You are on page 1of 5

1

HUBUNGAN KEMANDIRIAN ANAK DENGAN KEMAMPUAN


TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

Yendrizal Jafri
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis
Email: yendrizaljafri@ymail.com

Abstract

Toilet training in children is a effort to train children in to able control the movement bladder and bowel.
There is also 20% of children under five not use toilet training. Found cases in Indonesia 12% of children
aged 6 years old still likes wet. The study objective was to determine the relationship of the child with the of
independence toilet training toddler age children (1-3 years). The study was a descriptive cross sectional
analytic approach The population is all children age toddler (1-3 years) in landfill Amanah In 2013 as many
as 30 people. Statistical test used was the distribution and Chi-square. Resource statistical analysis
known that there are 63.3% of respondnts who are independent and 50.0% of respondents who have not
been able to do toilet training. And known to have a relationship significant with between the degree of
independence of children with toilet training can result p-value = 0.002. Can be concluded that the degree of
independence of the child affects the child's ability to toilet training. Therefore, it is recommended to parents
as well as those who work in the care of children ages toddler to further improve attention, guidance, and
care to increase the child's independence, thus being optimal child development. Expected further research,
which is meticulous in relationship child sex with the child's independence in to do Toilet Training.

Key words : Independence children, Childhood Toddler, Toilet Training

1. PENDAHULUAN mengontrol buang air besar dan buang air kecil


secara mandiri (Hidayat, 2009).
Salah satu stimulasi yang penting dilakukan Jumlah Balita di Indonesia sekitar 30% dari
orang tua adalah stimulasi terhadap kemandirian 250 juta jiwa penduduk. Dari Survey Kesehatan
anak dalam melakukan buang air kecil (BAK) dan Rumah Tangga Nasional diperkirakan jumlah anak
buang air besar (BAB). Kebiasaan mengompol pada toddler (usia 1- 3 tahun) yang susah mengontrol
anak usia dibawah dua tahun masih dianggap buang air mencapai 45 juta anak. Fenomena ini
sebagai hal wajar, disebabkan karna anak belum dipicu karena kurangnya kesiapan fisiologis,
mampu mengontrol kanduh kemih secara sempurna kesiapan mental, dan kesiapan psikologis anak dalm
(Supartini, 2004). melakukan toilet training serta kurangnya kesiapan
Sebuah survey yang pernah ada di Dunia orang tua dalam melatih anak untuk ke toilet
oleh tabloid Nacita menyebutkan sekitar 30% anak sehingga pemakaian pempers / pompok masih
berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% dominan pada anak (Supartini, 2002).
anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 Statistik menunjukkan bahwa 90% dari
tahun masih mengompol di tempat tidur. Terdapat anak-anak antara 24–30 bulan berhasil diajari
juga sekitar 20% anak usia balita tidak melakukan menggunakan toilet, dengan rata-rata usia 28-30
Toilet Training dan 75% orang tua tidak bulan. 80% dari anak-anak mendapatkan
memandang kondisi seperti itu sebagai masalah. kesuksesan tidak mengompol di malam hari antara
Kasus yang ditemukan di Indonesia anak usia 6 usia 30-40 bulan, dengan rata-rata usia 34-36 bulan
tahun masih mengompol sekitar 12% (Astati, (Wanner & Kelly, 2001)
2008). Ada beberapa perbedaan kecil antara anak
Toilet training ini dapat berlangsung pada laki-laki dan anak perempuan dalam toilet training.
fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 Rata- rata anak perempuan dilatih dibawah usia 3
tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan tahun lebih dini dibandingkan anak laki-laki pada
besar pada anak membutuhkan persiapan baik usia 3 tahun 3 bulan (Warner & Kelly 2006).
secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, Berdasarkan data yang diperoleh pada
melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu Propinsi Sumatera Barat menurut kategori 0-4 tahun
berjumlah 483.600 jiwa dengan laki-laki sebanyak
2

