You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Lingkungan bisnis pada saat ini telah mengalami perubahan seiring


dengan era globalisasi dibidang usaha, teknologi, sosial dan politik, dan
meningkatnya kepedulian dan permintaan dari konsumen pada saat ini. Perubahan
ini menghasilkan lingkungan kompetisi dimana banyak organisasi harus dapat
bersaing untuk dapat membuat produk atau jasa yang diinginkan oleh konsumen.
Rumah sakit adalah suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan atau non profit organization, walaupun demikian kita
tidak dapat menutup mata bahwa dibutuhkan sumberdaya pendanaan yang sangat
besar untuk dapat terus beroperasi dan berkembang, sebagai salah satu organisasi
pelayanan di bidang kesehatan Rumah Sakit telah memiliki otonomi dan bersifat
swadana, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya dengan manajemen yang seefektif mungkin. Dengan adanya
tuntutan swadana maka rumah sakit harus bekerja keras agar dapat memenuhi
kebutuhan pembiayaan operasional rumah sakit.
Dengan terbatasnya sumberdana yang dimiliki, rumah sakit akan
membebankan biaya kegiatan operasional kepada pasien dengan alokasi yang
telah ditetapkan. Besar kecilnya beban yang harus ditanggung oleh setiap orang
pasien, akan sangat bergantung kepada kepiawaian pihak rumah sakit untuk
mengelola rumah sakitnya. Tingkatan pelayanan menjadi salah satu penentu
dimana satu sisi dengan pembebanan biaya yang semakin merata sesuai dengan
kemampuan pasien yang berbeda-beda akan memberikan suatu penilaian positif
terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pihak manajemen keakuratan pengambilan
keputusan akan sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pengelolaan usaha
yang berada dalam lingkungan Rumah Sakit, dimana suatu sistem pengelolaan
Apotek didalam Rumah Sakit menjadi salah satu sumber pendanaan dan

1
pendapatan yang dapat memberikan kontribusi perkembangandan operasi unit
usaha.
Pada saat ini menunjukkan kurangnya sistem pengelolaan Apotek didalam
Rumah Sakit Umum (Raden Mattaher) Provinsi Jambi sehingga, pembuatan
apotek dalam Rumah Sakit sendiri tidak dapat memberikan kontribusi pendapatan
yang maksimal yang diharapkan oleh Rumah Sakit sendiri. Lemahnya sistem
pengelolaan ini berpengaruh secara langsung pada pendapatan Rumah Sakit yang
digunakan untuk memenuhi pengelolaan oprasional dan kinerja Rumah Sakit Jika
pengelolaan ini tidak di perhatikan, maka dapat dipastikan inefisiensi dan
penurunan kinerja rumah sakit akan terjadi, dan ini akan dibuktikan dengan
terjadinya kerugian pada pihak rumah sakit sebagai akibat lemahnya sistem
pengelolaan unit usaha.
Berdasarkan ketertarikan peneliti terhadap sistem pengelolaan Apotek
didalam Rumah Sakit, maka peneliti membuat Proposal yang berjudul “Evaluasi
Penerapan Sistem Antrian (Single chanel- Multi Phase) Pada Apotek Rumah Sakit
Umum (Raden Mattaher) Provinsi Jambi”.

Penelitian Terdahulu
Suwaryo(2006), studi simulasi biasanya bertujuan untuk memperoleh informasi
yang diinginkan. Adapun pola yang harus diperhatikan untuk menganalisis
simulasi antrian yaitu First In First Out (FIFO) dan prioritas. Berdasarkan kedua
pola antrian tersebut dapat dianalisis perilaku sistemnya. Program aplikasi sistem
pelayanan pada apotek berprioritas banyak loket dengan metode simulasi
menggunakan metode pembangkit bilangan acak dibuat untuk keperluan
penentuan jumlah pelayan yang optimal dan pola antrian yang efektif pada sebuah
apotek. Dari hasil percobaan menggunakan program simulasi sistem pelayanan
resep pada apotek berprioritas banyak loket, keluaran yang dianalisis adalah nilai
rata-rata panjang antrian, utilitas pelayan, dan waktu tunda resep dalam antrian.
Dengan menganalisis nilai-nilai tersebut maka dapat diketahui pola antrian yang
efektif dan jumlah pelayan yang optimal pada apotek. Pola antrian dengan
prioritas lebih efektif dibandingkan dengan pola antrian FIFO, karena hasil

