You are on page 1of 126

1.

CONJUNCTIVITIS

Pembagian conjunctivitis berdasarkan klinis

1. Conjunctivitis catharalis
a. Conjunctivitis catharalis acute
b. Conjunctivitis catharalis subacute
c. Conjunctivitis catharalis kronika
2. Conjunctivitis purulenta
3. Conjunctivitis fliktenularis
4. Conjunctivitis membranasea dan pseudomembranasea
5. Conjunctivitis vernal
6. Conjunctivitis atopi
7. Conjunctivitis folikularis non trakoma
a. Conjunctivitis folikularis akuta
1) Inelusion Conjunctivitis
2) KeratoConjunctivitis epidenuka
3) Demam faringo Conjunctivitis
4) Conjunctivitis hemurasik akut
5) keratoConjunctivitis herpetika
6) Conjunctivitis new carstle
b. Conjunctivitis folikularis kronika
c. Conjunctivitis toksika/alergika
d. Folikulosis
8. Conjunctivitis folikularis trakoma

Pembagian Conjunctivitis berdasarka causal

Cocjunetivitis
Conjunctivitis

Bacterial Viral Conjunetivitis Parasitie Rickotsial Bersamaan Conjuneti


Chronic a. Thypus dengan vitis causa
a. Acute bacterial a. Pharingo conjunetivitis dan rocky penyakit tidak jelas
Conjunetivitis Conjunetival blephase insuntain sistemik (idiopatik)
b. Akut purulent fever conjunetivitis oleh b. Inarine
Conjunetivitis karena : thypus a. Penyakit
b. Epidemio
c. Chronic bacterial a. A. fever thyroid
Conjunetivitis keratoconjunetiv
Lumbricoidestri c. Scrab b. Penyakit
d. Conjunetivitis itis
chinella spiralis thypus gout
diphterial c. Herpes simplex b. Taenia solium
virus
conjunevitis
Chlamidial
Conjunetivitis 1.Immunologi (alergi) Sekunder
Fungal chemicalbritative
terhadap
a. Trachoma conjunetivitis
Immediate (hummoral) canaliculitus
b. Inclusion a. Conjunetivitis
Conjunetivit catharalis a. Hipersensitive
is b. Granulomatinus reaction
c. Psittachosis c. Rhinosporidum b. Hay fever
conjunetivitis
d. lymphogran seabei
c. Atopic conjunetivitis
uloma d. Giant papillary
conjunetivitis

2. delayed (collular)

Hipersensitive reaction

3. autoimmune disease

a. keratoconjunetivitis

sicatrical penphisoid

1. Conjunctivitis
a. Conjunctivitis ditarrhalis acute
b. Conjunctivitis gonarrhoeae
c. Conjunctivitis diphtheria
d. Epidemia keratoconjunctivitis
e. Herpes simplex virus conjunctivitis
f. Bernal conjunctivitis
2. Trachoma
3. Steren johnsons syndrome
4. Pterygium
5. Ulkus carrea
6. Fungal kreatitis
7. Herpes simpleks keratitis
8. Keratitis phlyctenuaris
9. Episeteritis
10. Scleritis
11. Trauma pada mata
a. Trauma tumpul
b. Trauma tajam
c. Trauma ctenus
d. Trauma thernus
e. Trauma radiasi
f. Trauma lon
12. Benda asing pada mata
13. Tembaga
14. Retinoblastoma
15. Glacoma
16. Katarak
17. Kelainan karena korpus vitherus
a. Uveltis posteriar (karoiditis)
b. Karoiditis suparative
c. Vitreus opacity
18. Kelainan retraksi
a. Hipermetropia
b. Myopia
c. Astigmatisme
2. BLEFARITIS

Definisi : peradangan kronis dari mesopalpebra (pinggir kelopak mata) dimana dijumpai di
pinggir kelopak mata merah edema (menebal) dan disertai skuama dan krusta.

Gejala klinis (subjektive) : mata kalau pagi lengket, rasa panas, gatal pada mesopalpebra,
tidak tahan cahaya, lekas capai bila kerja dekat.

Perbedaan blefaritis ulserative dan non ulserative

blefaritis ulserative non ulserative

1. Penyebab stapilococcus aureus : 1. Penyebab tidak jelas (mungkin


gejala, ptirosporum ovale)
2. Bulu mata yang jatuh (rontok) tidak 2. Bulu mata cepat jatuh, tetapi diganti
dapat tumbuh lagi karena terdapat dengan yang baru karena tidak ada
destruksi dari folikel rambut destruksi folikel rambut
3. Dipangkal rambut terdapat krusta. 3. Di pangkal bulu mata tidaktampak
Bila krusta dilepaskan tampak ulkus krusta tetapi skuama
kecil-kecil. Krusta warnanya kuning, 4. Pengobatan dengan obat mata
melengketkan bulu mata antibiotika + cortikosteroid
4. Pengobatan dengan salep mata
antibiotika

Pengobatan

- Margopalpebra harus sering-sering dibersihkan dengan kapas basah pada saat


diberihkan kelenjar-kelenjar ditekan-tekan untuk mengeluarkan isinya
- Krusta dan skuama dibuang dengan memakai AsN03 1 % ( karena di kepala dan alis
mata dibersihkan 2 kali seminggu dengan shampo)
- Pasien dinasehati jangan merokok atau mengerjakan pekerjaan dekat seperti
membac aterlalu lama karena dapat memperberat blefaritis.
Perbedaan klinis dan sitologi conjunetivitis

Tanda Bakterial Clamidal Viral Imunological

1. Gatal
2. Hiperemis Minimal Minimal Minimal Hebat
3. Air mata Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh
4. Discharge Sedikit Sedang Hebat Sedang
5. Prealricular Hebat Hebat Minimal Hebat
nodule Jarang Sering pada Sering Tidak ada
6. Pewarnaan inclusion
exsudat Bacteri, PMN PMN Monosit Eosinofil
plasmasel,
7. Faringitis dan inclusion
demam Kadang Tidak ada Kadang Tidak ada

2. keratoconjunctivitis epidemika
3.
Penyebab adeno virus tipe 8 dapat mengenai anak dan dewasa dan terjadi sebagai
epideno dengan masa inkubasi 5-10 hari.

gejala subjective
1. Palpebra bengkak
2. Conjunctivitis tarsalis : hiperemis, banyak folikel terutama di konjungtiva tarsalis
inferior.
3. Conjunctivitisbulsi : injeksi konjungtiva, kemotik mungki disertaisubconjungtival
bleeding
4. 6-10 hari kemudian di kornea tampak infiltrat bulat-bulat kecilbesar, rata-rata ¼
mm terdapat sampai belasan buah, infiltrat tidak pernah menjadi ulkus dan pada
kornea tidak pernah timbul neovaselserasi : sensitibilitas kornea tidak menurun.

Pengobatan

1. Keadaan umum diperbaiki


2. Obat yang spesifik belum didapatkan
Pemberian antibiotika secara lokal dan sistemik untuk mencegah infeksi
sekunder. Dapat diberi enrtreosteroid lokal secara hati-hati.
3. Karena penyakit ini mudah menular maka harus dijaga kebersihan dengan baik.
Penularan ini tidak jarang melalui pemeriksaan tenometer dengan baik. Tanda
akut menghilang dalam 2-3 minngu tetapi kelainna di kornea dapat menetap
beberapa minggu atau bulan kemudian bahkan bertahun-tahun sehingga
menggangu pekerjaan sehari-hari.
4. Pharyngo conjunctival fever
Etiologi adenovirus tipe 3, sering mengenai anak-anak dimana infeksi didapatkan dikolam
renang yang telah mengandung adenovirus ini

Klinis didapatkan
1. Cojunctivitis folikularis akut
2. Faringitis akut
3. Suhu badan meningkat
4. Kelenjar prealrikuler dapat membesar

Gejala objektive

1. Conjuctiva palpebra : hiperemis, banyak folikel terutama di conjuctiva palpebra


inferior
2. conjuctiva bulbi : injeksi conjuctiva (++)
3. cornea : jarang-jarang terdapat keratitis pungtata superfisial
4. sekret : eksudative denga n banyak monosit

pengobatan

tidak ada yang spesifik antibiotik atau sulfa diberikan untuk mencegah infeksi sekunder
dan memperpendek waktu : biasanya sembuh dalam 4 hari – 2 minggu.
5. Kalazion

Definisi: peradangan kronis dan granulomatosa dari kelenjar meibom dimana penyebabnya
tidak diketahui

Faktor tambahan:

1. Blefaritis
2. Infeksi ringan dari kelenjar meibom
3. Sumbatan mekanis: pembedahan yang merusak kelenjar meibom

Gambaran klinis:

a. Tampak sebagai pembekakan sebesar kacang tanpa keluhan apa-apa (tanpa rasa sakit)
b. Pada perabaan keras, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit
c. Kalau palpebral dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah
d. Terjadi perlahan-lahan sampai beberapa minggu
e. Pada ujung kelenjar meibom terdapat massa yang kuning dari sekresi yang tertahan
f. Bila kalazion yang terinfeksi memecah dapat tampak pada tempat tersebut
dikonjungtiva palpebral sebagai jaringan granulasi yang menonjol keluar
g. Kalazion yang cukup besar penekanan bola mata gangguan retraksi
(astismatisme)

Patogenesis:

Sumbatan di diatus kelenjar meibom radang granulomatosa dari kelenjar meibom,


disusul radang dari dinding dan sekitarnya. Kuman diisi dengan jaringan ikat dan hialin yang
selanjutnya menjadi bubur dan merupakan pseudokista.

Penyakit mata luar


1. Conjungtivitis: peradangan conjungtiva yang disebaban oleh bacterial chlamydial,
Viral, richetsial, fungal, parasitic alergie, irrita secundair terhadap penyakit
dacryocystitis sistematis yang lain. Oleh sebab yang tidak diketahui
2. Kriteria diagnose: - berdasaran gejala dan tanda klinis serta laboratoris

Perbedaan kalazion dan H. internum:

Kalazion:

- Infeksi kronus dan granulomatosa


- Keadaan ringan
- Pada palpasi benjolan keras dan tidak sakit
- Penyebab tidak diketahui
- Dapat terjadi proses keganasan

Hordelum internum:

- Infeksi akut dan suprative


- Keadaan penyakit sedang-berat
- Pada palpasi lunak dan sakit
- Penyebab staphylococcus
- keganasan

Gejala dan tanda klinis: merasa sepeti ada benda asing dimata, panas, perasaan mata bengkak,
gatal, photophobia ( kalau cornea terlibat)

Pengobatan kalazion

a. bila kecil
1. kompres hangat 3-4x 20 menit sehari
2. obat mata antibiotika jarang menghilang sendiri kecuali yang kecil
b. Bila besar dan timbulkan gangguan
Dilakukan eksisi dan kwitase dengan cara:
- Disinfeksi dari palpebral dan sekitarnya dengan asam pikrat 2%
- Anastesi local dengan novokain 2% atau prokain 2% mula mula subkutan kemudian
intrasmusuler
- Bila sudah tidak terasa sakit pasang klem palpebral atau forceps kalazion dengan
bagian cincinya pada konjungtiva palpebral dan bagian masifnya di luar lalu disekrup
- Palpebral kemudian dibalik dengan kalazionya dipotong ventrikal terhadap
marsopalpebra dengan pisau scalpel melalui konjungtiva, tarsus dan dinding kista,
isisnya dikeluarkan dan dindingnya di kwit
- Diberi salep mata antibiotika atau sulta dan mata perban
- Untuk mempercepat absorbs darah beku di tempat operasi dapat dilakukan dengan
pijitan yang dilakukan 2x sehari
- Bila ada tendesis untuk residif maka masopalpebra di masase untuk mengeluarkan isi
kelenjar meibom, kemudian mata di cuci beberapa kali sehari untuk selanjutnya diberi
salep antibiotika
- Bila sering residif mungkin keganasan
6.Hordelum

Definisi: peradangan akut dan suprative dari kelenjar kelenjar palpebral disebabkan
staphylococcus atau streptokokus

Infeksi kelenjar palpebral

Kel.zeis atau moll kel. Meibom

Hordelum eksternum Hordelum internum

Gambaran klinis:

- Palpebra merah, bengkak, sakit dan terdapat tonjolan pada palpebral


- Rasa sakit tergantung besarnya pembengkakan atau bila ditekan dan menunduk
- Dapat terjadi pada semua umur tetapi terutama pada anak- anak dan dewasa muda
- Sering disertai ( mudah timbul pada orang yang menderita)
a. Bletaritis
b. Conjungtivitis yang menahun
c. Kemunduran keadaan umum
d. Aene vulgaris

Perbedaan hordelum interna dan eksterna

Hordelum externa Hordelum internum


1. Mengenai kelenjar zeis dan moll 1. Mengenai kelenjar meibom
2. Bila mengalami supurasi dapat pecah 2. Pembesaran ke dalam ( menonjol kea
sendiri ke arah kulit oleh karena rah conjungtiva)
pembesaran ke luar 3. Karena letaknya dalam tarsus maka
3. Insisi horizontal sejajar dengan jarang memecah sendiri
lipatan kulit supaya bila sembuh 4. Dapat timbul dari chalazion yang
kosmetik tetap baik mengalami infeksi
5. Insisi vertical terhadap marsopalpebra

Pengobatan hordelum

1. Kompres hangat 3-4x 20 menit untuk mempercepat supurasi


2. Salep mata antibiotika (sulta) diberikan setiap 3 jam
3. Kalau sudah terbentuk abses (fluktuasi (+) ve) insisi

Komplikasi

Pada hordelum yang besar dapat terjadi/ disertai selulitis dari palpebral atau orbita sehingga
keadaan umumnya lebih terganggu

- Hypertophic besar, permukaan datar, polygonal merah muda pada konjungtiva tarsalis
superior—vernal keratoconjungtivitis
- Pseudoptosis: edema/ infiltrasi muller’s muscle, seperti pada trachoma/EKC
- Chemosis: cenderung pada hay fever, acute gono/meningococcal conjunctivitis,
Trichinosis
- Follicle: sering pada viral conjunctivitis
- Pseudo/membran: terjadi akibat coagulatie. Didapat pada:
. EKC
. herpes simplex virus conjunctivitis
. streptococcal conjunctivitis
. diphtheria
. erythema multiforme mayor
- Granuloma: biasanya pada sroma
Endogen: TBC, syphilis, coccidioidomycosis
Exogen: lymphogranuloma venerum conjungtivitis, tularaemia, chalazion.
- Preauriculer lymphadenopathy: sering pada- parinaud’s oculoglandular syndrome.
Jarang pada- epidemic kerato conjunctivitis

Laboratorium:
Pemeriksaan secret yang berasal dari kerokan mata/conjunctivitis dengan tehnik
pewarnaan gram/giemsa.

3. Diferensia diagnosa: - Glaucoma acute

- Uveitis anterior acute

4. pemeriksaan penunjang: pengecatan gram/giemsa dari secret atau erokan mata sehingga
dapat

di identifikasi sel-sel radang seperti PMN mononuclear cell, Eosinophil, bakteri atau jamur

tertentu.

5. konsultasi : tidak perlu

6. perawatan rumah sakit: perlu ada conjunctivitis gonorrhoica

7. terapi: - pembersihan secret

- antibiotic sesuai penyebab

- pengobatan berdasarkan diagnose klinis dapat diberi obat tetes:

. sodium sulfacetamide 10-15%

. Neosporin

. chloramphenicol

- salep mata diberikan malam hari selama 7-10 hari

- mata tidak boleh ditutup

8. standard rumah sakit: dapat ditangani oleh semua rumah sakit


9. penyulit: infeksi cornea berupa KPS, ulcus cornea

10. inform consent: tidak perlu

11. standard tenaga: dokter umum

12. lama perawatan: tidak perlu dirawat kecuali conjunctivitis gonorrhoica

13. masa pemulihan: tanpa therapy sembuh 9-14 hari dengan pengobatan sembuh 3 hari

14. output: biasanya baik.

15. patologi anatomi: tidak perlu

16. autopsi: tidak perlu


7. Conjungtivitis cathanalis akut

Definisi: penyakit menular dengan penularan melalui kontak langsung dengan secret
konjungtiva dapat mengenai satu atau dua mata

Gejala subjective:

a. Terasa seperti ada pasir atau benda asing dimata


b. Fotofobia ( takut melihat sinar)
c. Bila terdapat secret yang menempel di kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus atau melihat halo (warna pelangi sekitar lampu)
d. Lakrimasi (keluar air mata terus menerus)
e. Blefasospasme (mata sukar di buka)

Gejala objective:

a. Palpebral oedem
b. Conjungtiva palpebral hiperemis, kasar beludru karena ada oedem dan infiltrasi
c. Conjungtiva bulbi injeksi conjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudomembran pada injeksi dengan pneumokokus. Kadang-kadang disertai
perdarahan subconjungtiva kecil kecil baik dikonjungtiva palpebral maupun
dikonjungtiva bulbi yang biasanya disebabkan pnemukokus atau virus
d. Sekret mukosa, mukopirulent
e. Blefasospasme
f. Dapat disertai blefaritis bahkan kadang-kadang ulcus cornea marginal keratitis, ulkus
kornea dengan atau tanpa hipopion dapat terjadi karena perdangan pneumokokus

Pengobatan:

1. Jagalah kebersihan mata yang baik


2. Setelah secret dibersihkan berikan antibiotika topical sebagai tetes mata atau salep
mata seperti tetramycin, achomycin, kemicytin, neomycin, garamycin atau obat-obat
yang mengandung kemoterapeutika seperti sulfasetamide minimal diberikan 3x
sehari

Obat tetes dapat diberikan pada siang hari (setiap 3-4 jam) sedangkan pada malam hari dapat
diberikan salep mata

Conjungtivitis catharalis subakut

Etiologi: sebagai kelanjutan dari konjungtivitis akut atau oleh kuman haemofilus influenza

Gambaran klinis:

a. Palpebral edema
b. Onjungtiva palpebral hiperemis, tidak begitu infilrative
c. Conjungtiva bulbi: injeksi conjungtiva (+)
d. Tidak ada blefrospasme
e. Secret

Pengobatan sama dengan conj. Catharalis akut

Conjungtivitis catharalis kronik

Gejala subjective

a. Gatal
b. Ngeres
c. Rasa berat di mata
d. Pagi keluar kotoran yang banyak
e. Mata terasa ada pasir
Gejala objective

a. Palpebral tidak bengkak


b. Marso. Palpebral, bletasitis dengan segala akibatnya
c. Conj. Palpebral sedikit merah, liein, kadang hipetrofi seperti beledru
d. Conj. Bulbi, injeksi conjunctiva ringan
e. Secret mukoid, kadang-kadang terdapat ekskoriasis pada kantus eksternus
Yang dikenal sebagai conj. Angularis biasa oleh maroxella lacunata

Pengobatan

1. Penderita disuruh sering membersihan mata dengan boomwater bersalep


antibiotika atau sulfa
2. Bila kelainan kornea (-)ve pertimbangkan pemberian kortikosteroid local

1. Conjungtivitis catharalis akut

Definisi: merupakan radang akut pada muscaconjungtiva kadang-kadang disebut dengan pink
eye

Etiologi: - haemophilus influenza

- staphylococcus aureus
- streptococcus viridans
- pneumococcus
- Moraxella lacunata

2. kriteria diagnosa: - berdasarkan gejala dan tanda-tanda klinis

- laboratorium

I. gejala dan tanda-tanda klinis:

>subjective

- perasaan seperti ada benda asing

- dapat ditemukan photo-phobia


- kemunduran visus atau melihat halo karena secret pada cornea

- kedua kelopak mata lengket pada waktu bangun pagi

>objective

- secret mucopurulent yang terdapat lebih banyak pada waktu pagi karena panas tubuh
sering

Ditemukan pada fornik atau margo palpebrae

- Hyperaemia conjunctiva tharsalis. Conjungtiva injection


- Pseudomembrane pada conjungtiva tharsalis sering pada infeksi streptococcus
pyogenes maupun pneumoccus
- Perdarahan sub conjunctival sering pada haemophylus influenza dan pneumococcus

II. Laboratoris:

Ditemukan kuman penyebab antara lain:

- Staphylococcus epidermidis. Staphylococcus


- Pneumococcus streptococcus pyogenes
- Haemophylus influenza ( H, Aegypti, K, Weeks bacillus)
- Moraxella lacunata

3. diferensial diagnosa: 1. Glaucoma acute

2. Uveitis anterior acute

4. pemeriksaan penunjang: - pengecatan gram/giemsa dari secret atau kerokan mata

5. konsultasi: - tidak perlu

6. perawatan rumah sakit: tidak perlu

7. terapi: - pembersihan secret

- antibiotic sesuai penyebab


- kalau pengobatan hanya berdasarkan diagnose klinis, dapat diberikan:

>sodim sulfacetamide 10-15 %

> Neosporin

>chloramphenicol

- mata tidak boleh ditutup

8. standard rumah sakit: dapat ditangani semua rumah sakit

9. penyulit: - keratitis punctate superficialis, sering pada infeksi staphylococcus

- ulcus cornea dengan/tanpa hypopyon sering pada infeksi pneumococcus

10. inform consent: tidak perlu

11. standard tenaga: dokter umum, spesialis mata

12. lama perawatan: tidak perlu dirawat

13. masa pemulihan: tanpa pengobatan sembuh 9-14 hari dengan pengobatan sembuh 3-5
hari

14. output: baik

15. patologi anatomi: tidak perlu

16. Autopsi: tidak perlu


8. Conjungtivitis gonoroika

Definisi: peradangan conjungtiva yang akut dan hebat dengan secret purulent yang
disebabkan oleh Neisseria gonorhoe

Pembagian menurut lemas

1. Oftalmia gonoroika neonatorum usia 1-3 hari


Infeksi di dapat inpartu dari ibunya yang menderita urethritis gonoroika untuk
mencegah oftalmia gonoroika neonatorum I I dapat dilakukan pencegahan menurut
metode dari crede yaitu dengan meneteskan AgNo3 1% pada mata bayi yang lahir
dari seorang ibu yang menderita urethritis gonoroika bahaya pemakaian AgNo3
adalah dapat mengakibatkan kornea menjadi putih yang tidak dapat ditolong lagi
kecuali dengan keratoplasti. Akhir-akhir ini pencegahan dilakukan juga dengan
antibiotika seperti kloramfenicol, penicillin dan hasilnya cukup baik. Biasanya
menyerap kedua mata secara serentak.
2. Oftalmia gonoroika infartum usia 3 hari- 1 tahun
3. Oftalmia gonoroika urenilus usia 1 tahun- 15 tahun
4. Oftalmia gonoroika adultum orang dewasa infeksi terjadi secara tidak
langsung yaitu dapat melalui tangan, sapu tangan, handuk, atau sebagai auto infeksi
pada orang-orang yang menderita uretritis. Biasanya menyerap satu mata kemudian
kemudian menjalar kemata yang lain.

