Professional Documents
Culture Documents
Mufti Rahmadi
Universitas Trisakti
-
Abstract
This paper aims to explore the process by which four store environment (music, light,
employee, and layout) and two individual characteristics (shopping enjoyment tendency
(SET) and impulse buying tendency (IBT)) influence impulse buying behavior through
positive and negative affect, and urge to buy impulsively.The use of these variables
based on the results of previous studies. The data used in this study are primary data.
The research data was obtained by distributing questionnaires to 100 respondents from
the University of Trisakti. Samper retrieval techniques in this study using purposive
sampling. Data analysis tool used is Structural Equation Model (SEM) with AMOS 6.0.
Hypothesis testing results show that there are significant Stores environment perception
of the Positive Affect. Then there is the influence of the Urge Store environtment
perception. And then there is a significant relationship between enjoyment Shopping
tendency towards Positive Affect. Then there is no significant influence of Negative Affect
on Urge. Furthermore, a significant difference between the Positive Affect on Urge, and
a significant difference between the Urge to Impulse buying. Expected in future studies
can increase the number of independent variables that also can affect Impulse buying.
-221-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
-222-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
merujuk kepada masyarakat seperti pembeli dan sangat mempengaruhi psikologis dan sikap
penjual lainnya (Baker, 2002). Pembeli lain tidak berbelanja seseorang hingga membuat seseorang
dipertimbangkan dalam penelitian ini sebagai menjadi shopaholic. Inti penyebab shopping
faktor ini tidak secara langsung di bawah kendali addiction ini adalah self esteem atau memiliki harga
pengecer (tidak seperti semua faktor lain yang diri yang rendah dengan perasaan yang ketidak
dianggap). pastian. Aktivitas berbelanja itu sendiri yang
diasosiasikan dengan perasaan bahagia dan
Store environment merupakan unsur
kekuatan yang secara langsung memuaskan diri
penting dalam retailing mengingat bahwa 70% dari
seseorang.
pembelian ternyata merupakan impulse buying
atau pembelian yang tidak direncanakan (Dunne Beatty dan Ferrell (1998) telah
dan Lusch, 2005: 457). Melalui elemen-elemen menetapkan kenikmatan belanja: “kenikmatan
yang ada di dalam store environment, retailer dapat Belanja didefinisikan sebagai satu kesenangan
menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu dalam memperoleh proses belanja”. Beberapa
atau menggerakkan pelanggan untuk membeli orang menikmati belanja dari yang lain.
lebih banyak barang di luar yang mereka Pembelanja ini menghabiskan lebih banyak waktu
rencanakan. Store environment yang dirancang berbelanja dan berbelanja lagi setelah melakukan
dengan baik dan sesuai dengan target market yang pembelian. Banyak pembeli menikmati belanja
ditetapkan akan dapat menciptakan emosi atau untuk melakukan pembelian produk atau terlibat
suasana hati yang kondusif untuk berbelanja. Teori dalam konsumsi pengalaman (Bloch, 1991); (Guiry
mengenai store environment dan elemen- elemen 1990). Berbelanja untuk sekelompok orang ini
di dalamnya yang akan digunakan dalam penelitian adalah bentuk rekreasi yang bahkan mungkin salah
ini khususnya mengacu pada teori (Dunne dan satu hiburan favorit dan pilihan terbaik mereka
Lusch, 2005). Elemen-elemen itu seperti music, (Gonzales 1988; Hughes 1989).
light, layout, employees.
