You are on page 1of 8

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

DAN SIKAP KLIEN GOUT ARTHRITIS DI PUSKESMAS


TAHUNA TIMUR KABUPATEN SANGIHE

Eni Kurniawati
Adeleida Kaawoan
Franly Onibala

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
email : enii_kurniawati@yahoo.com

Abstract: Gout Arthritis is a type of rheumatic diseases associated with impaired acid kinetic
namely hyperuricemia. Hyperuricemia is a uric acid levels in the blood above normal,
according to data from the District Health Center East Tahuna. Regency of Sangihe
mentioned in the period January 2014 to March 2014 there were 143 patients with Gout
Arthritis. The purpose of this study was to determine the effect of health education on
knowledge and attitude of Gout Arthritis clients in health center East Tahuna. The research
method used was a pre-experimental design with "One group Pre test post test design" in one
group, the population in this study were all patients of Gout Arthritis who visit the Health
Center East TahunaSangihe regency, with a samples 45 persons. The measuring instrument
used was a questionnaire, the data obtained were processed using the Wilcoxon Sign Rank
Test with a significance level (α) = 0.05. The results showed there is an effect of health
education on knowledge and attitude of Gout Arthritis clientsin the health center East
Tahuna, based on Wilcoxon statistical test obtained  = 0.000, which meant  was smaller
than α (0.05). The conclusion of this research there was a effect of health education on
knowledge and attitude of Gout Arthritis client’s in health center East Tahuna, Regency of
Sangihe.

Keyword: Health education, Knowledge, attitude, Gout Arthritis Client

Abstrak: Gout Arthritis merupakan jenis penyakit reumatik berhubungan dengan


gangguan kinetik asam yaitu hiperurisemia. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar
asam urat dalam darah diatas normal, Berdasarkan data dari Puskesmas Tahuna Timur
Kab. Sangihe menyebutkan dalam kurun waktu Januari 2014 sampai dengan Maret 2014
terdapat sebanyak 143 pasien penderita Gout Arthritis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout
Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-
eksperimen dengan desain “One group pre-post test design” dalam satu kelompok, populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita Gout Arthritis yang berkunjung di
Puskesmas Tahuna Timur Kab Sangihe, dengan jumlah sampel 45 orang. Alat ukur yang
digunakan adalah kuisioner, data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon
Sign Rank Test dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Hasil penelitian menunjukan ada
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout Arthritis di
Puskesmas Tahuna Timur, dimana berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai
= 0.000, yang berarti nilai  lebih kecil dari α (0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap klien Gout
Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur Kab. Sangihe.

