You are on page 1of 7

EFFECT MOIST WOUND HEALING TECHNIQUE TOWARD DIABETES

MELLITUS PATIENTS WITH ULKUS DIABETIKUM IN DHOHO ROOM


RSUD PROF Dr. SOEKANDAR MOJOSARI

Lutfi Wahyuni
STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

ABSTRACT

Wound healing of ulkus diabetikum depends on wound treatment given; an appropriate wound
treatment technique is able to help the healing process quickly and prevent amputation effectively. It
needs wound treatment that is able to prevent advanced complication and increase wound healing
process such as moist wound healing. This study aimed to aplicated technique with moist wound
healing toward diabetes mellitus patients with ulcer diabetic in dhoho room RSUD Prof Dr.
Soekandar Mojosari. Deskriptive explorative research design was used in this study. The number of
sample were 20 respondents who were the whole ulcer diabetic patients on January – March 2016.
The date were collected from the 1st and 7th wound treatment days of embroider medic and used
observation sheets. The findings revealed that 20 respondents were on wound healing degree with
regeneration wound; it means that the whole respondents cared by moist wound healing within 7 days
got regeneration wound or net amelioration. Moist wound healing technique is able to keep moist of
wound itself, so that it can facilitate cell and wound movement as well as expedite the granulation
process about 50%. Therefore, after doing wound healing during 7 days, the significant change was
on wound granulation development. Besides, it can minimize cell damage while the alteration
bandage in order to prevent the new trauma and wound spread.

Key words: Moist Wound Healing Technique and Ulcer Diabetic


PENDAHULUAN conventional dressing membutuhkan lama
perawatan sekitar > 7 hari. Pada penelitian di
Penyakit diabetes mengakibatkan atas, advanced wound dressing merupakan
kegagalan penyembuhan pada ulkus tersebut, salah satu cara untuk mempertahankan luka
yang disebabkan oleh infeksi sebagai akibat dalam keadaan lembab. Perawatan luka
dari tingginya glukosa, sehingga mendorong dengan menggunakan prinsip lembab dan
proliferasi bakteri dan pada penderita diabetes tertutup yang dikenal dengan teknik moist
melitus sering dijumpai penurunan sistem wound healing (Septiyanti & Damanik, 2013).
imun. Selain itu, tidak sesuainya penanganan Teknik moist wound healing merupakan teknik
luka pada ulkus diabetikum juga dapat penangganan luka dengan cara menjaga
mempengaruhi proses penyembuhan luka yang keadaan luka agar tetap lembab sehingga dapat
terjadi (Ekaputra, 2013). menfasilitasi pergerakan sel pada luka, serta
Dalam melakukan perawatan luka, dapat mempercepat proses granulasi sebesar
masih sering kita lihat didalam praktek 40% dari pada luka dengan keadaan kering
keperawatan di rumah sakit, pelaksanaan yang (Koutoukidis & Lawrence, 2009). Teknik
dilakukan di ruangan hanya sebatas mengganti moist wound healing ini menunjukkan bahwa
balutan luka, membersihkan luka kemudian eksudat luka dapat memberikan bahan – bahan
selesai, tanpa adanya tindakan komprehensif yang dibutuhkan dalam proses penyembuhan,
meliputi pengkajian, pemilihan dressing, seperti enzim, growth factors, dan faktor
implementasi, dokumentasi, dan evaluasi. kemotaktik dimana dapat mengendalikan
Penyembuhan luka pada ulkus infeksi, serta dapat menyediakan lingkungan
diabetik sangat bergantung pada perawatan yang terbaik dalam proses penyembuhan
luka yang diberikan, dimana teknik perawatan (Hendrickson, 2005).
luka yang tepat dapat membantu proses
penyembuhan luka lebih cepat, dan METODE
penanganan luka diabetik secara efektif dapat
mencegah terjadinya amputasi (Ismail & Desain penelitian yang digunakan
Irawaty, 2009). Oleh sebab itu, beberapa dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
rumah sakit memilih menggunakan teknik merupakan suatu metode penelitian yang
moist wound healing dalam melakukan dilakukan dengan tujuan untuk membuat
perawatan luka, karena teknik moist wound gambaran tentang suatu keadaan secara
healing sudah banyak diteliti oleh pakar – objektif melalui studi kasus (Setiadi, 2013).