-223-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
yang murah atau bujukan sales promotion girl merupakan faktor penting konsumen dalam
(Engel, 1995). keputusan pembelian. Emosi positif dapat terjadi
sebelum munculnya mood seseorang,
Terjadinya impulse buying pada konsumen
kecenderungan sifat afektif yang dimiliki
umumnya adalah ada beberapa produk yang
seseorang dan reaksi pada lingkungan yang
memiliki harga yang rendah sehingga membuat
mendukung seperti ketertarikan pada produk
konsumen tertarik dan tidak perlu berfikir untuk
ataupun adanya promosi penjualan yang menarik
menghitung bajet yang dikeluarkan. Lalu dengan
akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
produk- produk yang memiliki sifat mass
konsumen. Faktor perasaan atau emosi
marketing, sehingga ketika berbelanja konsumen
merupakan konstruk yang bersifat temporer
ingat bahwa produk tersebut pernah diiklankan di
karena berkaitan dengan situasi atau objek
televisi. Dan yang terakhir terkadang produk-
tertentu. Perasaan seperti jatuh cinta, gembira,
produk dalam ukuran kecil dan mudah
ingin memiliki, terpesona, dan antusias, dari
disimpan. Biasanya konsumen mengambil produk
berbagai studi disinyalir memiliki korelasi positif
ini karena dianggap murah dan tidak terlalu
yang signifikan dengan kecenderungan melakukan
membebani keranjang atau kereta belanjanya.
impulse buying (Premananto, 2007).
Impulse buying adalah fenomena penting
Pada dasarnya pendekatan psikologi
dalam perilaku konsumen dan ritel. Penelitian
mengajukan pandangannya mengenai perilaku
yang ekstensif telah dilakukan untuk
manusia bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
mendefinisikan, menjelaskan, dan mengukur pada
lingkungannya. Hal tersebut diantaranya dapat
dorongan membeli. Impulse buying terjadi ketika
dilihat dari formulasi yang dilakukan Lewin (dalam
seorang individu merasa keinginan yang
Negara, 2002) dari hasil formulasi tersebut
mendadak, dan gigih untuk membeli sesuatu yang
ditemukan bahwa perilaku merupakan fungsi dari
tidak diinginkan, unreflective, dan segera membeli
kepribadian dan lingkungan. Dari hubungan
setelah terkena rangsangan tertentu. Pembelian
ketiganya kemudian diamati lebih mendalam oleh
tersebut adalah disengaja karena dibuat saat
Mehrabian dan Russel dengan memasukkan
berbelanja, beberapa individu tidak aktif mencari
variable mediasi yakni faktor emosi individu.
barang yang tidak direncanakan untuk dibeli, dan
Taman dalam Tirmizi, (2009) menemukan
tidak terlibat dalam daftar belanja, seperti mencari
hubungan positif emosi positif, keterlibatan dan
hadiah, yang dapat memenuhi barang. Membeli
mode fashion yang berorientasiimpuls membeli
muncul dari dorongan yang mendadak untuk
dengan dorongan keseluruhan perilaku pembelian
membeli barang tertentu saat berbelanja. Impulse
dari konsumen. Menurut Park, (2006) emosi adalah
buying adalah unreflective dalam pembelian yang
sebuah efek dari mood yang merupakan faktor
dilakukan tanpa terlibat dalam evaluasi
penting konsemuen dalam kputusan pembelian.
kesepakatan yang. Dorongan terhadap tindakan
Faktor perasaan/emosi merupakan konstruk yang
tidak mempertimbangkan potensi konsekuensi
bersifat temporer karena berkaitan dengan situasi
dari perilaku.
atau objek tertentu. Perasaan seperti jatuh cinta,
Positive Affect sempurna, gembira, ingin memiliki, bergairah,
terpesona, dan antusias, dari berbagai studi,
Menurut Park dalam Rachmawati (2009) disinyalir memiliki korelasi positif yang signifikan
emosi adalah sebuah efek dari mood yang dengan kecenderungan melakukan impulse buying
-224-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
-225-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
menggunakan 5 (lima) skala likert, dimana 1 adalah Untuk dimensi tata letak (layout) diukur dengan
sangat tidak setuju, sampai 5 adalah sangat setuju. menggunakan pertanyaan yaitu:
-226-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
-227-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
Tabel 1
Profil Karakteristik Responden
Kategori Jumlah Persentase
18 – 25 tahun 95 95,0
26 – 35 tahun Total 5 5,0
100 100,0
Perempuan Laki-laki Total 56 56,0
44 44,0
100 100,0
Pegawai Swasta Mahasiswa 3 3,0
Wiraswasta Lainnya 95 95,0
Total 1 1,0
1 1,0
100 100,0
<Rp500.000,- 14 14,0
>Rp500.000,- s/d Rp1.000.000,- 30 30,0
>Rp1.000.000,- s/d Rp1.500.00,- 23 23,0
>Rp1.500.000,- s/d Rp2.000.000,- 11 11,0
>Rp2.000.000,- 22 22,0
Total 100 100,0
-228-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Tabel 2
Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Store Environtment Perception
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah
(lihat lampiran)
-229-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
variabel penelitian adalah valid. Jika dinyatakan variabel Store Environtment Perception memiliki
valid, berarti instrument tersebut dapat digunakan nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini dapat
untuk mengukur apa yang hendak diukur. diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan
Pengujian ini menggunakan analisis faktor. Dasar tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir
pengambilan keputusan analisis faktor pernyataan tersebut dapat mewakili atau
berdasarkan jumlah sampel (Hair, 1998), dalam membentuk variabel Store Environtment
penelitian ini jumlah sampel yang disebarkan Perception.
