You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya beton dikenal sebagai material yang tersusun dari komposisi utama batuan
(agregat). agregat merupakan suatu material granular(pasir, kerikil, batu pecah dan kerak
tungku besi), yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu bahan berupa pasir dan media
pengikat yaitu semen untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan yang
berfungsi sebagai material pengisi suatu adukan dan biasanya menempati sekitar 75 % dari
isi total beton sehingga agregat mempunyai pengaru yang besar terhadap sifat dan daya tahan
beton itu sendiri. Seperti ketahanan beton terhadap pengaruh pembekuan-pencairan, keadaan
basah–kering, pemanasan–pendinginan dan abarasi–kerusakan akibat reaksi kimia.

Mengingat bahwa agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton dan sangat
mempengaruhi sifat beton, maka perlu suatu material ini diberi perhatian yang lebih detail
dan teliti dalam setiap pembuatan suatu campuran beton. Disamping itu, agregat dapat
mengurangi penyusutan akibat pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian
akibat suhu panas. Pemilihan jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu
agregat, ketersediannya di lokasi, harga serta jenis konstruksi yang akan menggunakannya.

Agregat digolongkan menjadi macam, yaitu agregat alam dan agregat buatan, Agregat alam
merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran air sungai dan
degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan
agregat yang terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus (bersudut) dan permukaannya
kasar. Sedangan Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan
pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler (material
yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).

Banyak hal yang harus di ketahui mengenai agregat, karena dalam setiap pekerjaan
konstruksi apapun, agregat merupakan hal yang sangat penting, untuk itu di perlukan
pemahaman yang lebih mengenai agregat supaya menghasilkan suatu konstruksi yang baik
dan berkualitas.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah

1. Sifat Apa saja yang di miliki oleh agregat ?

2. Apa karakteristik antara agregat alam dan buatan ?

1.3. Tujuan
Secara terperinci tujuan dari penelitian dan penulisan karya ini untuk mengetahui:

1. Sifat - sifat yang di miliki oleh agregat.


2. Mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh agregat.

1.4. Ruang Lingkup Pembatasan


Dalam karya ini kami membatasi topik yang akan dibahas. Penulis hanya akan membahas
luang lingkup dari agregat, yaitu salah satu bahan yang digunakan dalam setiap campuran
beton.

1.5. Sumber Data


Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis mengambil dari berbagai sumber, baik
media cetak (studi pustaka), media elektronik (sumber internet), ataupun hasil belajar dan
diskusi kami terhadap topik yang di bicarakan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Agregat
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-
sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau
adukan, menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil,
pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil (fragmen‐fragmen) yang berfungsi sebagai bahan
campuran atau pengisi dari suatu beton.

2.2. Klasifikasi Agregat

 Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.

 Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan atau pasir
yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar
5,0 mm.

 Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran lebih
lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm)

 Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos
saringan no. 30 (0,06 mm

2.3 Penggolongan Agregat


Ditinjau dari asalnya, agregat beton berasal dari batuan alam yang terdiri dari 2 (dua) macam,
diantaranya:
a. Kerikil dan Pasir Alam
Jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya, dan terdapat dekat
atau sering kali jauh dari asalnya karena terbawa oleh arus air atau angin dan mengendap
disuatu tempat.
Pada umumnya agregat jenis ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen. Jika
menggunakan agregat ini untuk campuran beton, maka perlu penanganan khusus, misalnya
pencucian jika agregatnya kotor dan pengayakan (penyaringan) jika gradasi tidak seragam.
b. Agregat Batu Pecah
Jika terdapat kesulitan untuk mendapatkan kerikil dan pasir langsung dari alam, dapat diatasi
dengan membuat agregat dari batuan alam yang dipecah. Kekerasan batu pecah ini pada
umumnya lebih baik daripada agregat pasir atau kerikil alam. Pada proses pemecahan sudah
merupakan seleksi terhadap bagian yang lunak dan keras. Bentuk agregat batu pecah pada
umumnya tidak bulat, bahkan sering kali pipih.

2.4 Sifat-Sifat Agregat

2.4.1 Bentuk Agregat

Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat yang berbentuk: bulat, tidak
beraturan, bersudut, pipih, dan memanjang, panjang dan pipih.
a. Bulat
Umumnya agregat ini berbentuk bulat atau bulat telur. Permukaanya agak licin, pengaruh
gesekan selama transportasi terbawa arus air. Pasir atau kerikil jenis ini biasanya berasal dari
sungai atau pantai.
b. Tidak Beraturan
Bentuk alamnya tidak beraturan, atau sebagian terjadi karena pergeseran dan mempunyai sisi
tepi bulat. Pasir atau kerikil jenis ini biasanya berasal dari sungai, darat, atau dari lahar
gunung
c. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar.
Yang termasuk jenis ini adalah semua jenis hasil pemecahan dengan mesin dari berbagai
jenis batuan.

d. Pipih
Disebut pipih bila tebalnya jauh lebih kecil dari kedua dimensi lainnya. Biasa disebut pipih
bila tebalnya kurang dari sepertiga lebar. Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
e. Memanjang
Butir agregat dikatakan memanjang jika panjangnya jauh melebihi kedua dimensi lainnya
atau panjang lebih dari tiga kali lebarnya.
f. Panjang dan Pipih
Material yang panjangnya jauh melabihi lebarnya dan lebarnya jauh melebihi tebalnya.