246.700 jiwa dan perempuan 236.900 jiwa (BPS Pengolahan data dilakukan setelah
Proyeksi, 2010). Jumlah penduduk di Bukittingi pengumpulan data selesai dilaksanakan dengan
berdasarkan data sensus penduduk menurut maksud agar data yang dikumpulkan memiliki sifat
kategori umur anak 1- 3 tahun berjumlah 3270 jiwa yang jelas. Adapun langkah-langkah dalam
dengan jumlah anak laki- laki dan jumlah anak pengolahan data yaitu: Editing: Peneliti melakukan
perempuan 2381 jiwa (BPS, 2010) pemeriksaan kembali terhadap kuesioner dengan
Berdasarkan survey awal diketahui jumlah memeriksa jawaban – jawaban yang kosong.
usia toddler yang dititipkan berjumlah 30 orang Coding Data: Coding merupakan kegiatan merubah
dengan jumlah anak asuh laki- laki berjumlah 14 data berbentuk huruf atau kode menjadi data
orang sedangkan jumlah anak asuh perempuan berbentuk angka atau bilangan. Pada data hubungan
berjumlah 16 orang. Berdasarkan hasil observasi kemandirian anak dengan kemampuan toilet
serta wawancara yang peneliti lakukan di TPA training anak usia toddler dengan jawaban
Amanah Yayasan Assalam kepada orang tua atau kelompok positif (mampu dan mandiri) diberi kode
orang yang bertanggung jawab terhadap anak yang 1 dan kelompok yang negatif (belum mandiri dan
dititipkan di TPA Amanah sebanyak 3 orang anak belum mampu) diberi kode 0. Scoring: Tahap ini
sudah bisa BAK dan BAB di toilet dan sebanyak 8 peneliti memberi skor pada kuesioner yang telah
orang anak masih menggunakan pempers. diisi oleh responden yaitu dengan menjumlahkan
Oleh sebab itu anak akan terbiasa nilai jawaban yang telah ditetapkan misalnya:
tergantung pada pempers sehingga sulit terbentuk apabila responden menjawab selalu skor 5, sering
dalam diri anak rasa kemandirian yang seharusnya skor 4, kadang-kadang skor 3, jarang skor 2 dan
ditanam sejak dini. Seharusnya anak dapat tidak pernah skor 1. Procesing Data: Peneliti
mengetahui kapan harus buang air besar dan buang memindahkan dan menyusun kode atau data yang
air kecil, kesiapan tersebut akan menjadikan diri ada di kuesioner kedalam master tabel kemudian
anak selalu mempunyai kemandirian dalam diproses dengan mengelompokkan data ke dalam
mengontrol, khususnya dalam buang air besar dan variabel yang sesuai dengan menggunakan program
buang air kecil. computerisasi. Cleaning Data: Pada penelitian ini
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk peneliti memeriksa kembali data yang telah
mengetahui ada hubungan kemandirian anak dimasukkan ke dalam program komputer, saat
dengan kemampuan toilet training pada anak usia pemeriksaan data peneliti tidak menemukan data
toddler (1-3 tahun) di TPA Amanah Yayasan yang tidak lengkap atau data yang salah saat meng-
Assalam Bukittingi tahun 2013. entry data.

Analisa univariat yang dilakukan dengan


2. METODE menggunakan analisis distribusi frekuensi dan
statistic deskriptif untuk melihat dari variabel
Penelitian ini menggunakan metode independen yaitu hubungan kemandirian anak, dan
penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk variabel dependen kemampuan toilet training anak
menjelaskan suatu keadaan dan situasi yaitu usia todler (1-3 tahun).
hubungan kemandirian anak dengan kemampuan
toilet training anak usai toddler (1-3 tahun) di TPA Analisa bivariat yang dilakukan untuk
Amanah Yayasan Assalam Bukittinggi tahun 2013. mengetahui hubungan antara dua variabel yang
Dengan variabel independen kemandirian anak dan diteliti. Pengujian hipotesa untuk mengambil
variable dependen adalah kemapuan toilet training keputusan tentang apakah hipotesis yang diajukan
anak usia toddler. Penelitian ini menggunakan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima
pendekatan cross sectional. dengan menggunakan uji statistik Chi-Square tes.
Sampel dalam penetilian ini menggunakan
total sampling yaitu semua anak usia toddler (1-3
tahun) sebanyak 30 orang di TPA Amanah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah mendapatkan izin untuk
melaksanakan penelitian, pengumpulan data HASIL PENELITIAN
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner Penelitian ini meneliti tentang hubungan
kepada responden sebelum pengisian kuesioner. kemandirian anak dengan kemampuan toilet
Disamping itu, peneliti juga memberi penjelasan training anak usia toddler (1–3 tahun) di TPA
kepada responden agar memudahkan dalam Amanah Yayasan Assalam Bukittinggi Tahun 2013.
pengisian kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai
bulan Agustus tahun 2013 dengan jumlah responden
30 orang yaitu semua anak usia toddler yang
3

dititipkan di TPA Amanah yang sesuai dengan Rerata kemandirian anak lebih dari separoh yaitu
kriteria sampel yang telah ditentukan. 63,3 %.