Kata Kunci : Penyuluhan kesehatan, Pengetahuan, Sikap, Klien Gout Arthritis

1
PENDAHULUAN Gout Arthritis merupakan masalah
Gout Arthritis merupakan jenis penting bagi kesehatan masyarakat
penyakit reumatik berhubungan dengan karena memiliki angka kesakitan,
gangguan kinetik asam yaitu hiperurisemia. kecatatan, komplikasi dan biaya yang
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar tinggi. Dalam penelitian Ranti (2012), di
asam urat dalam darah diatas normal, Propinsi Sulawesi Utara mengungkapkan
secara biokimia akan terjadi hiperurisemia fakta bahwa, sekitar (35%) penduduk
yaitu kelarutan asam urat diserum yang memiliki kadar asam urat yang tinggi.
melewati ambang batasnya. Batasan Dalam hal ini penyuluhan kesehatan
hiperurisemia secara ideal yaitu dua sangatlah penting bagi masyarakat
standar deviasi hasil laboratorium pada penderita Gout Arthritis agar lebih
populasi normal namun secara pragmatis memahami tentang penyakit tersebut
dapat digunakan patokan kadar asam dan dapat merubah pola hidupnya demi
urat >7 mg/dl pada pria dan >6 mg/dl tercapainya hidup sehat. Menurut
pada perempuan. (Hidayat, 2009). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa
Prevalensi kejadian hiperurisemia di pengetahuan atau kognitif merupakan
dunia meningkat seiring dengan domain yang sangat penting untuk
peningkatan jumlah penduduk. Di Amerika terbentuknya tindakan seseorang.
Serikat sebanyak 5%,di Inggris sekitar Perilaku yang didasari oleh
6,6%, di Scotlandia sebesar 8%. Di New pengetahuan akan lebih langgeng
Zealand hiperurisemia lebih banyak di daripada perilaku yang tidak didasari
jumpai pada laki-laki dari suku Maori oleh pengetahuan.
(27,1%) dibandingkan dengan laki-laki Data yang di peroleh dari Dinas
Eropa (9,4%). Penelitian di Atayal usia Kesehatan Kabupaten Sangihe pada
diatas 18 tahun menunjukkan bahwa tahun 2013 penyakit Gout Arthritis
kejadian hiperurisemia sekitar 41,4%. berjumlah 2464 atau 5,23%. Sedangkan
Epidemiologi hiperurisemia di Indonesia data yang diperoleh dari Puskesmas
menduduki urutan kedua setelah Tahuna Timur, pada tahun 2014 terdapat
osteoartritis. Di Indonesia, pertama kali di 496 kasus atau 6,3%. Penyakit ini adalah
teliti oleh seorang dokter Belanda, Horst penyakit yang terdaftar dalam urutan ke 5
(1935) yaitu menemukan 15 kasus Gout dari 10 penyakit terbesar yang ada di
Arthritis berat pada masyarakat kurang Puskesmas Tahuna Timur. Data yang di
mampu. Dari beberapa data hasil penelitian peroleh dari bulan januari sampai maret
seperti di Sinjai (Sulawesi Selatan) di 2014 pasien yang berkunjung berjumlah
dapatkan angka kejadian hiperurisemia 2769 orang, dan yang menderita Gout
10% pada pria dan 4% pada wanita. Di Arthritis adalah 143 orang atau 5,2%.
Minahasa (Sulawesi Utara) diperoleh
angka kejadian hiperurisemia 34,30% METODOLOGI PENELITIAN
pada pria dan 23,31% pada wanita usia Desain penelitian menggunakan
dewasa awal, sedangkan penelitian yang metode pre eksperimen dengan design
dilakukan di Bandungan (Jawa Tengah) one-group-pre-test-posttest telah
kerja sama dengan WHO-COPCORD dilaksanakan di Puskesmas Tahuna Timur
terhadap 4.683 sampel berusia antara 15- Kabupaten Sangihe, dengan alokasi waktu
45 tahun didapatkan angka kejadian mulai dari penyusunan proposal penelitian
hiperurisemia pada pria 24,3% dan sampai penyusunan skripsi yaitu mulai
wanita 11,7%. Penyakit peningkatan dari bulan Mei sampai Agustus 2014.
kadar asam ini tidak hanya menyerang Populasi dalam penelitian ini adalah
orang lanjut usia tetapi seseorang dengan populasi dengan Gout Arthritis yang
usia produktif juga bisa terserang berobat di Puskesmas Tahuna Timur
penyakit ini. (Mutoharoh, 2013) Kabupaten Sangihe, perbulan 51 orang.

