You are on page 1of 15

LAPORAN KASUS

SELULITIS

Disusun oleh:
Jatniko Fadhilah
030.14.102

Pembimbing:
dr. Yudi Rinaldi, SpBU

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 NOVEMBER 2018 – 15 FEBRUARI 2019
KARAWANG

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul:

“SELULITIS”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik

Ilmu Bedah RS Umum Daerah Karawang

Periode 10 November 2018 – 15 Februari 2019

Yang disusun oleh:

Jatniko Fadhilah

030.14.102

Telah diterima dan disetujui oleh dr.Yudi Rinaldi,Sp.BU selaku dokter pembimbing

Departemen Ilmu Bedah RSUD Karawang

Karawang, Desember 2018

(dr. Yudi Rinaldi, Sp.BU)

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau


oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus
aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis
merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor
predisposisi pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh,
dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis
yang akan dibahas pada referat ini. 1

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan


subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik.
2

Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di tungkai
bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti
1

tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor),


dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut. 1

Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah


studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus
per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan
usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat
kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit
yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada
tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Data rumah sakit di Inggris melaporkan
kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di
tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus. Data rumah
sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000 populasi
pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam periode 5
tahun menderita erysepelas dan selulitis.
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.U
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : CIDAMPA
Agama : Islam
Status : menikah

II. ANAMNESIS
KU : Pasien datang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah kehitaman,
nyeri dan bernanah lebih kurang 3 tahun
RPS : Pasien datang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah kehitaman,
nyeri dan lebih kurang 3 tahun. Nyeri dirasakan terus-terusan dan seperti
ditusuk-tusuk dan terkadang di sertai rasa gatal. Lima tahun yang lalu
pasien mengalami kecelakaan dan kaki kanan pasien fraktur, sehingga
tulang kaki kanan pasien di pasang pen, Satu tahun kemudian pasien
operasi untuk melepaskan pen tulang kaki kanan, setelah operasi
pengangkatan pen pasien mulai merasa gejala seperti gatal, bengkak dan
nyeri, pasien juga sebelumnya di rawat di RSCM untuk pengobatan
selulitis dan di sarankan untuk di lakukan debridement atau amputasi.
Pasien juga merupakan pasien CKD yang rutin HD
RPD : Tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya

RPK : Di keluarga tidak ada yang seperti ini, riwayat hipertensi (-) DM (-)

Kebiasaan : merokok

III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL


Tekanan darah : 130/90mmHg
Suhu tubuh : 36,6oC
Frekuensi denyut nadi : 80x/menit
Frekuensi nafas : 20x/menit

IV. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

1
A. KEADAAN UMUM
Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tinggi badan :-
Berat badan :-
Status gizi :-

B. PEMERIKSAAN KEPALA
Kepala : tidak dilakukan pemeriksaan
Mata : tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan

C. PMERIKSAAN LEHER
Inspeksi : leher simetris dan tidak ada pembesaran KGB
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan trakea : tidak dilakukan pemeriksaan
Tekanan vena sentral : tidak dilakukan pemeriksaan

D. PEMRIKSAAN THORAKS
Inspeksi : tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : fremitus taktil simetris kanan dan kiri, tidak ada krepitasi
Perkusi : sonor pada dingding dada
Auskultasi : suara nafas dasar vesukuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)

E. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi : perut tampak datar
Auskultasi : bising usus normal 8x/menit
Palpasi : nyeri tekan(-),
Perkusi : timpani
Pemeriksaan ren : tidak dilakukan pemeriksaan
Nyeri ketok ginjal : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan hepar : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan lien : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan asites : tidak ditemukan asites

F. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Pemeriksaan ekstremitas : kaki kanan sulit digerakkan dengan bebas dan kaki
tampak bengkak, terasa nyeri dan bernanah. Eritema batas tidak tegas

2
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

11 Desember 2018
PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10 g/Dl 13,2-17.3 g/Dl

Eritrosit 4,74 x 106/Ul 4,5-5,9 x 106/Ul


Leukosit 6,16 x 103/Ul 4,4 – 11,3 x 103/Ul
Trombosit 198 x 103/Ul 150 – 400 x 103 /Ul
Hematokrit 29,8 % 40-52%

Basofil 0 0, 1
Eosinofil 2 1,0-3,0
Neutrofil 61 54-62
Limfosit 28 25-33
Monosit 8 3-7
MCV 71 Fl 76-90 Fl
MCH 24 pg 25-31 pg
MCHC 34 g/Dl 32,00-36,00 g/Dl
RDW-CV 13,9 % 12,2-15,3 %

KIMIA
97 mg/Dl 60 – 100 mg/Dl
Gula Darah Sewaktu
15,0-50,0
Ureum 129
0,60-1,10
Kreatinin 10.32

3
VI. RESUME
Pasien datang ke RSUD Karawang dengan keluhan kaki kanan bengkak, merah
nyeri dan bernanah lebih kurang 3 tahun terakhir. Nyeri dirasakan terus-terusan
dan seperti ditusuk-tusuk dan terkadang di sertai rasa gatal. Lima tahun yang lalu
pasien mengalami kecelakaan dan kaki kanan pasien fraktur, sehingga tulang
kaki kanan pasien di pasang pen, Satu tahun kemudian pasien operasi untuk
melepaskan pen tulang kaki kanan, setelah operasi pengangkatan pen pasien
mulai merasa gejala seperti gatal, bengkak dan nyeri, pasien juga sebelumnya di
rawat di RSCM untuk pengobatan selulitis dan di sarankan untuk di lakukan
debridement atau amputasi. Pasien juga merupakan pasien CKD yang rutin HD.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/90mmHg, suhu 36,6oC, nadi
80x/menit, nafas 20x/menit. Pemeriksaan ekstremitas kaki kiri sulit digerakkan,
kaki tampak bengkak, merah kehitaman, nyeri dan bernanah. Eritema batas tidak
tegas.