Analisa univariat yang dilakukan dengan Tabel.2


menggunakan analisa distribusi frekuensi dan Distribusi Kemapuan Toilet Training
statistik analitik untuk melihat dari variabel
independen yaitu kemandirian anak dan variabel Kemampuan n %
dependen yaitu kemampuan toilet training anak usi toilet training (30)
toddler di TPA Amanah Yayasan Assalam mampu 15 50,0
Bukittinggi. Setelah data terkumpul kemudian data belum mampu 15 50,0
diolah secara komputerisasi.

Tabel.1
Distribusi Kemandirian Anak Rerata kemampuan toilet training anak diketahui
kemandirian f % sebahagian yaitu 50,0 %
anak (30)
mandiri 19 63,3
belum mandiri 11 37,3

Tabel. 3
Hubungan Kemandirian Anak dengan Kemampuan Toilet Training Anak Usia Toddler di TPA
Amanah Yayasan Assalam Bukittinggi
Tahun 2013

Kemampuan Toilet Training Total


Belum p OR
Kemandirian Mampu f
Mampu % value (95% of CI)
(n=30)
f % f %
Belum Mandiri 10 90,9 1 9,1 11 100 0,002 28,000
Mandiri 5 26,3 14 73,7 19 100 (2,821 – 277,961)

Tabel.3 diketahui bahwa dari 19 responden yang sudah mandiri diketahui 73,7% telah mampu
melakukan toilet training dan 26,3% belum mampu melakukan toilet training. Sedangkan dari 11
reponden yang belum mandiri diketahui 9,1%, yang telah mampu melakukan toilet training dan 90,9%
yang belum mampu melakukan toilet training.
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,002 jika
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 makaP value< 0,05, sehingga Ho ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan bermakna antara kemandirian anak dengan kemampuan toilet training anak usia
toddler (1-3 tahun) di tempat penitipan anak Amanah Yayasan Assalam Bukittinggi. Hasil uji statistik
juga didapatkan nilai OR = 28,000 artinya anak yang sudah mandiri mempunyai peluang 28 kali untuk
melakukan toilet training dibandingkan dengan anak yang belum mandiri.

PEMBAHASAN Berdasarkan kenyataan yang peneliti


Kemandirian Anak temukan di lapangan, sebagian besar anak sudah
Kemandirian adalah kemampuan untuk menunjukkan kemandirian yang baik. Namun,
melakukan sesuatu kegiatan atau tugas sehari-hari masih banyak anak usia toddler yang belum mandiri
atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan atau menunjukkan tingkat kemandirian yang masih
tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Conger, rendah.
2001). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
Kemandirian anak sangat berpengaruh pada untuk meneliti fakto-faktor yang sangat bepengaruh
bimbingan orang tua dan dari diri anak itu sendiri. terhadap kemandirian anak secara rinci.
Oleh sebab itu kemandirian anak harus terbentuk
dari kecil. Kemampuan Toilet Training
4