sebanyak 200 responden.
Hasil pengujian validitas untuk variabel Positive
Dasar pengambilan keputusan uji validitas Affect ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:
terhadap pengukuran yang akan digunakan dalam
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa
penelitian adalah sebagai berikut :
masing-masing butir pernyataan yang digunakan
a. Jika p-value < alpha 0.05 -> item pertanyaan valid dalam instrumen penelitian untuk mengukur
variabel Positive Affect memiliki nilai signifikansi
b. Jika p-value > alpha 0.05 -> item pertanyaan tidak
kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa
valid
masing-masing butir pernyataan tersebut adalah
Hasil pengujian validitas untuk variabel valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan
Store Environtment Perception ditunjukkan dengan tersebut dapat membentuk variabel Positive
tabel 2. Affect.
Tabel 3
Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Positive Affect
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah (lihat
lampiran)
-230-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Tabel 4
Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Negative Affect
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah (lihat
lampiran)
Tabel 5
Hasil Pengujian Validitas untuk Variabel Urge to buy impulsively
1. Saya merasa ingin membeli sesuatu secara tiba- 0,825** 0,000 Valid
tiba
2. Saya tergoda untuk membeli barang yang tidak 0,893** 0,000 Valid
direncanakan
3. Pada saat midnight sale, saya melihat banyak
barang yang ingin saya beli, meskipun barang 0,859** 0,000 Valid
tersebut tidak ada di daftar belanja saya
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah (lihat
lampiran)
-231-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
Tabel 5
Hasil Pengujian Validitas untuk Impulse Buying
1. Pada saat saya berbelanja, saya membeli barang 0,812** 0,000 Valid
yang tidak saya rencanakan sebelumnya
2. Saya tidak merencanakan barang apa yang mau 0,871** 0,000 Valid
saya beli
3. Saya merasa senang membeli barang secara 0,805** 0,000 Valid
spontan
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah
(lihat lampiran)
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa valid. Dengan kata lain butir-butir pernyataan
masing-masing butir pernyataan yang digunakan tersebut dapat membentuk variabel impulse
dalam instrumen penelitian untuk mengukur buying. Hasil pengujian validitas untuk variabel
variabel Impulse Buying memiliki nilai signifikansi Shopping Enjoyment Tendency ditunjukkan
kurang dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan tabel sebagai berikut:
masing- masing butir pernyataan tersebut adalah
Tabel 6
Hasil Pengujian Validitas untuk Shopping Enjoyment Tendency
** correlation is significant at the 0,05 level (1-tailed) Sumber : data kuesioner diolah (lihat
lampiran)
-232-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran
masing-masing butir pernyataan yang digunakan relative konsisten apabila pengukuran diulangi dua
dalam instrumen penelitian untuk mengukur kali atau lebih. Reliabilitas berkaitan dengan
variabel Shopping Enjoyment Tendency memiliki konsistensi, akurasi, dan prediktabilitas suatu alat
nilai signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini dapat ukur (Hermawan: 2006: 126). Uji reliabilitas dari
diartikan bahwa masing-masing butir pernyataan setiap konstruk yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah valid. Dengan kata lain butir-butir ini menggunakan Cronbach’s Coefficient Alpha
pernyataan tersebut dapat membentuk variabel dengan bantuan software SPSS version 11.5.
