You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia, karena

dengan adanya pendidikan berarti akan melahirkan manusia yang kreatif dan

mempunyai ide-ide yang cemerlang dalam mengisi masa depan yang lebih maju.

Potensi yang ada pada diri manusia akan berkembang menjadi pribadi yang baik,

apabila dia ahkan dengan sebaik mungkin kearah yang positif.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah dilakukan evaluasi sehingga

mendapatkan gambaran yang jelas tentang tinggi rendahnya prestasi belajar siswa

yang dicapai dalam menempuh kegiatan belajar di sekolah. Menurut pendapat Wina

Sanjaya, (2007:125) prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

penting antara lain : (1) materi pelajaran, (2) kondisi siswa, (3) peranan guru (disiplin

dalam belajar), (4) kurikulum, (5) media dan evaluasi.

Peningkatan mutu pendidikan terus digalakkan baik ditingkat pusat maupun

daerah. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat baik lokal maupun

global, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka diadakan

pengembangan di bidang pendidikan, yang sekarang kita kenal dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum terus berubah karena potensi siswa, kondisi pendidikan,

persaingan global, persaingan pada kemampuan SDM dan persaingan terjadi pada

lembaga pendidikan. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu: (a) Menggunakan

1
2

sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan

menyajikan sumber belajar. (c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam

pembelajaran. (d) Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk

tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber. (f) Memilih bahan

sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai keefektifan penggunaan sumber

belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h) Merencanakan kegiatan

penggunaan sumber belajar secara efektif.

Di samping kemampuan di atas, guru perlu juga mengetahui proses

komunikasi dalam proses belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan

psikologi pendidikan, baik secara fIsik maupun sifat-sifat yang ditimbulkan oleh

faktor lain yang mempengaruhi sumber belajar tersebut, dimana sumber dan

bagaimana cara memberikan pelayanannya. Kemampuan tersebut dimaksudkan

untuk memberikan gambaran bahwa guru perlu menyadari pentingnya kemampuan

khusus yang dikembangkan bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang

optimal. Sajian ini akan mencoba menyoroti dari 3 (tiga) bagian yaitu, (1) sumber

belajar, (2) pemanfaatan sumber belajar, dan (3) pengelolaan sumber belajar.

Apabila salah satu faktor tersebut tidak dijalankan secara efektif maka

prestasi yang dicapai oleh siswa relatif rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka

guru harus melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih efektif, bertata dan

disiplin lagi agar siswa memperoleh kesempatan untuk meningkatkan prestasi belajar

serta dapat mengejar ketinggalan terhadap materi yang dianggap sulit untuk

dipahami oleh siswa, dan meningkatkan minat membaca terhadap siswa. Salah satu

masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
3

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa

untuk mengingat berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini

berlaku untuk semua mata pelajaran yang ada di sekolah-sekolah, dimana tidak bisa

untuk mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena

strategi pembelajaran tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran

didalam kelas.

Pembelajaran geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang

mempelajari tentang fenomena alam yang cukup memberi tantangan bagi guns dan

siswa. Bagi seorang guru, untuk dapat mengajar dengan sempurna harus memahami

berbagai langkah, metode dan model pembelajaran. Sedangkan bagi siswa untuk

dapat berhasil belajar dengan baik harus mempunyai kemampuan berpikir yang

tinggi, dan di dukung oleh peran guru yang mampu membangkitkan semangat belajar

bagi tiap karakter siswa.

Guru yang bukan berlatar belakang geografi umumnya rutin dalam mengajar

yang didasarkan pada pengalaman dan kebiasaan tanpa mengetahui betapa komplek

sebenamya proses belajar mengajar. Guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

sebagai penyampai ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga pelajaran geografi

tidak lebih dari menghafal kata-kata, rumus-rumus, prinsip dan teori fisikanya saja.

Oleh karena guru atau pendidik dituntut agar dapat menciptakan suasana atau situasi

belajar mengajar yang sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK. Guru harus
4

mampu menggunakan pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan bahan

yang diajarkan.

Pengajaran geografi oleh guru yang berlatar belakang geografi lebih bisa

mengembangkan kemampuan, siswa dalam mengenali dan memahami gejala alam

dan kehidupan dalam kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta

mengembangkan sikap positif dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang

timbul sebagai akibat adanya pengaruh manusia terhadap lingkungannya. Disamping

itu pembelajaran geografi juga diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan,

menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan ilmiah pada siswa serta

mencintai dan menghargai kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Pada pembelajaran ini

guru yang berlatar belakang geografi menyampaiakn materi pelajaran sebagai salah

satu strategi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

Disamping itu guru yang berlatar belakang geografi lebih mengusai materi

pelajaran dengan maksud untuk memberikan dorongan kepada siswa agar

mengemukakan pendapat, mengajak siswa berpikir dan sebagai bahan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam belajar. Cara guru menyampaikan materi

berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar dan cara berpikir siswa. Cara bertanya

yang berpengaruh positif bagi kegiatan belajar siswa merupakan cara yang tidak

mudah, cara memberikan pertanyaan yang penuh arti dan menarik merupakan tugas

yang sangat kompleks. Materi dan pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan

dengan tepat merupakan alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa.