2
keluaran pola antrian prioritas memiliki nilai rata-rata panjang antrian, utilitas
pelayan, dan waktu tunda resep dalam antrian lebih kecil dibandingkan dengan
pola antrian FIFO.
Persamaan
Pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang sama-sama meneliti tentang
penerapan sistem antrian pada loket yang bertujuan untuk menungkatkan kualitas
pelayanan terhadap seluruh konsumen dalam mengantri.
Perbedaan:
Pada penelitian terdahulu peneliti hanya sekedar meneliti bagaimana
meningkatkan pelayanan pada apotek diluar rumah sakit , sedangkan peneliti saat
ini mencoba untuk meneliti bagaimana meningkatkan kualitas pelayana antrian
pada apotek yang berada didalam didalam lingkungan Rumah Sakit yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan usaha rumah sakit sebagai sumber
pendaanaan kedepannya untuk menjadi lebih baik lagi. Obyek yang digunakan
dalam penelitian terdahulu adalah Rumah Sakit Umum (Raden Mattaher) Provinsi
Jambi

Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
rumusan masalah yang penulis ajukan adalah :

1. Bagaimana rancangan penerapan sistem (single chanel – multi phase)


pada Rumah Sakit Umum (Raden Mattaher) Provinsi Jambi dan apa
dampak bagi pendapatan rumah sakit ?

2. Apakah sitem (single chanel – multi phase) pada apotek dan pengelolaan
sumber daya manusia telah diterapkan secara efektif pada Rumah Sakit
Umum (Raden Mattaher) Provinsi Jambi ?

3
Batasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, tenaga, biaya, pengetahuan, serta


keterampilan yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi objek
penelitian Penulis dalam pembuatan Proposal sebagai berikut:

a. Area Penelitian pada Apotek Rumah Sakit Umum (Raden


Mattaher) Provinsi Jambi.

b. Metode yang digunakan dalam analisis sistem antrian adalah


metode antrian dengan pelayanan FIFO (First In First Out),
pengantri pertama datang yang pertama keluar.

Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian penulis ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk :
1. Mengevaluasi berapa besar pengaruh penerapan sistem antrian
(single chanel – multi phase) pada apotek terhadap pendapatan
Rumah Sakit
2. Mengembangkan dan mengevaluasi sistem pengelolaan Apotek
yang telah ada sehingga pembuatan unit usaha dapat memberikan
kontribusi pada Rumah Sakit
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta kualitas pelayanan
obat kepada masyarakat.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mengharapkan agar
penelitian ini dapat bermanfaat bagi setiap kalangan, diantaranya:
1. Bagi Rumah Sakit
- Memberikan informasi bagaimana sistem kerja dari model antrian
(single chanel – multi phase) pada apotek Rumah Sakit .
- Sebagai sumbangan informasi terhadap Pengusaha terkhusus dalam
bidang Jasa Rumah Sakit

4
2. Bagi Peneliti
- Diharapkan dapat menerapkan teori-teori mengenai simulasi antrian
yang diperoleh selama dibangku perkuliahan, sehingga akan
mendapatkan pemahaman yang lebih daripada sekedar teori.
- Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi seluruh mahasiswa
dan khususnya bagi penulis sendiri.
3. Bagi Universitas Sriwijaya
Diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
sistem antrian pada Apotek Rumah Sakit dapat mempengaruhi besarnya
Pendapatan Rumah Sakit kedepan, serta sebagai literatur acuan yang
nantinya dapat digunakan untuk penelitian yang mempunyai permasalahan
sama di masa mendatang.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sistem Pengelolaan dasar Rumah Sakit
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering
dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana
suatu model matematika seringkali bisa dibuat.Sistem adalah suatu jaringan kerja
dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
1. Esensinya sistem terdiri dari komponen-komponen dalam sistem tersebut yang
mencakup :
- Perangkat keras/hardware
- Perangkat lunak/software
- Prosedur-prosedur/procedure
- Perangkat manusia/brainware dan
- Informasi/information
2. Serta fungsi-fungsi teknologi di dalamnya yaitu:
- input
- proses/process
- output
- penyimpanan/storage dan
- komunikasi/communication.
Syarat-syarat sistem adalah:
1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari
pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen

6
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRs) dikembangkan berdasarkan seluruh
fungsi pelayanan rumah sakit yang ada. Fungsi-fungsi tersebut adalah : Fungsi
Informasi Unit Pelayanan, Fungsi Registrasi Pasien, Fungsi Pelayanan Penunjang
Kesehatan, Fungsi Pengendalian Obat-obatan dan Material, Fungsi Keuangan dan
Fungsi Rekam Medik.
Proses-proses yang dipadukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRs)
antara lain adalah:
Pendaftaran
1. Pelayanan
a. UGD
b. Rawat Jalan
c. Rawat Inap
d. Bedah
e. ICU
2. Rekam Medis
3. Farmasi atau Apotek
4. Inventory
5. Keuangan
Uraian Umum Apotek
Berikut adalah beberapa definisi Apotek:
 Menurut PeraturanMenteri No.1332/Menkes/SK/X/2002, yang
menyatakan bahwa apotek adalah salah satu tempat tertentu,
tempatdilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaanfarmasi
dan perbekalan farmasi kepada masyarakat. (Anonim,Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek, 2002).
 Menurut UU no 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2, apotek adalah
tempatdilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan
sediaanfarmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

7
 Menurut PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13 Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker.
 Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek Pasal 1. Yangdimaksud
dengan apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah suatutempat tertentu,
dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidangfarmasi dan pekerjaan
kefarmasian

Sarana dan Prasarana Apotek


Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah olehapoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkunganapotek harus
dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga.
Apotek memiliki suplai listrik yang konstan,terutama untuk lemari
pendingin.Apotek harus memiliki:
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien,termasuk penempatan
brosur/ materi informasi
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapidengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatanmedikasi pasien
4. Ruang racikan
5. Tempat pencucian alat.Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap
dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan
rapi,terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan
sertadiletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah
ditetapkan.
Pengertian Pendapatan
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha.
Budiono (1992 : 180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari
penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.
Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang

8
atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor
produksi.
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka yang
dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan
suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan
beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu periode yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Sumber pendapatan
1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana
yang ditanamkan oleh pemegang obligasi dan pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti
aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang perusahaan.
3. Hadiah , sumbangan atau penemuan
4. Revaluasi aktiva
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk
Proses terbentuk dan terealisasinya pendapatan :
1. Earning Process (Proses pembentukan pendapatan)
Pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses
berlangsungnya operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan
piutang)
2. Realization Process (Proses realisasi pendapatan)
Pendapatan dianggap terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terjual
langsung / atas dasar kontrak penjualan.

9
Teori Antrian
Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari.
Menunggu di depan loket untuk mendapatkan tiket kereta api atau tiket bioskop,
pada pintu jalan tol, pada bank, pada kasir supermarket, dan situasi–situasi yang
lain merupakan kejadian yang sering ditemui. Studi tentang antrian bukan
merupakan hal yang baru. Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan
layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan,
sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat layanan
disebabkan kesibukan layanan. Pada banyak hal, tambahan fasilitas pelayanan
dapat diberikan untuk mengurangi antrian atau untuk mencegah timbulnya
antrian. Akan tetapi biaya karena memberikan pelayanan tambahan, akan
menimbulkan pengurangan keuntungan mungkin sampai di bawah tingkat yang
dapat diterima. Sebaliknya, sering timbulnya antrian yang panjang akan
mengakibatkan hilangnya pelanggan / nasabah.
Secara sederhana terdapat kelebihan dari teori antrian yaitu:
- Cepat
- Aplikasi utk semua tingkatan dari sistem
- Memungkinkan tradeoffs dan sensitivitas utk dipelajari
Kelemahan teori antrian kelemahan
- Mungkin mencakup aproksimasi
- Abstraksi detail
- Perlu waktu untuk mengembangkan model

Komponen Dasar Antrian


Komponen dasar proses antrian adalah :
1. Kedatangan
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil,
panggilan telepon untuk dilayani, dan lain – lain. Unsur ini sering
dinamakan proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau
biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang
umumnya merupakan variabel acak. Menurut Levin, dkk (2002), variable

10
acak adalah suatu variabel yang nilainya bisa berapa saja sebagai hasil dai
percobaan acak. Variabel acak dapat berupa diskrit atau kontinu. Bila
variabel acak hanya dimungkinkan memiliki beberapa nilai saja, maka ia
merupakan variabel acak diskrit. Sebaliknya bila nilainya dimungkinkan
bervariasi pada rentang tertentu, ia dikenal sebagai variabel acak kontinu.
2. Pelayan
Pelayan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih
pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap – tiap fasilitas
pelayanan kadang – kadang disebut sebagai saluran (channel)
(Schroeder,1997).
3. Antri
Inti dari analisa antrian adalah antri itu sendiri. Timbulnya antrian
terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Jika tak
ada antrian berarti terdapat pelayan yang menganggur atau kelebihan
fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991).