pakar kesehatan dan terbukti memiliki banyak Peneliti akan mengobservasi sampel yang
keuntungan daripada menggunakan teknik menggunakan perawatan luka dengan teknik
perawatan luka dengan prinsip kering, serta moist wound healing, kemudian digambarkan
dengan menggunakan teknik moist wound proses penyembuhan lukanya. Studi kasus
healing penyembuhkan luka menjadi 3 sampai merupakan rancangan penelitian yang
5 kali lebih cepat. Data dari United State mencakup pengkajian satu unit penelitian
menyebutkan 6 % penduduk US menderita secara intensif, misalnya pada satu pasien,
diabetes, yang 15 % diantaranya mengalami keluarga, kelompok atau institusi. Meskipun
luka kaki diabetes yang diakibatkan karena jumlah dari subyek sedikit, jumlah variabel
adanya neuropati sensorik, obesitas, atau yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu,
iskemia pada klien dengan perokok berat dan sangat penting untuk mengetahui semua
sekitar 14 – 20% dari pasien yang mempunyai variabel yang berhubungan dengan penelitian.
luka tersebut memerlukan amputasi (Ekaputra, Desain ini, tergantung dari keadaan kasus,
2013). tetapi tetap mempertimbangkan waktu, serta
Pasien dengan ulkus diabetikum riwayat dan perilaku sebelumnya biasanya
yang dirawat dengan advanced wound dikaji secara rinci (Nursalam, 2013). Peneliti
dressing memiliki presentase perbaikan luka menggunakan desain penelitian tersebut,
yang lebih tinggi sekitar 86,67% dibandingkan karena peneliti ingin mengetahui gambaran
dengan pasien yang dirawat dengan penyembuhan luka pada ulkus diabetes yang
conventional wound dressing. Serta pasien diberikan perawatan luka dengan teknikmoist
yang dirawat denganadvanced wound dressing wound healing
lama perawatan lebih pendek sekitar 3-7 hari Populasi pada penelitian ini adalah
dibandingkan dengan menggunakan seluruh pasien diabetes melitus dengan ulkus
diabetes sejak bulan Januari – Maret 2016 Menurut Arikunto (2010)untuk
yang sudah mendapatkan perawatan selama 7 memudahkan penulis dalam
hari di Rumah RSUD Prof Dr. Soekandar menginterprestasikan hasil penelitian dalam
Mojosari sebanyak 20 orang. Teknik sampling tabel, sebagai berikut :
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0% : tidak seorangpun dari
non Probability Sampling yang merupakan responden
teknik pengambilan sampel dengan tidak 1 - 25 % :sangat sedikit dari responden
memberikan peluang yang sama dari setiap 26 - 49 % :sebagian kecil atau hampir
anggota populasi, yang bertujuan tidak untuk setengah dari responden
generalisasi, dan berasa pada probabilitas yang 50 % : setengah dari responden
tidak sama (Hidayat, 2010). 51 – 76 % :sebagian besar dari
Sedangkan, jenis pengambilan responden
sampel yang digunakan adalah “Total 77 – 99 % : hampir seluruh dari
Sampling” yang merupakan teknik penentuan responden
sampel jika semua anggota populasi digunakan 100 % : seluruh responden
sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah
populasi relatif kecil atau kurang dari 30 orang HASIL DAN PEMBAHASAN
(Setiadi, 2013). Variabel pada penelitian ini
adalah pengaruh teknik moist wound healing Tabel 1: Distribusi frekuensi responden
pada pasien diabetes melitus dengan ulkus berdasarkan derajat penyembuhan luka dengan
diabetikum. Pada penelitian ini, akan teknik moist wound healing pasien diabetes
menggunakan lembar observasi perbaikan luka melitus dengan ulkus diabetikum Bulan
dengan menggunakan instrumen pengukuran Januari - Maret 2016
luka Bates Jansen dengan nama“Bates-Jansen No. Penyembuhan Frekue Presentasi
Wound Assessment Tools (BWAT)” yang luka nsi (%)
merupakan pengembangan dari PSST.Bates- 1. Luka sembuh 0 0%
Jansen Wound Assessment Tools dapat 2. Luka regenerasi 20 100%
digunakan untuk menilai dan memantau 3. Luka degenerasi 0 0
penyembuhan pada luka tekan dan luka kronik Total 20 100,0%
lainnya. Pada BWAT terdapat 13 item untuk
menilai luka meliputi ukuran luka, kedalaman Dari data diatas, hasil persentase
luka, tepi luka, terowongan, jenis jaringan derajat penyembuhan luka dengan teknik moist
nekrotik, tipe eksudat, jumlah eksudat, warna wound healingpada pasien diabetes melitus
kulit sekitar luka, edema, indurasi jaringan dengan ulkus diabetikum dapat dideskripsikan
perifer, granulasi jaringan, epitelisasi. Pada bahwa seluruh responden sebanyak 20 atau
masing-masing item tersebut memiliki 100% responden berada pada derajat
deskripsi karakteristik penilaian dalam bentuk penyembuhan luka dengan luka regenerasi.