2
Teknik pengambilan sampel dalam pengetahuan Kurang Baik. Untuk
penelitian ini menggunakan teknik mengukur sikap responden digunakan
Purposive sampling. Berdasarkan skala Guttman dengan menggunakan dua
perhitungan berikut (Setiadi, 2007): interval yaitu setuju dan tidak setuju.
Apabila menjawab setuju di beri nilai 2
dan tidak setuju diberi nilai 1. Jumlah
pertanyaan sebanyak 10 item. Selanjutnya
5 untuk menentukan sikap responden
n= digunakan nilai median.
5 (0,05 )
a. Skor terendah x jumlah pertanyaan :
n = 5 rang
1 x 10 = 10
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 45 b. Skor tertinggi x jumlah pertanyaan :
responden. Kriteria inklusi dalam penelitian 2 x 10 = 20.
ini yaitu Pasien yang menderita Gout Nilai median yang diperoleh adalah:
Arthritis baik yang kambuh maupun yang (10 + 20) : 2 = 15
tidak kambuh yang berkunjung di Nilai median yang diperoleh adalah:
Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten (10 + 20) : 2 = 15
Sangihe, Bersedia menjadi responden
penelitian, Memahami bahasa Indonesia Nilai median 15 selanjutnya digunakan
dan mampu berkomunikasi. Kriteria sebagai cut off poin. Apabila total jawaban
eksklusi dalam penelitian ini yaitu res responden berada di atas atau sama
ponden Berhalangan hadir pada saat dengan nilai median (≥ 5) maka
penelitian, Pasien yang mengalami dikategorikan sikap Baik, dan apabila total
komplikasi. Instrumen atau alat ukur yang jawaban responden kurang dari nilai
digunakan dalam penelitian ini adalah median (<15) dikategorikan sikap Kurang
lembar kuesioner untuk mengukur Baik.
pengetahuan dan sikap. Pengukuran Setelah data yang telah
pengetahuan menggunakan skala dikotomi dikumpulkan selanjutnya dilakukan
dilakukan melalui wawancara terhadap pengolahan melalui tahap sebagai berikut:
responden dengan pemberian bobot, apabila pemeriksaan kembali (editing),
menjawab benar diberi nilai 1 dan apabila pengkodean ( koding), proses/ entri data
menjawab salah diberi nilai 0. Pertanyaan (proccessing), dan pembersihan data
terdiri dari 12 item, untuk menentukan skor (cleaning). Etika dalam penelitian etika ini
keseluruhan diperoleh berdasarkan nilai ditekankan pada Informed Consent,
median yaitu : Anonimity, dan Confidentialy
.(Notoatmodjo, 2011)
a. Skor tertinggi x jumlah pertanyaan :
1 x 12 = 12 HASIL dan PEMBAHASAN
b. Skor terendah x jumlah pertanyaan : A. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasar umur
0 x 12 = 0. responden
Nilai median yang diperoleh adalah:(12 Banyak responden
+ 0) : 2 = 6 No. Umur
N %
1. 30-40 Tahun 19 42,2
Nilai median 6 selanjutnya digunakan 2. 41-50 Tahun 10 22,2
sebagai cut off poin. Apabila total jawaban 3. 51-60 Tahun 8 17,8
responden berada di atas atau sama dengan 4. 61-70 Tahun 5 11,1
(≥6) nilai median maka dikategorikan 5. >71 Tahun 3 6,7
pengetahuan Baik, apabila di bawah nilai Total 45 100
median (<6) maka dikategorikan

3
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasar jenis kelamin Tabel 7. Pengetahuan Setelah Diberikan
responden Penyuluhan Kesehatan Tentang Gout Arthritis
Jenis Banyak responden Pengetahuan Setelah Banyak
No.
Kelamin n % No. Diberikan responden
1. Laki-laki 13 28,9 penyuluhan N %
2. Perempuan 32 71,1 1. Baik 45 100
Total 45 100 2. Kurang Baik 0 0
Total 45 100
Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan
responden Tabel 8. Sikap Sebelum Diberikan Penyuluhan
Banyak responden Kesehatan Tentang Gout Arthritis
No. Pendidikan
n % Sikap Sebelum Banyak
1. SD 12 26,7 No. Diberikan responden
2. SMP 8 17,8 penyuluhan n %
3. SMA 11 24,4 1. Baik 30 66,7
4. PERGURUAN 14 31,1 2. Kurang Baik 15 33,3
TINGGI Total 45 100
Total 45 100
Tabel 9. Sikap Setelah Diberikan Penyuluhan
Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan Kesehatan Tentang Gout Arthritis
responden Sikap Setelah Banyak
Banyak responden No. Diberikan responden
No. Pekerjaan
n % penyuluhan n %
1. PNS 5 11,1 1. Baik 45 100
2. Wiraswasta 4 8,9 2. Kurang 0 0
3. petani 8 17,8 Total 45 100
4. Pegawai Swasta 8 17,8
5. Buruh 1 2,2 B. Analisis Bivariat
6. IRT 16 35,6 Tabel 1. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
7. Pensiunan 3 6,7 Terhadap Penyuluhan Kesehatan Tentang Gout
Total 45 100 Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur
Pengetahuan
variabel 
kurang baik
Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan Riwayat
Sebelum
Keturunan Gout Arthritis 16 29
Penyuluhan
Riwayat Gout Banyak responden 0,000
No. Sesudah
Arthritis n % 0 45
Penyuluhan
1. Tidak ada 20 44,4 <0,05 = signifikan
2. Ada 25 55,6
Total 45 100 Tabel 2.Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Sikap Kesehatan Tentang Gout Arthritis di
Puskesmas Tahuna Timur
Tabel 6.Pengetahuan Sebelum Diberikan
Sikap
Penyuluhan Kesehatan Tentang Gout Arthritis variabel 
kurang baik
Pengetahuan Sebelum Banyak responden Sebelum
No. 15 30
Diberikan penyuluhan n % Penyuluhan
0,000
1. Baik 29 64,4 Sesudah
0 45
2. Kurang Baik 16 35,6 Penyuluhan
Total 45 100 <0,05 = signifikan