Stadium penyakit

a. Stadium infiltrative berlangsung selama 1-3 hari


Gambaran klinis:
1. Palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme
2. Conjungtiva palpebra hiperemis, bengkak, infiltratif dan mungkin terdapat
pseudomembran di atasnya
3. Konjungtiva bulbi terdapat injeksi conjungtiva yang hebat kemosis, sekret
kadang-kadang berdarah
b. Stadium supurative, purulenta berlangsung 2-3 minggu
Gambaran klinis:
Gejala-gejala sudah tidak begitu hebat lagi
1. Palpebra masih bengkak, hiperemis tetapi tidak begitu tegang bila frospasme
masih ada. Sekret campur darah keluar teru-menerus kalau palpebra dibuka
2. Gejala khas : sekret akan keluar secara mendadak (memancur atau memuncrat)
oeleh karenanya harus hati-hati bila membuka palpebra penderita jangan sampai
sekret mengenai mata pemeriksa

c. Stadium convalescene (penyembuhan)  berlangsung 2-3 minggu

Gambaran klinik

1. palpebra sedikit bengkak

2. conjunctiva palpebra hiperemis tidak infiltratif

3. conjunctiva bulbi, injeksi conjunctiva masih nyata, tidak etopik.

4. sekret jauh berkurang

 conjunctiva gonoroika merupakan salah satu conjunctivitis yang dapat menimbulkan


keratias tanpa didahului kerusakan epitel kornea, ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi
menimbulkan endoftalmitas, paraftalmitas dan dapat berakhir dengan pthisis bulbi (bola mata
menonjol dimana jaringan mata sudah tidak dikenali lagi).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan terhadap sekret atau kerokan conjunctiva didapati diplococus gram (-) intra dan
ekstraseluler.

Pengobatan
Berhubung seringnya timbul penyulit ulkus cornea disamping sangat menular maka
sebaiknya penderita dirawat di kamar isolasi.

a. Pengobaan topikal

mata dibersihkan setiap 15 menit dengan kapas basah disusul dengan pemberian obat tetes
mata penisilin. Bila sudah agak terang maka pemberian obat tetes mata dilakukan setiap jam
(1 tetes /jam)

cara membuat sediaan obat tetes PNC

1 flocon procain penicilin G + 9 cc aquabidest  1cc campuran ditambakandengan 14 cc


aquabidest  didapatkan 15cc penisilin dengan consentrasi 20.000 ul/cc obat tetes

Contoh sediaan procain PNC G

1. crystaline procain penisilin G

2. depocilline

 3 juta iu/vial

Bila setelah 1-2 hari tidak menunjukan perbaikan atau pasien sensitivee terhadap penisilin
maka dapat dipakai salep mata tetracycline. Garamisin atau kemisetin, disertai pemberian
sistemiktidak seefektif penisilin

b. pengobatan sistemik

dapat diberikan

1. procain penisilin G dalam larutan air secara IM dengan dosis 4,8 juta Iu single dose.
(50.000 IU/kgBB singel dose ) bila pasien sensitive maka dapat diberikan

2. tetracyclin dosisn4x500 mg selama 5 hari

3. canamicin dosis 2 gram singel dose secara IM

Specticomysin dosis 2 gram singel dose secara IM

c. jika diserta dengan kelainan kornea maka pengobatan ditambah dengan pemberian sulfur
atropin 0,5 % 3x sehari satu tetes

cara pemberian procain penisilin G

procain penisilin G dosisn4,8n juta IU secara IM dibagi dalam dua dosis kemudian disuntikan
pada dua tempat yang berbeda pada satu kali kunjungan. Sebelum penyuntikan procain
penisilin G maka terlebih dahulu diberikan probenesid 1000 mg secara p.o single dose
probensid

1. nufabencid 500 mg / kaplet

2. probenid  500 mg/ kaplet

 probenesid berfungi memperpanjang khasiat penisilin, amoksisilin, ampisilindengan


menghambat transportasi asam organik melewati jaringan epitel

Jika terdapat resistensi terhadap oabat-obatan tersebut maka dapat diberikan terapi seri
demam ( fever therapy) dengan harapan pembentukan antibodi diperbanyak didalam tubuh
sehingga dapat cepat sembuh. Selama pengobatan sekret harus diperiksa setiap hari. Bila
selam 3 hari berturut-turut, pemeriksaan menunjukan gonokokus (-) baru penderita boleh
dipulangkan jika pula disertai dengan kelainan kornea pengobatan ditambah dengan sulfus
atropin 0,5 % 3 x sehari / tetes.

CONJUNCTIVITIS GONORRHOEICA

1. Nama diagnosis : conjuntivitis gonorrhoeica

Adalah radang conjuctiva acute dan hebat dengan sekret


purulen yang disebabkan oleh kuman nisseria gonorrhoe.

Ada tiga bentuk :

1. optalmia neonatorum : pada bayi 1-3 hari, infeksi melalui


jalan lahir.

2. conjuntivitis gonorrhoeica infartum : pada bayi usia > 10 hari


dan anak-anak

3. conjuntivitis gonorrhoeica adultorum : pada orang dewasa

2. Kriteria diagnosis : berdasrkan gejala dan tanda klinis :

Pada bayin dan anak

- Gejala subjectiv (-)


- Gejala Objective : biasanya bilateral, sekret kuning kental
- Stadium awalsekret dapat bersifat serous, akhirnya kental
dan purulent.
- Palpera odema, sukar dibuka, biasanya terdapat
pseudomembran pada conjuctiva tarsal.
- Conjuctiva bulbi merah dan chemosis dan menebal.

Pada orang dewasa

- Gejala subjective :
- Nyeri pada mata
- Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.
- Biasanya pada satu mata sering pada mata kanan.
- Gejala objctive ;
- Sekret purulen tidak begitu kental
- Selaput conjunctiva lebih berat dan menonjol.seperti
hypertrophy papil yang besar-besar.
- Dapat berlangsung berminggu-minggu.

Pemeriksaan

- Stadium dini permukaan Mukosa dapat tidak rata, palpasi


agak mudah berdarah

Stadium selanjutnya :

- tampak tumor nasofaring


- kelumpuhan saraf sentral
- tumor leher lateral
- kadang-kadang sumbat hidung

3. Diagnosis banding : - inclusion blenrrhoes

- Staphylococcal conjunctivitis

- pnemococcus, streptococcus, pseudomonas dll.

4. Pemeriksaan penujang : - dari sekret atau kerokan conjucntiva yang dioleskan pada
gelas

objeck. Diwarnai dengan mthylen blue 1% selama 1-2


menit.kemudian dibilas dan diperiksa dibawah mikroscope.

5. Konsultasi : kalau perlu kebagian anak dan bagian kulit dan kelamin

6. Perwatan RS : tidak perlu

7. Terapi : - pembiakan dan pembersihan sekret sesering mungkindengan

kapas yang dibasahi garam fa’al/larutan penicilin20.000


UI/cc.

- salep topikal penicilin/tetracilin.bicitrcin minimal 4 kali


sehari pada bayi dan tiap 2 jam pada orang dewasa pada
dua hari pertama dan 5 kali sehari sampai sembuh.

- anti iotik sistematik yang efektif terhadap nisseria gonorrhoe.

8. standar rumah sakit : dapat ditangani semua rumah sakit.


8. Penyulit : pada anak dapat terjadikeratitis dan feporasi kornea.
- Pada orang dewasa dapat terjadi ulcus yang letaknya
marginal berbentuk cincin.
- Perforasi kornea yang terjadi dapat menjadi endopthalmitis
yang akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Konjungtivitis (Radang Mata)

Conjunctivitis atau Konjungtivitis adalah peradangan pada conjunctiva


(konjungtiva), selaput lendir yang menutupi bagian putih mata dan bagian kelopak
mata dalam. Konjungtivitis biasanya akan mengenai kedua belah mata, meskipun
dapat dimulai dari satu mata dan menyebar ke mata yang lainnya dalam satu atau dua
hari. Juga mungkin bersifat asimetris, yakni pengaruhnya lebih berat hanya pada salah
satu mata. Konjungtivitis merupakan kondisi mata yang sangat umum terjadi. Jadi
bukan suatu kondisi serius meskipun dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan
menjengkelkan. Ada banyak sekali penyebab konjungtivitis dan pengobatannya akan
tergantung dari penyebabnya.

Penyebab konjungtivitis

Ada lima jenis konjungtivitis, masing-masing disebabkan penyebab yang berbeda:

 Bacterial conjunctivitis (konjungtivitis bakteri)


Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri,
seperti Staphylococcus, Streptococcus atau Haemophilus. Organisme ini dapat berasal
dari kulit pasien itu sendiri atau dari saluran pernapasan bagian atas atau diperoleh
dari orang lain yang menderita konjungtivitis.

 Viral conjunctivitis (konjungtivitis virus)


Konjungtivitis virus sering dikaitkan dengan flu biasa. Kemungkinan
disebabkan oleh virus yang disebut dengan "adenovirus". Jenis konjungtivitis yang
satu ini dapat menular dengan cepat dari orang ke orang dan menyebabkan epidemi
konjungtivitis.
 Chlamydial conjunctivitis (konjungtivitis klamidia)
Jenis lain konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme yang disebut
Chlamydia trachomatis. Organisme ini juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain
dan dapat menyebabkan infeksi menular seksual klamidia.

 Allergic conjunctivitis (konjungtivitis alergi)


Konjungtivitis alergi umum terjadi pada orang yang memiliki gejala-gejala
lain dari penyakit alergi, seperti demam, asma dan eksim. Konjungtivitis ini sering
disebabkan oleh antigen seperti serbuk sari, tungau, debu atau kosmetik.

 Reactive conjunctivitis (konjungtivitis reaktif) - konjungtivitis kimia atau iritan


Sebagian orang rentan terhadap bahan kimia atau asap rokok, ini dapat
menyebabkan iritasi pada konjungtiva yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan,
kemerahan dan berair. Untuk mencegahnya, sedapat mungkin menghindari
penyebabnya.

Gejala konjungtivitis

 Konjungtivitis bakteri
Mempengaruhi kedua belah mata. Mata biasanya akan terasa berpasir dan rasa
tidak nyaman karena debit yang lengket. Kelopak mata atas dan bawah mungkin akan
merekat di pagi hari atau saat bangun tidur, dan mungkin terdapat krusta atau debit
pada bulu mata.

 Konjungtivitis virus
Mata memerah dan mungkin terdapat cairan yang encer. Seringkali kelopak
mata membengkak dan bahkan konjungtiva pada putih mata juga membengkak. Mata
menjadi tidak nyaman, dan mungkin juga terjadi gejala seperti pilek. Kadang-kadang
terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar telinga atau leher.
Konjungtivitis jenis ini juga dapat menyebar dan mempengaruhi kornea (keratitis),
dan dapat bertahan selama beberapa minggu dan menyebabkan penglihatan kabur.
 Konjungtivitis klamidia
Satu atau kedua belah mata akan merah dengan debit yang lengket dan terkadang
kelopak mata ikut bengkak. Kornea mungkin juga akan terpengaruh dalam kondisi
ini.
 Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi biasanya berhubungan erat dengan munculnya rasa gatal pada
mata. Mata biasanya sebentar-sebentar merah. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu-
waktu tertentu dalam satu tahun, misalnya selama musim tertentu ketika banyak
serbuk sari di udara.

Diagnosis konjungtivitis

Dokter biasanya akan mendiagnosa konjungtivitis dari pemeriksaan mata


langsung dan dari riwayat kesehatan. Terkadang swab diambil dari mata terutama jika
pengobatan standar tidak menunjukkan hasil yang positif. Dalam beberapa kasus
konjungtivitis yang parah atau tidak menanggapi pengobatan, mungkin penderita
perlu dirujuk ke spesialis mata.

Pengobatan konjungtivitis

 Konjungtivitis bakteri
Biasanya diobati dengan tetes atau salep mata antibiotik spektrum luas, misalnya
kloramfenikol atau asam fusidic. Mata juga harus dibersihkan dengan kapas yang
dibasahi dengan air masak yang didinginkan untuk menghilangkan kerak yang
lengket. Penelitian membuktikan bahwa 64 persen kasus konjungtivitis bakteri akan
sembuh dengan sendirinya dalam waktu lima hari, obat mata antiobiotik diduga tidak
berkontribusi besar dalam meningkatkan angka kesembuhan.
 Konjungtivitis virus
Tidak ada pengobatan efektif untuk konjungtivitis virus. Tapi mata dapat dibuat lebih
nyaman dengan penggunaan salep pelumas seperti Lacri-Lube. Kompres dingin pada
mata dan tablet seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi
gejala.
Karena konjungtivitis virus mudah sekali menular, pastikan agar selalu menjaga
kebersihan, seperti mencuci tangan dan wajah dan tidak menggunakan handuk secara
bersama-sama. Juga sedapat mungkin hindari kontak dengan orang lain. Kondisi ini dapat
berlangsung dalam waktu yang lama, dan dalam beberapa kasus tetes kortikosteroid dapat
membantu, namun harus diberikan dalam pengawasan ketat seorang dokter spesialis
mata.
 Konjungtivitis klamidia
Terapinya adalah dengan salep chlorotetracycline pada kedua belah mata dan tablet
tetrasiklin untuk mengendalikan infeksi di lokasi tubuh lain. Anak-anak tidak boleh
diobati dengan tetrasiklin, namun eritromisin dapat digunakan untuk mereka. 
 Konjungtivitis alergi
Dapat diobati dengan menggunakan obat tetes antihistamin topikal. Obat tetes, seperti
natrium kromoglikat (misalnya tetes mata Opticrom), dapat digunakan untuk
mencegah reaksi alergi. Tetes kortikosteroid terkadang juga diperlukan, namun hanya
boleh diberikan dibawah pengawasan dokter spesialis mata.
 Konjungtivitis pada bayi
Harus diperlakukan dengan sangat hati-hati dan serius. Spesimen diambil dari debit
mata yang lengket dan harus diperiksa oleh dokter spesialis mata. Pengobatannya
akan tergantung dari penyebab yang mendasarinya, yaitu berdasarkan hasil tes dari
laboratorium.

Mencegah konjungtivitis

Kebersihan tangan dan wajah sangatlah penting. Jangan pernah menggunakan


handuk secara bersama-sama, apalagi ada anggota keluarga lain yang terkena
konjungtivitis. Orang yang terkena konjungtivitis harus menggunakan handuk khusus
untuk mereka sendiri. Jangan pernah menggunakan tetes mata secara bersama-sama.
Buang bekas tisu untuk membersihkan mata di tempat yang aman dan obat tetes mata
harus dibuang ketika pengobatan telah selesai.
9. Conjunctivitis Diptheria

1. Nama penyakit/diagnosis : Conjunctivitis Diptheria adalah peradangan conjunctiva yang


disebabkan oleh Corynebacterium Diptheria yang disertai
gambaran khas berupa pembentukan membrane pada
conjunctiva tarsalis

2. Kriteria Diagnosis : Berdasarkan gejala dan tanda klinis dan laboratories

Gejala Subjective sesuai dengan gejala peradangannya

Gejala Objective :

 Kelopak mata bengkak, merah dan kaku


 Membrane pada conjunctivia tarsalis

3. Diferensial Diagnosa : Conjungtivitis Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus

4. Konsultasi : Kebagian Ilmu Kesehatan Anak dan THT

5. Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratories dengan biakan secret pada agar


Looffler atau terulit

6. Perawatan Rumah Sakit : Tergantung konsultasi dari bagian anak

7. Terapi : - Penicillin, Salep dan Sistemik

- Anti Toxin Diptheria

- Anti Diptheria serum 10.000 IU diulang dalam 12 jam


(<20.000 IU/hari diberikan dalam 2 hari berturut turut
8. Standard Rumah Sakit : Semua rumah sakit dapat menangani

9. Penyulit : Keratitis dan Symblepharon

10. Inform Consent : Tidak Perlu

11. Standard Tenaga : Dokter Umum, Spesialis Mata

12. Lama Perawatan : Tergantung Konsultasi bagian anak

13. Masa Pemulihan : Tergantung dari cara pengobatan

14. Output : Dengan penanganan tepat hasilnya baik

15. Patologi Anatomi : Tidak Perlu

16. Autopsi : Tidak Perlu


10. Epidemic Keratoconjunctivitis

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Epidemic Keratoconjunctivitis adalah infeksi conjunctiva


dan cornea yang di sebabkan oleh virus

2. Kriteria Diagnosa : Berdasarkan gejala dan tanda klinis

Gejala :

 Mata merah, sakit sedikit/sedang, mata berair


 Steleha 5-14 hari silau
 Pada anak disertai gejala umum seperti demam,
pharyngitis dan diarrhea
 Pada orang dewasa terbatas pada mata luar

Tanda Klinis :

 Palpebrae oedema, chemosis, conjunctival hyperaemia,


follicle dan sub conjunctival haemorrhage
 Pseudomembrane dapat terjadi, kadang-kadang
membrane asli
 Dapat terjadi symblepharon epithelial keratitis
 Kekeruhan cornea dapat dilihat pada bagian sentral
menyebar ke pinggir, dapat menetap berbulan bulan dan
dapat sembuh tanpa bekas

3. Diferensial Diagnosa :Conjunctivitis Catharalis Acute & Conjunctivitis Allergica

4. Pemeriksaan Penunjang :Tidak perlu


5. Konsultasi :Tidak perlu

6. Perawatan Rumah Sakit : Tidak perlu

7. Terapi : Perjalanan penyakit 3-4 minggu

8. Standard Rumah Sakit : Dapat ditangani semua rumah sakit

9. Penyulit : Keratitis & Symblepharon

10. Inform Consent : Tidak perlu

11. Standard Tenaga : Dokter umum & Spesialis Mata

12. Lama Perawatan : Tergantung beratnya penyakit

13. Masa pemulihan : 3-4 minggu

14. Output : Biasanya baik

15. Patologi Anatomi : Tidak Perlu

16. Autopsi : Tidak perlu


11. Conjunctivitis Fliktenularis

(Eksimatosa atau Skrotulosa)

1. Definisi : merupakan radang terbatas dari conjunctiva dengan


pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan, kecil, berwarna
kemerahan menahan yang disebut (flikten) Konjungtivitis
flikten adalah suatu peradangan pada konjungtiva dengan
pembentukan satu atau lebih tonjolan kecil (flikten) yang
diakibatkan oleh reaksi alergi (hipersensitivitas tipe IV).

2. Etiologi : Alergi terhadap :

 Tuberkulo protein pada penyakit TBC karena itu


disebut keratoconjunctivitis scrofulosa
 Infeksi bakteri haemofilus influenza, pneumokokus,
streptokokus dan staphilokokus
 Virus herpes simpleks
 Toksin dari moloscum contasloium yang terdapat pada
margo palpebra
 Jamur : candida albicans
 Cacing : ascaris, bripanosomiasis
 Infeksi lokal, gigi, hidung, telinga, tenggorokan

Penyakit ini terutama mengenai anak anak yang malnutrisi dan


menderita TBC

3. Gambaran Klinis : Keluhan subjective :


 Laksimasi
 Fotofobia
 Bleprospasme

Oleh karena dasarnya alergi maka cepat sembuh tetapi cepat


kambuh kembali selama penyebabnya masih ada dalam tubuh

Keluhan Objective :

 Konjunctivitis flikten
Tanda radang tidak jelas hanya terbatas pada tempat
flikten dan sekret hamper tidak ada
 Konjunctivitis CumFlikten
Tanda radang jelas dan sekret mukos, mukoparulent

Biasanya timbul karena infeksi sekunder pada konjunctivitis


flikten

4. Pengobatan : Pengobatan ditunjukan kepada penyebabnya

 Lokal diberikan obat tetes mata atau salep mata


corticosteroid disertai antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder biasanya dalam bentuk kombinasi
 Pemberian rocorantia yang mengandung vitamin A, B
kompleks, vit.C
 Perbaiki keadaan umum
12. Selulitis Orbita
Definisi

Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di

belakang septum orbita. Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga

orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama

adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga

diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitais biasanya berasal dari

infeksi sinus dan disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anak-

anak yang berumur dibawah 6-7 tahun tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh

Haemophilus influenzae

Epidemiologi

Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional

maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada

mencatat peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh

infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.

1. Mortalitas / Morbiditas

Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita


memiliki angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di
mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang cepat dan tepat
penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan
terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten
terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati
antibiotik.

2. Ras

Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.

3. Sex

Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang


dewasa, kecuali untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap
methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio
4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

4. Usia

Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
di dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan selulitis
orbita adalah 7-12 tahun

Etiologi dan Patofisiologi

Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan


ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal
yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari
wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga,
konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui
pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan trauma yang kotor. Pada anak-
anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis etmoidalis yang
mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri penyebab,
diantaranya :

a. Haemophilus influenza
Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga
Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi dari
cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti Bordetella pertussis penyebab
batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat pleomorfik dan
sering berbentuk benang panjang dan filamen.

Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh karena


media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-
prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktor V (NAD dan NADP).
Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang sebelumnya media tanam
tersebut dipanaskan dalam suhu 80ºC untuk melepaskan faktor pertumbuhan
tersebut. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada suhu 35ºC- 38ºC dengan PH optimal
sebesar 7,6. Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi aerobik ( sedikit CO2). Bakteri ini
sekarang sudah jaranguntuk menyebabkan selulitis akibat banyaknya tipe vaksinasi
untuk strain ini

b. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan


merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan kulit. S
aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya selulitis,
impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulit lainnya. S aureus ini sangat bersifat
fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau melalui fermentasi asam
laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan oksidase (-) dan dapat tumbuh pada
suhu antara 15-45 derajat celcius pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh
karena bakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat menyebabkan gumpalan
protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki sifat patogen yang sangat
potensial sekali.

c. Streptococcus pneumonia

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang


secara khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tisap sel
berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan tidak bergerak,
namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha hemolisis pada agar
darah dan akan terlisis oleh garam empedu. Streptococcus pneumoniae ini merupakan
bakteri penghuni normal pada saluran napas bagian atas manusia yang sering
menyebabkan sinusitis. Bakteri inilah yang paling sering menyebabkan selulitis orbita
melalui jalur sinusitis terlebih dahulu. Kuman ini merupakan yang paling sering
menyebabkan selulitis pada anak-anak usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar
secara bakteremia.

d. Streptococcus pyogenes

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak


bergerak, bersifat katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat
membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang mengandung
darah. Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiri dari asam
hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah. Diperkirakan terdapat
5-15 % di saluran pernapasan pada tiap individu, dan tanpa menimbulkan
tanda-tanda penyakit. Seperti flora normal, S. pyogenes dapat menjadi patogen pada
saat pertahanan tubuh terganggu sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang
disebabkan oleh bakteri ini sering bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.

Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui focus infeksi
sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan oleh
karena tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya focus infeksi dan penyebaran
masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di sekitar bola mata.

MANIFESTASI KLINIS

Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh
kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa:

- Demam, biasanya sampai 38,9° Celsius atau lebih

- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri

- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu


- Bayi atau anak tampak sakit

- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri

- Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata)

- Mata menonjol

- Merasa tidak enak badan

- Gerakan mata menjadi terbatas

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :

 Pemeriksaan darah lengkap


 Pembiakan dan tes sensitivitas darah
 Pungsi lumbal (pada kasus yang berat)
 Rontgen sinus dan orbita
 CT scan atau MRI sinus dan orbita
 Pembiakan kotoran mata
 Pembiakan lending hidung
 Pembiakan lender tenggorokan

Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk
mencegah terjadinya infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan
pengobatan dini pada infeksi sinus maupun gigi bisa mencegah penyebaran
infeksi ke mata.

Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah

1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.

2. Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.

3. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan


untuk membuang nanahnya.
4. Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara
ketat. Jika segera diobati, akan terjadi pemulihan sempurna. Komplikasi yang
sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses subperiosteal, trombosis
sinus kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia, meningitis dan
kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan

13. Keratoconjunctivitis Herpetika

Jarang dapat di lihat sebagai conj. Folikularis akut, karena conjungtivitis ini hanya
berlangsung 1-2 hari saja, sedang penderita baru datang setelah beberapa hari dimana telah
timbal kelainan di cornea,

Gambaran Klinik :

a. Conjungtiva Palpebra inferior: banyak folikel, hiperemi mungkin ada pseudomemban.


b. Conjuntiva Bulbi : injeksi conjuntiva (+), injeksi silier bila juga terdapat
kelainan di cornea.
c. Cornea didapat keratitis dendritikas, dimana infiltratnya membentuk cabang-cabang
(dendrit), kadang-kadang diujungnya terdapat krob.
d. Sensitivitas cornea menurun bahkan tidak sensitive sama sekali.
e. Kadang-kadang prearikuler membesar (kadang-kadang).
f. Sekret serous, banyak monosit.

Pengobatan

1. Obat tetes mata antivial misal/doxaridine ( cenovid, isotic/xodine) diberikan 4x sehari


7-10 hari. Bila doxaridine atau isoprinosin tidak ada dapat dilakukan kanterisasi
dengan yodium tinctare 5% steril yang ditutulkan memakai kapas kepada ulkus,
dengan maksud melepaskan epitel yang rusak dan mengandung virus untuk kemudian
diganti dengan epitel yang baru  hasil cukup memuaskan.
2. Antiviral sistemik misal/ Isoprinosin (methisoprinal 500 mg/ tablet) diberikan / tablet
setiap 2-3 jam 7-10 hari. Dosis Isoprinosin 50 mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis
pengobatan selama7-10 hari atau diteruskan sampai 2 hari bebas simtom.
3. Antibiotik atau sulfa diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
4. Sulfat atropin 0,5% 3x 1 tetes sehari bila disertai kelainan cornea.

HERPES SIMPLEX VIRUS CONJUNCTIVITIS

1. Nama Penyakit/Diagnosis: HERPES SIMPLEX VIRUS CONJUNCTIVITIS.


Merupakan peradangan conjunctiva yang disebabkan oleh herpes simplex virus.
2. Kriteria diagnosa : biasanya dengan tanda-tanda klinis.
Tanda klinis : - biasanya bilateral, iritasi, mucoid discharge, sakit dan
sedikit photophobia. – Terjadi pada seragan pertama
Herpes Simplex Virus infeksi (primary infection) sering
bersamaan dengan Herpes Simplex Virus Keratitis. –
Bentuk conjunctivitis follicular jarang ada
pseudomembrane. – Sering terdapat vesicle herpes
simplex pada kelopak mata dan pinggir kelopak mata. –
Pembesaran kelenjar preauriculer biasanya khas.
3. Diferensial Diagnosa : conjunctivitis oleh sebab lain.
4. Pemeriksaan Penunjang : Tidak perlu.
5. Konsultasi : Tidak perlu.
6. Perawatan rumah sakit : Tidak perlu.
7. Terapi : - Karena penyakit ini self - limited, pengobatan tidak
perlu. – Debridement perlu dilakukan. –Idoxuridine,
Vidarabine, Trifluridine 4x sehari selama 7-10 hari.
8. Standard rumah sakit : dapat ditangani semua rumah sakit.
9. Penyulit : - Keratitis - Ulcus cornea - secunder infeksi.
10. Inform Consent : Tidak perlu.
11. Standard Tenaga : Dokter Spesialis Mata.
12. Lama Perawatan : Tidak perlu dirawat.
13. Masa Pemulihan : 2-3 minggu.
14. Output : biasanya baik.
15. Patologi Anatomi : Tidak perlu.
16. Autopsi : tidak perlu.

14. Conjunctivitis Haemoragik Akut

 Etiologi Entero Virus tipe 70. Penyakit ini sangat menular dengan kontak
langsung atau tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi sekret
penderita.

Gejala Subjective :

1. Mata merah, berair, seperti pasir, gatal-gatal.


2. Biasanya mulai dengan satu mata, beberapa jam atau 1-2 hari kemudian disusul dengan
peradangan pada mata yang sebelahnya.

Gejala Objective :

1. Conjunctivitis folikularis akut dengan tanda khas pendarahan subconjunctival bleeding.


2. Kelenjar preakrikuler membesar dan nyeri tekan.
3. Dikornea dapat timbul kerativis punya tata superfisial, bahkan ulkus cornea. Pernah
pula ada menderita uveitis, tetraplegi plegi akibat penyakit ini.

Pengobatan : Tidak ada yang spesifik. Pemberian tetes sulfasetamid atau


antibiotika dianjurkan untuk memperpendek waktu singkat dan
mencegah infeksi sekunder.
 Penyakit berlangsung 5-10 hari ada pula yang sampai 2 minggu dapat sembuh
tanpa meninggalkan gejala sisa (seguele).
15. Conjunctivitis Vernal

 terbanyak mengenai usia antara 5-25 tahun terutama laki-laki. Bila didapatkan pada usia
>25 tahun kemungkinan suatu conjunctivitis atropi.

Gejala Subjective :

1. Sangat gatal dimata terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik misal
pada waktu main layang-layang.
2. Sering menunjukan gejala alergi terhadap tepung sari dan rumput-rumputan.

Gejala Objective :

a. Bentuk palpebra.
Terutama mengenai conjunctiva palpebra superior.
1. Conjunctiva tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar
(cobble store appearance). Susunan papil ini rapat disamping tampak menonjol 
sering dikacaukan dengan trakoma.
Bila terdapat kelainan dikornea kortikosteroid jangan diberikan secara topikal. Bila
perlu dapat diberikan secara sistemik disamping ditambah dengan sulfat atropin
0,5% 3x1 tetes sehari.
2. Dipermukaan papil kadang-kadang seperti ada lapisan susu terdiri dari sekret yang
mukoid.
3. Papil ini permukaannya rata dengan kapiler ditengahnya.
4. Kadang conjunctiva palpebra menjadi merah bila terkena infeksi sekunder.
b. Bentuk Limbus
Disekitar limbus conjunctiva bulbi menebal berwarna putih susu kemerah merahan
seperti lilin (tantras dot). Bila sembuh akan meninggalkan bekas yang menyerupai
ulkus senilos.

Pengobatan :

a. Kortikosteroid tetes atau salep mata dimana pada fase akut diberikan 2 tetes tiap 2
jam.misalnya : cendometason dan isoto-dex  dexsametason 0,1%.
b. Kompres dingin untuk mengurangi rasa gatal.
c. Dianjurkan untuk pindah tempat tinggal ketempat yang sejuk.

VERNAL CONJUNCTIVITIS

1. Nama Penyakit / Diagnosis : VERNAL CONJUNCTIVITIS (Spring Eatorrch).


Dikenal juga sebagai Warm Weather Conjunctivitis adalah suatu conjunctivitis
allergica, biasanya bilateral, dimulai pada usia pre-pubertas dan berakhir 5-10 tahun.
2. Kriteria Diagnosa : Berdasarkan gejala dan tanda klinis.
Terdapat 2 bentuk klinis :
1. Bentuk palpebra :
Terutama mengenai conjunctiva tharsalis superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar (coble stone) yang diliputi sekret yang
mucoid. Giant papil ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak (polygonal),
permukaan rata dengan kapiler ditengahnya.
2. Bentuk Limbus
Terutama mengenai daerah limbus berupa penonjolan berwarna abu-abu seperti
lilin. Sering terdapat micropannus pada kedua bentuk diatas. Epithelial keratitis
sering terjadi.
3. Diferensial Diagnosa : - conjunctivitis allergica yang lain. – keratitis.
4. Pemeriksaan penunjang : pada pemeriksaan sekret conjunctiva banyak
didapati eosinophile.
5. Konsultasi : Tidak perlu.
6. Perawatan rumah sakit : Tidak perlu.
7. Terapi : - sembuh sendiri tanpa diobati. – dianjurkan
pada penderita untuk pindah tempat tinggal dan bergantu suasana iklim
8. Standard rumah sakit : dapat ditangani semua rumah sakit.
9. Penyulit : keratitis.
10. Inform Consent : perlu kalau dilakukan tindakan operasi.
11. Standard Tenaga : dokter umum. Pada kasus berat pada spesialis mata.
12. Lama Perawatan : tidak perlu dirawat.
13. Masa pemulihan : - biasanya hilang pada usua diatas 20 tahun. – hilang
pada iklim dingin.
14. Output : biasanya baik.
15. Patologi Anatomi : Tidak perlu.
16. Autopsi : Tidak perlu.
16. Conjunctivitis Atopi

Definisi : peradangan conjunctiva berdasarkan respon imunologik bila terdapat kontak


dengan suatu zat yang biasanya untuk kebanyakan orang tidak berbahaya.
Penderita penyakit ini juga mempunyai stigmata atopi lainnya seperti
dermatitis asma bronchial dan dalam keluarganya terdapat riwayat alergi 
kekambuhan sering pada musim hujan.

Gejala subjective :

a. Mata perih terasa panas.


b. Foto phobia.
c. Mata merah.

Gejala objective :

a. Mata merah dan pinggir palpebra merah.


b. Kulit palpebra kering dengan dekuamasi.
c. Conjunctiva palpebra inferior terutama terdapat papil-papil halus terkadang didapatkan
papil-papil yang besar.
d. Conjunctiva pucat (milky appearance).
e. Setelah mengalami kekambuhan beberapa kali, dikornea terdapat keratitis superficial
disertai dengan neovascularisasi.
Pada kasus yang hebat seluruh kornea dapat menjadi keruh dan penuh dengan
pembuluh darah sehinngga penglihatan terganggu.
f. Pemeriksaan histopatologik dari kerokan conjunctiva menunjukan banyak sel
eosinofil.
Pengobatan

1. Pemberian corticosteroid lokal juga antibiotika.


2. Pemeliharaan kelopak mata secara teratur.
3. Menghindari alergennya kalau diketahui macam alergennya.

 Pada kasus yang hebat sehingga timbul penyulit berupa kerusakan di kornea
disusul pembentukan jaringan sikatriks yang tebal dapat dilakukan keratoplasti
untuik memperbaiki visusnya.

Dapat diberikan obat-obatan :

 Steroid topikal dan syatemis.


 Natrium propionat/carbonat.
 Vasocontrictor topikal.
 Disodium chromocglicate untuk prophylactis.
Convers : tiap ml obat tetes mata terdiri dari Na kromoglikat 20 mg.
Dosis : 4-6x 1-2 tetes pada setiap mata yang sakit.
 Kompres dingin.
 Cyclosporin 1% topikal drop  sandimmun dapat diberikan pada kasus-kasus yang
tidak responsif dengan pengobatan diatas.

- Operatif ----Giant papil docoagulasi cryo CO2 atau dengan excisi.


 Anti histamin tidak efektif.
17. Inclusion Conjungtivitis

Etiologi : Chlamydia Oculogenital

Secara klinis dibedakan 2 bentuk

1. Bentuk neonatum : Inclusion Blenerrhoe (Neonatal inclusion Conjunc).


2. Bentuk dewasa : Inclusion Conjungtivitis Swimming Pool Conjungtivitis

a. Inclusion Blenorrhoe
Merupakan conjungtivitis purulen non gonore. Biasanya timbul 2 minggu (5-10 hari)
setelah lahir dan mengenai kedua mata. Penularan pada bayi yang baru lahir secara
langsung melalui jalan lahir dari sekret serviks  harus dibedaka dengan Conjungtivitis
Gonore melalui pemeriksaan sekret.

Gambaran Klinik :
- Palpebra bengkak, Bleprospasme
- Conjungtivitis palpebra : mungkin ada pseudomembran, hiperemis, banyak folikel
terutama di conjungtiva palpebra inferior.
- Conjungtiva bulbi : injeksi conjungtiva hebat, mudah berdarah
- Kornea : biasanya tidak terdapat kelainan, hanya kadang-kadang terdapat keratitis
superfisial
- Sekret pururulent, kuning, banyak.
Pengobatan
- Topikal : Sulfacetamide 10% atau Tetracycline 1% diberikan 4x sehari selama 3
minggu.
- Oral lebih baik eritromisin.

b. Inclusion Conjungtivitis
Infeksi sering didapatkan dari kolam renang. Mungkin diantara orang yang berenang ada
yang menderita uretritis atau servisitis akibat Klamydia Oculogenital. Dapat juga karena
kontak langsung dengan alat genital. Dapat disertai dengan uretritis atau servisitis  bila
tidak diobati dapat berlangsung berbulan sampai 1 tahun.

Gambaran Klinik
- Palpebra bengkak sedikit
- Conjungtiva palpebra hiperemi, banyak folikel terutama di conjungtiva palpebra
inferior, mungkin terdapat pseudomembran
- Conjungtiva bulbi : tidak begitu hiperemis
- Kornea biasanya tidak terdapat kelainan, mungkin terdapat keratitis superfisial
dengan neovaskularisasi superfisial dapat mengenai satu atau dua mata
- Kelenjar pre aurikular kadang-kadang membesar, rabaan keras, mudah digerakan dari
biasanya dan tidak sakit.

Gejala subjektive
Mata merah, fotopobia, lakrimasi

Pengobatan
- Obat mata antibiotik misal Tetracycline dan Eritromisin atau Sulfasetamude 10%
- Antibiotika atau Sulfa secara sistemik, misal Tetracycline 4x250 mg selama 21 hari.

Pengobatan spesifik untuk kedua jenis Inclusion Conjungtivitis ini tidak ada. Prebiotik
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder dan dapat memperpendek lama penyakit
menjadi 1-2 minggu.
18. Trachoma
Thracoma merupakan penyakit menular, dimana penularannya disebabkan kontak
langsung dengan sekret penderita atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti
sapu tangan, handuk, alat kecantikan dsb. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab
kebutaan disamping Avitaminosis A dan Gonore.

Definisi
Conjungtivitis menahun yang disertai dengan hipertrofi papiler, infiltrasi sel-sel darah
putih dalam conjungtiva yang menyebabkan timbulnya frepolikel, folikel dengan infiltrat
dan neovaskularisasi di kornea.

Gejala Objektive
Yang diutamakan untuk mendirikan diagnosa trakoma adalah pemeriksaan
- Conjungtiva palpebra superior dimana terlihat prefolikel, sikatriks.
- Conjungtiva Forniks Superior dapat terlihat folikel, sikatriks
- Kornea 1/3 bagian atas dimana dapat terlihat infiltrat neovascularisasi, folikel,
herbert’s pita.

Prefolikel  bercak bulat, kecil, menonjol, jernih di konjungtiva tarsalis superioe dan
merupakan kumpulan limfosit di sel plasma yang letaknya subepitel.
Folikel  benjolan yang jernih, lebih besar dari prefolikel kadang-kadang ada pembuluh
darah diatasnya yang merupakan kumpulan sel limfosit dan sel plasma
disertai hekrose subepitel.

Nama penyakit/diagnosis : Thracoma, adalah conjungtivitis Follicular Chronic yang


disebabkan oleh Chlamydia Thracomatis.
Kriteria Diagnosa : Berdasarkan gejala klinis dan laboratorium.
Gejala Klinis
- Gejala Subjektive : photopobhia, mata gatal, mata berair.
- Gejala Objektive : menurut klasifikasi Mac Callan terdiri atas 4 stadium yaitu :
 Stadium insipien
 Stadium estabish
 Stadium parut
 Stadium sembuh

 Stadium Insipien
Terdapat hipertrofi papil dengan folikel kecil-kecil di conjungtiva superior.
Penebala dan congesti pembuluh darah conjungtiva. Sekret sedikit jernih bila tidak
ada infeksi sekunder. Jarag ada kelainan cornea.
 Stadium Estabish
Hipertrofi papil dan folikel besar dan matang pada conjungtiva tharsals superios.
Ditemui pannus thracoma yang jelas. Hipertrofi papil mengalahkan gambaran
foikel. Pannus  pembuluh diantara ephitel dan membran bowman biasanya
terdapat di daerah limbus atas.
 Stadium Parut
Terdaoat parut pada conjungtiva tharsalis superior yang terlihat sebagai garis putih
halus sejajar margo palpebrae. Dapat ditemukan lekukan (Herbert’s Pita)
berkurang.
 Stadium sembuh
Terbentuk parut yang sempurna sehingga perubahan bentuk pada taraus sehingga
dapat terjadi entropion dan trichiasis.
Laboratorium : pengecatan pada kerokan konjungtiva didapati PMN, Plasma vell,
Reber cell, inclusion body pada cytoplasma sel-sel conjungtiva.
Perbedaan
Folikel trakoma Folikel Non-Takoma
Mudah pecah Tidak mudah pecah
Kalau pecah timbul Sikatriks Tidak menimbulkan sikatriks
Terutama terdaat di conjungtiva forniks Terutama terdapat di conjungtiva forniks
superior inferior
Sama besar seperti butiran salju Tidak sama besar

Gejala Subjektive
Yang dirasakan oleh pendetia terkadang hanya gatal-gatal dimata dan banyak kotoran.
Sehingga adanya trakoma seringkali diketahui secara kebetulan.

Diagnosa Trakoma
Diagnosa trakoma dapat ditegakkan bila terdaoat 2 dari 4 gejala khas sebagai berikut.
- Adanya prefolikel di cpnjungtiva tarsalis superior
- Folikel di conjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 bagian atas.
- Pannus aktive (terdiri dari infiltrat dan neovaskularisasi) di 1/3 bagian atas limbus kornea
- Sikatriks berupa bintang, garis-garis (Line of artle) di conjungtiva palpebra superior,
herbert/s pita di limbus kornea 1/3 bagian atas.

Diagnosadapat dibantu oleh terdapat 1 gejala klinis ditambah dengan pemeriksaan kerokan
conjungtiva dimana didapatkan badan inklusi.

Diferensial Diagnosis
- Inclusioan Conjungtivitis
- Paittachasis
- Lymphogranuloma venerum
- Conjungtivitis

Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratorium


Konsultasi : Tidak perlu
Perawatan rumah sakit : Perlu pada keadaan dengan komplikasi
Terapi :
- Tetracyclin salepmata 2-4 kali sehari. Paling sedikit 3 bulan.
- Tetracyclin/ Eritromycin 4x250 mg 3 minggu
Pencegahan : vaksinasi, makanan bergizi, hygiene yang baik, mencegah
kontak langsung maupun tidak langsung.
Standard Rumah Sakit : Semua rumah sakit dapat melakukan tindakan.
Penyulit :
- Entropion
- Trichiasis
- Symblepharon
- Kekeruhan kornea
- Kerosis/ Keratitis sika
Inform consent : Perlu pada tindakan operatif

19. Dakrioadenitis Akuta Kronika


Definisi
Peradangan dari Glondula Lacrimalis, yang akut didapat pada anak-anak disebabka oleh virus
influenza, bakteri plagen

Gambaran Klinik
Daerah glandula lakrimalis bengkak disertai dengan merah, sekret dan suhu badan yang
tinggi, pembengkakan ini dapat menjadi abses atau diabrorbsi total.

Pengobatan
- Antibiotik lokal dan sistemik baik peroral maupun parenteral
- Pemberian analgetik, sedatif, antipiretik

Pada yang kronis tidak terdaoat gejala-gejala radang akut terjadi perlahan-lahan
disebabkan oleh TBC, Sarkoidosis. Bila disertai uveitis disebut Heerfordt’s disease.
20. Hiposekresi Glandula Lakrimalis
Etiologi
- Proses senilitas pada orag tua
- Eksterpasi glandula lakrimalis
- Pembentukan sikatriks diconjungtiva forniks superior misalnya pada trakoma
- Keratokonjunctivitis sika disertai dengan hiposekresi kelenjar ludah dan artritis yang
disebabkan kelainan hormon.
- Defisiensi vitamin A.

Akibatnya
- Permukaan kornea menjadi tidak rata sehingga bayangan diretina terganggu dan daya
penglihatan menurun
- Kekeringan mata  kerusakan korne. Dapat disertai keratitis fikamentosa dimana pada
tempat di kornea yang rusak timbul kekeruhan bergaris-garis seperti pita.
- Bila kekeruhan hebat dapat menyeluruh di kornea dan dangan sendirinya menyebabkan
penurunan visus yang hebat.

Gambaran Klinik
- Mata terasa kering
- Fotofobia
- Penglihatan kerang disertai sekret yang mukous.
Pengobatan
- Penetesan air mata buatan atau cairan garam fisiologis bila perlu
- Pembesaran tablet vitamin A atau sebagai suntikan disertai dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin A
- Bila perlu pungtum lakrimal ditutup dengan diatermi supaya air mata yang sedikit ini
dapat mencukupi kebutuhan.

Contoh obat suplemen vitamin A


- Acevit Oxapas : Tiap kapet ada Betakaroten 10.000 IU. Vitamin C 500 mg dan
vitamin E 100 IU.
Dosis : 1x1 kaplet
- Amaropo, Antion, Nicaro : Tiap kapsul terdapat Betakaroten 6 mg, vitamin C 100 mg,
vitamin E 25 mg.
Dosis : 1-2x1 kapsul sehari
- Viceten : Tiap kaplet terdapat Betakaroten (Provitamin A) 10.000 IU, vitamin
C 250 mg, dan Vitamin E 120mg.
Dosis : 1x1 kaplet diminum pada saat makan.