skala berupa skor 1 sampai 5 (Sussman & Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hasil
Bates-Jansen, 2012). Analisa data pada penelitian bahwa seluruh responden ulkus
penelitian ini menggunakan persentase, diabetikum dengan menggunakan teknik moist
dimana data kualitatif diubah dalam bentuk wound healing, menunjukkan luka mengalami
persentase dengan cara membagi frekuensi (f) regenerasi yaitu 100%.
dengan jumlah seluruh observasi (N) dan Luka merupakan rusaknya struktur
dikalikan 100. Secara matematik hal tersebut dan fungsi anatomis normal akibat adanya
dapat ditulis dengan rumus seperti berikut : proses patologis yang berasal dari internal
maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
(Potter & Perry, 2005). Penyembuhan luka
merupakan proses dimana sejumlah jaringan
100 hidup mengalami regenerasi atau pembaruan
jaringan. Dimana kemampuan sel dan jaringan
akan melakukan regenerasi atau kembali ke
Keterangan : struktur normal melalui pertumbuhan sel yang
f =frekuensi melibatkan proses fisiologis (Kozier & Erb,
N = jumlah seluruh observasi 2010). Penyembuhan luka dapat dipengaruhi
oleh faktor – faktor antara lain usia, nutrisi,
vaskularisasi, infeksi, adanya benda asing, awal dengan pengkajian hari ke 7, didapatkan
hidrasi luka, penyakit penyerta serta data bahwa tidak ada perubahan yang signifikan
penatalaksanaan luka (Arisanty, 2013). pada ukuran luka, kedalaman, terowongan atau
Perawatan luka yang digunakan dalam goa, dan epitelisasi. Namun, pada tipe jaringan
penelitian ini adalah dengan menggunakan nekrotik, jumlah nekrotik, tipe eksudat, jumlah
teknik moist wound healing yaitu penyembuhan eksudat, dan jaringan granulasi mengalami
luka dengan prinsip lembab. Penyembuhan luka sedikit perubahan pada seluruh responden, hal
lembab adalah dengan menjaga keadaan dasar ini dapat dilihat dari adanya penurunan satu poin
luka agar tetap atau cukup lembab untuk dapat pada item –item tersebut dalam pengkajian.