4
A. Karakteristik Responden keluarganya adalah 25 responden. Yang
Berdasarkan penelitian yang telah mendukung item riwayat Gout Arthritis
dilakukan bahwa karakteristik responden (Tjokoprawito, 2007)
berdasarkan umur yang paling banyak yaitu Karakteristik responden berdasarkan
responden yang berusia 30-40 tahun pendidikan yang paling banyak yaitu
sebanyak 19 orang (42,2%). Hal ini sesuai responden perguruan tinggi (31,1 %).
dengan teori yang mengatakan rentang Tingkat pendidikan seseorang
umur yang biasanya beresiko terkena Gout mempengaruhi pengetahuan pendidikan
Arthritis adalah usia 30 – 50 tahun pada laki merupakan suatu kegiatan sadar tujuan,
–laki, dan pada perempuan kebanyakan yaitu tercapainya tujuan yang diinginkan.
terjadi saat memasuki usia monopause Pendidikan adalah proses perubahan sikap
Perbedaan angka kesakitan Gout Arthritis dan tata laku seseorang atau sekelompok
ini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik. orang dalam usaha mendewasakan
diantaranya adalah faktor keturunan yang manusia melalui upaya pelatihan dan
terkait dengan jenis kelamin atau perbedaan pengajaran, proses pembuatan dan cara
hormonal, dimana kadar asam urat laki-laki mendidik ( Ngatimin, 2003). Hasil
cenderung meningkat sejalan dengan penelitian di Puskesmas Tahuna Timur,
peningkatan usia. (Tjokroprawito, 2007) hasil penelitian menunjukkan bahwa
Karakteristik responden berdasarkan masih banyak responden penelitian yang
jenis kelamin, didapatkan perempuan lebih berpendidikan SMP (17,8%), SD (26,7).
banyak dari pada jenis kelamin laki-laki Rendahnya tingkat pendidikan maka akan
yaitu 71,1 % dan 28,9 %. Tjokoprawito diikuti oleh penurunan derajat kesehatan
(2007) mengatakan bahwa salah satu seseorang dikarenakan pengetahuan yang
penyebab kesakitan Gout Arthritis adalah cukup untuk seseorang melakukan
faktor intrinsik diantaranya jenis kelamin pencegahan terhadap penyakit Gout
dan hormonal dimana kadar asam urat laki- Arthritis
laki cenderung meningkat karena tidak Karakteristik responden berdasarkan
mempunyai hormon estrogen. Tapi pada pekerjaan banyak responden yang hanya
hasil penelitian di Puskesmas Tahuna sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu 35,6
Timur Kabupaten Sangihe dari 32 %. IRT yang kesehariannya dihabiskan di
responden wanita terdapat 20 responden rumah dengan kurangnya aktifitas fisik
yang berusia > 40 tahun. Artinya pada usia cenderung memberikan dampak resiko
ini wanita sudah monopause sehingga untuk terkena penyakit Gout Arthritis.
hormon estrogen sudah berkurang. Pada Semakin ringan pekerjaan yang dihadapi
hasil wawancara pola makan juga sangat maka aktifitasnya pun berkurang.
erat kaitannya dengan tingginya kejadian Perempuan yang sering di rumah yang
Gout Arthritis pada wanita. Pada penelitian aktifitasnya banyak di dapur dalam
terkait yang di dukung oleh beberapa studi mengelola makanan cenderung akan lebih
redaksi epidemiologis diantaranya studi tergoda dengan berbagai makanan yang
yang dilakukan oleh Choi, et. al (2005) tidak terkontrol untuk bisa meningkatkan
yang Mengatakan bahwa konsumsi kambuhnya Gout Arthritis.
makanan kaya zat purin yang terkandung Karakteristik responden berdasarkan
dalam binatang laut memberikan pengaruh Riwayat Gout Arthritis pada penelitian ini
yang sangat besar bagi peningkatan asam responden yang memiliki riwayat Gout
urat dalam darah. Terkait dengan jenis Arthritis adalah 25 orang 55,6% dan yang
pekerjaan ibu sebagai IRT (memasak tidak memiliki riwayat 20 orang 44,4%.
makanan yang tinggi kadar purin), dan Pada penelitian ini secara statistik terbukti
pada saat juga pengisian instrument merupakan faktor resiko terhadap kejadian
ternyata dari 32 responden wanita yang Gout Arthritis. Yang Qiong, et. al (2008)
memiliki riwayat Gout Arthritis di menyebutkan bahwa pada kasus Gout