21. Dakriosistisis akut

 Definisi
Peradangan akut purulen dari saccus lakrimalis dan daerah sekitarnya.
 Gambaran klinik
- Kulit pada daerah saccus lakrimalis bengkak, merah, kadang-kadang kecoklatan,
juga mengenai conjungtiva yang berdekatan  terasa sangat sakit.
- Suhu tubuh dapat naik disertai pengaruh umum yang terdapat pada peradangan
akut.
- Lama-lama pada kulit di daerah sakus lakrimalis timbul warna kekuning-
kuningan tanda terbentuknya abses  bila abses pecah, tanda radang akut reda
dan terbentuk fustul. Selama fustul terbuka penderita terhindar dari serangan akut
 Pengobatan
- Bila abses belum terbentuk
a. Tekan saccus lakrimalis untuk mengeluarkan secret melalui pungtum
lakrimalis
b. Pembersihan atau pencucian mata dengan bon water beberapa kali sehari
c. Pemberian antibiotic broad spectrum secara local dan sistemik

Bila hal tersebut tidak menolong misal karena sakit bila di lakukan pemijatan
kompres hangat untuk mempercepat timbulnya abses.

- Bila abses telah terbentuk


Insisi abses dengan memotongnya kebawah nasal, keluarkan isinya dan beri
tampon yang harus diganti setiap hari sampai tanda-tanda radang hilang.
Bila fustulnya telah berubah dengan spontan  lakukan probed dan tes onel
untuk memperbaiki permaebilitas dari ductus lakrimalis.

22. Dakriosistisis kronik

 Definisi
Peradangan menahun dari saccus lacrimalis akibat adanya sumbatan di ductus
nasolacrimalis dapat terjadi congenital maupun akut.
 Gambaran klinik
- Epitora (banyak air mata akibat obstruksi parase)
- Pembengkakan sacus lacrimalis (mukokel)  penekanan pada daerah ini akan
menyebabkan keluarnya secret cair kuning kehijauan dari pungtum lakrimalis.
 Penyebab Obstruksi Ductus Lacrimalis
a. Yang congenital akibat adanya membrane yang menutupi meatus nasi inferior
b. Yang akut disebabkan
1. Peradangan menahun dari hidung
2. Radang atau ulkus akibat TBC
3. Sering juga ideopatik
 Penumpukan air mata di saccus lacrimalis seper disusul dengan infeksi akibat
pengotoran dengan kuman-kuman yang berasal dari conjungtiva seperti
streptokokkus, stafilokokkus, dan pneumotorak
 Pengobatan
1. Atasi causa obstruksi duktus lakrimalis
2. Lakukan pemijatan pada sakus lakrimalis untuk mengeluarkan isi mukokel
melalui pungtum lakrimalis
3. Disusul dengan pencucuian mata dengan boor water beberapa kali sehari
4. Antibiotic board spectrum local dan sistemik
5. Bila tidak menolong  lakukan tes onel dan probing
23. Obstruksi Arteri Retina Sentral

 Definisi
Jarang di jumpai, biasanya terjadi pada usia >50 tahun
 Gejala Subjektif
Secara tiba-tiba mata menjadi buta bahkan tidak ada persefsi cahaya sama sekali
 Gejala Objektif
Pada pemeriksaan funduskopi tampak tanda-tanda karakteristik. Dalam beberapa jam
fundus tampak kelabu atau seperti susu, yang paling hebat didapat dekat pupil dan
macula kemudian berkurang kearah perifer. Di daerah macula oleh karena retina tipis,
edema didaerah ini tidak banyak sehingga bayangan koroid tampak dan terlihat
sebagai bentuk basah yang disebut artery red spot.
 Etiologi
1. Thrombus pars arterioskelrosis
2. Embolus yang berasal dari penyakit jantung
3. Spasme temporer dari dinding arteri
4. Kelambatan aliran pembuluh darah seperti pada peningkatan tensi intraocular,
stenosis aorta.
 Pengobatan
 Biasanya tidak memuaskan karena pada umumnya dating agak terlambat.
1. Pasien ditidurkan datar
2. Pijat bola mata secara lembut selama 15 menit sehingga bola mata menjadi
lembut, tekan intraokuli menurun dan arterinya mengambang lagi
3. Parasentesis eoa
4. Injeksi vasodilator misalnya paperin secara retrotubular atau sistemik
5. Asetazamid 500 mg IV atau 2 tablet 250 mg sekaligus dan aspirin
6. Berikan cortisin untuk udemnya
7. Obat neurotropik.

24. Obstruksi Vena Retina Sentral

 Gejala Subjektifnya
Timbul penurunan tajam pengelihatan sentral ataupun perifer yang berlangsung
perlahan (beberapa jam) yang dapat memburuk sampai hanya tinggal pengelihatan
cahaya.

 Penatalaksanaan
1. Menurut penyebabnya
2. Pemeberian antikoagulasi bila perlu
3. Fotokoagulasi dari neovaskularisasi
4. Istirahat
5. Obat neurotrofik
6. Bila terdapat glukoma yang menimbulkan rasa sakit yang sangat gruklasi bulbi.

25. Ablasio Retina

 Definisi
Kelainan retina dimana lapisan kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel
pigmen.
 Gejala subjektif
1. Metamortofsi berupa makrofsia dan mikropsia
2. Fotopsi yaitu melihat adanya kilatan-kilatan cahaya beberapa hari s/d beberapa
minggu sebelumnya.
3. Penderita seolah-olah melihat melihat sesuatu tirai yang bergerak kesuatu arah
akibat darah ablasi yang bergerak mencapai tempat yang rendah. Lambat laun
tirai makin turun dan menutupi sama sekali matanya karena terdapat ablasio
retina total sehinggapersefsi cahay menjadi nol.
 Pengobatan
Operasi.
29. ULKUS KATARAL SIMPLEKS

Biasanya mengikuti konjungtivitis katarak akut atau kronis.

Gambaran klinis :

1. Tanda-tanda konjungtivitis
2. Ulkus kornea yang kecil-kecil terletak dipinggir (marginal), biasanya multiple. Bila
tidak ada infeksi sekuknder ulkus tetap superfisial.
3. Pada pemeriksaan mikroskopis tidak ada bakteri maka diduga sebagai akibat reaksi
alergi.

Pengobatan :

1. Sulfat atropin
2. Antibiotik atau sulfat lokal dan sistemik
3. Mengingat kemungkinan akibat alergi, dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid
secara hati-hati dengan kemungkina infeksi oleh fungi atau kuman lain
4. Bila tidak sembuh, pertimbangakan flap conjungtiva

30. ULKUS KUM HIPOPION (ULKUS SERPEN AKUT)

Etiologi :

1. Virus
2. Pneumokokus (yang terbanyak)
3. Eschericia coli
4. Staphylococcus aureus
5. Streptococcus non haemoliticus
6. Fungus
7. Moraxella
8. Bacteria Friedlander

Patogenesa :

Biasanya dimulai dengan trauma kecil dari epitel kornea seperti tergores oleh pensil atau
terkena debu yang kemudian disusul dengan infeksi sekunder oleh kuman-kuman. Pada
tempat trauma di kornea timbul infiltrat karena pengumpulan dari wandering cell disertai
injeksi perikornea (ciliar) dan injeksi konjungtiva. Infiltrat ini cepat membesar dan ulkusnya
menjalar ke arah permukaan dan ke dalam dan perjalanannya dari sentral ke perifer. Karena
sifatnya yang menjalar ini disebut ulkus serpens akut. Bisa disertai pembentukan hipopion
yang berarti khas untuk pneumokokus, pseudomonas dan fungus karena toksin dari kornea,
melalui membran descement dan endotel masuk COA menyebabkan iritis dan iridoksiklitis.
Jadi hipopion ini steril sehingga oleh karena itu pada stadium ini terdapat pola tanda tanda
iridosiklitik.

Gambaran klinik :

1. Nyeri disertai pembengkakan dari palpebra


2. Palpebra bengkak, injeksi perikornea, keratik presipitat, pupil miosis dan irreguler,
iris yang membengkak sehingga sebaran corak bergarisnya tidak nyata yang
merupakan tanda iridosiklitis
3. Adanya hipopion dapat menyebabkan glaukoma maka ukur tekanan intra okuli
4. Bila ulkus sudah mendalam, tetapi membran descement belum rusak maka akan
timbul descementocele yang terlihat sebagai gelembung yang transparan akibat
tekanan intra okuli.
5. Bila membran descement ikut rusak maka akan terjadi perforasi dan dapat diikuti
dengan peradangan dari jaringan mata yang lebih dalam (endoftalmitis) peradangan
seluruh jaringan mata (panoftalmitis) dan berakhir dengan phtisis bulbi.
6. Ulkus serpens akut yang disebabkan oleh pseudomonas mula-mula kecil letaknya
sentral dapat meluas dan sering menimbulkan perforasi seta kehilangan mata dalam
waktu 48 jam (tanda patognomonis untuk pseudomonas pada fluoresin test,
terjadi pembentukan pigmen yang berwarna biru kehijauan)
7. Ulkus oleh pneumokokus biasanya didahului oleh trauma kornea dan juga cepat
menimbulkan perforasi
8. Ulkus oleh jamur meningkat frekuensinya akibat bertambahnya pemakaian antibiotika
dan cortikosteroid
9. Ulkus serpens akut oleh moraxella agak jarang menimbulkan perforasi kornea

Gambaran klinik dari keratomukosis :

1. Ulkusnya nyata-nyata bercabang-cabang, ditengahnya ada tonjolan


2. Di dalam stroma terdapat gambaran satelit
3. Di dapat endotelium plaque, lipatan descement dan hipopion
4. Pada pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kornea dengan KOH 10% didapatkan
hifa
5. Ulkus oleh fungus berwarna abu-abu, progresif tapi lambat

Pengobatan

1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap kuman yang didapatkan dari kerokan


pinggir ulkus dengan hapusan langsung atau dengan biakan disertai tes resistensi
supaya pengobatan dapat tepat guna
a. Pneumokokus (streptomisin, penisilin, tetrasiklin)
b. Pseudomonas (polimiksin B)
c. Moraxella (kloramfenikol)
d. Fungus (mikostatin, amfoterisin B, Nistatin, jangan koertikosteroid)
e. Friedlender (streptomisin, sulfa)
2. Pemberian sulfat atropin (maka mata ditutup ketat)
3. Analgetik dan sedatin
4. Reboransia yang mengandung vitamin A, B kompleks dan vitamin C.

Bila tidak sembuh dapat dilakukan :

1. Kauterisasi kimka misalnya dengan yodium tincture 5%


2. Parasintesis
3. Terapi seri demam
4. Membuat flap conjunctiva

31. PTERYGIUM

1. Nama penyakit/diagnosis :PTERYGIUM


Adalah penebalan lipatan conjunctiva bulbi yang
terbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darh.
Puncaknya terletak di kornea dan dasarnya ke bagian
perifer. Terletak biasanya dicelah kelopak mata pada
conjunctiva bulbi, terutama disebelah nasal dan sering
meluas ke daerah pupil. Keadaan ini sering mengikuti
suatu Pinguecula atau oleh iritasi debu, cahaya
matahari, angin.

2. Kriteria diagnosa : Berdasarkan gejala dan tanda klinis.Gejala :


 Dapat terjadi kemunduran visus akibat astimat
kornea
 Dapat meluas sampai melewati optic zone
 Pterygium dapat berhenti pertumbuhannya
dengan tanda pucat dan tipis tetapi tidak pernah
hilang sama sekali

3. Diferensial diagnosa : Pinguecula

4. Pemeriksaan penunjang : Tidak perlu

5. Konsultasi : Tidak perlu

6. Perawatan rumah sakit : Tidak perlu

7. T e r a p i : tidak ada yang spesifik. Operasi dilakukan bila :


 Progresif
 Gangguan pada visus
 Iritasi berulang
 Bersamaan dengan operasi besar
 Keluham kosmetik

8. Standar rumah sakit : - Dapat ditangani semua rumah sakit,


- Dalam hal operasi rumah sakit tertentu

9. Penyulit : Gangguan visus daan pergerakan bola mata

10. Inform consent : perlu bila operasi

11. Standard tenaga : Dokter spesialis mata

12. Lama perawatan : Tidak perlu perawatan

13. Masa pemulihan : Tergantung tindakan operasi (7 hari)

14. Output : Baik

15. Patologi anatomi : Tidak Perlu

16. Autopsi : Tidak Perlu

Teknik operasi untuk Mc. Reynold untuk Pterygium

Puncak Pterygium di kornea dilepaskan dari dasarnya, bagian yang lain dilepaskan dari
conjunctiva bulbi. Bekasnya di kornea dan sklera di bersihkan dan dilakukan
elektrokauteresasi untuk menghindarkan perdarahan (obliterasi pembuluh darah) dan untuk
mencegah timbulnya kekambuhan. Bila membran ini terlalu tebal atau panjang, dapat di
gunting sebagian untuk kemudian disisipkan di bawah conjunctiva bulbi sebelah bawah
maksudnya bila terjadi kekambuhan agar tidak masuk ke cornea.

32. PINGUEKULA

Definisi :

Bercak kekuningan yang menonjol terletak pada bagian temporal atau nasal (biasanya di
bagian nasal ditempat mana conjunctiva banyak berhubungan dengan debu) disebabkan
pembentukan jaringan elastis kuning dengan hialin oleh karena rangsangan yang lama oleh
debh dan angin, terutama di dapat pada orang dewasa berumur kurang lebih 20 tahun.
Merupakan awal dari suatu pterygium. Bila meradang disebut pinguekukitis.

Pengobatan :

Bila kosmetik tidak mengganggu dibiarkan saja, bila mengganggu di eksisi.


33. Pseudopterigium

Definisi: merupakan perlekatan konjungtiva bulbi kepada cornea akibat adanya ulkus di cornea yang
menahun sebagai reaksi tubuh untuk mempercepat penyembuhan
→ didapatkan misalnya pada cornea, difteri, luka bakar dan sebagainya yang mengenai cornea

Perbedaan

Pterisium Pseudopterigium
Conjunctiva pada daerah nasal 1. Lokasi Daerah conjunctiva bulbi yang
atau temporal dan corne terdekat dengan proses cornea
sebelumnya (ulcus cornea)
Tidak dapat masuk dibawahnya, 2. Sonde Dapat masuk dibawahnya dan
bila conjunctiva dilepaskan dari bila conjuctiva dilepaskan dari
cornea tidak kembali pada cornea akan kembali keasalnya
keaadaan normal
Dari pinguekula 3. Asal Adanya kelainan pada cornea

Teknik Operasi Mc. Reynold untuk Pterigium


Puncak pterigium di corne dilepaskan dari dasarnya, bagian yang lain dilepaskan dari conjuctiva bulbi
Bekasnya di cornea dan sklera dibersihkan dan dilakukan elektrokauteterisasi untuk menghindarkan
perdarahan (obliterasi pembuluh darah) dan untuk mencegah timbulnya kekambuhan. Bila membran
ini terlalu tebal atau panjang, dapat diguntung sebagian untuk kemudian disisipkan di bawah
conjuctiva bulbi sebelah bawah maksudnya bila terjadi kekambuhan agar tidak masuk ke cornea.
34. Eksoftalmus Goiter

Definisi: Eksoftalmus yang berhubungan dengan glandula aktivitas glandula tiroid yang berlebihan

Tanda spesifik
1. Von Graef’s Sign → Palpebra superior tidak dapat mengikuti gerak bola mata, bila penderita
melihat kebawah palpebra superior tertinggal dalam perberakannya.
2. Dalrymple’s Sign → Sangat melebarnya fisura palpebra sehingga mata menjadi melotot
3. Stellwag Sing → frekuensi kedipan berkurang dan tidak teratas
4. Mobia’s Sign → Kekuatan konvergensi menurun
5. Giffard’s Sign → Timbulnya kesukaran untuk mengangkat palpebra superior oleh karena menjadi
kaku
6. Eksoftalmus binokuler

Pengobatan
1. Pengobatan terhadap hipetiroidisme (causal)
a. Obat anti tiroid
obat anti tiroid yang sering digunakan
Obat Dosis Awal (mg/hari) Dosis Pemeliharaan (mg/hari)
1. Karbimazol 30 – 60 5 – 20
2. Metimazol 30 – 60 5 – 20
3. PTU 300 – 600 50 – 200

Umumnya OAT digunakan dengan dosis besar pada permulaan dengan dosis awal disesuaikan dengan
berat ringannya hipertiroidisme sampai eutiroidisme tercapai kemudian diberikan dosis rendah
(maintanance) untuk mempertahankan keadaan eutiroidisme. Perbaikan gejala biasanya tercapai
dalam 3 minggu dan eutiroidisme tercapai dalam 6 – 8 minggu. Selama pengobatan dengan OAT
keadaan metabolik pasien dipantau tiap bulan selama 3 – 4 bulan pertama selanjutnya setiap 3 – 4
bulan yaitu pemeriksaan Free T4
→ Lamanya pebgobatan umumnya 18 – 24 bulan

b. Pengobatan tambahan
Propanolol dosis : 40 – 200 mg/hari dibagi 4 dosis
Pada usia lanjut : 4 x 10 mg/hari
→ berfungsi untuk mengurangi gejala palpitasi, tremor, berkeringat banyak, dan gelisah serta dapat
menurunkan kadar T3 dalam serum

2. Tarsorafi untuk melindungi cornea serta pengobatan terhadap kelainan cornea bila ada

35. Erosi Cornea yang Hilang Timbul

Gambaran Klinis
1. Penderita biasanya terbangun tengah malam oleh karena rasa sakit pada matanya yang terus
menerus disertai dengan mata merah dan fotofobia
2. Pada anamnesa mungkin / ternyata ada trauma cornea yang mungkin terjadi beberapa waktu yang
lain (lalu) yang tidak sempurna pengobatannya.
3. Pada tes fluoresin terlihat warna hijau pada tempat erosi dan biasanya kecil, tampak dibagian
bawah cornea. Tidak terdapat kuman di dalamnya
→ Rasa sakit disebabkan kekeringan mata pada waktu malam sehingga palpebra menempel pada
cornea. Kalau penderita membuka matanya, epitel cornea terlepas pada tempat trauma terdahulu.
Diaman penyembuhannya tidak sempurna.

Pengobatan
1. Pemberian anastesi lokal denga pantocain (tetracain) 0,5 – 1% untuk menghilangkan rasa sakit
2. Pemberian salep antibiotika, kemudian mata ditutup dengan kencang. Mata yang lain sebaiknya
ditutup juga supaya mata yang sakit betul-betul istirahat
→ Penderita istirahat di tempat tidur selama 24 jam. Biasanya sembuh dalam 24 – 48 jam

36. Pengobatan Ulkus Pada Umumnya

1. Pengobatan Konstitusi

a. Memperbaiki keadaan umum dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang
sehat dan pemberian Robovantia yang mengandung vitamin A, B kompleks dan vitamin C.

b. Untuk ulkus-ulkus yang disebabkan kuman virulen yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa
dapat dilakukan terapi seri demam yaitu dengan memberikan vaksin tifoid atau 10 cc susu steril yang
disuntikkan secara intravena sehingga diharapkan suhu badan akan naik dan diharapkan akan
meningkatkan antibodi dalam badan dan luka menjadi lekas sembuh.
→ Suhu jangan sampai 40oC. Setelah suhu mencapai 39-39,5oC segera beri antipiretik dan kompres
dingin.

2. Pengobatan terhadap Keadaan Lokal

a. Sulfas atropin tetes mata 0,5 % diberika 3 kali 1 tetes per hari
→ Duration of action 1-2 minggu
Efek kerja sulfas atropin
1. Sedative menghilangkan rasa sakit
2. Decongestive menurunkan tanda radang
3. Menyebabkan paralise dari m. Siliaris dan m. Konstriktor pipil sehingga mata dalam keadaan
istirahat karena tidak mempunyai daya akomodasi otot karena terjadi kelumpuhan m. Siliaris.
Sedangkan lumpuhnya m. Konstriktor pupil menyebabkan midriasis sehingga sinechia posterior
(perlengketan iris dengan lensa) yang telah ada dapat dilepaskan dan dicegah sinechia posterior yang
baru.
b. Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberikan tetes mata Pantocain (tetrakaina 0,5% dan 2%) →
tidak bole terlalu sering.

c. Antibiotika spektrum luas atau sesuai dengan penyebabnya dalam bentuk tetes mata atau suntikan
subconjunctiva (salep menghambat epitelisasi) → corticosteroid → kontraindikasi

d. Mata harus ditutupi dengan kasa steril untuk menurunkan rangsangn dan memberikan kehangatan
dengan harapan luka cepat sembuh kecuali bila terdapat pembentukan sekret yang banyak → jangan
dibalut.

Fungal Keratitis

1. Nama Penyakit/Diagnosis : Fungal Keratitis → adalah ulcus cornea yang disebabkan oleh
jamur, banyak terdapat pada petani. Sekarang banyak juga terdapat pada orang kota karena sering
memakai corticosteroid pada bidang opthalmology dan contact lens.

2. Kriteria Diagnosis : Berdasarkan gejala klinis → ulcus berbentuk indolent. Infiltrat abu
abu, sering ada hypopyon, inflamasi yang hebat pada mata. Ulcus yang superficial dan satelite
lessions atau Phenomenome biasanya menginfiltrasi cornea jauh dari daerah ulcus. Didapat
endothelial plague yang irreguler (penetrasi hyphae) dengan reaksi COA yang hebat dan dapat terjadi
corneal abses.

3. Diferensial Diagnosa : Ulcus cornea

4. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium dengan menggunakan jamur penyebab seperti :

- Candida

- Fussarium

- Aspergilus

- Penisillium

- Chepalosphorium

5. Konsultasi : Tidak perlu

6. Perawatan Rumah Sakit : Tergantung beratnya penyakit

7. Terapi : - Natamycin

- Amphothericin B

- Miconacole

8. Standar Rumah Sakit : Rumah sakit mata

9. Penyulit : Macula, leucoma sampai dengan endopthalmitis

10. Inform Consent : Perlu kalau ada tindakan operasi

11. Standar Tenaga : Dokter spesialis mata


12. Lama perawatan : Mingguan sampai bulanan

13. Masa pemulihan : Bulanan

14. Output : Kalau berat kurang baik

15. Patologi Anatomi : Tidak perlu

16. Autopsi : Tidak perlu

Bila hendak memberikan kompres hangat untuk mempercepat penyembuhan maka harus dilakukan
dengan hati-hati karena kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

Untuk menghindarkan penjalaran ulkus dapat dilakukan

1. Kauterisasi kimia, termos dan elektris misal dengan yodium tineture 5%

2. Pengerokan (scraping) epitel yang sakit dengan spatel

Parasintesis dilakukan bila pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan dengan
maksud mengganti cairan CoA yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi
dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan Flap Conjuctiva dapat dilakukan dengan
tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus, untuk mempercepat penyembuhan yang dapat
dilepas kembali bila luka telah sembuh.