Penentu antrian lain yang penting adalah disiplin antri. Disiplin antri adalah aturan
keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri. Menurut Siagian (1987),
ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu :
1. FirstCome FirstServed (FCFS) atau FirstIn FirstOut (FIFO) artinya, lebih
dulu datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar).
2. LastCome FirstServed (LCFS) atau LastIn FirstOut (LIFO) artinya, yang
tiba terakhir yang lebih dulu keluar.
3. Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada
peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.

11
4. Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir
ini kemungkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Kejadian
seperti ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang
yang dalam keadaan penyakit lebih berat dibanding dengan orang lain
dalam suatu tempat praktek dokter.
Fasilitas Pelayanan
Single Channel - Multi Phase
Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan
yang dilaksanakan secara berurutan (dalam phase-phase)

Karakteristik model saluran tunggal:


1. Populasi input tak terbatas
2. Distribusi kedatangan pelanggan potensial mengikuti distribusi poisson
3. Disipliln pelayanan mengikuti FCFS
4. Fasilitas pelayanan terdiri dari saluran tunggal
5. Distribusi pelayanan mengikuti distribusi poisson
6. Kapasitas sistem diasumsikan tak terbatas
7. Tidak ada penolakan maupun pengingkaran

12
Sistem Pola Kedatangan:
Stochastic
1. Distribusi probabilitas
2. Kedatangan tunggal/single atau batch
Kelakuan pelanggan
1. Pelanggan sabar = Menunggu selamanya
2. Pelanggan tidak sabar
a. Menunggu utk suatu perioda waktu dan memutuskan utk pergi
b. Melihat antrian panjang dan memutuskan tdk bergabung
c. Mengubah barisan utk menunggu

Sistem Pola Pelayana


- Distribusi utk waktu layanan
- Layanan tunggal/single atau batch (mesin paralel)
- Proses layanan tergantung jumlah pelanggan menunggu (state
dependent)
- Layanan sangat cepat à masih memerlukan antrian?
 Tergantung juga pada kedatangan
 Mengasumsikan mutually independent

Disiplin dan Antrian


Cara pelanggan-pelanggan mendapatkan layanan
- First come, first serve
- Last come, first serve
- Random serve
- Priority serve
 Preemptive
 Nonpreemptive

13
Kapasitas Sistem
- Kapasitas tak terbatas
- Kapasitas terbatas
 Ukuran maksimum

Perancangan Sistem Single Chanel – Multi Phase


Pada tahap ini, sistem pengelolaan apotek Rumah Sakit yang akan dibuat
dievaluasi sedemikian rupa agar dapat memaksimalkan fungsi dari apotek sebagai
salah satu sumber pendanaan dari rumah sakit
Pada proses perancangan ini, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya fungsi -
fungsi kendala sebagai berikut :
a. Teknologi, harus diperhatikan pula hambatan - hambatan teknologi yang ada.
Maksudnya, teknologi yang diterapkan haruslah yang tepat guna.
b. Daya dukung sumber daya manusia, perlu diperhatikan daya dukung sumber
daya manusia yang ada. Maksudnya, apabila untuk tenaga - tenaga tertentu
diperlukan keahlian sampai tingkat tertentu, maka hal ini harus diberi perhatian
khusus.
c. Biaya implementasi, tentu saja harus diupayakan pembuatan sistem dengan
menekan harga seefisien mungkin. Karena efisiensi adalah hal mutlak yang
harus diperhatikan pada sebuah sistem informasi.
Yang dilakukan pada proses evaluasi ini adalah :
1. Evaluasi Sistem Pelayanan kepada konsumen
2. Evaluasi Proses Pelayanan
3. Mengevaluasi Sistem tata letak loket
4. Evaluasi Kenyamanan konsumen saat mengantri

14
Pengunjung
yang tidak Bagian
ingin informa
mengantri si
(Pendapata Bagian gudang
n Rumah Obat-obatan
Sakit) Bagian
Pelayan
an