5
Primer, selain enzim hypoxanthine quinine B. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
phosporibosyl transperase(HGPRT) yang Terhadap Pengetahuan Klien Gout
menyebabkan bertambahnya sintesa purin, Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur
ada juga pengaruh faktor genetik yang Kabupaten Sangihe
dapat menyebabkan gangguan pada Berdasarkan hasil analisis statistik
penyimpanan glikogen atau defisiensi pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap
enzim pencernaan, hal ini menyebabkan klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna
tubuh lebih banyak menghasilkan senyawa Timur Kabupaten Sangihe dengan
laktat atau trigliserida yang berkompetisi menggunakan Wilcoxon Signed Ranks
dengan asam urat untuk dibuang oleh Test pada tingkat kemaknaan 95% (α =
ginjal. 0,05) diperoleh bahwaterdapatpengaruh
Pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan kesehatan tehadap
diberikan penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan klien penyakit Gout
Gout Arthritis terdapat perbedaan yang Arthritis. Secara statistik diperoleh nilai
signifikan dimana untuk pengetahuan = 0,000 (α <0,05).
sebelum diberikan penyuluhan kesehatan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
tentang Gout Arthritis, di peroleh responden sebelum dan sesudah penyuluhan
memiliki pengetahuan baik 29 orang dan kesehatan tentang Gout Arthritis terjadi
setelah diberikan penyuluhan kesehatan peningkatan signifikan yaitu sebelum
meningkat menjadi 45 responden memiliki penyuluhan kesehatan 29 orang dan
pengetahuan yang baik. Hal ini setelah diberikan penyuluhan kesehatan
menunjukkan bahwa pendidikan, meningkat 45 orang. Hal ini menandakan
pengalaman informasi dan fasilitas bahwa dengan adanya pemberian
merupakan faktor-faktor yang dapat penyuluhan kesehatan tentang Gout
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Arthritis kepada 45 responden,
Pengetahuan sangat erat dengan penyuluhan kesehatan dapat diterima
pendidikan, maka seseorang yang memiliki dengan baik, bisa memahami serta
pendidikan yang tinggi maka semakin luas meningkatkan pengetahuan seseorang
pengetahuan yang dimilikinya. dalam mengintervensi penyakitnya
Berdasarkan sikap yang dimiliki dengan mengontrolnya dan mencegah
responden Gout Arthritis sebelum dan terjadinya kambuhnya Gout Arthritis.
sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan Pengetahuan merupakan pengertian
tentang Gout Arthritis terdapat peningkatan dan pemahaman klien mengenai penyakit
yang signifikan. Dimana diperoleh Gout Arthritis. Pengetahuan ini meliputi
responden sebelum diberikan penyuluhan pengetahuan mengenai defenisi,
kesehatan memiliki sikap Baik yaitu 30 penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala ,
orang dan setelah diberikan penyuluhan pemeriksaan kadar, pengobatan dan
kesehatan meningkat menjadi 45 pencegahan. Adanya pengetahuan yang
responden. Hal ini berarti pendidikan bertambah akan menjadikan seseorang
kesehatan identik dengan penyuluhan, bersikap lebih hati-hati dalam mensikapi
karena keduanya berorientasi kepada kesehatan serta akan berusaha
perubahan sikap seseorang. Dengan adanya mencegahnya. Hasil penelitian ini
pengetahuan yang tinggi dan bertambahnya menunjukkan bahwa pengetahuan
wawasan dari individu tersebut menjadikan responden yang telah mengikuti
seseorang bersikap lebih hati-hati dalam penyuluhan kesehatan akan lebih baik
mensikapi kesehatan dan berusaha pengetahuannya dari pada responden yang
mencegahnya. tidak mendapat penyuluhan kesehatan.
Hasil penelitian ini didukung
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Petri (2011) di Kedungtangkil di

