Professional Documents
Culture Documents
SELULITIS
Disusun oleh:
Jatniko Fadhilah
030.14.102
Pembimbing:
dr. Yudi Rinaldi, SpBU
i
LEMBAR PENGESAHAN
“SELULITIS”
Jatniko Fadhilah
030.14.102
Telah diterima dan disetujui oleh dr.Yudi Rinaldi,Sp.BU selaku dokter pembimbing
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di tungkai
bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti
1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.U
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : CIDAMPA
Agama : Islam
Status : menikah
II. ANAMNESIS
KU : Pasien datang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah kehitaman,
nyeri dan bernanah lebih kurang 3 tahun
RPS : Pasien datang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah kehitaman,
nyeri dan lebih kurang 3 tahun. Nyeri dirasakan terus-terusan dan seperti
ditusuk-tusuk dan terkadang di sertai rasa gatal. Lima tahun yang lalu
pasien mengalami kecelakaan dan kaki kanan pasien fraktur, sehingga
tulang kaki kanan pasien di pasang pen, Satu tahun kemudian pasien
operasi untuk melepaskan pen tulang kaki kanan, setelah operasi
pengangkatan pen pasien mulai merasa gejala seperti gatal, bengkak dan
nyeri, pasien juga sebelumnya di rawat di RSCM untuk pengobatan
selulitis dan di sarankan untuk di lakukan debridement atau amputasi.
Pasien juga merupakan pasien CKD yang rutin HD
RPD : Tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
RPK : Di keluarga tidak ada yang seperti ini, riwayat hipertensi (-) DM (-)
Kebiasaan : merokok
1
A. KEADAAN UMUM
Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tinggi badan :-
Berat badan :-
Status gizi :-
B. PEMERIKSAAN KEPALA
Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan
Mata : tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
C. PMERIKSAAN LEHER
Inspeksi : leher simetris dan tidak ada pembesaran KGB
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan trakea : tidak dilakukan pemeriksaan
Tekanan vena sentral : tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMRIKSAAN THORAKS
Inspeksi : tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil simetris kanan dan kiri, tidak ada krepitasi
Perkusi : sonor pada dingding dada
Auskultasi : suara nafas dasar vesukuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)
E. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus normal 8x/menit
Palpasi : nyeri tekan(-),
Perkusi : timpani
Pemeriksaan ren : tidak dilakukan pemeriksaan
Nyeri ketok ginjal : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan hepar : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan lien : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan asites : tidak ditemukan asites
F. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Pemeriksaan ekstremitas : kaki kanan sulit digerakkan dengan bebas dan kaki
tampak bengkak, terasa nyeri dan bernanah. Eritema batas tidak tegas
2
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
11 Desember 2018
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10 g/Dl 13,2-17.3 g/Dl
Basofil 0 0, 1
Eosinofil 2 1,0-3,0
Neutrofil 61 54-62
Limfosit 28 25-33
Monosit 8 3-7
MCV 71 Fl 76-90 Fl
MCH 24 pg 25-31 pg
MCHC 34 g/Dl 32,00-36,00 g/Dl
RDW-CV 13,9 % 12,2-15,3 %
KIMIA
97 mg/Dl 60 – 100 mg/Dl
Gula Darah Sewaktu
15,0-50,0
Ureum 129
0,60-1,10
Kreatinin 10.32
3
VI. RESUME
Pasien datang ke RSUD Karawang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah
nyeri dan bernanah lebih kurang 3 tahun terakhir. Nyeri dirasakan terus-terusan
dan seperti ditusuk-tusuk dan terkadang di sertai rasa gatal. Lima tahun yang lalu
pasien mengalami kecelakaan dan kaki kanan pasien fraktur, sehingga tulang
kaki kanan pasien di pasang pen, Satu tahun kemudian pasien operasi untuk
melepaskan pen tulang kaki kanan, setelah operasi pengangkatan pen pasien
mulai merasa gejala seperti gatal, bengkak dan nyeri, pasien juga sebelumnya di
rawat di RSCM untuk pengobatan selulitis dan di sarankan untuk di lakukan
debridement atau amputasi. Pasien juga merupakan pasien CKD yang rutin HD.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/90mmHg, suhu 36,6oC, nadi
80x/menit, nafas 20x/menit. Pemeriksaan ekstremitas kaki kiri sulit digerakkan,
kaki tampak bengkak, merah kehitaman, nyeri dan bernanah. Eritema batas tidak
tegas.
Medikamentosa
1. IV RL 20 tpm
2. Inj. Ketorolac 1 amp
3. Inj. Ceftriaxone 1 amp
Non medikamentosa
1. Tirah baring
2. Jangan menggaruk lesi
3. Operatif : Debridement (insisi dan dranase)
X. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
4
Ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan
oleh Streptococcus B hemolyticus, Staphylococcus aureus, H influenzae dan S
pneumonia1.
5
2. Etiologi
6
7
Gambar 2: Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of
Predisposition to the Condition (6)
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi untuk terjadi selulitis ini merupakan keadaan yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek;
diabetes mellitus, alkoholisme, dan malnutrisi. Selain itu umumnya terjadi
akibat komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi
secara mendadak pada kulit yang normal2.
4. Patogenesis
Selulitis biasanya mengikuti luka pada kulit, seperti luka gores, luka
tusukan atau trauma lainnya sehingga bakteri masuk dengan mudah kedalam
dermis dan berkembang biak yang akan menyebabkan terjadinya selulitis3.
Kerusakan Integritas
pada kulit
6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam.
7. Diagnosis
9
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi
tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi
septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik
dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia
dan septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan
atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia3.
8. Diagnosis banding
10
Untuk menegakkan diagnosis antara erysipelas dan selulitis cukup sulit,
karena hampir mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama, ada
beberapa perbedaan antara erysipelas dan selulitis.
9. Penatalaksanaan
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan S.aureus penghasil
penisilinase dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai
alternatif digunakan eritromisin (dewasa 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-
50 mg/kgbb/ hari tiap 6 jam) selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin
(dewasa 300-450 mg/hr PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari setiap 6-8jam). Pada
yang penyebabnya SAPP selain eritnomisin dan clindamisin, juga dapat
diberikan dikloksasilin 500mg/hari secara oral selama 7-10 hari. Pada pasien ini
dilakukan insisi atau drainase, jika pasien selulitis ini telah terjadi supurasi3.
11
10. Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada
selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis
pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemi stafilokokus
betahemolitikus grup A; dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis
sinus kavernosum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit
intracranial berupa meningitis.
11. Prognosis
Banyak selulitis dan infeksi jaringan lunak dapat diobati secara rawat
jalan dengan antibiotik oral dan tidak mengakibatkan gejala sisa. Sebagian besar
pasien merespon dengan baik terhadap antibiotik oral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008
2. Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas
Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
3. Herchline Thomas E. 2014. Celulitis. Diakses tanggal 30 Desember 2014
http://emedicine.medscape.com/article/214222-overview
12