2.4.2 Tekstur Permukaan Agregat


Jika ditinjau dari tekstur permukaannya, agregat dapat dibedakan menjadi 6 (enam), antara
lain:
a. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat.
Contoh: flint hitam, obsidian.
b. Agregat dengan permukaan licin
Biasanya agregat ini ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya sangat kecil atau halus.
Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, marmer dan rhyolite.
c. Agregat dengan permukaan berbutir
Pecahan dari batuan ini menunjukkan adanya butir-butir bulat yang seragam atau merata.
Contoh: batuan pasir, colite.
d. Agregat dengan permukaan kasar
Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar, berbutir halus sampai medium
kristal tidak tampak jelas.
Contoh: basalt, felsites, porphyry, batu kapur.
e. Agregat dengan permukaan berkristal
Mempunyai susunan kristal yang tampak jelas.
Contoh: granite, gabbro gneiss.
f. Agregat dengan permukaan berpori dan berongga seperti sarang lebah
Batuan ini mempunyai pori dan rongga-rongga yang mudah terlihat.
Contoh: batu bata, batu apung, batu klinker, batu lahar gunung merapi.

2.4.3 Kekuatan Agregat


Pada umumnya kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis batuan, tekstur dan
struktur butirannya, karena agregat merupakan bagian terbesar dari beton sehingga kekuatan
agregat akan mempengaruhi kekuatan beton.

2.4.4 Berat Jenis dan Daya serap agregat


Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga membutuhkan
jumlah aspal yang banyak. Nilai berat jenis yang disarankan adalah > 2,50 dan penyerapan <
3% berat.
Untuk penyerapan agregat hanya dilakukan pada agregat kasar karena nilai berat jenis agregat
kasar dan halus tidak jauh berbeda.
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan berat volume air.
Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Berat jenis (bulk spesific gravity)
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated suturated surface dry spesifific gravity).
c. Berat jenis semu (apparent spesific gravity)
d. Penyerapan (absorpsi)

2.4.5 Berat isi agregat


Perbandingan berat agregat dengan isi wadah adalah berat isi agregat. Semakin besar berat isi
agregat akan menghasilkan stabilitas yang tinggi serta dapat memberikan rongga antar
butiran yang kecil.
Berat isi agregat tidak boleh lebih kecil dari 1 kg/dm3. Berat isi agregat didapat persamaan :
Ketahanan agregat terhadap pelapukan (soundness) diuji rnelalui percobaan soundness
dengan menggunakan larutan Magnesium sulfat (Mg2SO4).
Keawetan agregat untuk lapisan permukaan menunjukkan daya tahan agregat terhadap
pengaruh cuaca. Nilai pelapukan (soundness) adalah < 12%
2.4.6 Keausan
Ketahanan agregat terhadap kehancuran (degradasi) diperiksa dengan percobaan abrasi
menggunakan mesin Los Angeles. Untuk bahan perkerasan pada lapisan permukaan nilai
atrrasi adalah < 40% berat.
Pada nilai abrasi > 40% menunjukkan agregat tidak rnempunyai kekerasan yang cukup untuk
digunakan sebagai bahan lapisan perkerasan.

2.4.7 Distribusi Ukuran/Susunan Butiran Agregat


Pengukuran besar butiran agregat didasarkan atas pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berupa ayakan dengan besar lubang yang telah ditetapkan. Agregat
terdiri dari butiran-butiran dengan ukuran butirnya dari besar sampai kecil. Susunan butir
yang bervariasi ini sangat diperlukan dalam campuran beton. Sesuai dengan SK-SNI,
pembagian butiran ini dikelompokkan dalam bentuk zone.
Untuk pasir dibagi menjadi 4 (empat) kelompok gradasi (zone) yaitu, zone 1 (pasir kasar),
zone 2 (pasir agak kasar), zone 3 (pasir agak halus), dan zone 4 (pasir halus).
Sedangkan untuk agregat kasar dengan ukuran maksimum yaitu, 38/40 mm, 19/20 mm, dan
9,6/10 mm.
Gradasi agregat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu, bergradasi baik, bergradasi
jelek, dan bergradasi seragam.
Dibawah ini adalah tabel 1.1 dari gradasi agregat halus dan agregat kasar.
Syarat Gradasi Agregat Halus (Pasir)
Lubang Persen Berat Tembus Komulatif
Ayakan (mm) Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
10 100 100 100 100
4,80 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,40 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,20 30 – 70 55 – 100 75 – 100 90 – 100
0,60 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,30 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 − 10 0 − 10 0 – 15
Untuk agregat kasar, syarat-syarat besar butir menurut British Standard seperti tercantum
dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2. Gradasi Kerikil Menurut BS
Lubang Ayakan Persentase Berat Tembus Komulatif
(mm) Ukuran Butir Nominal (mm)
38,1 – 4,76 19,0 – 4,76 9,6 – 4,76
76 100 − −
38,1 95 – 100 95 – 100 −
19,0 30 – 70 95 – 100 100
9,5 10 – 35 25 – 55 50 – 85
4,76 0−5 0 − 10 0 – 10
Sumber Buku Teknologi Beton oleh Dr. Wuryati Samekto, M.Pd, dan Candra Rahmadiyanto,
ST
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan studi di atas, dapat kita simpulkan bahwa agregat
merupakan suatu material granular(pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku besi) baik itu
berasal dari alama ataupun buatan yang mempunyai suatu karakteristik dan sifat tertentu
(kimia, fisis dan Mekanis) yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan mutu konstruksi
beton itu sendiri, baik buruknya kualitas beton di tentukan saat kita memilih material tersebut
sebelum di campur dengan bahan yang lainnya.
Dengan melakukan uji dan penelitian terlebih dahulu terhadap agregat dapat meningkatkan
kualitas dan mutu suatu konsruksi beton.
PERANCANGAN TAPAK

STRUKTUR KONSTRUKSI BAHAN III


AGREGAT

DISUSUN OLEH:
- M. Hasyir Al-aziz

PENGAMPU:
- Fahrizal Zulkarnain, ST., MSc.,Ph.D

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

You might also like