Bila seseorang dengan ulkus cornea mengalami perforasi spontan maka :

Penatalaksanaan : 1. Berikan sulfas atropin

2. Obat mata antibiotika

3. Balut yang kuat

Segera masuk tempat tidur dan jangan melakukan gerakan-gerakan

Bila perforasinya disertai dengan prolaps iris dan terjadinya baru saja maka padanya dilakukan :

1. Budektomi dari iris yang prolaps

2. Iris reposisi

3. Kornea dijahit dan ditutup dengan Flap Conjuctiva

4. Beri sulfar atropin, antibiotika → balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama maka diobati seperti ulkus biasa
tetapi prolaps iris dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi Leukoma Aderens (terbentuk parut
tebal pada cornea yang perforasi dengan iris tetap melekat dibawahnya). Serta pemberian antibiotika
sistemik

ULKUS CORNEA

1. Nama Penyakit atau Diagnosis :

Ulcus Cornea adalah infeksi cornea dengan adanya infiltrasi dan hilangnya substansi cornea.
2. Kriteria Diagnosa :

- Berdasarkan gejala dan tanda klinis

- Laboratoris

Gejala: Ulkus cornea pada stadium aktif/progresif

- Lacrimation/banyak air mata


- Photophobia
- Blepharospasme
- Pain

Tanda Klinis :

- Visus menurun terutama kalau ulcus letaknya sentral


- Terdapat infiltrasi dengan lesi epitel diatasnya
- Ciliary Injection
- Kalau terjadi Iridocyclitis bisa terdapat : * Keratic Precipitate
* Hypopyon

- Pannus

Laboratorium : Ditemukan penyebab ulcus seperti :

- Bakteri : * Pneumococcus
* Staphylococcus aureus, Epidermidis
* Streptococcus alfa Hemoliticus
* Nocardia
* Mycobacterium fortuitum
* Klebsiella pneumonie

- Virus : * Herpes simplex virus


* Varicella zooster virus
* Adeno virus

- Fungi : * Candida
* Fussarium
* Aspergillus
* Penicillum
* Chepallosporium

- Auto immuns

- Amoeba

3. Diferensial Diagnosa : Laceratie Cornea

4. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium


- Apusan langsung untuk mengetahui jenis kuman dengan
pengecatan gram
- Biakan kuman untuk identifikasi kuman

5. Konsultasi : Tidak perlu

6. Perawatan Rumah Sakit : Perlu

7. Terapi : Tergantung Penyakit


a. Mengatasi infeksi
- Beri antibiotik topikal tetes/salep Broad Spectrum. Sebelunya
dilakukan sensititasi test
- Ada yang tidak menganjurkan salep mata karena dasar salep dapat
memperlambat epithelisasi
- Kalau perlu dapat diberika antibiotik sub konjungtival
- Antibiotik sistemik baik oral injection tetapi harus diperhatikan obat
obatan yang dapat melalui blood aquous barrier.

b. Midriaticum
Diberikan Sulfas Atropin tetes mata 1% 3 kali perhari

c. Kebersihan Ulcus
Saccus Conjunctiva dibersihkan 3 kali atau lebih dengan antiseptic
lotion hangat. Anti Septic :

- Acidum Boricum 2 – 3%
- Amonium Tartrat Normal 10%
- Mercuric Oxycyanide 0,01%
- Dll (obat paten)

d. Pemanasan (Mcist and Dry Heat)

e. Memperbaiki keadaan umum

f. Kalau ada benda asing harus diangkat / extractie

g. Untuk membatasi meluasnya ulcus, batas ulcus, dinding dan dasar


ulcus dapat dilakukan scraping dan di cautherisasi.

Cautherisasi panas :

- Electro cauther
- Actual cauther
- Chemical :
 Jodium liacture
 Para liquid carbonic acid
 Para trechlor acetic acid

h. Tharsorrhapy, kontak obat lebih sempurna

i. Conjuctival flap, memberikan fasilitas nutrisi dan antibodi

j. Paracenthhesis, mengeluarkan cairan aquaos dari COA

8. Standar rumah sakit : Rumah sakit spesialis mata

9. Penyulit : - Keratectasia = ectatic cicatric

- Descematocele

- Intraoccular hemorrhage

10. Inform consent : Pada tindakan bedah perlu

11. Standar tenaga : Dokters spesialis mata

12. Lama perawatan : Berminggu – berbulan


13. Masa pemulihan : Bulanan

14. Output : Kalau ulcus berat kurang baik

15. Patologi anatomi : Tidak perlu

16. Autopsi : Tidak perlu

Keratitis

Superfisial Non Ulseratif Keratitis Profunda


Superfisial Ulseratif Ulserative Keratitis Non Profunda
1. Keratitis pungtata
1. Keratitis Pungtata 1. Keratitis et Ulserative
Superfisial dari fuctus
Superfisial Ulserative Lagoftalmus 1. Keratitis Interstisial
2. Keratitiis numularis
2. Keratitis Fuktein 2. Keratitis 2. Keratitis
Dari dimmer
3. Keratitis Herpetika Neuroparalitik Pustuliformis Profunda
3. Keratitis disformis
4. Keratitis Sika 3. Xeraftalmia 3. Keratitis Disiformis
Dari westhoft
5. Keratitis Rosasea 4. Trakoma dengan 4. Keratitis Sklerotikus
4. Keratokonjunctivitis
3. infeksi sekunder 1.
Epidemica
4. 5. Gonore
6. Ulkus Serpens Akut
7. Ulkus Ateromatosis
2.

Gambaran Klinik
a. Gejala subjektif : Sakit (terkecuali pada keratitis new paralitika) fotofobia lakrimasi, blefaraspasme,
gangguan visus.

b. Gejala objektif : injeksi para kornea di limbus kalau hebat juga disertai dengan injeksi conjunctiva.
Mungkin juga terdapat peradangan dari iris dan corpus ciliaris. Cornea oedem dan terdapat infiltrat.

Sikatriks Infiltrat
1. Tidak ada tanda tanda radang, mungkin 1. Ada tanda – tanda radang, injeksi perikornea,
blefarospasme (+) lakrimasi fotofobia, blefarospasme, rasa sakit
2. Tidak ada oedem cornea 2. Ada oedem cornea
3. Permukaan mengkilat, licin, berwarna abu-abu 3. Permukaan suram, tidak licin, berwarna abu –
dan putih abu pada infeksi yang purulen berwarna kuning
4. Batasnya jelas, kadang – kadang seperri 4. batas tidak jelas karena dipinggirnya masih
terpecah - pecah terdapat bintik infiltrat

37. Keratitis Pungtata Superfisial Dari Fuchs

Definisi : Suatu peradangan akut yang mengenai satu kadang-kadang dua mata, konjungtivitis
kataral disertai dengan infeksi dari traktus respiratorius bagian atas, 4 hari kemudian disusul
dengan pembentukan infiltrat yang berupa titik-titk pada kedua permukaan membran
Bowman dapat besar atau kecil  yang besar dibentuk oleh persatuan yang kecil. Ada yang
mengatakan dasarnya infeksi virus, bakteri, parasit, neurotropik dan nutrisial (idiopatik).

Gambaran Klinik

1. Tanda dari konjungtivitis mereda dan tinggal gejala subjektif berupa :


a. Perasaan ada benda asing di mata
b. Rasa sakit
c. Lakrimasi
d. Fotofobia
berlangsung 2-3 minggu.
2. Gejala objektif
a. Infiltrat di bagian superfisial dari stroma yang dapat timbul banyak sekali sampai
beratus-ratus, sedangkan epitel di atasnya tetap licin.
b. Tes fluoresin (-) oleh karena letaknya subepitelial.
c. Sedikit edema kornea
d. Injeksi perikornea
e. Sensibilitas kornea terganggu sebentar

Pengobatan

Oleh karena penyebabnya tidak diketahui pengobatannya susah. Ada yang mengatakan
dasarnya infeksi oleh bakteri Staphylococcus.

Lokal diberikan :

1. Sulfas atropin 1% 3x sehari 1 tetes.


2. Salep antibiotik atau salep untuk menghindari infeksi sekunder, dapat dikombinasi
dengan corticosteroid asal dikelola dengan baik.
3. Mata ditutup dengan perban.

38. Keratitis Numuralis Dari Dimmer

 diduga oleh virus

Gambaran klinis

1. Tanda-tanda radang tidak jelas


2. Di kornea terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial dimana di tengahnya lebih jernih
disebut halo

diduga terjadi karena resorbsi infiltrat yang dimulai dari tengah.

3. Tes fluoresin (-)


4. Bila sembuh akan meninggalkan sikatriks yang ringan.

Pengobatan  tidak ada yang spesifik

1. Sulfas atropin 1% 3x 1tetes sehari.


2. Salep antibiotik atau salep untuk menghindari infeksi sekunder, dapat dikombinasi
dengan corticosteroid asal dikelola dengan baik.
3. Mata ditutup dengan perban.
39. Keratitis Disiformis dari Westhoff (sawah keratitis)

 penyebab virus dari binatang dan sayuran


Gejala subjektif
1. Lakrimasi
2. Fotofobia
3. Gangguan visus
4. Rasa sakit
5. Blefarospasme
 Umumnya menyerang usia 15-30 tahun.

Gejala Objektif

1. Tanda radang tidak jelas mungkin sedikit injeksi siliar


2. Di kornea tampak nfiltrat yang bulat-bulat di tengah tengah lebih padat dari di
pinggir terletak subepitelial terletak terutama di bagian atas danbagian tengah
kornea.
3. Bila infeksi sekunder (+) tanda konjungtivitis mungkin (+)
4. Tes fluoresin (-)

Pengobatan Keratitis Disiformis

1. Sulfas atropin 1% 3x 1tetes sehari.


2. Salep antibiotik atau salep untuk menghindari infeksi sekunder, dapat dikombinasi
dengan corticosteroid asal dikelola dengan baik.
3. Mata ditutup dengan perban.
 Biasanya perjalanan penyakit lama sampai berbulan-bulan

40. Keratitis Pungtata Superfisial Ulserative

Gambaran Klinik

1. Didahului konjungtivitis kataral akibat stapilokokus, pneumokokus.


2. Dapat disertai pilek.
3. Tes fluoresin (+)
4. Lebih sering mengenai 1/3 bagian bawah kornea.

Pengobatan

1. Sulfas atropin 1% 3x sehari 1 tetes


2. Salep antibiotika atau salep yang sesuai dengan kumannya yang didapatkan atau
memakai antibiotik broad spectrum.
3. Mata harus ditutup untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut dan juga memberi
kehangatan sehingga penyembuhan dipercepat.
Herpes Simplex Keratitis

1. Nama penyakit/diagnosis : Herpes Simplex Keratitis


Adalah suatu ulkus kornea yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus.
Ada dua bentuk :
-primer
-recurent
2. Kriteria Diagnosa : berdasarkan gejala dan tanda klinis.

Bentuk recurent dapat timbul oleh hal-hal sebagai berikut :

-fever

-exposure berlebihan pada cahaya UV

-trauma

-stres psikis

-menstruasi

-lokal/sistemik immunosupresion.

Biasanya unilateral. 4-6% bilateral.


Gejala :

-iritasi, fotofobia, lakrimasi, injeksi siliar.

-visus menurun bila lesi sentral.

-karena sensitivitas kornea pada permulaan menurun maka gejala minimal.

Dendritic ulcer : lesi terjadi pada epitelium.

-berbentuk garis dan bercabang-cabang dengan ujungnya bulat.

-Dengan fluoresin lesi jelas.

-lesi epitel menyerupai banyak lesi di kornea.

-permukaan di atas infiltrat terlepas dan terjadi bentuk kronis dengan exacerbasi dalam
mingguan atau bulanan menghasilkan cabang-cabang baru, tetapi tak ke lapisan lebih
dalam.

-stroma dapat terlihat dalam bentuk disciform keratitis.

-dapat terjadi irritis pada kasus yang berat bahkan dapat terjdi hypopyon.

3. Diferensial diagnosa : keratitis herpes zoster, keratitis yang lain


4. Pemeriksaan penunjang :
i. fluoresin tes (+) pada lesi epitel
ii. tes sensibilitas kornea menurun atau negatif
5. konsultasi : tidak perlu
6. perawatan rumah sakit : perlu
7. terapi :
 pada kasus yang baru dianjurkan antiviral drug
seperti :
o IDU (Herplex, stoxil)
o Triflurdine (viroptic)
o Vidarabin (vira. A)
o Acyclovir (zovirax)
 Kortikosteroid kontra indikasi
 Debridement, cautherisasi
 Atropin tetes
 Kompres hangat
 Tutup mata dengan perban
 Vitamin C
 Keratoplasty
8. Standar rumah sakit : rumah sakit mata
9. Penyulit : anterior uveitis sampai neuritis optic
10. Inform consent : perlu pada tindakan operasi
11. Standar tenaga : Dokter spesialis mata
12. Lama perawatan : mingguan sampai 1 bulan
13. Masa pemulihan : bulanan
14. Output : kalau keadaan berat kurang baik.
15. Patologi anataomi : tidak perlu
16. Autopsi : tidak perlu

Keratitis Phlyctenuralis

1. Nama penyakit/diagnosis : Keratitis Phlyctenuralis

Adalah suatu reaksi hipersensitivitas terutama tuberkulosis basil, yang lain :


Stapylococcus aureus, Coccidioides immitest, ascariasis.

2. Kriteria Diagnosa :
Ditandai dengan adanya Phlycten terutama di limbus, akhirnya menyebar ke
konjungtiva dan kornea.
Phlycten adalah akumulasi dari :
- Limfosit
- Monosit
- Makrofag
- Neutrofil

Phlycten pada kornea berbentuk nodul abu-abu dan apabila epitel kornea lepas
terbentuk ulkus yang berwarna kekuningan.

Gejala : sakit, photopobia

3. Diferensial diagnosa : konjungtivitis alergi yang lain


4. Pemeriksaan penunjang : radiologi, faeses
5. konsultasi : bagian penyakit paru, penyakit dalam, anak.
6. perawatan rumah sakit : tidak perlu
7. terapi :
o Kortikosteroid tetes secara intensif
o Atropin tetes
o Vitamin C
o Chemical cauther/diathermi
8. Standar rumah sakit : dapat ditangani semua rumah sakit
9. Penyulit : ulkus kornea
10. Inform consent : tidak perlu
11. Standar tenaga : Dokter Spesialis Mata
12. Lama perawatan : tidak perlu
13. Masa pemulihan : beberapa hari
14. Output : baik
15. Patologi anataomi : tidak perlu
16. Autopsi : tidak perlu

EPISCLERITIS

1. Nama penyakit/Diagnosis : EPISCLERITIS


Adalah peradangan subcunjunctival tissue dan
superficial Sclera lamella. Biasanya mengenai dua mata.
Wanita lebih banyak dari pria.
2. Kriteria Diagnosa : Berdasarkan gejala klinis.
Dikenal dua bentuk :

- Simple Episcleritis
- Nodular Episcleritis
Penyakit ini ditandai dengan adanya Nodule setempat
(Leococyte Infiltration) 2-3 dari limbus, keras, tidak
bergerak dan nyeri tekan. Conjunctiva diatasnya
bergerak bebas dilalui pembuluh darah Episclera yang
lebih dalam sehingga warna pembuluh darah kelihatan
lebih ungu, tidak merah cerah, sakit, photopobia,
lacrimation.

Penyebab : Rheumatism dan Gout.


- Reaksi alergi terhadap Endogonus toxin.
- Penyakit collagen.
- Coccidiodomycosis.
- Syphilis.
- Herpes Zoster.
3. Diferensial Diagnosa : Pinguecullitis.
4. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium klinis terhadap penyebab.
5. Konsultasi : Patologi Klinik dan Penyakit Dalam.
6. Perawatan Rumah Sakit : Tidak perlu.
7. Terapi : - Umumnya Self Limited 1-2 minggu.
- Coricosteroid topical
- Therapy causal
8. Standard Rumah Sakit : Semua Rumah Sakit.
9. Penyulit : Jarang terjadi keratitis atau uveitis.
10. Inform Consent : Tidak perlu.
11. Standard Tenaga : Dokter Umum/Mata.
12. Lama Perawatan : Tidak perlu.
13. Masa Pemulihan : Beberapa hari.
14. Output : Baik.
15. Patologi Anatomi : Tidak perlu.
16. Autopsi : Tidak perlu.

Peradangan Sklera

Superficial Profunda

Episkleritik Skleritis

Simple Noduler
41. EPISKLERITIS

Definisi : Merupakan peradangan dari jaringan Episklera dan Sklera bagian superfisial.
Banyak terdapat pada wanita usia 20-70 tahun sedang pada pria antara 20-50
tahun. Perjalanan penyakitnya berbulan-bulan oleh karena sering kambuh.

Dapat terjadi karena infeksi, alergi, toksik atau tanpa sebab yang jelas. Malah
ada yang mengemukakan hubungannya dengan kejiwaan penyakit yang sering
dihubungkan adalaah TBC, Lues, Rheuma dan Gout.

Gejala Subjective :

1. Fotofobia
2. Sedikit sakit seperti ditusuk-tusuk
3. Lakrimasi
4. Perasaan kering
pada bentuk noduler gejala lebih hebat dan disertai perasaan seperti ada yang
mengganjal.

Gejala Objectives :

1. Kelopak mata bengkak.


2. Conjunctiva bulbi kemosis diserai dengan pelebaran pembuluh darah episklera dan
conjunctiva.
3. Pada episkleritis noduler keadaannya lebih hebat dan disini terdapat tonjolan yang
keras dan tidak dapat digerakkan dari dasarnya berwarna merah yang terletak
biasanya sebelah temporal setelah ≥ 1 minggu tonjolan itu hilang dan tidak
pernah terbentuk ulkus.
4. Bila sudah sembuh warna sklera berubah menjadi kebiru-biruan karena sklera menjadi
tipis sehingga tampak bayangan biru dari koroid. Tonjolan dapat timbul
pada bagian lain sehingga mengelilingi sebelah kornea.
Pengobatan :

1. Untuk menghilangkan sakit pantocain lokal atau kompres hangat.


2. Corticosteroid topical dalam bentuk tetes atau salep untuk alergi dan menghilangkan
tanda-tanda radang disertai antibiotik topikal untuk mencegah infeksi sekunder
3-4 hari.
3. Keadaan umum diperbaiki disamping pengobatan merawat causalnya.

42. SKLERITIS
Definisi : peradangan sklera yang sangat gawat dapat mengenai seluruh jaringan sklera
dan sering kambuh dengan causa yang sama dengan Episkleritis.

Gejala Subjecive :

1. Rasa sakit yang hebat


2. Lakrimasi
3. Fotopobia
Gejala Objective :

1. Pada sklera dekat kornea biasanya disebelah temporal limbus tampak daerah yang
menonjol berwarna merah keungu-unguan dengan batas yang jelas. Kadang-kadang
tonjolan tersebut didapatkan di sekeliling limbus dan disebut Skleritis Anularis.
Bila ditekan sakit. Bercak merah ini dapat mengalami ulserasi sehingga
jaringan uvea mungkin terlihat. Jadi timbul Sleromalasia. Bila sembuh jaringan sklera
menjadi lemah dan tidak dapat menahan tekanan intra okuler sehingga menonjol
disebut Sklerektasi atau Stafiloma Sklera yang berwarna ungu.
Pengobatan :

1. Menurut penyebabnya.
2. Pengobatan terhadap uveitis dan keratitis bila disertai kedua penyakit tersebut.
3. Corticosteroid lokal dan sistemik disertai antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
4. Analgetik untuk menghilangkan rasa sakit.
5. Bila keadaan sudah tenang dapat dilakukan iridektomi untuk :
a. Menurunkan tekanan intraokular.
b. Mengurangi keadaan stafiloma sklera.
c. Memberi pupil baru bila visus terganggu.

SCLERITIS

1. Nama penyakit/Diagnosis : SCLERITIS


Suatu proses inflamasi jaringan sclera.
2. Kriteria Diagnosa : - Berdasarkan gejala klinis
- Laboratorium
Penyebab :

a. Autoimmune
b. Granuloma diseases
c. Metabolic disorders
d. Infeksi
e. Degenerative
f. Unknown
Gejala :

Penyakit sklera dapat merupakan manifestasi penyakit


sistemnya.