menfasilitasi pergerakan sel pada dasar luka Selain data diatas, terdapat data yang
(Koutoukidis & Lawrence, 2009). Serta sebuah bisa dikaitkan dengan penyembuhan luka yakni
lingkungan yang lembab pada luka dapat usia. Pada lampiran 9 menunjukkan hampir
memungkinkan neutrofil dan makrofag untuk setengah dari responden dengan usia 59-67
bermigrasi dengan lebih baik ( Hendrickson, tahun yang mengalami luka regenerasi sebanyak
2005 ). 6 responden (40%). Penelitian tersebut sama
Penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan hasil penelitian Nizam (2014), bahwa
Witanto,dkk (2009) menunjukkan bahwa pasien kejadian ulkus diabetikum banyak terjadi pada
dengan ulkus diabetikum yang dirawat dengan rentang usia 56–65 tahun.Usia dapat
advanced wound dressing memiliki presentase mempengaruhi penyembuhan luka yang terjadi,
perbaikan luka yang lebih tinggi sekitar 86,67%, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh
serta lama perawatan lebih pendek sekitar 3-7 sehingga dapat memperlambat waktu
hari. Penyembuhan luka dengan prinsip lembab penyembuhan luka. Jumlah dan ukuran fibroblas
juga menunjukkan bahwa eksudat pada luka menurun, begitu juga kemampuan proliferasi
akan menyediakan sel-sel yang diperlukan oleh sehingga terjadi penurunan respons terhadap
kulit untuk proses penyembuhan luka. Serta growth factor dan hormon – hormon yang
menyediakan subtrat atau bahan yang kaya akan dihasilkan selama penyembuhan luka. Selain
enzim, growth factors, dan faktor kemotaktik. itu, jumlah dan ukuran sel mast juga menurun,
Dimana faktor kemotaktik berperan untuk serta kondisi kulit yang cenderung kering,
mengendalikan infeksi dan menyediakan keriput, dan tipis sangat mudah mengalami luka
lingkungan yang terbaik untuk proses karena gesekan dan tekanan, sehingga hal
penyembuhan ( Hendrickson, 2005 ). tersebut menyebabkan luka pada usia lanjut
Penatalaksanaan luka merupakan salah akan lebih lama sembuhnya(Arisanty, 2013).
satu faktor yang mempengaruhi proses Hasil penelitian yang ada menunjukkan
penyembuhan luka. Dimana penatalaksanaan responden ulkus diabetikum dengan usia 59-67
luka yang tepat dapat membantu mempercepat tahun lebih banyak yang mengalami luka
proses penyembuhan luka serta membantu luka regenerasi dari pada responden dengan usia 32-
untuk beregenerasi. Penatalaksanaan luka selain 49 tahun. Hal tersebut dapat disebabkan karena
harus memperhatikan kebersihan luka, memilih pada responden dengan usia 59-67 tahun
cairan dan cara irigasi yang benar, melakukan sebagian besar memiliki kadar gula yang
debridement jaringan nekrotik, juga diperlukan terkontrol dan sebagian besar tidak memiliki
cara memilih balutan yang sesuai dengan penyakit penyerta lain selain diabetes melitus.
keadaan luka. Pemilihan balutan harus bertujuan Selain itu, dalam penelitian ini pada faktor usia
untuk menjaga luka agar tetap lembab. Karena tidak diseragamkan mengakibatkan
keadaan luka yang moist atau lembab dapat pengelompokkan usia sesuai dengan respoden
meningkatkan proses mitosis,meminimalkan yang ada.
rasa sakit dan trauma saat ganti balutan, serta Selain usia, pada pasien diabetes melitus
membantu pergerakan sel pada luka, sehingga dengan ulkus diabetikum, kadar glukosa darah
meningkatkan terjadinya regenerasi sel pada juga dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
luka. Berdasarkan lampiran 9menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah responden dengan kadar gula
100% responden dengan ulkus diabetikum, darah 121-137 mg/dl mengalami luka
lukanya mengalami regenerasi setelah dilakukan regenerasi sebanyak 7 responden (46,7%). Hal
perawatan luka dengan teknik moist wound ini sesuai dengan penelitian Handayani (2010)
healing selama 7 hari. Dimana saat dilakukan bahwa gula darah mempengaruhi dan berpola
observasi dengan membandingkan pengkajian positif terhadap perkembangan proses
penyembuhan ulkus, serta kadar gula yang pembentukan kolagen, kapiler – kapiler baru,
mendekati normal dapat menurunkan skor dan perbaikan epitel, serta pengendalian
penyembuhan ulkus semakin besar. Tidak infeksi (Morison, 2003). Selain itu, penyakit
terkontrolnya kadar gula darah akan penyerta lainnya seperti gagal ginjal dapat
memberikan efek yang tidak baik. Jumlah menyebabkan terjadinya anemia, karena
makrofag selama fase inflamasi akan berkurangnya pembentukan sel darah merah
berkurang dan dapat menghambat akibat defisiensi pembentukan eritropoetin dan
penyembuhan luka yang terjadi, kadar gula masa hidup sel darah merah juga lebih singkat.