Sistem Apotek Sebelumnya

Lemariminuman
Bagian
2
Perancangan
Obat-Obatan Dan
Gudang Obat
TV 1

3
*4

#
Sistem Antrian (Single Chanel – Multi Phase) Apotek Saat Ini

Keterangan
1. Bagian Penerima Resep dan Informasi
2. Bagian Pembayaran dan No.Antrian
3. Bagian Penerima Obat

15
4. *Bagian Konsultasi (jika diperlukan)
#. Kotak Saran
Konsumen
Pegawai Apotek
Monitor Antrian

Penjelasan
1. Pada tahap awal konsumen menyerahkan resep dokter pada loket no.1,
setelah itu pegawai apotek mengechek sistem persediaan (inventory) obat-
obatan yang di butuhkan oleh konsumen. Jika konsumen bersedia membeli
obat maka loket no 1 memberikan arahan untuk melakukan pembayaran
ke loket no.2. Jika Seandainya pasien ingin berkonsultasi maka loket no.1
akan memberikan arahan untuk masuk ke loket no.4*. Fungsi Loket no.4*
digunakan sebagai tempat untuk konsultasi konsumen yang memiliki
pertimbangan dalam membeli obat, baik dalam masalah keuangan atau
darurat sehingga dalam loket no 4* dapat memberikan langsung resep
kebagian inventory apotek.
2. Pada tahap kedua konsumen dapat melakukan transaksi pembayaran sesuai
dengan obat-obatan yang telah di resepkan, selanjutnya konsumen akan
menerima kuitansi pembayaran yang terdapat langsung no antrian
didalamnya, keefektifan pembuatan no.antrian didalam kuitansi adalah
menghindari besarnya kemungkinan jatuh, terbawa atau hilangnya no
antrian yang disebabkan oleh konsumen sendiri. Selanjutnya konsumen
dapat menunggu langsung di kursi tunggu yang telah di sediakan oleh
rumah sakit. Untuk menjaga kenyamanan konsumen dalam menunggu,
rumah sakit harus menyediakan fasilitas baik itu hiburan dan punjualan
minuman ringan, ini difungsikan agar menghindari kebosanan konsumen
pada saat menunggu nomor antrian resep obatnya.
3. Pada tahap selanjutnya konsumen akan di panggil menuju loket no 3 untuk
pengambilan resep obat yang telah di tebus, pada loket ini pegawai akan
menjelaskan kegunaan obat-obatan dan tata cara mengkonsumsi obatnya.
Sistem pelayanaan ini digunakan untuk kepuasan konsumen terhadap

16
pelayanan rumah sakit, sehingga konsumen tidak bingung dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang telah ditebus.

Evaluasi Sistem Sumber Daya Manusia


Pada tahap ini, pengelolaan sumber daya manusia menjadi salah satu faktor
penentu penting dalam pengelolaan loket apotek agar seluruh sistem dapat
berjalan secara maksimal dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pelaksanaan sistem antrian ini. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam
sumber daya manusia untuk pengelolaan sistem antrian (single chanel – multi
phase) ini adalah:
1. Pegawai apotek yang memiliki pengetahuan yang luas dalam hal bidang
obat-obatan dan terutama dalam hal kualitas melayani seluruh konsumen
2. Seorang apoteker harus bersikap ramah terhadap seluruh pengunjung agar
menghindari terjadinya kebosanan para pengunjung untuk membeli obat
ini di tujukan terutama untuk loket 1,2 dan 3.
3. Pada pegawai khusus loket no.2 harus memiliki kemampuan dalam
pembukuan keuangan bidang obat-obatan sehingga dalam hal pelaporan
keuangan pegawai tidak merasa bingung.
4. Pada pegawai khusu loket no.4 yaitu pegawai yang harus merangkap
sebagai Kepala Bidang apotek, dimana pegawai ini memiliki kemampuan
dalam hal mempertimbangkan dan member keputusan.

Keunggulan Sistem Antrian (Single Chanel-Multi Phase)


Beberapa keunggulan dari Penggunaan sistem antrian (single chanel – multi
phase) apotek ini adalah:
1. Seluruh Pegawai dapat terspesialisasi sesuai bidang dan tangggung jawab
pekerjaannya.
2. Penggunaan sistem nomor antrian dapat menghindari terjadinya
Kebosanaan konsumen dalam hal menunggu.
3. Konsumen tidak perlu berdiri mengantri di depan apotek yang dapat
menyebabkan konsumen lain tidak mau mengantri terlalu lama.