6
dapatkan adanya pengaruh pendidikan serta memberikan dampak yang positif
kesehatan Gout Arthritis terhadap kepada responden, serta proses
pengetahuan dan sikap pencegahan Gout komunikasi dan proses perubahan
Arthritis pada lansia di posyandu Dusun perilaku, sikap masyarakat dalam
Kedungtangkil. peningkatan sikap yang mendukung
Hasil penelitian diatas mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut.
peneliti yang di lakukan di Puskesmas Berdasarkan teori yang dikemukakan
Tahuna Timur, bahwa penderita Gout oleh Myen (1996), dikutip Saam dan
Arthritis yang diberikan pendidikan dan Wahyuni (1996), sikap adalah reaksi
pedoman dalam perawatan diri akan menyenangkan atau tidak menyenangkan
meningkatkan pola hidupnya yang dapat terhadap suatu objek berupa keyakinan-
mengontrol kadar asam urat dengan baik keyakinan,perasaan–perasaan atau
sekaligus mengingatkan bahwa pendidikan perilaku yang diharapkan. Adanya
kesehatan akan lebih efektif bila petugas pengetahuan yang baik dan sikap yang
kesehatan mengenal tingkat pengetahuan, baik akan lebih memungkinkan seseorang
sikap kebiasaan sehari – hari klien tersebut. untuk bertindak ke arah pola hidup sehat.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
C. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan perbuatan nyata diperlukan faktor
Terhadap Sikap Klien Gout Arthritis di pendukung atau suatu kondisi yang
Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten memungkinkan, antara lain adalah
Sangihe fasilitas. Fasilitas untuk penderita Gout
Hasil analisis pengaruh penyuluhan Arthritis dapat berupa alat-alat yang dapat
kesehatan terhadap sikap klien Gout mengontrol asam urat yang bisa
Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur disediakan pribadi. Ataupun di sarana
KabupatenSangihe dengan menggunakan kesehatan atau laboratorium klinik, selain
Wilcoxon Signed Ranks Test pada tingkat itu fasilitas yang non fisik dapat berupa
kemaknaan 95% (α 0,05) diperoleh bahwa pemberian anjuran-anjuran untuk
terdapat pengaruh pemberian penyuluhan meningkatkan pengetahuan seperti media
kesehatan tentang Gout Arthritis terhadap penyuluhan.
sikap klien penyakit Gout Arthritis. Secara Hasil penelitian ini didukung
statistik diperoleh nilai  = 0,000 (α <0,05). penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hasil penelitian diperoleh bahwa Sebelum oleh Ranti (2012), dengan hasil penelitian
diberikan penyuluhan kesehatan tentang menunjukkan bahwa adanya pengaruh
Gout Arthritis kepada 45 responden pemberian buku saku Gout Arthritis
GoutArthritis, terjadi peningkatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
signifikan yakni sebelum diberikan pasien Gout Arthritis Rawat jalan di
penyuluhan kesehatan diperoleh RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado.
Responden memiliki sikap baik adalah 30 Hasil peneliti yang dilakukan di
orang dan setelah diberikan penyuluhan Puskesmas Tahuna Timur menunjukkan
kesehatan menjadi meningkat yaitu 45 bahwa adanya peningkatan responden
orang yang memiliki sikap yang baik. Hasil terhadap sikap setelah di berikan
ini membuktikan bahwa penyuluhan penyuluhan kesehatan tentang Gout
kesehatan tentang Gout Arthritis merupakan Arthritis. Sikap dan perilaku sehat terdiri
gambaran suatu kegiatan yang dapat dari monotoring kadar asam urat tersebut
mempengaruhi perubahan perilaku secara mandiri, perencanaan makan (diet)
responden meliputi pengetahuan dan sikap. latihan jasmani dan istirahat. Peran
Dengan diberikan penyuluhan maka perawat adalah mendorong kemandirian
responden mendapat pembelajaran yang dan meningkatkan pendidikan kesehatan
menghasilkan suartu perubahan diri yang melalui keluarga sehingga keluhan dan
semula belum diketahui menjadi diketahui,