Shopping Enjoyment Tendency. Cronbach’s Coefficient Alpha yang cukup dapat
diterima (acceptable) adalah yang bernilai 0.06
Uji Reliabilitas
sampai 0.70 atau lebih (Sekaran, 2003: 312).
Setelah mengetahui bahwa indikator alat
Dalam uji reliabilitas dasar pengambilan
ukur yang digunakan adalah valid, maka uji
keputusannya adalah sebagai berikut:
instrumen yang dilakukan selanjutnya adalah uji
reliabilitas akan mengukur apakah alat ukur yang a. Jika Cronbach’s Coefficient Alpha > 0.06 maka
digunakan dalam penelitian ini sudah akurat dan pernyataan dalam kuesioner layak digunakan
konsisten. (construct reliable).
Uji reliabilitas pada alat ukur perlu b. Jika Cronbach’s Coefficient Alpha < 0.06 maka
dilakukan untuk memastikan instruman dari alat pernyataan dalam kuesioner tidak layak
ukur yang digunakan di dalam penelitian ini digunakan (construct unreliable).
konsisten dan akurat. Uji reliabilitas diigunakan
Tabel 7
Hasil Pengujian Reliabilitas
-233-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
-234-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Tabel 8
Uji Kesesuaian Model
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini Poor
nilai Absolute Fit Measures yang tergolong dari Chi- fit. Nilai probabilita memiliki syarat harus lebih
Square (X2), Probabilita, dan RMSEA. Incremental besar atau sama dengan 0,05 sedangkan nilai
Fit Measures yang tergolong dari NFI, TLI, dan CFI. indikatornya adalah 0,000 maka dapat disimpulkan
Sedangkan Parsimonious Fit Measures yaitu CMIN/ bahwa model tersebut Poor Fit. Nilai RMSEA
DF. kriterianya yaitu kurang dari 0,10 dan nilai
indikatornya setelah diolah yaitu 0,068 maka dapat
Syarat utama nilai chi-square tidak terpenuhi, hal
disimpulkan bahwa model tersebut Goodness of
ini dapat dilihat dari nilai chi- square dimana
Fit. Nilai NFI, TLI, dan CFI kriterianya yaitu lebih
kriterianya rendah atau mendekati 0 dan setelah
dari atau sama dengan 0,90, dan nilai indikatornya
diolah nilai indikatornya adalah 349,686 (di atas 0)
0,760 untuk NFI maka dapat disimpulkan bahwa
-235-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
model tersebut Poor Fit. Sedangkan TLI dengan environment pereption, Positive affect, Negative
nilai indikatornya 0,843, dan CFI dengan nilai affect, Urge, Shopping enjoyment tendency, dan
indikatornya 0.865 maka dapat disimpulkan bahwa Impulse buying. Berikut ini statistik deskriptif
kedua model tersebut Marginal Fit. Nilai CMIN/ untuk masing-masing variabel penelitian.
DF kriterianya yaitu atas bawah 1 atau batas atas
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
5, dan nilai indikatornya adalah 1,932, sehingga
bahwa rata-rata persepsi mengenai Store
dapat disimpulkan bahwa model tersebut
environment pereption secara keseluruhan
Goodness of Fit. Artinya, dengan berbagai
dianggap setuju oleh responden dengan nilai mean
pendekatan yang digunakan menghasilkan
(rata-rata) sebesar 4,0383 yang berarti bahwa
kesimpulan model yang dihasilkan adalah
persepsi responden sudah setuju mengenai Store
Goodness of Fit.