- Unilateral atau bilateral


- Serangan tiba-tiba atau perlahan
- Dapat terjadi sekali atau berulang
- Wanita lebih banyak dari laki-laki
- Ditandai dengan sakit, visus menurun, merah
diffuse.
Pembagian menurut gejala klinis dan patologis:

1. Anterior Scleritis
a. Diffuse Nodular Scleritis
b. 1.Necrotizing Scleritis
c. 2.Necrotizing Scleromalacia
2. Posterior Scleritis
a. Diffuse Nodular Scleritis.
Ditandai adanya Nodule Herpeticum sebesar
kepala jarum pentul dapat timbul di daerah
inflamasi, bisa lebih dari satu. Daerah inflamasi
menggembung, mula-mula merah gelap atau
kebiruan, belakangan ungu dan semitransparan
seperti porselin. Scleritis bisa meluas ke Cornea
(Sclerosing scleritis).
b. 1. Necrotizing Scleritis
Scleritis sangat berat dengan peradangan
jaringan sekitarnya. Serangan acute, sangat
sakit, lokal oedema, nyeri, necrosis menipis dan
sclerosis collagen sclera. TIO dapat meningkat.
Steroid dapat menolong tetapi dapa
menyebabkan pinipisan sclera dan destruksi
serabut collagen.
b. 2.Necrotizing Scleromalacia.
Jarang, ditandai dengan penipisan dan
melemahnya jaringan sclera tanpa inflamasi
sclera. Sering berikutan dengan rhemathoid
Artheritis. Corticosterois. Kontra indikasi,
mungkin dapat dilakukan transplantasi sclera.
c. Posterior Scleritis
Jarang, sukar didiagnosa karena tak ada tanda-
tanda segmen anterior, perlu CT-Scan. Dicurigai
bila ada tanda-tanda : Pain, Proptosis, Papil
Oedema, Exudasi Retinal Detachment. Biasa
Unilateral, sakit hebat, visus menurun, diplopia,
gerakan bola mata terbatas. Sering bersamaan
artheritis rhemathoid.
3. Diferensial Diagnosa : Gumma Sclera.
4. Pemeriksaan Penunjang : Ditujukan pada penyebab.
5. Konsultasi : Ke bagian lain sesuai penyebab.
6. Perawatan Rumah Sakit : Tergantung jenis scleritis.
- Necrotizing Scleritis
- Necrotizing Scleromalacia
7. Terapi :
- Ditujukan pada penyebab.
- Antibiotika
- Sulfas atropin topical
- Corticosteroid kecuali necrotizing malacia
- Nonsteroid anti inflamasi seperti salicilat,
indometasin, ibuprofen.
8. Standard Rumah Sakit : Rumah Sakit Mata
9. Penyulit : Keratitis, Uveitis, Katarak, Glaucoma.
10. Inform Consent : Perlu pada operasi
11. Standard Tenaga : Dokter spesialis mata
12. Lama Perawatan : Mingguan sampai bulanan
13. Masa Pemulihan : Bulanan
14. Output : Tergantung jenis Scleritis
15. Patologi Anatomi : Perlu sesudah transplantasi sclera
16. Autopsi : Tidak perlu

43. TRAUMA PALPEBRA

(Ecchymosis, Black Eye : Perdarahan di dalam palpebra)

Tejadi bila mata terkena trauma tumpul. Kalau perdarahan ini hebat, palpebra menjadi
bengkak dan berwarna kebiru-biruan karena jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini
dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat menyebrang melalui pangkal hidung ke
mata yang lain menimbulkan hematoma kaca mata disebut Bril hematom atau
menjalar ke belakang menyebabkan eksoftalmus. Bila ecchymosis tampak segera sesudah
trauma menunjukkan bahwa traumanya hebat oleh karenanya harus dilakukan pemeriksaan
seksama dai bagian mata lainnya juga perlu pemeriksaan foto rongent tengkorak (Schedel
foto). Bila perdarahan timbul 24 jam setelah trauma menunjukkan adanya faktor dari dasar
tengkorak (Basis Cranii). Bila perdarahan timbul 3-4 hari setelah trauma. Maka faktornya
terletak di belakang sekali. Bila pada pemeriksaan tidak terdapat kelainan pada mata lainnya
maka dapat diberikan pengobatan :

1. Kompres dingin dalam 24 jam pertama di lanjutkan dengan kompres hangat untuk
mempercepat resorbsi darah.
2. Obat koagulansia misal transamin dosis 4x250mg atau vitamin K dan sebagainya.
Insert bite :

Menimbulkan hiperemi dan oedem.

Pengobatan :

1. Kompres dingin
2. Salep mata corticosteroid dengan antibiotika.

44. HIFEMA

Definisi : Terkumpulnya darah di camera oculi anterior akibat trauma yang melukai iris dan
menyebabkan ruptur dari pembuluh darah.

Pembagian Hifema :

1. Primer : Terjadi langsung setelah trauma dapat sedikit atau banyak.


2. Sekunder : Biasanya timbul hari ke-5 setelah trauma. Perdarahan biasanya lebih hebat
dari yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat minimal 5
hari.
Dikatakan perdarahan sekunde ini terjadi oleh karena resorbsi dari bekuan darah
terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tidak mendapat waktu yang cukup
untuk regenerasi kembali.

Komplikasi :

1. Glaukoma
Adanya darah di dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena
unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula.
2. Imbisio Cornea (Hemosiderosis Cornea)
Terjadi akibat hasil uraian hifema berupa homosiderin yang masuk ke dalam cornea
menyebabkan kornea menjadi kuning (berwarna kuning) hanya dapat di
atasi dengan keratoplasti.
3. Hifema dapat menyebabkan uveitis oleh karena darah merupakan media pertumbuhan
yang baik untuk bakteri.
Gambaran Klinis :

1. Hifema sedikit tajam penglihatan dan tekanan intraokuler masih normal.


2. Hifema yang menjadi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan
kenaikan tekanan intraokuler sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.
3. Bila hifema mengisi seluruh COA penglihatan lebih menurun dan rasa sakit
bertambah oleh karena tensi intra oculi bertambah.
Pengobatan :

Semua hifema harus dirawat.

1. Bed rest
Kepala di elevasikan 30-45º kepala di fiksasi dengan bantal pasir pada kedua sisi
supaya tidak bergerak. Istirahat total harus dipertahankan minimal 5 hari
mengingat kemungkinan perdarahan sekunder.
2. Kedua mata ditutup, ada pula yang menganggap penutupan mata yang sakit saja
sudah cukup.
3. Beri salep mata yang mengandung corticosteroid dan antibiotika misal cendoxitral.
4. Obat anti fibrinolitik (Hemostatik) pada hifema yang baru dan terisi darah
segar.
Contoh : tranexamic acid (Transamin).
Dosis : 4x250mg sehari (25mg/kgBB/dosis 3-4x/hari)
Pemberian transamin hanya kira-kira 5 hari dan tidak boleh melewati satu
minggu oleh karena dapat menimbulkan gangguan tranportasi cairan COA dan terjadi
glaukoma serta imbisio cornea. Selama pemberian maka tensi intra okuli harus
senantiasa diukur.

Fungsi antifibrinolitik : agar bekuan darah tidak terlalu cepat diserap sehingga
pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh.

5. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan tensi intra okuli diberi diamox
(asetazolamide) dan Gliserin, nilai 24 jam.
a. Bila tensi intra oculi tetap tinggi atau turun tetapi tetap diatas normal
Parasentesis.

b. Bila tensi intra oculi turun sampai normal, diamox terus diberikan dan dievaluasi
setiap hari.
6. Raborantia terutama vitamin C.
Indikasi Paracentesis :

1. Konservatif selama 2x24 jam gagal.


2. Black ball haemorrhage (koagulasi dari hifema berwarna merah kehitaman).
3. TIO > 50 mmHg selama 5 hari.
4. TIO > 30 mmHg selama 7 hari.
5. Hifema tidak diresorbsi selama 8-9 hari.
6. Koagulum yang besar sehingga tidakbisa diserap lagi.
7. Mikroskopos staining dengan slit lamp ditemukan peresapan darah.
Bila tensi okuli tetap normal dengan pemberian diamox tetapi darahnya masih ada
sampai hari ke 5-9 Paracentesis.

Selama pasien hifema dirawat harus diperhatikan :

1. Hifema penuh atau tidak.


2. Tekanan intraokuler naik atau tidak.
3. Fundus tampak atau tidak
Selain dari iris, darah pada hifema mungkin juga datang dari badan silier yang
mungkin juga masuk ke dalam badan kacam (corpus vitreum) sehingga pada
funduskopi gambaran fundus tidak tampak dan ketajaman penglihatan
menurun lebih banyak.

TRAUMA TUMPUL
1. Nama Penyakit/Diagnosis : HYPHAEMA
Adalah perdarahan pada camera oculi anterior, daral
berasal dari pembuluh darah iris atau corpus ciliare.
Bisa :
- Primer ; segera setelah trauma.
- Sekunder ; 2 s/d 5 hari post trauma.
2. Kriteria Diagnosa : Berdasarkan anamnesis dan gejala klinis.
Gejala klinis : jelas kelihatan darah di dalam COA, apakah
1/3,1/2, 2/3, ¾, atau total.
3. Diferensial Diagnosa : Jelas
4. Pemeriksaan penunjang : Lebih jelas dengan Slit Lamp Biomicroscope.
5. Konsultasi : Penyakit dalam/Haematology
6. Perawatan Rumah Sakit : Perlu
7. Terapi :
- Bed Rest dengan posisi 30º s/d 40º, kepala
ditinggikan tidak boleh akomodasi.
Agar bekuan darah turun tidak
mengganggu pupil.
- Tutup mata yang sakit saja.
- Steroid secepat mungkin. Mencegah uveitis
dan perdarahan sekunder.
- Analgetika dan Sedative.
- Kalau TIO tinggi berikan Myoticum, carbonic
anhydrase Inhibitor.
- Kalau terapi diatas tidak berhasil dalam 2x24 jam
lakukan operassi Paracenthese. TIO >
50mmHg.
- Penderita Hyphaema Traumatika dikontrol 6 bulan
sampai 1 tahun (12 bulan).
8. Standard Rumah sakit : Rumah sakit mata.
9. Penyulit : jangka pendek :
- Glaucoma
- Corneal blood staining
- Synechia anterior dan seclutio
- Peripheral anterior synechia
- Symphathetic ophthalmia.
Jangka panjang :
- Iris atrophy
- Optic atrophy
- Heterochronic uveitis
10. Inform Consent : Perlu tindakan operatif.
11. Standard Tenaga : Dokter spesialis mata.
12. Lama Perawatan : sampai 5 hari setelah Hyphaema hilang.
13. Masa Pemulihan :
- Perdarahan prime sampai 5 hari.
- Perdarahan sekunde lebih lama.
14. Output : biasanya baik pada orang muda.
15. Patologi Anatomi : Tidak Perlu.
16. Autopsi : Tidak Perlu.

45. Perdarahan Subconjunctiva

Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar kecil tanpa atau disertai perdarahan mata.

Etiologi

 Batuk-batuk
 Mengangkat benda yang berat
 Defekasi yang sukar
 Perdarahan mata misal conjuctiva oleh pneumokokus dan virus
 Trauma dan kecelakaan operasi
 Tidak diketahui penyebabnya dan terjadi tiba-tiba
 Tekanan darah yang tinggi.

Penatalaksanaan

 Pada hari pertama kompres dingin  Kompres hangat untuk mempercepat absorbsi
darah (normal 1-2 minggu) kompres hangat tidak diberikan pada hari pertama karena
dapat memperberat perdarahan.
 Bila perdarahan besar sehingga conjunctiva terangkat  incisi untuk mengeluarkan
darah.
 Pemberian obat homeostatik misal AC, Vit K secara oral dan parenteral terutama bila
perdarahan hebat.
 Pengobatan menerut menyebabkan misal konstipasi  laxantia dsb.

Trauma Tajam

Nama Penyakit/Diagnosis : Luka tembue pada bola mata. Adalah luka yang mengakibatkan
adanya hubungan antara dunia luar dengan isi bola mata.

Kriteria diagnosa : Berdasarkan :

 Anamnesa dan Gejala klinis


 Yang terbanyak luka melalui kornea.
 Luka kornea : Luka sayat kornea, Luka termbus/tusuk kornea
 Gejala klinis : rasa sakit visus biasa menurun, perdarah dan proleps isi bola mata.
 Luka sayat kornea tampak iris prolap mata,dengam iris prolaps
 Luka tembus : Luka tusuk kornea dan lensa, luka tusuk kornea dengan benda asing

Dengan defernsial diagnosa : Jelas

Pemeriksaan penunjang : Luka tembus dengan benda asing luka pemeriksaan radiolgy.

Konsultasi : tergantung keadaan, mungkin perlu kebagia radiology.

Perawatan rumah sakit: Perlu.


Terapi :

 kalau luka sayat sangat kecil dan COA baik tidak perlu tindakan oprasi.
 Beri antibiotika, ATS Prophylactis
 Luka bakar dan COA kolaps lakukan tindakan operatif.
 Luka sayat cornea denga iris prolaps, lakukan tindakan operatif dengan reposisi kalau
mugkin.
 Luka sayat kornea dengan isi prolaps, lensa, vitrue, corpus ciliaris.

46. Trauma Chemis/ Kimia

Nama Penyakit / Diagnosis : Trauma Chemis / Kimia adalah merupakan keadaan Emergency,
dibagi menjadi 2 jenis : Trauma asam dan Trauma basa.

 Trauma asam : oleh bahan kimia bersifat asam (pH <7) misal Asam citrat , meleat,
formiat, asetat, asam an organik, nitrat, sulfat, carbonat dan air batrai dsb.
 Trauma basa : Bahan basa seperti NaOH, KOH, (NH4)OH, kapur dll.

Kriteria diagnosa : Berdasarkan anamnesa dan Gambaran klinis

 Conjunctiva oedema, nekrosis dengan cepat.


 Dyscharge mucoporulent.
 Proliferasi jaringan fibrous dan terjadi symblepharon.
 Cornea : Dysintegritas dan pelepasan epitel, Oedema, pembengkakan atroma, terjadi
infiltrat, vaskularisasi dan kekeruhan, sehingga terjadi ulserasi.
 Iris : inflamasi berat dan granulasi

Trauma Kimia
Terbagi atas tiga stadium
a. Stadium I :Hiperemi Conjunctiva, cornea bertitik-titik
dipermukaannya.
b. Stadium II :Kemosis konjunctiva, degenerasi vaskularisasi dari epitel
cornea.
c. Stadium III :Membran kornea nekrosis di conjunctiva di kornea
menjadi keruh.
Bahan Kimia dibedakan Atas
1. Luka oleh cairan asam misal H2SO4, HCL dan HNO3.
mengakibatkan terbentuknya koagulan sehingga zat asam terkadanag meluasnya
dan mendalamnya disebut Nekrosis koagulan.
2. Luka oleh cairan basa misal KOH dan NaOH.
 Koagulasi zat basa dapat dapat mengalami perforasi disebut nekrosis koagulasi.

Penatalaksanaan

1. Bila berupa tepung diambil dengan menggunakan pinset


2. Pemberian dengan air apa saja seperti air masak yang didinginkan beri air selama 15-
30 menit terutama bila penyebabnya alkali.
3. Pemberian salap mata antibiotik kemudian mata ditutup ke rumah sakit.

Tindakan dirumah sakit

1. Mata dibilas dengan NaCL yang steril yang bersuhu sama dengan badan bila
mungkian 15-30 menit dilakukan netralisasi untuk:
a. Zat Asam  Na Bicarbonat 1% steril.
b. Zat Alkali  Asam Cuka steril 1%, atau asam tanin 1-5% Netralisasi dilakukan
selama satu hari, mula-mula tiap satu menit, kemudian 3 menit, 5 menit, 10 menit,
30 menit. Sampai setiap jam kemudian diberikan.
1. Pantocain
2. Sulbsatropin
3. Salep mata antibiotika.
2. Costison lokal kemudian dapat diberikan untuk mencegah pembentukan jaringan
parut yang berlebihan
Pada stadium II dan III perlu tindakan operasi.
3. Difernsiasi diagnosa : Trauma Thermis
4. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan pH mata dengan kertass pH.
5. Konsultasi : Tidak perlu
6. Perawatan rumah sakit : perlu pada kasus kasus yang berat.
7. Terapi :
a. Segera : immediate therphy
b. Kemudian = miditerm therphy
c. Lanjutkan = longterm therphy
 Irigasi/ guyur dengan air yang tersedia bersihkan selama 15-30 menit.
 Irigasi lanjutkan dengan NaCL fisiologis 2 liter lebih dari satu jam.
 Berikan topikal anatesi
 Kalau perlu pakai lid retractor
 Selama irigasi jangan menekan bola mata.
 Irigasi sampai pH 7,3-7,7
 Obat-obatan : Mydriaticum, antibiotika dan salep mata.
 Pada trauma basa berikan EDTA calcium 0,2 m, acethyl cystein 0,2 m
 Analgetica
 Anti histamin
 Rebotantia Vit C
 Pemacu oksidasi jaringan Hyrosulfosal 5%
 Mata ditutup perban.

Trauma Thermis
1. Nama penyakit / Diagnosa : Trauma Thermis dapat mengenai palpebra, cornea dan
bola mata.
2. Kriteria diagnosa : berdasarkan Anamnesis, gejala klinis, sakit dan luka
bakar.
3. Diferensial diagnosa : luka bakar
4. Pemeriksaan penunjang : slip lamp bio mikroskop.
5. Konsultasi : tidak perlu
6. Perawatan rumah sakit : tergantung berat ringannya trauma.
7. Terapi :
a. Bilamengenai palpebra sama dengan penangan trauma panas pada
bagian tubuh lain. Topical antibiotik dan verband.
b. Cornea dan bola mata (topical antibiotik, salep dan tetes), Topical
steroid kalau kornea baik, sistemik steroid.
8. Standar rumah sakit : Rumah sakit mata.
9. Penyulit : symblepharon dan catarak
10. Informed consent : Perlu pada tindakan operasi
11. Standar tenaga : dokter ahli mata
12. Lama perawatan : tergantung bisa sampai dua minggu
13. Masa pemulihan : mingguan – bulanan
14. Output : tergantung berat ringannya trauma
15. Patologi anatomi : Tidak perlu
16. Autopet : Tidak perlu

Trauma Radiasi
1. Nama Penyakit / Diagnosa : Trauma radiasi
Ada tiga
a. Trauma ultra violet (dapat menyebabkan superficial
keratitis).
b. Trauma infra red
c. Trauma in-ion
2. Kriteria diagnosis : Anamesis dan Gejala Klinis (sakit, merah, photo pobia,
lacrimasi, oedema palpebra, hyperemia conjunctiva dan KPS)
3. Diferensiasi diagnosis : KPS
4. Pemeriksaan penunjang : Slip lamp bio Mikroskop
5. Konsultasi : Tidak perlu
6. Perawatan rumah sakit : Tergantung keadaan
7. Terapi : Short setingcycloplegic, Topical AB, Mata diverband 24
jam, analgetica,sembuh 24-48 jam.
8. Standar rumah sakit : Rumah sakit umum dan rumah sakit mata.
9. Penyulit : Tidak ada
10. Informed Consent : Tidak perlu
11. Lama Perawatan : Sampai 2 kali 24 jam
12. Standar Tenaga : Dokter umum/ dokter mata.
13. Masa Pemulihan : 24-48 jam
14. Output : Biasa sakit
15. Patologi anatomi : Tidak perlu
16. Autoterapi : Tdak perlu

Trauma Ion

1. Nama Penyakit/ Diagnosa : Trauma Ion


Dapat terjadi oleh
- Cyclotron expossure
- Beta irradiation dari periorbital maligancy therapi
2. Kriteria diagnosa : Gejala klinis
- Conjunctiva hyperami
- Ciliary injection
- Secret cair atau mocusporulent
- Cornea hypasthesia
3. Diferensial diagnosa : Keratitis
4. Pemeriksaan penunjang : Slip lamp biomikroskop
5. Konsultasi : Tidak perlu
6. Perawatan rumah sakit : Tergantung beratnya keadaan penyakit
7. Terapi :Simtomatik, cycloplegic, terapi antibiotika, steroid
topical.
8. Standar rumah sakit : Rumah sakit umum atau rumah sakit mata.
9. Penyulit : Catarak, X ray dengan kekuatan 500-800 Rad.
Uvea(dilatasi vaskular), retina (Papil oedema)
10. Informed consent : kalau tidak ada tindakan operasi
11. Standard tenaga : Dokter umum atau dokter mata.
12. Lama Perawatan :Tergantung keadaan, bisa sampai 1-2 bulan.
13. Masa pemulihan : Tergantung keadaan bisa sampai 1-2 bulan
14. Output : Baik
15. Patologi anatomi : Tidak perlu
16. Autopsi : Tidak perlu

47. Benda asing pada mata


1. Nama Penyakit/ Diagnosa : Benda asing pada mata (partikel besi pada mata
menyebabkan siderosis)
2. Kriteria diagnosa : Anamnesis, berdasarkan gejala klinis dan radiologi
Rekasi terjadi pada jaringan yang mengandung epitel
- Epitel kornea
- Eptel pigmen iris
- Epitel capsul lensa
- Epitel pigmen retina

Gejala klinis:

- Gangguan penglihatan
- Penyempitan lapangan pandangan
- Endapan kerat pada kornea berwarna kuning kecoklatan
- Pupil lebar reaksi lambat
- Iris lebih terang
- Bintik bintik bulat kecoklatan pada lensa
3. Diferensial diagnosa : Jelas
4. Pemeriksaan penunjang : Radiologi
5. Konsultasi : Kebagian radiologis
6. Perawatan rumah sakit : Perlu
7. Terapi : Tindakan operatif dengan mengeluarkan benda asing tab.
8. Standar rumah sakit : Rumah sakit mata
9. Informed consent : pada tindakan operatif
10. Penyulit : - Siderosis, Vitreus haemorrage, catarak
- Endopthalmitis , retinal decthament
- Glaucoma, kekeruhan kornea, retinal degeneration
- Optik Atrophy, Macular degeneration
11. Standard tenaga : Dokter mata
12. Lama Perawatan : Sampai 2 minggu dan satu bulan
13. Output :Tergantung berat ringannya trauma dan adanya infeksi
serta lokasi besi dimata
14. Patologi anatomi : Tidak perlu
15. Autopsi : Tidak perlu
Catatan :
Ekstrasi benda asing harus dikerjakan sebelum hari ke 7 karena setelah hari ke 7 benda
asing tersebut telah diliputi oleh jaringan sehingga sukar pengeluarannya.
Bila letaknya diluar, diconjunctiva atau kornea, benda asing tersebut bisa dicabut.
Setelah diberi anastesi lokal dengan pantocain1-2% diteteskan pada mata maka benda
tersebut dicongkel bila terletak dipermukaan. Terjadi bila letaknya lebih dalam harus
dibuat sayatan dulu baru dicongkel. Kemudian diberi :
1. Sulbs atropin 1%
2. Antibiotik lokal untuk mata berupa salep dan antibiotika sistemik
Mata ditutup dan dikontrol satu minggu kemudian.

Tembaga
1. Nama Penyakit/ Diagnosa : Benda asing pada mata
Reaksi tembaga dalam jaringan mata disebut chalcosis
yaitu pengendapan ion-ion Cu dalam jaringan mata
terutama jaringan mengandung membrane seperti :
- Membrane descment cornea
- Capsul anterior lensa
- Iris , jaringan halus corpus vitrous
- Permukaan retina
2. Kriteria diagnosa : Gejala klinis dan radiologis
Gejala klinis ;
- Kayser Fleischer ring pada Cornea
- Sun Flower Catarak
- Ablatio Retina
3. Diferensial diagnosa : Jelas
4. Pemeriksaan penunjang :Radiologi dan USG
5. Konsultasi : Kebagian Radiologi
6. Perawatan rumah sakit : Perlu
7. Terapi : Operatif pengeluaran benda asing
- Route anterior
- Route posterior
8. Standar rumah sakit :Rumah sakit mata
9. Informed consent : Perlu tindakan operatif
10. Penyulit : - Vitreus Haemoorge , edhohthalmitis.
- Galucoma, kekeruhan cornea, retinal degeneration
- Chalosis, optik atropi, mocular degeneration
11. Standard tenaga : Dokter mata
12. Lama Perawatan : 2 minggu sampai 1 bulan
13. Masa pemulihan : Bulanan
14. Output : tergantung berat dan ringannya serta lokasi tembaga
didalam mata dan adanya infeksi
15. Patologi anatomi : Tidak perlu
16. Autopsi : Tidak perlu

48. Koroiditis

Oleh karena letaknya dekat retina maka koroiditis jarang berdiri sendiri tetapi hampir selalu
berhadapan/bersamaan dengan peradangan retina yang disebut korio retinitis.