17
4. Dalam hal laporan keuangan menjadi tanggung jawab dalam loket no.2
5. Sistem melayani dan fasilitas penunggu (seperti televise dan tempat
minuman ringan) dapat memanjakan konsumen saat menunggu
6. Dalam hal penggunaan loket apotek dapat menghindari terjadinya pegawai
yang mengkir dari pekerjaan untuk istirahat.
7. Fasilitas menunggu dan penggunaan sistem nomor antrian yang jelas
menjadi salah satu faktor kesenangan konsumen

Kelemahan Sistem antrian (single chanel – multi phase)


Beberapa kelemahan yang perlu di hindari dari pembuatan sistem antrian (single
chanel – multi phase) ini adalah:
1. Pihak rumah sakit harus melengkapi fasilitas pelayanan baik audio, televisi
maupun monitor antrian.
2. Pihak rumah sakit harus menambah petugas kebersihan agar tetap selalu
menjaga kebersihan likungan para pengunjung.
Namun dari beberapa kelemahan ini pihak rumah sakit harus mengetahui bahwa
dengan mengeluarkan modal yang cukup besar pada saat pembuatan loket ini
namun untuk proses jangka panjang akan menambah pengunjung apotek ini di
karenakan kualitas pelayanan yang menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga
rumah sakit pun akan memperoleh sumber pendanaan besar dari konsumen karena
pengaruh pembuatan loket ini.

Beberapa Syarat dalam Penerapan Sistem Antrian (Single Chanel-Multi


Phase) Pada Apotek Rumah Sakit
Beberapa Rumah Sakit terkhusus daerah Sumatra Selatan telah menggunakan
penerapan Sistem Antrian (Single Chanel-Multi Phase) pada Apotek Rumah Sakit
mereka diataranya Rs. RK Charitas, Rs.Siloam dan Rs. Pertamina, syarat yang
harus terpenuhi dalam penerapan sistem antrian (single chanel – multi phase)
apotek ini adalah:
Syarat yang harus terpenuhi dalam penerapan sistem antrian (single chanel –
multi phase) apotek ini adalah:

18
1. Minimal Arus Pengunjung Loket dalam 1 hari ≥ 80 Pengunjung
2. Terdapat ≥ 5 pegawai Farmasi Yang berpengalaman
3. Memiliki gudang penyimpanan obat-obatan yang memadai
4. Dalam penerapan sistem ini harus terdapat Kepala Ruangan Apotek
5. Memiliki sistem oprasional Pendukung yang memadai ( tempat, fasilitas
untuk menunggu, pegawai, dll)

Evaluasi Tingkat Pelayana dan Pendapatan


Dalam penerapan sistem antrian (single chanel – multi Phase) ada dua
jenis biaya yang timbul, yaitu biaya karena orang mengantri, dan di sisi lain biaya
karena menambah fasilitas layanan. Biaya yang terjadi karena orang mengantri,
antara lain berupa waktu yang hilang karena menunggu. Sementara biaya
menambah fasilitas layanan berupa penambahan fasilitas layanan.
Tujuan dari sistem antrian adalah meminimalkan biaya total, yaitu biaya
karena mengantri dan biaya karena menambah fasilitas layanan.

Total Pendapatan
Yang Diharapkan
Biaya Pemberian Layanan
Biaya

Biaya atas Waktu


Menunggu
Pendapatan

Tingkat
Pelayanan
Tingkat

Tingkat Pelayanan

Analisis
Dalam Penerapan tipe antrian harus mempertimbangkan biaya yang dikeluar kan
untuk pemberian fasilitas layanan saat menunggu, ini dikarenakan jika konsumen

19

Jumlah
tidak puas dengan pemberian pelayanan maka Total pendapatan yang diharapkan
akan menjadi rendah ini di karenakan biaya yang terjadi karena orang mengantri,
antara lain berupa waktu yang hilang karena menunggu, maka dari itu Rumah
Sakit harus memperhitungkan biaya dalama berupa penambahan fasilitas layanan
untuk meningkatkan jumlah konsumen.