darah yang tinggi juga dapat mengganggu Serta, dapat terjadi uremia yakni keadaan
sirkulasi dan nutrisi tidak dapat masuk ke kronik yang berkaitan dengan meningkatnya
dalam sel, sehingga luka tidak akan mengikuti urea di dalam darah sehingga dapat
fase – fase penyembuhan fisiologi (Ekaputra, menghambat granulasi luka. Hasil penelitian
2013). yang ada sesuai dengan teori, bahwa penyakit
Pada penelitian ini, sebagian besar penyerta seperti anemia, hipertensi, dan gagal
responden memiliki kadar gula darah yang ginjal dapat mempengaruhi penyembuhan
cukup terkontrol dan tidak ada responden yang luka. Hal tersebut dapat dilihat dari
memiliki kadar gula > 200mg/dL, sehingga perbandingan skor pengkajian awal dan skor
proses penyembuhan luka dapat terjadi dan pengkajian hari ke 7, menunjukkan pada
luka mengalami regenerasi. Selain itu, pada responden ulkus diabetikum dengan penyakit
responden yang memiliki kadar gula darah penyerta mengalami penurunan skor yang
121- 137 mg/dL mengalami penurunan lebih sedikit dibandingkan dengan responden
skorpaling banyak 14 poin, begitu juga pada ulkus diabetikum tanpa penyakit penyerta,
responden dengan kadar gula darah 138-154 meskipun memiliki kadar gula darah yang
mg/dL mengalami penurunan skor paling terkontrol.
banyak 14 poin. Berbeda dengan responden
yang memiliki kadar gula darah 155-171 SIMPULAN
mg/dL, mengalami penurunan skor paling
banyak sekitar 7 poin. Hasil penelitian tentang
Penyakit penyerta juga dapat menjadi pengaruh teknik moist wound healing
salah satu faktor yang memperlambat pada pasien diabetes melitus dengan
penyembuhan luka. Berdasarkan lampiran 9 ulkus diabetikum yang dilaksanakan di
menunjukkan sebagian besar responden di Ruang Dhoho RSUD Prof Dr.
diabetes melitus dengan ulkus diabetikum Soekandar Mojosari menunjukkan
memiliki penyakit penyerta lainnya yaitu bahwa seluruh responden (100%)
anemia dengan luka regenerasi sebanyak 4 mengalami luka regenerasi setelah
responden (57,1%). Hal ini berbeda dengan dilakukan rawat luka selama 7 hari.
hasil penelitian Arifin (2007) bahwa penderita
diabetes melitus lebih banyak ditemukan
penyakit penyerta hipertensi. Penyakit DAFTAR PUSTAKA
penyerta sering mempengaruhi penyembuhan
luka, karena dapat memperberat kerja sel Arifin, I., Prasetyaningrum, E., & Andayani,
dalam memperbaiki luka (Arisanty, 2013). T. M. (2007). Evaluasi Kerasionalan
Anemia merupakan berkurangnya suplai Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2
sirkulasi sel darah merah sehingga Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah
mempengaruhi jumlah darah pada luka. Sel Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang
darah merah merupakan kaya akan oksigen, Tahun 2006. Jurnal Ilmu Farmasi dan
maka jika terjadi anemia dapat mengurangi Farmasi Klinik Vol.4 No.1 Juni 2007 .
suplai oksigen yang menuju luka. Begitu juga Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
dengan hipertensi dapat memperlambat Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
penyembuhan luka karena adanya gangguan Rineka Cipta.
aliran darah yang terjadi. Hipertensi dapat Arisanty, I. P. (2013). Konsep Dasar
mengurangi tingkat perfusi jaringan yang Menejemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC.
terjadi, sehingga suplai oksigen yang masuk Billota, K. A. (2009). Kapita Selekta Penyakit
kedalam jaringan menjadi berkurang. Padahal Dengan Implikasi Keperawatan Edisi
oksigen sangat berperan penting di dalam 2. Jakarta: ECG.
Ekaputra, E. (2013). Evolusi manajemen Luka Diabetes Melitus Yang Mengalami
Menguak 5 Keajaiban Moist Dressing. Ulkus Diabetikum. JOM PSIK VOL.1
Jakarta: TIM. NO.2 OKTOBER 2014 .