Pembagian Koroiditis :

1. Koroiditis Eksudative (Koroiditis Non Supratif)


2. Koroiditis Porulenta (Koroiditis Suprative)
a. Gndoltalmitis Suprative
b. Gndoltamitis Septika

Koroiditis Non Suprative

Keluhan tergantung dari lokasinya

1. Bila makula : walaupun daerah kecil maka visus akan sangat terganggu.
2. Bila yang diserap didaerah luar makula, walaupun besar maka visus sentral tidak terganggu
hanya timbul skotoma yang kadang – kadang besar.
3. Metamakropsi : berupa makropsi dan makropsi oleh karena adanya eksudat maka sel sel
batang dan kericut tidak berkumpul secara teratur lagi, oleh adanya kelompok yang
mengandung banyak sel sel penglihatan dan ada pula yang mengandung hanya sedikit sel-sel
penglihatan.
a. Makroskopi : Benda tampak lebih besar terjadi bila cahaya dari suatu objek mempersepsi
kelompok dengan banyak sel penglihatan.
b. Mikropsi : Benda akan terjadi tampak lebih kecil yang terjadi bila cahaya dari suatu
objek mengenai kelompok dengan sedikit sel penglihatan.
4. Fotopsi : melihat benda seperti berpijar-pijar. Hali ini disebabkan oleh sel-sel radang yang
memberikan sensasi pada saat sehingga menimbulkan penglihatan seperti berpijar-pijar.
Tanda objective
Dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fundus pada fundus tampak
a. Bila retina belum terlihat
Bercak warna kuning-kuningan, berbatas tegas dimana diatasnya masih benjolan
pembuluh darah retina.
b. Bila retina terlihat
Pembuluh retina pada tempat tersebut tidak nampak lagi.

Koroiditis nonsupratif :

1. Koroiditis desiminata : Eksudatnya berkelompok, bisa terbatas ataupun meliputi seluruh


fundus. Misalnya pada TB Milier.
2. Koroiditis di Busa : Bercak eksudatnya dikoroid yang masih sehat kemudian
mengesambungkan diri dengan bekas koroiditisyang mula mula diikuti lagi dengan eksudat.
3. Koroiditis serkumskripta : daerah eksudatnya terbatas soliter biasanya terjadi pada
a. Lues
b. TB
c. Toxoplasmasis
d. Infeksi fokal

49. RETINOPATI BLASTOMA

Nama penyakit dan diagnosis : jenis tumor ganas intra okuler yang dijumpai pada anak-anak.
Umumnya pasa umur 2-5 tahun tetapi pernah dijumpai pada anak usia 10 tahun. Tumor ini dapat
menyababkan ken]butaan bahkan kematian.

Criteria diagnose :

1. Pemeriksaan klinik
2. Pemeriksaan diagnostic penunjang

Pemeriksaan klinik :

Anamnesis : dari orang tua penderita ditanyakan riwayat penyakit retinopati blastoma
dan riwayat kehamilan. Dapat juga di tanyakan riwayat penyakit lain atau troma saat
kelahiran.pemakaian terapi oksigen dan sering kontak dengan binatang peliharaan.
Jawaban jawaban dan anamnesis ini dapat membedakan retinopati blastoma dan penyakit
lain seperti : Katarak congenital, fibroplasias retroretal dll. Dari riwayat penyakit
leukokoria / strabismus yang terjadi pada umur 6 bulan sampai 2 tahun dapat diduga
disebabkan oleh retinoblastoma.

pemeriksaan fisik : dapat juga dijumpai defek congenital extra okuler yang sesuai
dengan kelainan kromosom. Sebaliknya sering juga pseudo blastoma disertai defek
congenital.
Pemeriksaan mata luar : keadaan mata normal kecuali pupil berwarna putih, gejala
pertama ialah strabismus heterokromia. Warna iris dari mata yang terkena lebih
gelap, pada stadium lebih lanjut dapat dijumpai proptosia.
Pemeriksaan dengan slit lamp :harus dikerjakan pada retina yang dicurigai
retinoblastoma.

Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari newretina (sel batang dan kerucut) yang
bersifat ganas. Kemungkinan retinoblastoma harus diwaspadai bila terdapat kelainan yang
mencurigakan seperti:
-strabismus
-dipupil tampak reflek putih
-glaukoma
-mata sering merah
-penglihatan menurun

Didapatkan 3 stadium

Stadium tenang

-pupil lebar, dipupil tampak refleks putih atau kuning yang disebut amoutic cat’s eye : penyebab
utama orangtua untuk berobat.

-pada funduscopy tampak bercak yang berwarna kuning mengkilap dapat menonjol kedalam badan
kaca dipermukaanya ada neovascularisasi dan pendarahan.

-dapat disertai dengan ablasia retina.

Stadium glaukoma
-tumor menjadi lebih besar tensi oculi meningkat glaucoma skunder yang disertai rasa sakit yang
sangat.

-glaukoma media retraksi menjadi keruh sehingga sukar menentukan besarnya tumor.

Stadium ekstraokuler

tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan eksotalmus kemudian dapat pecah
kedepan menyebabkan

pengobatan korditis Non-superative

- Pemberian kortikosteroid sistemikdalam bentuk ACTH atau kortikosteroid tablet (kortison


local tidak cukup kuat untuk psbm koroiditis)

Pemberian ACTH infuse dibedakan25 lu dalm 500 cc larutan glucose 5% selama 6 jam sbb :

Hari : 1. 25 lu

2. 25 lu

3. istirahat

4. 25 lu

5. 25 lu

6. istirahat.

Dst sampai 10x25 lu dengan selalu istirahat selang 2 hari kemudian dilakukan pengurangan dosis, tiap
pemberian dikurangi 5 lu.

Hari : 1. 20 lu

2. 20 lu

3. istirahat

4. 20 lu

5. 20 lu

6. istirahat

Dst sampai tinggal 10 lu ACTH kemudian penderita dipulangkan dengan pemberia kortikosteroid 12
tablet selang sehari dan penurunan tablet dilakukan.
- Atropine diberikan bila radang menjalar kedepan
- Obat-obat neurotopik
- Pengobtan causal missal toxoplasmosis dengan pymitramine dan sulfidiazin dsb.
- Terapi seri demam bila perlu
- Kaca mata hitam supaya mata dalam istirahat, cukup tidur dan dilarang membaca.

Pemeriksaan dengan oftalmoskop :

Merupakan tahap diagnostic yang penting dala mengevaluasinpenderita retinoblastoma, cukup dengan
optalmoskop tak langsung. Dengan ini kita lihat tumor yang kecil berbentuk massa translusen bulat
atau ovoid diretina. Masa ini seolah olah berupa penebalan retina yang kadang sukar dibedakan
dengan jaringan retina.

Diferensial diagnose

- Penyakit herediter : Narrie, Retinoschisis konginetal, Incontinetial pigmen, Vintero


retinopatia exudativa familial
- Anomalia bawaan :koloboma dan katarak congenital
- Penyakit inflamasi : endostalmitis nematode, congenital retina faldmorning glory syndrome
dan kekeruhan kornea congenital.
- Tumor : astrositoma retina, Medulo epitelioma, Glioneuroma, hemangioma choroid,dan
hemangioma kapiler retina
- Penyakit lainya : retinopati premature , ablasia retina regmato genoas, perdarahan vistreous
dan trauma oculi perforative

Pemeriksaan penunjang

- Foto orbita baku


- USG
- CT-Scan
- Pemeriksaan enzim
- Pemeriksaan sitologik

Konsultasi : perlu dalamrangka persiapan oprasi dan terapi :

- SMF
- Anastesi
- Radiologi
- Patologi anatomi
Penatalaksanaan

Enukleasi pada stadium dini meningkatkan angka kelangsungan hidup


- Dilakukan pada kasus unilateral : dengan bola mata berisi penuh massa tumor, sebagian
daerah retina telah terkena tumor, visus tidak mungkin dipertahankan lagi.
- Dilakukan pada kasus bilateral : enukleasi pada mata yang lebih parah, sedang mata satu lagi
di beri penyinaran atau pengobatan. Jika pada mata satu lagi tidak dapat dilakukan penyinaran
atau pengobatan makadilakukan enukleasi.
Penyinaran
- Retinoblastoma sensitive terhadap penyinaran atau radiasi
- Pre operatif
- Post operatif
- Tumor lebih kecil dari 1/3 luas retina
- Tumor multiple
- Pada kekambuhan tumor
Plekat Cobalt : dijahit pada episelen tepat didaerah lokasi tumor
Penulit : Metastase ke bagian tubuh lain, katarak post radiasi, perdarahan mata post operativ
Inforn consent : perlu sewaktu akan melakukan oprasistandar
Standar tenaga : dokter spesialis mata dan dokter peserta pendidikkan spesialis mata senior.
Lama perawatan : 1-2 mg
Lama pemulihan : 3-4 mg
Output : prognosis dilihat dari dua sudut , prognosis visus dan prognosis kehidupan.
Patologi anatomi : perlu untuk memastikan diagnose
Autopsi : tidak perlu.

Koroditis purulenta (supurative) endotlamitis


Definisi : peradangan purulent dari tractus vaca yang terbatas dalam jaringan didalam bola mata dan
belum melibatkan sclera, melibatkan vireous retina dan koroid.

Etiologi
Kuman pyrogen yang dating secara
- Eksogen melalui perforasi bulbus oculi juga dapat melalui ulcus cornea perforate, leukoma
adherens yang tipis dan fistula cornea.
- Endoten merupakan metastase dari suatu tempat ditubuh, emboli yang sepsis, meningitis pada
anak skarlatina.
- Perkontinuitanum misalnya kena titus atau selulitus yang menjalar kedaerah yang lebih dalam
dari mata.

Pembagian endotalmitus

- Endotalmitus superative (abses badan kaca)


- Endotalmitus septika
Tanda utama keaduanya : pus didalam badan kaca.

- Endotalmitus superlative dari luar tidak tampak gejala peradangan


- Gejala subjective
-pengelihatan yang lekas hilangdan tidak kembali lagi oleh karena koroid yang sakit dan
rusak tidak dapat kembali lagi
-disertai gejala umum seperti pada infeksi akut lainya : suhu badan tinggi, menggigil dsb
- gejala objective
-visus o atau hanya persepsi cahayadan proyeksi buruk,
-tensi intraokuler sangat rendah
-pemeriksaan fokal: dibelakang lensa tampak warna kuning didalam badan kaca abses,
gambaran fundes tidak terlihat samasekali oleh karena tertutup abses

Pengobatan

Biladiketahui dini dapat dilakukan

- Radiasi dengan sinar rontgen untuk menghancurkan tumor


- Fotokoagulasi denngan sinar laser yang ditujukan kepada tumor
- Eryosurgency suhu 70% dengan suatu alat diberikan pada tumor
- Kemoterapi dengang stastatika

Pada stadium yang lebih lanjut

- Bila masih intraokuler dilakukan enukleasi bulbi (bolamata disertai dengan sclera)
- Bila sudah ekstraokuler dilakukan eksenterasi orbita.
- Keduanya disusul radiasi untuk mencegah kekambuhan.
Pada perjalanan penyakit abses dapat diorganisasi dengan jaringanikat mata menciut dan
terjadilah atrofi bulbi.

Endotalmikus septika : selain peadangan coroid juga terdapat peradangan dari iris badan silia

Gambaran klinis :

Gejala gejala dini :

- Injeksi perikornea
- Kornea yang keruh
- Keratin presipitatmungkin ada hipopion
- Nyeri tekan pada bola mata
- Gerak mata masih baik

Visus lenyap dan tidak kembali lagi yang dapat disebabkan oleh koroid yang berfungsi member
nutrisi untuk sel batang dan kerucut rusak sama sekali oleh degenerasi. Atau hanya persepsi
cahaya dan proyeksi buruk

Gejala umum : rasa sakit, demam, badan lemah , mual, muntah dsbg

Pengobatan : bukan untuk menolong visusnya karena visus tidak dapat diperbaiki lagi.

- Penderita harus dirawat


- Antibiotic spektum luas dan dapat mempenetrasi kedalam mata. Spt penicillin dan
klorampenicol.
- Analsetik dan sedative
- Reboransia
- Kortikosteroid diberikan bila telah diketahui kuman penyebabdan obat yang sensitive bila
daya tahan tubuh penderita baik.
- Vitrektomi cara yang paling mutakhir.

Supaya pengobatan berhasil dengan baik maka perlu pemeriksaan mikroskopis, biakan dan tes
resistensi dari cairan intraocular. Aspirasi badan kaca.

50. Panoftalmitis
Definisi : peradangan diseluruh jaringan dalam bulamata sclera, sclera. Struktur orbital
ekstraoculer dan seluruh jaringan di rongga orbital.

Gambaran klinik :

- Protrusion bulbi
- Mata sukar bergera karena otot-otot yang berisensi kapsula terin pada peradangan tdk dapat
bergerak.
- Palpebra bengkak
- Conjungtiva bulbi kemotik
- Injeksi conjungtiva dan perikornea hebat
- Kornea keruh
- Di Coa dan tidak kembali lagi. Dari persepsi cahaya proyeksi buruk s/d visus o.
- Gejala umum : panas , sakit kepala, gemetaran.

Pengobatan paroftalmitus :

Harus segera karena dapat menyebabkan meningitis sebab pus dpt masuk kedalam ruang tengkorak
melalui foramen optikum.

- Istirahat total
- Antibiotika penicillin atau kloramfenikol sistemik dosis tinggi, gentamisin tetes, salep mata
dan suntikan subjective.
- Eviserasi bulbi perlu dilakukan untuk mempercepat penyembuhandan mencegah penyebaran
yang lebih jauh seperti meningitis purulenta.
- Beri analgetik, sedtive dan reboratia.
Etiologi
Mikroorganisme penyebabnya adalah bakteri pyrogen yang dapat berasal dari endotalmitus
yang terlantar kemudian meluas, atau berasal dari sinus sinus paranasal menjalar keorbital utk
kemudian menyebar keseluruh jaringan mata.

51. Oftalmia Simpatika.


Definisi : Iridisiklitis pada satu mata (sympathizing eye) oleh karena mata yang sebelahnya
(exerting eye) mendapat luka dengan infeksi yang kemudia menderita irisdisiklitis.
Kita harus waspada terhadap timbulnya oftalmia simpatika bila pada mata yang terkena
trauma timbul :
- Hilang timbul
- Telah berjalan 2-3 minggu.
Pada periode ini harus dilakukan penelitian dari sympathizing eye. Periode yang penting yaitu
iritasi sempatika dengan segala geja.
- Fotofobia
- Lakrimasi
- Penglihatan kabur
- Sukar membaca
- Pada pemeriksaan penyinaraan oblik terdapat efek tidal (+) ve
Pada periode outasio simpatika ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan enukleksi
bulbi pada exciting eye . kornea bila iritasio simpatika telah menjadi oftalamia simpatika
makan enukleasi bulbi pada excerting eye akan sia sia saja oleh karena visus pada simpatizing
eye akhirnya menjadi lebih buruk dari pada exciting eye.
Pengobatan oftalmia simpatika
- Antibiotika yang berspektrum luas atau sulf local dan sistemik
- Analgetik sedative bila perlu
- Roboratia
- Korticosteroid yang diberikan berupa : ACTH infuse 25-50 lu dalam 500 cc glukosa 5%.
Tablet sebanyak 10-12 tablet sekaligus selang
seharari cara pembrian seperti pada budosiklitis
biasa.
- Terapi seri demam
- Sulfas atropine 1%
Indikasi gnkleasis bulbi untuk menghinarkan oftalmia simpatika
- Indikasi mutlak : - mata yang pecah sama sekali.
- N. II yang putus.
- Indikasi relative : - badan siliar yang terluka, terutama bila lukanya hebat.
-benda asing yang tdk dapat dikeluarkan.

Tanda Conjunctivitis akut Irisdosiklitis akut Glaucoma akut


Sakit Tidak ada atau hanya Sedang, terutama Hebat diseluruh
sedikit mengenai mata dari bulbus oculi dan
yang di visus n.V yang diulkus N.V
Injeksi Injeksi conjungtiva Injeksi perikornea Injeksi konjungtiva
Pupil Normal Miosis, ireguler Perikorne dan
episklera
Reaksi cahaya Normal Berkurang Lebar, lonjong
Media Jernih Keruh dikornea oleh Cornea keruh karena
kenalitik presipitat, edema. Pada keadaan
edema. lanjut bias katarak.
Coa : sel radang.
Pupil : Oklusi pupil
Badan kaca : sel-sel
radang.
Visus Baik Sedang tidak begitu Buruk sekali
buruk
Timbulnya Perlahan-lahan Perlaha - lahan Tiba – tiba
Gejala sistemik Tidak ada Sedikit Muntah - muntah
Pemeriksaan secret Ada kuman penyebab Negative
Tensi intra ocular Normal Normal, tinggi atau Tingi sekali
turun.
Pengobatan Salep mata antibiotik Mioriatikum Miotikum

Injeksi Conjungtiva Injeksi Silier atau Perikornea


Berasal dari arteri konjungtiva posterior Berasal dari arteri ciliaris anterior
Menyertai kelainan conjungtiva Menyertai kolaman kornea iris, badan siliar,
glaucoma
Secret mikropirulent dan purulent Tidak ada secret, sering lakrimasi
Terutama merah di forniks dan berkurang Merah di limbas dan berkurang diarah
kearah limbus forniks
Warna merah muda Warna merah tua
Membentuk anastomose Tidak ada anastomosis
Berkelok kelok Terdiri dari sinus lurus lurus
Mudah dilihat Tdk jelas tampak
Dapat digerakan pada penekanan pada Tdk dpt digerakan pada penekanan di
palpebra inferior. palpebra inferior

Sambungan pengobatan glaucoma sudut tertutup


Pada fase non-konpestive setelah Tio Normal kemudian ada 2 jalan :
- Diberikan meotika terus menerus
- Dilakukan operasi atas indikasi
a.rumahnya jauh dari Rs
b.orangnya tidak dapat dipercaya melakukan pengobatan secara teratur
Oprasi Irdektomi perifer sehingga didapat hubungan langsung antara bilik mata depan dengan
bilik mata belakang. Jika telah beberapa kali mengalami serangan sehingga terjadi sinechia
anterior perifer/kkn operasi filtrasi seperti pada glaesma sudut terbuka (filtrasi ->
iridenklelsis, trepanasi,sklerotomi dan trabekektomi)
Pengobatan Glaukoma sudut tertutup pada fase akut.
- Pengobatan harus diberikan secara tepat dan cepat, juka terlambat 24-48 jam maka snekia
anterior sudah kuat sehingga pengobatan dengan miotikum tidak berguna lagi TIo harus
sudah dalam 2-4 jam sedapat dapatnya.
Dengan pengobatan dibawah maka TIO yang tinggi sekali dapat ditekan sampai
625mmhg dalam waktu 24 jam . bila tekanan tetap tinggi melebigi 30 mmHg maka diberi
obat hiperosmotik :
- Mannitl 20% : 20 tts/mnt (1,5-3 gr/kgBB)

52. GLAUKOMA
Definisi : suatu penyakit mata dengan karakteristik sebagai berikut

- Tekanan intraokuli > 25 mmHg


- Lapangan pandang menyempit
- Visus menurun
- Pupil atrofi

Criteria diagnose :

- Glaucoma primer sudut terbuka (penyebab diketahui) dan tertutup (penyebab tidak diketahui)
- Glaucoma skunder (sudut bilik mata terbuka/tertutup)
- Glaucoma congenital
- Glaucoma absolute (respon terhadap obat tidak ada lagi)

Diferensial diagnose :

- Uveitis anteriorstadium akut


- Conjungtivitis cat acut

Pemeriksaan penunjang :

- perimeter goldman
- foto retina
- tangent screen
- tonography elektronik
- opthalmoscopy spesialis keeller.

Konsultasi : tergantung keadaan

Perawatan Rs :

Rawat inap : pada glaucoma primer sudut tertutup akuta, glaucoma skunder akut, penderitaa yang
dioprasi

Rawat jalan : penyakit lain-lain.

Terapi :

A1. Obat makan : tab. Acetasolamide . Obat tetes : sol.pilo carpin 2%, sol.timolol maleat 0,25%-
0,50%. Sol.epineprin (adrenalin). Oprasi : trabecculectomi.

A2. Obat makan : Tab.Acetazolamide, Lrt.Glyserol. Obat tetes mata : sol.pilocarpine. Lrt infuse :
lar.mannitol 20% . Oprasi : Trabeculectomi, oprasi secara scheie.

b. Obat makan : Tab.Acetazolamide. Akut : Lar.Glyserol. Obat tetes mata : lihat penyebab
glucomanya. Operasi : lihat penyebab dan keadaan mata.

C1. Diberi acetazolamide 62,5 mg tiap 6 jam. Op : Goiotomi dan trabeculotomi.

C2. Obat makan : Tab.Acetazolamide . Obat tetes mata : bergantung pada keadaan da situasi
kelainan mata. Op : trabeculotomi

D. untuk menghilangkan sakitnya : injeksi alcohol 70% 2cc Retrobulber. Op : Enukleasi

Standar rumah sakit : setiap rumah sakit yang ada spesialis matanya.

Penyulit :

- karena timbul atropi


- buta
- radang dalam bola mata
- catarak
- pedarahan.

Inform Consent : pada setiap oprasi harus ada persetujuan tertulis.