environment pereption yang dirasakan oleh
responden sebagai pengunjung di Departemen
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Store dan nilai Standar Deviasi sebesar 0,795 yang
Statistik Deskriptif artinya penyebaran data cukup bervariasi. Store
Environment Perception yang dominan dirasakan
Dalam penelitian ini menggunakan 6 (enam) oleh responden adalah mereka merasakan bahwa
variabel penelitian, yaitu variabel Store Department Store memiliki karyawan yang ramah
Tabel 9
Deskriptif Variabel Penelitian Store Environment Perception
Standar
Indikator Store Environment Pereption Mean
Deviasion
Musik (Music) 3,6733 0,975
1. Musik yang dimainkan di toko menyenangkan 3,7700 0,908
2. Volume musik yang pas membuat saya nyaman dalam 3,7700 0,969
3. Musik yang dimainkan di toko membuat saya nyaman 3,5500 1,048
berbelanja
Pencahayaan (Light) 4,1267 0,757
4. Cahaya atau lampu di toko dinyalakan dengan cukup terang 4,3100 0,812
5. Penggunaan lampu di toko ini tidak berlebihan 3,9600 0,751
6. Toko ini memiliki cahaya yang membuat konsumen nyaman 4,1100 0,709
Karyawan (Employee) 4,2000 0,763
7. Karyawan melayani pesanan dengan tepat 4,0800 0,824
8. Karyawan bergerak cepat saat konsumen berkunjung 4,2600 0,746
9. Karyawan melayani dengan sopan 4,2600 0,719
Tata letak (Layout) 4,1533 0,685
10. Sistem pengelompokan barang tertata dengan baik 4,1200 0,670
11. Jarak antar rak yang cukup baik memberikan kelancaran 4,0500 0,672
konsumen untuk berbelanja
12. Penataan barang di toko yang rapi mempermudah saya 4,2900 0,714
menemukan produk
Rata-rata Store Environment Pereption 4,0383 0,795
-236-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
dan dapat membantu. Dilihat dari Musik yang ada Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui
di Departemen Store, musik terdengar bahwa rata-rata persepsi mengenai Positive affect
menyenangkan dan juga sesuai dengan suasana secara keseluruhan dianggap setuju oleh
Departemen Store. Untuk pencahayaan yang ada responden dengan nilai mean (rata-rata) sebesar
di Departemen Store terlihat bahwa adanya lampu 3,8267 dan dengan nilai Standar Deviasi sebesar
yang bercahaya dan membuat konsumen merasa 0,791 yang artinya penyebaran data cukup
nyaman. Dari sisi tata letaknya (layout) responden bervariasi. Persepsi mengenai Positive Affect yang
merasa penataan barang di Toko/ Departemen berarti Konsumen merasa senang, antusias dan
Store tersebut telah rapi dan sehingga juga merasa puas saat berbelanja dan akan datang
mempermudah dalam menemukan produk/ kembali ke Departemen Store
barang yang dibeli serta adanya pengelompokan
barang yang sistematis.
Tabel 10
Deskriptif Variabel Penelitian Positive Affect
Stan d ar
R ata-
In d ikator Po sitive A ffect D ev iasi
rata
Saya m erasa sen ang saat berb elan ja 3 ,95 00 0 ,7 7 0
Saya m erasa an tu sias saat be rb elan ja 3 ,77 00 0 ,8 5 1
Saya m erasa pu as saat b erb elan ja d an akan 3 ,76 00 0 ,7 5 3
datan g kem b ali
R ata-rata P o sitive A ffect 3 ,826 7 0 ,791
Sumber : Data kuesioner diolah (lihat lampiran)
Tabel 11
Deskriptif Variabel Penelitian Negative Affect
Standar
Indikator Negative Affect Rata-rata Deviasi
-237-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
Tabel 12
Deskriptif Variabel Penelitian Urge to buy impulsively
Standar
Indikator Urge Rata-rata Deviasi
Saya merasa ingin membeli sesuatu secara tiba-tiba 3,9100 0,829
Saya tergoda untuk membeli barang yang tidak 3,7800 0,949
direncanakan
Pada saat midnight sale, saya melihat banyak barang 1,090
yang ingin saya beli, meskipun barang tersebut tidak 3,6800
ada di daftar belanja saya
Rata-rata Urge 3,7900 0,956
Tabel 13
Deskriptif Variabel Penelitian Shopping Enjoyment Tendency
-238-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui mengenai Impulse buying yang dirasakan oleh
bahwa rata-rata persepsi mengenai Shopping responden sebagai pengunjung di Departemen
enjoyment tendency secara keseluruhan dianggap Store. Konsumen merasa pada saat berbelanja
cukup setuju oleh responden dengan nilai mean dapat membeli barang yang tidak direncanakan
(rata-rata) sebesar 2,9833 dan dengan nilai Standar sebelumnya, mereka merasa senang membeli
Deviasi sebesar 0,906 yang artinya penyebaran data barang secara spontan, dan mereka tidak
cukup bervariasi dan persepsi responden cukup merencanakan barang apa yang mau dibeli.