Graham Brown, R., & Burns, T. (2008). Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Lecture Notes On Dermatologi Edisi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Hadi, S. (2004). Metodologi Research Untuk Keperawatan Pendekatan Praktis
Penulisan Laporan, Skripsi, Thesis & Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.
Disertasi Jilid 3. Yogyakarta: ANDI. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar
Handayani, T. N. (2010). Pengaruh Fundamental Keperawatan Konsep,
Pengelolaan Depresi Dengan Latihan Proses, dan Praktik Edisi 4 volume 2.
Pernafasan Yoga (PRANAYAMA) Jakarta: ECG.
Terhadap Perkembangan Proses RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Penyembuhan Ulkus Diabetikum Di Jakarta: Badan Penelitian dan
Rumah Sakit Pemerintah Aceh. Pengembangan Kesehatan
Hendrickson, D. A. (2005). Wound Care for Departemen Kesehatan Republik
The Equine Practioner. South Hny: Indonesia.
Teton New Media. Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan
Hidayat, A. A. (2010). Metode penelitian Keperawatan Pada Pasien Dengan
Kebidanan & Teknik Analisa Data. Gangguan Ensokrin & Endokrin Pada
Jakarta: Salemba Medika. Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ismail, D. D., & Irawaty, D. (2009). Septiyanti, M., & Damanik, S. R. (2013).
Penggunaan Balutan Modern Hubungan Tingkat Pengetahuan
Memperbaiki Penyembuhan Luka Dengan Sikap Perawat Tentang
Diabetik. Jurnal Kedokteran Perawatan Luka Diabetes
Brawijaya Vol. XXV, No.1 . Menggunakan Teknik Moist Wound
Koutoukidis, G., & Lawrence, K. (2009). Healing.
Tabber's Nursing Care : Theory and Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
Practice 5th Ed. Catswood: Alsevier Riset Keperawatan Edisi 2.
Australia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kozier, B., & Erb, G. (2010). Buku Ajar Sri Kusuma Dewi, M. F. (2009). Informatika
Fundamental Keperawatan Konsep, Kesehatan. Yogyakarta: RPI.
Proses, Praktek Edisi 7 Volume 2. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian.
Jakarta: ECG. Bandung: Alfabeta.
LPPM. (2014). Buku Panduan Penyusunan Supranto, J. (2000). Statistik Teori dan
KTI dan SKRIPSI. Mojokerto: LPPM Aplikasi Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta:
STIKES BINA SEHAT Erlangga.
MOJOKERTO. Suriadi. (2014). Ilustrasi Berwarna Perawatan
Maryunani, A. (2013). Perawatan Luka Luka Untuk Perawat, Bidan, dan
Modern ( Modern Wound Care ) Paramedis. Tangerang: Binarupa
Terkini dan Terlengkap. Jakarta: In Aksara Publisher.
Media. Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta: CV.
Misnadiarly. (2006). Diabetes Melitus, Sagung Seto.
Gangren Ulcer, Infeksi, mengenal Sussman, C., & Bates-Jansen, B. (2012).
Gejala, Menanggulangi, dan Wound Care A Collaborative Pratice
Mencegah Komplikasi. Jakarta: Manual for Health Professionals
Pustaka Populer Obor. Fourth Edition. Philadephia: Lippincat
Morison, M. J. (2003). Manajemen Luka. Williams & Wolters Kluwer.
Jakarta: EGC. Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers
Mubarok, W. I. (2011). Promosi Kesehatan DIABETES. Jakarta: PT. Elex Media
Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Komputindo.
Medika. WHO. (2012). Dipetik November 10, 2014,
Nizam, W. K., Hasneli, Y., & Arneliwati. dari World Health Organization:
(2014). Faktor-Faktor Yang http://www.who.int
Mempengaruhi Citra Tubuh Pasien
Witanto, D., Gejali, Y. H., Sandy, Sakti, L. H.,
& Pangayoman, R. (2009). Gambaran
Umum Perawatan Ulcus Diabeticum
Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Immanuel Bandung Periode Juli
2007-Agustus 2008. JKM Vol.9 No.1
Juli 2009 .
Yuwono, H. S. (2010). Ilmu Bedah Vaskuler
Sains dan Pengalaman Praktis.
Bandung: PT. Refika Aditama.

You might also like