Toilet training pada anak merupakan suatu yang sudah mampu untuk mandiri cenderung untuk
usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol mampu dalam melakukan proses toilet training.
dalam melakukan buang air kecil dan buang air Begitu pula sebaliknya, anak yang belum mampu
besar (Hidayat, 2005). untuk mandiri cenderung untuk gagal dalam
Berdasarkan kenyataan yang ditemukan di melakukan proses toilet training.
lapangan, masih terdapat sebagian anak yang masih
belum mampu melakukan toilet training.
Kemampuan anak dalam melakukan toilet 4. KESIMPULAN
training sangat berkaitan dengan tingkat
kemandirian serta dorongan dan dukungan dari Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
orang tua. Kemampuan dalam melakukan toilet tentang Hubungan Kemandirian Anak dengan
training pada anak usia toddler (1 – 3 tahun) dapat Kemampuan Toilet Training Anak Usia Toddler
ditingkatkan melalui proses latihan dan bimbingan (1–3 Tahun) dapat ditarik kesimpulan bahwa lebih
dari orang tua atau pengasuh. Dengan latihan dan dari separoh 63,3% responden sudah mampu untuk
bimbingan naluri anak dapat lebih dikembangkan mandiri, sebahagian 50,0% responden belum
dalam waktu yang lebih singkat. mampu untuk melakukan toilet training, dan
berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square test
Hubungan kemandirian anak dengan didapat nilai p = 0,002 ( p < 0,05 ) sehingga Ha
kemampuan toilet training diterima yaitu terdapat hubungan yang bermakna
Hasil analisa statistik menggunakan uji chi antara kemandirian anak dengan kemampuan toilet
square didapatkan nilai p = 0,002 jika dibandingkan training di TPA Amanah Yayasan Assalam
dengan nilai α = 0,05 maka P value < 0,05, Bukittinggi Tahun 2013.
sehingga Ho ditolak yaitu ada hubungan bermakna Dengan selalu melatih kemandirian anak
antara kemandirian anak dengan kemampuan toilet untuk toilet training, anak akan dapat melakukan
training anak usia toddler (1-3 tahun) di tempat kegiatan toilet secara mandiri sehari-hari. Hal ini
penitipan anak Amanah Yayasan Assalam sangat berdampak pada tumbuh kembang anak dan
Bukittinggi, Hasil uji statistik juga didapatkan nilai anak menjadi pribadi yang tidak bergantung pada
OR=28,000 artinya anak yang sudah mandiri orang tua.
mempunyai peluang 28 kali untuk melakukan toilet
training dibandingkan dengan anak yang belum
mandiri.
Faktor yang mendukung toilet training pada 5. DAFTAR PUSTAKA
terbagi atas 4 macam yaitu kesiapan fisik anak,
kesiapan mental anak, kesiapan psikologis anak, Binarwati, D. 2006. Pengaruh Pembelajaran
dan kesiapan orang tua. Dari keempat faktor diatas Metode Demontrasi Terhadap Perubahan
yang sangat berhubungan adalah faktor psikologis Prilaku Orang Tua dan Kemampuan Toilet
yaitu faktor yang berasal dari anak itu sendiri. Training Pada Anak Todler (15-36 bulan):
Toilet training harus dari anak karena berhubungan Universitas Airlangga. Diakses pada
dengan kemampuan anak untuk mengontrol rasa tanggal 3 April 2013
ingin BAK dan BAB. Selain faktor psikologis anak, Conger, R. 2003. Menumbuhkan Kecerdasan Moral
fisik dan mental anak juga sangat berpengaruh Pada Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
terhadap kemampuan toilet training. Serta kesiapan Utama
orang tua juga berpengaruh apabila orang tuanya Drost, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan
tidak pernah melatih anak untuk mandiri ke toilet Anak. Jakarta: Salemba Medika
maka anak akan selalu terbiasa dengan penggunaan Friedman, M, M, dkk. 2010. Buku Ajar
pempers. Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC
Kemandirian adalah suatu sikap individu Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta:
yang di perolah secara kumulatif selama Pustaka Populer Obor Medika
perkembangan, dimana individu akan terus belajar Harunyahya, 2004. Panduan toilet training
untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai anak balita. Jakarta: EGC
situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya Mauser, A, M, 2008. Pedoman Toilet Training
akan mampu berfikir atau bertindak sendiri dengan Anak Batita. Jakarta: EGC
kemandiriannya. Mufatah A. Pengaruh pendidikan kesehatan
Menurut asumi peneliti, tentang hubungan terhadap prilaku orangtua dalam toilet
antara dua varibel ini terdapat hubungan yang training toddler. Jurnal kesehatan
bermakna antara tingkat kemandirian anak usia Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian
toddler dengan kemampuan toilet training. Anak Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
5

Nursalam. 2003. Skripsi, Pengaruh


Pembelajaran Bladder-Retention
Terhadap kemampuan dan Frekuensi
Eneuresis Pada Anak Pra Sekolah (3-5
tahun). Diakses pada tanggal 3 April
2013

You might also like