehingga
lingkungan kerja menjadi panas.
3. Kerja otot. Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan memerlukan energi yang
diperlukan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi berupa panas.
Sedangkan menurut Wahyuni (2008), terdapat beberapa sumber tempat kerja dengan iklim
yang panas, yaitu:
Menurut Gesang (2011), terdapat enam pengaruh iklim kerja yang tidak sesuai terhadap
tenaga kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan perilaku dan performa kerja, seperti terjadinya kelelahan, sering melakukan
istirahat curian dan lain-lain.
2. Dehidrasi, yaitu suatu kondisi kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan
baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan).
3. Heat rash, seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus
basah.
4. Heat cramps, merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan
besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
5. Heat syncope, keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena
sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan
pemaparan suhu tinggi.
6. Heat exhaustion, keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
atau kehingan garam, dengan gejalanya: mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat
lelah.
2.4 Peraturan Iklim Kerja
Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Menteri Ketenagakerjaan mengeluarkan Permen
no.5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja di dalamnya mengatur
tentang Nilai Ambang Batas untuk iklim kerja. Beberapa definisi mengenai iklim kerja adalah
sebagai berikut :
1. Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubih tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
2. Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa menakbatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
3. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami, dan suhu bola.
4. Suhu udara kering : suhu yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
5. Suhu basah alami : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola basah alami.
6. Suhu bola : suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola.
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
Diperkenankan
Pengaturan ISBB (0C)
waktu kerja Beban kerja
setiap jam Ringan Sedang Berat Sangat Berat
75% - 100 % 31,0 28,0 - -
50 % - 75% 31,6 29.0 27,5 -
25 % - 50% 32,0 30,0 29,0 28,0
0 % - 25% 32,5 31.5 30,5 30,0
(Sumber : Pemen no.5 tahun 2018)
ISBB untuk pekerjaan diluar ruangan dengan panas radiasi
v
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,2 x suhu bola + 0,1 x suhu kering
ISBB untuk pekerjaan didalam ruangan tanpa panas radiasi
v
ISBB = 0,7 x suhu basah alami + 0,3 x suhu bola
Catatan :
Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
Tabel 2.3 Tabel Paparan Panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT dalam ˚C)
Work Acclimatized Unacclimatized
Demands Heavy Very Very
Light Moderate Light Moderate Heavy
Heavy Heavy
100% 29.5 27.5 26 - 27.5 25 22.5 -
work
75% work 30.5 28.5 27.5 - 29 26.5 24.5 -
25% rest
50% work 31.5 29.5 28.5 27.5 30 28 26.5 25
50% rest
25% rest 32.5 31 30 29.5 31 29 28 26.5
75% work
(Sumber : ACGIH 2005 )
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas) dengan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
tidak diperkenankan melebihi :
1. Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
2. Jenis pekerjaan sedang, WBGTI 26,7˚C
3. Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan:
1. Nilai pada tabel diatas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu dengan waktu
istirahat pada umumnya.
2. Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja sangat berat tidak
diberikan, mengingat efek fisiologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga
kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.
3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pengukuran iklim kerja ini disebut
dengan weather instrument / thermocouple. Kalibrasi diperlukan untuk meyakinkan bahwa
alat dalam keadaan baik dan dapat menghasilkan pengukuran yang valid.
A. Biodata
Nama :
Jenis kelamin :(L/P)
Usia :
Berat badan (kg) :
Tinggi badan (cm) :
Lama kerja per hari (jam) :
Tahun mulai bekerja :