Output :

Rawat jalan : bila pasien cepat dating berobat biasanya tekanan bola mata dapat segera terkontrol
dan kerusakan dari N.opticus selanjutnya dapat ditekan

Rawat inap : sesudah oprasi biasanya dapat diturunkan mendekati normal

Pemeriksaan utama untuk menegakan diagnosis glaucoma

- Tensi oculi : dengan tonometer schiotz atau aplanasi

Cara pemeriksaan tonometer schiotz :

- Sebelum pemeriksaan diberikan anastesi local (pantokain 0,5-1%) tunggu selama 5 mnt
- Tonometer schiotz disterilkan sebelum dipakai (menunjukan angka nol)
- Pasien berbaring dan melihat ventrikal keatas kesatu titik, palpebra superior dan inverior
dilebarkan. Alat diletakkan seolah-olah tergantung.
- Dibaca skala yang didapat missal mTIO 5/5,5 baca table menunjukan TIO 17,3mmHg.
- Visual Field
Dengan menggunakan alat kompimeter dan perimeter.
- Funduscopy dengan opthalmoskop, yang harus diperhatikan adalah pupil yang mengalami
perubahan perenggangan (cupping) dan degenerasi saraf optic (atrofi) yang mungkin
disebabkan beberapa factor :
a. Peningkatan TIO mengakibatkan bagian peredaran darah pada pupil sehingga terjadi
degenerasi berkas-berkas serabut saraf pada papil saraf optic.
b. Tekanan intra okuler menekan pada bagian tengah optic yang mempunyai daya tahan
terlemah dari bola mata bagian tepi papil relative lebih kuat dari bagian tengah sehingga
terjadi pada papil ini.
- Visus diperiksa dengan Snellen Chart
Pemeriksaan Tambahan
a. Gonioskopi
b.Tonografi
c.Tes Provokasi
Untuk glaucoma sudut terbuka
- Tes minum air : penderita disuruh berpuasa tanpa pengobatan selama 24 jam kemudian
disuruh minum 1 liter air dalam 5 menit. Evaluasi TIO setiap 15 menit dalam 1,5 jam.
- pressure Congestion test : pasang tensimeter dalam ketinggian 50-60 mmHg selama 1
menit.bila >11 pasti patologis.

Untuk glaucoma sudut tertutup

-tes kamar gelap

-tes membaca

53. KATARAK

Definisi

 Anatomis  kekeruhan lensa.


 Fisiologis  kekeruhan lensa disertai dengan penurunan visus.
 Biokimia  koagulasi lensa akibat terjadinya kekeruhan lensa (kekeruhan lensa
akibat koagulasi protein irreversibel).

Pembagian katarak

 Katarak kongenital :
o Lensa keruh sejak lahir
o Dapat pada sebelah mata atau kedua mata
o Bentuknya :
 Katarak lamellar/zonular
 Terlihat sesudah bayi lahir
 Kekeruhan dapat menutupi seluruh pupil
 Bila kekeruhan sangat tebal perlu operasi.
 Katarak polaris posterior
 Disebabkan oleh menetapnya selubung vaskuler lensa
 Persisten arteri hyaloid, mengakibatkan kekeruhan lensa.
 Terapi : operasi optik iredektomi.
 Katarak polaris anterior
 Katarak ini diikuti oleh kekeruhan di dalam bilik mata dengan
menuju ke kornea, kekeruhan ini seperti pyramid
 Bila tidak mengganggu penglihatan, tidak perlu dilakukan
operasi.
 Katarak inti/nuklear
 Katarak inti jarang ditemukan.
 Kadang-kadang seperti bintik-bintik saja.
 Bila tidak mengganggu penglihatan tidak memerlukan operasi.
 Katarak sutural.
 Merupakan Y sutura di inti lensa
 Bila tidak mengganggu penglihatan tidak memerlukan operasi.
 Katarak developmental  kekeruhan pada lensa pada saat lensa dibentuk. Jadi lensa
belum pernah mendapat keadaan normal.
 Katarak degeneratif
o Katarak degeneratif primer
 Berdasarkan umur
 Katarak juvenitus  usia <20 tahun
o Merupakan katarak developmental
o Biasanya konsistensinya lembek.
o Terjadi pada anak-anak sesudah lahir
o Bisa pada satu mata atau kedua mata
o Bila satu mata katarak, jangan tunggu lebih enam bulan,
bisa terjadi strabismus.
o Pupil warna putih/leukokornea.
o Visus 3/60 atau lebih kecil : dilakukan operasi.
 Katarak presenilus  usia 20-50 tahun
 Katarak senilus  usia > 50 tahun
o Terjadi pada usia 40 tahun atau lebih.
o Visus kabur sampai menurun sekali.
o Penglihatan seperti ada asap atau embun.
o Pupil wara purih atau coklat atau abu-abu atau hitam.
o Sebelum penglihatan menurun, pasien merasa
penglihatannya silau / glare.
o Bila visusnya 1/60 -3/60 atau lebih kecil : dilakukan
operasi.
 Berdasarkan stadium
 Stadium insipien
o Stadium yang paling dini, belum menimbulkan
gangguan visus atau bila ada, dengan koreksi visus
masih dapat 5/5-5/6.
o Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa
bercak0bercak seperti bagi (jari-jari roda).
 Stadium immatur
o Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa dan
terutama terdapat dibagian posterior dan bagian
belakang nukleus lensa.
o Shadow test (+)  bayangan pada lensa yang keruh
dengan penyinaran (+)
o Refleks fundus (+)
 Stadium matur
o Kekeruhan sudah menyeluruh pada semua bagian lensa
sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan
kembali di permukaan anterior lensa  shadow test dan
refleks fundus (-)
 Stadium hipermatur
o Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah
mencair sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya
beratnya ke bawah. Melalui pupil pada daerah yang
keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran
di bagian bawah dengn warna yang lain daripada bagian
diatasnya yaitu kecoklatan.
o Terdapat 2 mekanisme yang dapat menimbulkan
glaukoma :
 Fakolitik
 Substansi lensa yang keluar akan
direasorbsi oleh sebukan fagosit dan
makrofa yang banyak di CoA sebukan
ini sedemikian banyaknya sehingga
dapat menyumbat sudut Coa 
glaukoma.
 Substansi lensa sendiri yang menumpuk
di sudut CoA terutama bagian kapsul
lensa dan menyebabkan exfolation
glaukoma
 Fakolitoksik
 Substansia lensa meruoakan zat yang
toksik bagi mata (protein asing) sehingga
terjadi reaksi alergi dan timbul uveitis.
Uveitis dapat menyebabkan glaukoma.

o Katarak degeneratif komplikata  terjadi sekunder atau penyulit di penyakit


lain. Penyebabnya adalah :
 Penyakit lokal pada mata (menyebabkan katarak monokuler)
 Uveitis
 Glaukoma
 Miopia maligna
 Ablatio retina yang telah lama
 Penyakit sistemik (menyebabkan katarak binokuler)
 Galaktosemia
 Diabetes melitus  katarak pada orang tua dengan DM
biasanya bukan katarak diabetika tetapi katarak senilis yang
dipercepat dengan DM.
 Akibat insufiensi glandula paratiroid.
 Trauma  umumnya menimbulkan katarak monokuler.
 Fisik : radiasi sinar rontgen, sinar UV dan neutron.
 Mekanik : pasca bedah dan kecelakaan.
 Kimia : oleh zat toksik, seperti naftalim, dinitrofenol yang
banyak dipakai sebagai pengurus badan.

Gejala katarak

 Adanya perubahan refraksi bila sebelumnya memakai kacamata.


 Miopia yang bertambah
 Visus yang berangsur-angsur menurun  kesulitan membaca
 Terdapat koagulasi pada lensa  silau (kesulitan melihat pada cahaya terang).
 Halo (melihat lingkaran disekitar lampu)
 Diplopia monokuler.

Indikasi ekstraksi katarak

 Pada bayi < 1 tahun  bila fundus tidak terlihat


 Pada usia lanjut
o Indikasi klinis : jika katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma
meskipun visus masih baik untuk bekerja  dilakukan setelah keadaan
menjadi tenang
o Indikasi visual :
 Katarak monokuler
 Bila sudah masuk stadium matur
 Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi lebih baik daripada
sebelum operasi.
 Katarak binokuler
 Bila sudah masuk dalam stadium matur
 Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari.

Differensial diagnosa :

 Katarak kongenital
o Retinoblastoma
o Retrolental fibroplasia
 Katarak juvelis
o Sclusiopupilae
 Katarak senilis
o Sclusiopupilae

Diagnosa katarak menjadi sempurna bila disebutkan :

 Klasifikasi menurut umur


 Keadaan stadiumnya
 Ada/tidaknya intumesensi

Pemeriksaan sebelum operasi:

 Fungsi retina harus baik


 Tidak boleh ada infeksi pada mata atau jaringan sekitar
 Tidak boleh ada glaukoma
 Visus setelah dikoreksi batasnya pada orang yang buta huruf 5/50 sedangkan pada
orang yang terpelajar 5/20
 Keadaan umum harus baik, tidak boleh ada hipertensi, DM, batuk menahun,
dekompensasi cordis.

54. UVEITIS ANTERIOR

Etiologi

Gangguan sistemik pada tempat lain yang seara hematogen dapat menjalar ke mata atau
timbul reaksi alergi di mata.
 Stadium II-III  penyebab yang banyak di Indonesia
 TBC dan gonore
 Gout
 Infeksi gigi, telinga, hidung.
 Infeksi virus, cacing, jamur
 DM
 Trauma perforata
 Oftalmia simpatika
 Idiopatik

Gejala subjektif

 Rasa sakit terutama di bulbus oculi, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah
badan siliar.
 Sakit kepala di kenaing yang menjalar ke temporal
 Fotopobia
 Lakrimasi
 Gangguan visus

Gejala objektif

 Palpebra bengkak
 Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva dan injeksi siliar
 Kornea keruh karena edema dan keratik prespitat
 CoAA dalamnya dapat normal, dapat pula dangkal apabila terdapat iris bombe. Bila
terdapat sinerkia posterior maka CoA menjadi dalam.

Diferensial diagnosa : konjungtivitis akut dan glaukoma akut.

Pemeriksaan penunjang : bila telah diobati dengan obat nonspesifik tidak ada kemajuan,
maka diperlukan pemeriksaan skin tes TB, fiksasi komplemen toxoplasmosis, laboratorium
klinik.
Penyulit :

 Glaukoma komplikata
 Endophtalmitis
 Occlucio pupilae
 Symphatise uveitis

Uveitis
(peradangan pada traktus uvea)

Menurut anatomi Menurut klinis

Uveitis Uveitis non


Uveitis anterior Uveitis posterior
purulenta purulenta

 Iritis
 choroiditis  Endophtalmitis
 Cyclitis  Non granulomatosa
 chorioretinitis  panophtalmitis
 iridocyclitis  granulomatosa
 retinochoroiditis

Mekanisme glaukoma pada Iridoskilitis

Iridoskilitis
Produksi akeus Penyumbatan sudut Peradangan pada oklusiopupil
humor bertambah CoA oleh sel-sel trabekula
radang dan fibrin

Glaukoma sekunder

Pengobatan iridosklitis akut

Harus secepatnya diberikansulfur atropin 1%. Mula-mula diberikan setiap 2 jam 1 tetes
sampai pupil melebar sekali dan tetap lebar, kemudian cukup 3 kali sehari.

Khasiat sulfur atropin

 Mengurangi kongesti pada tempat peradangan


 Menyebabkan midriasis sehingga melepaskan sinekia posterior yang ada dan
mencegah pembentukan yang baru.
 Melumpuhkan otot pupil dan otot silier sehingga mata tidak dapat berakomodasi dan
dalam keadaan istirahat.

55. KELAINAN REFRAKSI

Nama penyakit/diagnosis : hipermetropia adalah suatu keadaan dimana sinar-sinar sejajar


sumbu bola mata dimana mata dalam keadaan istirahat dibias jatuh di belakang retina.

Kriteria diagnosa : berdasarkan gejala dan tanda


 Gejala : sakit kepala baik melihat dekat dan jauh.
 Tanda :
o Mata agak merah
o Coa agak dangkal, pupil agak kecil
o Melihat dekat dan jauh kabur dan dapat dikoreksi dengan lensa spheris positif.
 Gejala subjektif :
o Rabun dekat terang jauh terkecuali bila hipermetropianya tinggi atau pada
orang tua
o Astenopia akomodatf :
 Sakit disekitar mata
 Sakit kepala sampai di occiput dan frontal juga bagian lain di kepala
 Konjungtiva merah
 Lakrimasi
 Fotofobia ringan
 Mata terasa panas, berat dan mengantuk.

Macam hipermetropia

 Hipermetropia manifest  dikoreksi dengan akomodasi masih ada. Ditentukan


dengan lensa spheris (+) ve terbesar yang menyebabkan visus sebaik-baiknya (yang
terbanyak menghilangkan akomodasi),
 Hipermetropia total  yang dikoreksi setelah akomodasi dilenyapkan atau pada
relaksasi mm. Siliaris setelah pemberian sikloplesia.
 Hipermetropia laten  hipermetropia totalis – hipermetropia manifest 
menunjukkan kekuatan tonus dari mm. Siliaris.

Pada orang muda dimana otot masih kuat, hipermetrop laten sangat besar sehingga pemberian
sikloplesia perlu untuk menentukan derajat hipermetropia pada orang –orang ini. Makin tua
maka daya akomodasi makin kurang, hipermetropia laten berkurang juga dan hipermetropia
manifest bertambah.

Komplikasi

 Glaukoma
Terjadi karena coa yang dangkal pada hipermetropia merupakan presidposisi anatomis untuk
glaukoma sudut tertutup.

 Strabismus konvergen

Disebabkan akomodasi yang terus menerus disertai dengan kovergensi yang terus menerus
pula.

56. MIOPIA

Miopia adalah suatu keadaan dimana sinar-sinar sejajar sumbu bola mara dimana mata dalam
keadaan istirahat dibiaskan jatuh di depan retina.

Miopia juga didefinisikan sebagai suatu kelainan refraksi dimana sinar yang sejajar dengan
garus sumbu bola mata dalam keadaan istritahat (tanpa akomodasi) dibiaskan di depan retina.
Gejala subjektif

 Terang dekat, jauh kabur


 Muscal foliantantes : bintik-bintik hitam pada lapangan pandang akibat sel-sel retina
yang terlepas dan masuk ke dalam vitreous humor
 Asteropia muscukaris : lekas lelah, pusing, silau, mengantuk

Gejala objektif

 Coa dalam  karena m.siliaris atrofi sehingga letaknya lebih ke dalam.


 Pupil agak dilatasi karena orang miopia jarang berakomodasi.
 Vitreous humor keruh

Berdasarkan progresivitas miopia

 Miopia stationer (simplex)  kelainan fundus (-), penambahan dioptri (+) sedikit
pada waktu atau segera setelah pubertas atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20
tahun.
 Miopia proggressine  kelainan mencapai puncaknya waktu masih remaja,
bertambah terus sampai usia 25 taun.
 Miopia maligna  miopia yang disertai dengan kelainan degeneratif di koroid dan di
bagian lain pada mata.

Pembagian miopia :

 Miopia ringan : -0,25 sampai dengan -3,0


 Miopia sedang : -3,25 sampai dengan – 6,0
 Miopia berat > - 6,00

Prinsip koreksi

Bila perbedaan diptri untuk kedua mata > 3 dioptri maka pasien akan melihat bayangan
doubble sehingga spheris tertinggi harus diturunkan pada anisometropia binokuler.

Pedoman koreksi miopia

Visus 6/60 (5/50)  S- 2,0 D


Visus 6/36 (5/30)  S -1,5 D
Visus 6/24 (5/20)  S – 1,0 D
Visus 6/18 (5/15)  S – 0,75 D
Visus 6/12 (5/10)  S – 0,50 D
Visus 6/8 (5/7.5)  S – 0,25 D
Visus 5/60  S – 3,0 D

Terapi

 Dikoreksi dengan lensa spheris negatif


 Radial kerato tomi, excimer laser.

Komplikasi : strabismus divirgen dan ablatio retina

57. Anisometropia

Definisi : Suatu keadaan dimana didapatkan perbedaan refraksi yang besar pada kedua mata
(>3 dioptri) sehingga : a. Mata dipakai bergantian
b. satu mata tidak dipakai sama sekali
Pembagian anisometropia

1. Simple myopieas/hypermetropieas anisometropia


 Salah satu mata emetrop sedang yang lain miopia atau hipermetropia

Contoh : OD : plano (emetrop)  OS : miopia atau hipermetrop
OD : plano  OS : S + 4, OD atau S – 4 OD
2. Compound myopia/ hipermetropia anisometropia
 Keduaanya miopia atau hipermetropia tetapi dengan perbedaan derajat yang
besar.
 Contoh : OD : S – 1, 00  OS : 5 – 5,00

OD : S+ 1,00  OS: 5 + 5,00

3. Mixed anisometropia
 Salah satu mata miopia dan yang lain hipermetropia atau satu dikoreksi
dengan silindris (-) dan yang lain dengan silindris (+)
 Contoh : OD: 5 – 1,00  OS 5 + 1, 00
0
OD: C – 0,25 x 90  OS : C + 0,25 x 900
4. Simple astigmatisma anisometropia
 Salah satu mata emetrop dan yang lain astigmatisma myopic atau
astigmatisme hypermetropia simple.
 Contoh : OD : Plano  OS: C + 4,00 x 1350 atau C-4,00 x 900
5. Compound astigmatisme anisometropia
 Contoh : OD : C – 1,00 x 1800  OS: C – 5,00 x 1800
OD : C + 1,00 x 900  OS: C + 5,00 x 900

Prinsip penatalaksanaan anisomtropia

 Bila satu mata emetrop dan mat yang lain ametrop, kacamata diperlukan supaya
mata yang ametrop tidak menjadi rusak karena tidak dipakai (ambliopia ex
anopsia) dan untuk menghindari astempia. Bila perbedaan tidak begitu besar (1 –
20) dan ada penglihatan binokuler berikan koreksi penuh.
 Pada perbedaan refraksi yang besar, koreksi penuh dapat memberikan perasaan
tidak enak dalam hal ini diberikan koreksi sebagian dari mata yang paling
ametrop. Umpamanya mata kanan memerlukan koreksi S – 1,00 , mata kiri S –
6,00 maka S – 6,00 sedikit sedikit dikurangi sampai tidak menimbulkan keluhan
keluhan pada penderita bila tidak terdapat penglihatan binokuler yang baik,
koreksi penuh dapat diberikan.

58. Astigmatisme

Definisi : adalah suatu keadaan dimana sinar – sinar sejajar sumbu penglihatan tidak di
biaskan pada 1 titik.

Kriteria diagnosis : berdasarkan tanda dan gejala

- Gejala : pandangan kabur, melihat cahaya pecah, melihat benda – benda bisa nampak
bengkak.
- Tanda : melihat kabur dan dapat dikoreksi dengan lensa silindris.

Klasifikasi astigmatisme

a. Astigmatisme myopieus simplex : koreksi dengan lensa silindris (-)


b. Astigmatisme hypermetropikus simplex : koreksi dengan lensa silindris (+)
c. Astigmatisme myopieus comositum : koreksi dengan lensa spheris (-) terbaik
kemudian dikoreksi dengan lensa silindris (-)
d. Astigmatisme hypermetropikus compositum : koreksi dengan lensa spheris (+) terbaik
yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik baru kemudian dikoreksi dengan
silindris (+).
e. Astigmatisme mikstus tdd:
- Koreksi dengan lensa spheris (-) terbaik kemudian dikoreksi kembali dengan lensa
silindris (+)
- Koreksi dengan lensa spheris (+) terbaik kemudian dikoreksi kembali dengan
lensa silindris (-).

Diferensial diagnosis :

- Myopia
- Hipermetropia

Pemeriksaan penunjang :

- Lepas astigmat
- Lensa silinder
- Fogging lens

59. Presbiopia

Definisi : Suatu keadaan dimana punctum proximum (titik terdekat yang dapat dilihat dengan
akomodasi maksimum) telah menjadi jauh sehingga sulit membaca mulai terjadi pada usia 40
tahun.

Koreksi :
- Lensa spheris (+)

Patokan koreksi berdasarkan usia

1. Usia 40 tahun  kedua mata harus diberi lensa Sp + 1


2. Usia 45 tahun  kedua mata harus diberi lensa Sp + 1,5
3. Usia 50 tahun  kedua mata harus diberi lensa Sp + 2
4. Usia 55 tahun  kedua mata harus diberi lensa Sp + 2,5
5. Usia > 60 tahun  kedua mata harus diberi lensa Sp + 3
 Maksimal diberikan lensa spheris (+) 3 supaya orang masih dapat mengerjakan
pekerjaan dekat pada jarak yang enak (jarak yang baik 33 cm), tanpa melakukan
konvergensi yang berlebihan.

Gejala subjective presbiopia

1. Semua pekerjaan dekat sukar dikerjakan oleh karena menjadi kabur dimana
diperlukan penerangan yang lebih kuat untuk dapat bekerja  pupil mengecil dan
penglihatan lebih terang.
2. Segala pekerjaan dekat seperti membaca, menjahit dsb dapat dikerjakan hanya bila
jaraknya lebih dijauhkan sehingga sangat mengganggu seolah olah tangannya terlalu
pendek untuk pekerjaan tsb.
3. Kalau tidak dikoreksi juga akan menimbulkan tanda astenopia berupa mata sakit,
lekas capai, lakrimasi.
4. Tanda tanda ini bertambah hebat pada penerangan yang buruk atau pada waktu malam
hari.
5. Penderita presbiopia harus dikoreksi dahulu penglihatan jauhnya sampai sebaik –
baiknya baru kemudian diberikan kacamata presbiopia yang sesuai dengan usianya
untuk kedua mata dengan kekuatan yang sama.
- Contoh : VOD dengan koreksi Sp +1  5/5 umur 42 tahun
VOS dengan koreksi Sp + 0,5  5/5 umur 42 tahun
 Berdasarkan umur untuk penglihatan dekat ditambahkan Sp + 1,25 jadi resep
kacamatanya ditulis :
- Kacamata jauh : OD : Sp+1 , OS : Sp + 0,5
- Kacamata dekat : OD : Sp+2,25 , OS : Sp + 1,75
 Atau dapat ditulis :
- Kacamata jauh : OD : Sp + 1 OS : Sp + 0,5 Adde Sp + 1,25 ODS
- VOD dengan koreksi Sp (-) 3 5/5 umur 45 tahun
- VOD dengan koreksi Sp (-) 2,5  2/5 umur 45 tahun
 Berdasarkan umur untuk penglihatan dekat ditambahkan Sp + 1,5
 Jadi resep kacamatanya ditulis:
- Kacamata jauh : OD : Sp – 3 OS : Sp – 2,5
- Kacamata dekat: OD : Sp – 1,5 OS : Sp – 1,0
- Atau kacamata jauh: OD : Sp – 3 OS : Sp – 2,5 Adde Sp + 1,5 ODS
 Contoh kasus presbiopia
a. Kacamata jauh : VOD : Sp + 1 OS : Sp + 0,5 Adde Sp + 1,25 ODS
Bila digambarkan menjadi :

OD OS

Sp + 1 Sp + 0,5

Sp + 2,25 Sp + 1,75
75

b. Kacamata jauh : OD : Sp – 3 OS : Sp – 2,5 Adde Sp + 1,5 ODS


Bila digambarkan menjadi

OD OS

Sp - 3 Sp – 2, 5

Sp – 1,5 Sp – 1,0

60. Diagram Hasil Tonometer

You might also like