7
gejala penyakit Gout Arthritis berkurang Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan
serta dapat mencegah komplikasi akut. Masyarakat Ilmu Dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
KESIMPULAN Tjokroprawiro, Askandar, dkk. (2007).
1. Pengetahuan klien tentang Gout Arthritis Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
sebelum diberikan penyuluhan kesehatan Surabaya: Airlangga University.
banyak responden memiliki pengetahuan Choi, HK, et.al,. (2005). Intake of Purine-
yang baik. setelah diberikan penyuluhan Rich Foods, Protein, and Dairy
kesehatan menjadi meningkat secara roducts and Relationship to Serum
keseluruhan. Levels of Uric Acid. American
2. Sikap yang baik dari klien Gout Arthritis College of Rheumatology Journal.
sebelum diberikan penyuluhan kesehatan Vol.52. No. 283–
tentang Gout Arthritis dan sesudah 289.http://onlinelibrary.wiley.com/
diberikan penyuluhan kesehatan menjadi doi/1002/art.20761/pdf.Diakses
meningkat. tanggal 27 Juli 2014
3. Terdapat Ada pengaruh penyuluhan Yang Qiong, et. all. (2008). Association of
kesehatan terhadap pengetahuan klien three genetic loci with urin acid
Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna concentration and rick of gout: a
Timur Kabupaten Sangihe genome-wide association study.
4. Terdapat Ada pengaruh penyuluhan ProQuest Biology Journal. Vol.
kesehatan terhadap sikap klien Gout 372.No. 1953-1961.
Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur http://www.thelancet.com/journals
Kabupaten Sangihe /lancet/article/pIIS0140-
6736(08)61343-4/fullext. Diakses
DAFTAR PUSTAKA tanggal 25 Juli 2014
Hidayat, R. (2009).Gout dan Petri, K. (2011). Pengaruh Pendidikan
Hiperurisemia.Devisi Reumathologi Kesehatan Arthritis Gout
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Terhadap Perilaku Pencegahan
Vol. 22, no 1. Jakarta: Graha Ilmu. Arthritis Gout Pada Lansia di
Mutoharoh. (2012). Perbedaan Tingkat Posyandu Kedungtangkil
Nyeri Sendi Lutut Pada Penderita Karangsari Pengasih Kulon Progo
Sebelum Dan Sesudah Diberikan Yogyakarta.
Terapi Kompres Air Dingin Di Desa http://sim.stikesaisyiyah.ac.id/simp
Lelayan Kecamatan Unggaran tt-
Timur Kabupaten. pencarianpustaka/datapustaka.zul?
http://xa.yimg.com/kq/groups/40920 kdpustaka=9278&kddetailpustaka
657/1093964501/name/GOUT. =98640501541. Diakses tanggal
Diakses tanggal 10 Juni 2014 10 April 2014
Ranti, I. (2012). Pengaruh Pemberian Buku Saam, Z., & Wahyuni, S. (2013). Psikologi
Saku Gout Arthritis Terhadap keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Pers
Pasien Gout Arthritis Rawat Jalan Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan
Di RSUP. Prof. Dr. R. Kandow. Riset Keperawatan. Yogyakarta:
http://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id Graha Ilmu.
/index.php/gizido/article/download/ Ngatimin. (2003). Ilmu perilaku
21/69. Diakses tanggal 13 April kesehatan. Bab VI perubahan
2014 perilaku kesehatan. Makassar:
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan FKM UNHAS.
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rieka Cipta.

You might also like