setuju mengenai Shopping enjoyment tendency
yang dirasakan oleh responden sebagai Uji Hipotesis
pengunjung di Departemen Store. Konsumen
Setelah dilakukan uji kesesuaian model, maka
merasa tidak hanya menghabiskan waktu luangnya
selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis
untuk berbelanja, berbelanja bukan suatu hal
dengan melihat hasil regresi pada pengolahan data
kegiatan yang favorit, dan juga saat berbelanja
menggunakan Structural Equation Model (SEM).
hanya membuang-buang waktu saja.
Dasar pengambilan keputusan pengujian regresi
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui dengan menggunakan SEM adalah sebagai berikut:
bahwa rata-rata persepsi mengenai Impulse buying
a. Jika P-value > 0,05, maka hipotesis null (Ho)
secara keseluruhan dianggap setuju oleh
ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) diterima
responden dengan nilai mean (rata-rata) sebesar
3,3867 dan dengan nilai Standar Deviasi sebesar b. Jika P-value > 0,05 maka hipotesis null (Ho)
0,974 yang artinya penyebaran data cukup diterima, dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak
bervariasi dan persepsi responden cukup setuju
Tabel 14
Deskriptif Variabel Penelitian Impulse Buying
Standar
Indikator Impulse Buying Rata-rata Deviasi
Pada saat saya berbelanja, saya membeli 3,5300 0,915
barang yang tidak saya rencanakan
sebelumnya
Saya tidak merencanakan barang apa yang 3,2300 1,043
mau saya beli
-239-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan kedua variabel, sedangkan jika P-Value kurang dari
dengan metode Structural Equation Model (SEM). sama dengan level of significant sebesar 0,05 (alpha
Dasar pengambilan keputusan uji hipotesis adalah 5%) maka hipotesis null (Ho) ditolak, dan hipotesis
dengan membandingkan besarnya P-value dengan alternatif (Ha) diterima yang artinya adalah ada
level of significant sebesar 0,05 (alpha 5 %), jika P- hubungan yang signifikan antara kedua variabel.
Value lebih dari alpha 0,05 maka hipotesis null (Ho) Hasil pengujian hipot esis dilakukan dengan
diterima, dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak yang membandingkan nilai t dengan nilai est imasi
berarti tidak ada hubungan yang signfikan diantara koefisien ( ).
Tabel 15
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
-240-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
Ha1 : Terdapat pengaruh positif Store environtment Ho1 : Tidak terdapat pengaruh positif Shopping
perception terhadap Positive affect enjoyment tendency terhadap Positive affect
Ha1 : Terdapat pengaruh positif Store environtment Ho1 : Tidak terdapat pengaruh positif Negative
perception terhadap Urge to buy impulsively Affect terhadap Urge to buy impulsively
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, Ha1 : Terdapat pengaruh positif Negative Affect
hubungan antara Store Environment Perception terhadap Urge to buy impulsively
dengan Urge to buy impulsively adalah positif
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
sebesar 0,408 yang artinya hubungannya lemah,
hubungan antara Negative Affect dengan Urge to
serta nilai P-value menunjukkan 0,021 < 0,05 (alpha
buy impulsively adalah negatif sebesar -0,089 yang
5%), maka sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima
-241-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
artinya hubungannya sangat lemah, dan begitupun Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
pada nilai P-value juga tidak menunjukkan bahwa hubungan antara Urge to buy impulsively dengan
ada pengaruh signifikan Negative Affect terhadap Impulse Buying adalah positif sebesar 0,809 yang
Urge to buy impulsively dengan nilai P-value 0,403 artinya hubungannya kuat, serta nilai P-value
> 0,05 (alpha 5%), sehingga H01 diterima dan Ha1 menunjukkan 0,000 > 0,05 (alpha 5%), maka
ditolak. sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima berarti
terdapat pengaruh positif signifikan Urge to buy
Hipotesis 5
impulsively terhadap Impulse Buying.