Analisis
Dalam Pendapatan Rumah Sakit, yang menjadi faktor utama sumber Pendapatan
adalah Pengunjung yang tidak puas dengan pemberian pelayanan antrian, ini
dikarena kan semakin besarnya konsumen yang datang namun tingkat pelayanan
tidak memadai. Untuk itu maka dengan penerapan sistem antrian (single chanel-
multi phase), rumah sakit dapat memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh
konsumen dan mencegah terjadinya ketidakpuasan pelayanan yang disebabkan
jumlah konsumen meningkat. Dalam hal ini juga jika jumlah konsumen
meningkat maka secara otomatis jumlah sumber pendapatan perusahaan akan
meningakat pula, sehingga dengan sistem antrian rumah sakit dapat
memaksimalkan pendapatan dari fungsi apotek.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh penulis untuk
meneliti suatu masalah sehingga didapat data yang akurat yang diperlukan. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif,
observasi yang meliputi kegiatan pengumpulan data, penyusunan data,analisis
sistem, perancangan sistem dan implementasi
Teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk memperoleh data adalah:
Metode Kepustakaan (Library Resourch)
Metode kepustakaan adalah metode yang bersifat mencari data dari buku-buku
yang berhubungan dengan penerapan sistem antrian (single chanel – multi phase)
pada Rumah Sakit.
Metode Observasi / lapangan
Metode Observasi dilakukan dengan meneliti langsung ke lapangan dan
menentukan permasalahan yang akan dibahas dari beberapa pilihan yang terdapat
di lapangan kemudian mempelajari dan mengevaluasi proses pelaksanaan sistem
antrian (single chanel – multi phase) apotek, sehingga mendapatkan hasil dan
kesimpulan dari penelitian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional : Teori dan Praktek. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Depkes RI, Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Apotek

http://www.indokreasi.co.id/sistem-antrian (diakses bulan November 2012),


tanggal akses: 28 November 2012

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – Pokok Materi : Teori Pengambilan Keputusan.


Ghalia Indonesia. Jakarta

Siregar, C.J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit . Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta

http://terbaik.co.id/sistem-antrian(diakses bulan November 2012), tanggal akses:


28 November 2012

Toha, Hamdy A. (1997). Operations Research: an introduction, Prentice Hall, NJ.

http://www.riaupos.co/berita.php?
act=full&id=19593&kat=1#sthash.Mb8ToryY.dpuf, tanggal akses: 28
November 2012

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/INTAG/PKN/SISTEM_DAN_MODEL
%20_Tim_P4W.pdf, tanggal akses: 28 November 2012

22
PENUTUP

Diharapkan proposal ini akan memberikan infromasi berharga bagi pihak


manajemen rumah sakit maupun pengetahuan bagi kalangan mahasiswa dan untuk
dapat mempertimbangkan sistem pengelolaan apotek agar dapat memperoleh hasil
maksimal salah satu sumber pendanaan dari hasil unit usaha

Proposal ini merupakan proposal pembuka bagi tahap selanjutnya, khususnya bagi
persiapan survey dilapangan guna menggali data secara lebih mendalam untuk
dapat menentukan luas cakupan, sistem pengelolaan unit usaha dan pendapatan
rumah sakit yang diperoleh dari hasil unit usaha sebagai sumber pendanaan untuk
perkembangan dan oprasional rumah sakit menjadi lebih baik.

Besar harapan penulis semoga apa yang direncanakan dalam proposal ini dapat
membantu memperbaiki sistem pengelolaan Apotek dalam rumah sakit sehingga
unit usaha ini dapat memaksimalkan pendapatannya bagi rumah sakit kedepan
serta tetap selalu menjaga tingkat pelayanan kepada seluruh konsumen dan pasien
rumah sakit dan terutama masyarakat luas.

23
BIODATA

Nama Lengkap : Rio Natanael Ginting

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Tungkal, 13 Desember 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Universitas : Universitas Sriwijaya

Alamat Lengkap universitas :

Kode Pos : 36361

Telp:(0741) 7551162-27900

Alamat Lengkap Rumah : Jl. Patunas RT 04 Kel. Tungkal IV Kota Kec.


Tungkal Ilir

Kegemaran/Hobby : Bermain basket, tenis meja, dan komputer

Cita-Cita Pribadi : Menegement

Bidang Ilmu Yang Digemari : Ekonomi, Sosiologi, Matimatika dan


Komputer

Nama Orang Tua :

Ayah : S. Ginting

Ibu : Dra. Prisma Barus

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : PNS

Ibu : PNS

24

16

You might also like