VII. DIAGNOSIS KERJA


 Selulitis
 CKD on HD

VIII. DIAGNOSIS BANDING


 Erisipelas

IX. PERENCANAAN TERAPI

Medikamentosa
1. IV RL 20 tpm
2. Inj. Ketorolac 1 amp
3. Inj. Ceftriaxone 1 amp

Non medikamentosa
1. Tirah baring
2. Jangan menggaruk lesi
3. Operatif : Debridement (insisi dan dranase)

X. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam

4
Ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan
oleh Streptococcus B hemolyticus, Staphylococcus aureus, H influenzae dan S
pneumonia1.

5
2. Etiologi

Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah


Staphylococcus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan
penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib),
Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus.
Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah penyebab yang jarang pada
selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh
6

Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus


diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran
antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri
mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada
imunokopromais lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset
timbulnya penyakit ini pada semua usia.

Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)

6
7
Gambar 2: Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of
Predisposition to the Condition (6)

3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi untuk terjadi selulitis ini merupakan keadaan yang
dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek;
diabetes mellitus, alkoholisme, dan malnutrisi. Selain itu umumnya terjadi
akibat komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi
secara mendadak pada kulit yang normal2.

4. Patogenesis
Selulitis biasanya mengikuti luka pada kulit, seperti luka gores, luka
tusukan atau trauma lainnya sehingga bakteri masuk dengan mudah kedalam
dermis dan berkembang biak yang akan menyebabkan terjadinya selulitis3.

Bakteri pathogen Streptococcus B


8
hemolyticus, Staphylococcus aureus
Menyerang kulit dan
jaringan sub kutan

Meluas kejaringan yang


lebih dalam

Menyebar secara sistemik

Terjadi peradangan akut

Kerusakan Integritas
pada kulit

Skema pathogenesis Edema dan


Eritema lokal pada
5. Manifestasi klinis kemerahan  Nyeri
Terdapat
kulit gejala konstitusi: demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang adalah
ditekan
epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, oleh sebab itu biasanya
tempat predileksinya di tungkai bawah tetapi bisa juga pada daerah lainnya
Gangguan
seperti wajah, ekstremitas atas, badan dan getitalia. Umumnya padarasa nyaman
semua
dan nyeri
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas tidak jelas, nyeri tekan, dan
bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar
luka/ulkus. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula3.

6. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam.

7. Diagnosis

9
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi
tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi
septikemia.
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik
dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia
dan septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan
atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia3.

Gejala dan tanda selulitis

Gejala dan tanda Selulitis


Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan genitalia

Makula : Eritema cerah


eritematous
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi

Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada


sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan.

8. Diagnosis banding

10
Untuk menegakkan diagnosis antara erysipelas dan selulitis cukup sulit,
karena hampir mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama, ada
beberapa perbedaan antara erysipelas dan selulitis.

Perbedaan Erisipelas dan Selulitis

Gejala dan Erisipelas Selulitis


Tanda

Gejala Demam, malaise, nyeri sendi dan Demam, malaise, nyeri


Prodormal menggigil sendi dan menggigil
Daerah Ekstrimitas atas dan bawah, Ekstrimitas atas dan
Predileksi wajah, badan dan genitalia bawah, wajah, badan
dan genitalia
Makula Eritema terang, seperti buah cerry Eritema cerah
eritematous “red cerry”
Tepi Batas tegas Batas tidak tegas
Penonjolan Ada penonjolan Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau Biasanya disertai dengan vesikel Biasanya disertai
Bula atau bula dengan vesikel atau
bula
Edema Edema Edema
Hangat Hangat Tidak terlalu hangat
Fluktuasi - Fluktuasi

9. Penatalaksanaan
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan S.aureus penghasil
penisilinase dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai
alternatif digunakan eritromisin (dewasa 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-
50 mg/kgbb/ hari tiap 6 jam) selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin
(dewasa 300-450 mg/hr PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari setiap 6-8jam). Pada
yang penyebabnya SAPP selain eritnomisin dan clindamisin, juga dapat
diberikan dikloksasilin 500mg/hari secara oral selama 7-10 hari. Pada pasien ini
dilakukan insisi atau drainase, jika pasien selulitis ini telah terjadi supurasi3.

11
10. Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada
selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis
pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemi stafilokokus
betahemolitikus grup A; dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis
sinus kavernosum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit
intracranial berupa meningitis.

11. Prognosis
Banyak selulitis dan infeksi jaringan lunak dapat diobati secara rawat
jalan dengan antibiotik oral dan tidak mengakibatkan gejala sisa. Sebagian besar
pasien merespon dengan baik terhadap antibiotik oral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008
2. Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas
Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
3. Herchline Thomas E. 2014. Celulitis. Diakses tanggal 30 Desember 2014
http://emedicine.medscape.com/article/214222-overview

12

You might also like