Hipotesis pertama menguji pengaruh Store
Environment Perception terhadap Positive Affect, SIMPULAN DAN SARAN
dimana bunyi hipotesis null satu (H o1 ) dan
Simpulan
hipotesis alternatif satu (Ha1 ) adalah sebagai
berikut : Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dari 100 responden yang terdiri dari 95
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh positif Positive
mahasiswa FE Trisakti, 3 Pegawai Swasta, 1
Affect terhadap Urge to buy impulsively
Wiraswasta, dan 1 Guru yang pernah pernah
Ha1 : Terdapat pengaruh positif Positive Affect beberlanja di perusahaan ritel dan beberapa
terhadap Urge to buy impulsively pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
hubungan antara Positive Affect dengan Urge to 1. Pada variabel Store environment perception,
buy impulsively adalah positif sebesar 0,603 yang dapat diketahui bahwa Store environment
artinya hubungannya cukup kuat, serta nilai P- perception yang dirasakan oleh responden
value menunjukkan 0,000 < 0,05 (alpha 5%), maka sebagai pengunjung di Departemen Store sudah
sehingga H01 ditolak dan Ha1 diterima berarti dinyatakan baik, hal ini terkait dengan
terdapat pengaruh positif signifikan Positive Affect karyawannya yang ramah dan dapat membantu,
terhadap Urge to buy impulsively. pencahayaan yang bagus, musik yang sesuai
serta penataan barang/produk yang rapi.
Hipotesis 6
2. Variabel Positive affect secara keseluruhan
Hipotesis pertama menguji pengaruh Urge
dianggap setuju oleh responden Mereka merasa
to buy impulsively terhadap Impulse Buying,
senang, antusias dan juga merasa puas saat
dimana bunyi hipotesis null satu (H o1 ) dan
berbelanja dan akan datang kembali ke
hipotesis alternatif satu (Ha1 ) adalah sebagai
Departemen Store.
berikut :
3. Variabel Negative affect secara keseluruhan
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh positif Urge to buy
dianggap kurang setuju oleh responden yang
impulsively terhadap Impulse Buying
disebabkan karena mereka tidak merasakan
H a1 : Terdapat pengaruh positif Urge to buy kesal, sedih, dan tidak nyaman saat berbelanja
impulsively terhadap Impulse Buying di Departemen Store.
-242-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
4. Variabel Urge secara keseluruhan dianggap merasa nyaman dalam berbelanja sehingga
setuju oleh responden.Mereka merasa ingin timbul dorongan untuk membeli secara tidak
membeli sesuatu secara tiba-tiba, mereka direncanakan dan pada selanjutnya konsumen
tergoda untuk membeli barang yang tidak bersedia melakukan pembelian ulang di
direncanakan, dan pada saat midnight sale, perusahaan ritel tersebut.
mereka melihat banyak barang yang ingin
2. Lakukan perbaikan terus menerus atas kualitas
dibelinya meskipun barang tersebut tidak ada
lingkungan perusahaan ritel (terdiri atas musik,
di daftar belanja.
pencahayaan, tata letak dan karyawan).
5. Variabel Shopping enjoyment tendency secara
3. Disarankan pada manajer perusahaan ritel
keseluruhan dianggap cukup setuju oleh
untuk mengadakan promo pada event- event
responden. Mereka merasa tidak hanya
tertentu yang bertujuan untuk menarik minat
menghabiskan waktu luangnya untuk
konsumen agar kembali berbelanja pada
berbelanja, berbelanja bukan suatu hal
perusahaan ritel tersebut.
kegiatan yang favorit, dan juga saat berbelanja
hanya membuang-buang waktu saja. 4. Disarankan pada manajer perusahaan ritel
untuk menyediakan produk-produk yang
6. Impulse buying secara keseluruhan dianggap
berkualitas dari segi label, manfaat produk,
setuju oleh responden. Mereka merasa pada
harga yang bersaing sehingga akan membuat
saat berbelanja, mereka membeli barang yang
konsumen melakukan pembelian yang tidak
tidak direncanakan sebelumnya, mereka
direncanakan sebelumnya
merasa senang membeli barang secara spontan,
dan mereka tidak merencanakan barang apa
Keterbatasan Penelitian
yang mau dibeli
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan
Implikasi Manajerial kelemahan, antara lain :
Penelitian ini memiliki implikasi yang 1. Sampel pada penelitian ini hanya terbatas pada
harus dilakukan praktisi dalam bidang pemasaran konsumen yang berbelanja di perusahaan ritel
agar meningkatkan kinerja dari perusahaan atau indomaret.
bisnis yang dijalankan:
2. Variabel independent yang ada pada penelitian
1. Untuk setiap perusahaan ritel agar lebih ini hanya terbatas pada Store Environment
memperhatikan Store Environment Perception Perception dan Shopping Enjoyment Tendency
yang ada pada perusahaan ritel (terdiri atas sebaiknya penelitian selanjutnya mengukur
musik, pencahayaan, tata letak dan karyawan) variabel-variabel lain yang juga dapat
karena hal ini dapat memainkan peran penting dipengaruhi maupun mempengaruhi Impulse
dalam mempengaruhi Positive Affect Buying.
konsumen, yang bertujuan agar konsumen
-243-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya Eroglu, S.A. & Machleit, K.A. (1990). An empirical
study of retail crowding: antecedents and
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
consequences. Journal of Retailing, 66,
diberikan beberapa saran sebagai berikut :
201-221.
1. Penelitian selanjutnya disarankan dapat
Kotler, Philips. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid
dilakukan terhadap perusahaan ritel lainnya
2. Terjemahan Drs. Benyamin Molan. PT
sehingga hasilnya dapat diterapkan dengan
Indeks Kelompok Gramedia
lebih luas dan disarankan untuk peneliti
selanjutnya untuk meningkatkan jumlah Hausman, A., 2000, A multi-method investigation
responden dalam penelitian. of consumer motivations in impulse
buying behavior, Journal of Consumer
2. Penelitian selanjutnya disarankan peneliti
Marketing
menambahkan variabel lain yang dipengaruhi
atau mempengaruhi Impulse Buying. Hu, H. & Jasper, C. (2010). A Revisit of the
Theoretical Model of Store Image and Its
Application To Chinese Consumers.
DAFTAR PUSTAKA Journal of International Consumer
Marketing, 22 (2/3), 1-13.
Baker, C., Nancy, P., and Elliott, R, (2002). Research
Hu, Haiyan and Cynthia R. Jasper. 2006. Social Cues
Methods in Clinical Psychology: An
in The Store Environment and Their
Introduction for Students and
Impact on Store Image, International
Practitioners. Second Edition. England:
Journal of Retail & Distribution
John Wiley & Sons, Ltd.
Management,Vol 34 No 1. pp. 25-48.
Beatty, S.E. and M.E. Ferrel (1998), “Impulse
Hsu, C.-P. Sherman. 1997. Separation Sciences
Buying: Modelling its Precursors,”
Research and Product Development
Journal of Retailling, Vol. 74, Issue 2, pp.
Mallinckrodt, Inc. Mallinckrodt Baker
169-191.
Division
Christina Widhya Utami. 2010. Manajemen Ritel.
Lovelock, H.I. Christopher. 2009. Service Marketing.
Jakarta: Salemba Empat.
Prentice Hall International, Inc. London
Dunne, P.M., and Lusch, F.R., (2005), Retailing, Fifth Mehrabian – Russel. Journal The
Edition, Thomson Corporation, South Importance Of Servicescape in Leisure
Western. Service Setting 2007.
Donovan, Josephine. 1994. Feminist Theory. New O’Connor C.S., Leppi N.W., Edwards R., Sunderland
York: Continuum G. (2003), The combined use of electro-
kinetic remediation and
Donovan, R.J. and Rossiter, J.R. (1982). Store
phytoremediation to decontaminate
atmosphere: an environmental
metal- polluted soils: laboratory scale
psychology approach, Journal of
feasibility study, Environ. Monit. Asses,
Retailing, Vol. 58 No. 1, pp. 34-57.
Vol.84, No 1-2, hal. 141-158.
-244-
Pengaruh Lingkungan Toko dan Kecenderungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impuls
-245-
Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa Volume 7, No.2 Tahun 2014
-246-