Oleh karena itu, keterampilan dan kelancaran menyampaikan materi dari guru

itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi materi maupun penyampaian materi dan
5

pertanyaan kepada siswa, Penguasaan materi dan teknik penyampaian harus disertai

keinginan dan kemampuan guru untuk mendegarkan dengan baik dari siswa,

dilandasi sikap terbuka dan positif terhadap siswa. Aktivitas dan kreativitas guru

dalam memotivasi siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalarn pembelajaran

merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar

dan lancarnya kegiatan belajar mengajar tersebut, yang mana hal ini akan

berpengaruh terhadap hasil belajar.

Keaktifan guru berlatar belakang bidang studi tampak pada teknik

penyampaian dan penguasaan suatu materi pelajaran akan lebih mengetahui yang

disampaikan kepada siswa, sedangkan guru yang bukan berlatar belakang bidang

studinya kurang mengetahui keaktifan siswa terlihat cara merespon materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru tersebut.

Oleh karena itu penulis ingin inelihat sebuah hasil belajar siswa atau prestasi

dari sebuah konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran geografi dengan pelajaran

lainnya. Untuk itu penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul “Prestasi

Siswa Diajarkan Guru Berlatar Belakang Pendidikan Geografi dengan Bukan

Geografi Pada SMA Negeri 1 Peudada”.

2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang dapat

penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah: “Adakah perbedaan prestasi siswa

diajarkan guru berlatar belakang perididikan geografi dengan bukan geografi pada

SMA Negeri 1 Peudada ?”


6

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk

mengetahui perbedaan prestasi siswa yang diajarkan oleh guru berlatar belakang

pendidikan geografi dengan bukan geografi pada SMA Negeril Peudada.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan :

1. Dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperkaya dan memperoleh

pengalaman serta keterampilan meneliti dan dapat memperluas wawasan.

2. Sebagai pengalaman yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi

siswa dalam belajar geografi dan pelajaran yang lain, dengan harapan siswa

dapat lebih aktif.

3. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode mengajar oleh

guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Dapat menjadi bahan masukan bagi guru bidang studi geografi terutama di

SMA Negeri I Peudada.

1.5 Hipotesis

Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa yang diajarkan

guru berlatar belakang pendidikan geografi dengan yang bukan geografi pada SMA

Negeri I Peudada.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kelebihan Guru Berlatar Belakang Pendidikan Geografi dalam Mengajar

Pelajaran Geografi

Guru bidang pelajaran geografi pada dasarnya mempelajari berbagai

komponen fisik muka bumi, mahluk hidup (twnbuhan, hewan dan manusia) di atas

muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang

terbentuk akibat proses interaksi dan interrelasinya. Untuk mempermudah

mempelajarinya, berbagai persoalan keruangan (spatial problems) dirumuskan dalam

rangkaian pertanyaan. Fenomena keruangan, atau fenomena geografis, baik tentang

aspek fisik maupun aspek non-fisik serta interaksi dan interelasi ke duanya, dalam

proses belajar mengajar dapat dimulai dari yang paling sederhana seperti lokasi

sekolah.

Sebagaimana bidang ilmu lain, ilmu Geografi juga memiliki alat ukur

keruangan seperti jarak antar dua tempat, baik dalam satuan panjang, satuan nilai

ekonomi dan satuan waktu, dan satuan luas (biasanya diekspresikan dalam bidang

datar) dalam hektar atau km2, hasil perhitungan jumlah obyek, baik berdiri sendiri

maupun dalam satuan luas (kepadatan) atau dalam satuan ratio. Di samping disajikan

dalam bentuk diagram, tabel atau gambar profil, sarana penyajian informasi geografi

paling efektif adalah dalam bentuk peta karena sebuah peta dapat memberikan

penjelasan fenomena geografis dalam perspektif keruangan. Berdasarkan

pengamatan, guru biasanya mengambil bahan pelajaran, membuat latihan-latihan

7
8

maupun penugasan, terutama dari buku teks pelajaran (text book) yang dianjurkan.

Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama,

dimana segala aktivitas guru dan siswa, diupayakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan. Mengajar adalah proses yang bertujuan, dimana keberhasilan suatu

strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat ditentukan suatu strategi yang harus

digunakan oleh guru. Guru Pelajaran geografi sering menyampaikan materi dengan

metode ceramah, tanya jawab. Dalam hal ini Sanjaya (2007:132) menjelaskan bahwa

guru bidang studi atau guru spesialisasi suatu pelajaran harus mempertimbangkan

enam aspek, yaitu

1. Aktivitas siswa

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Strategi

pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak

dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi meliputi aktivitas yang

bersifat psikis seperti aktivitas mental.

2. Individualitas

Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa, walaupun kita

mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita

capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Demikian juga dengan guru,

dikatakan guru yang baik dan profesional manakala is menangani anak

didiknya yang banyak, seluruhnya berhasil mencapai tujuannya.

3. Integritas
9

Mengajar yang harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh

pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif

saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek efektif dan aspek

psikomotor. Ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran,

sebagai berikut

1. Interaktif

Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya

sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa. Mengajar

dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang

siswa untuk belajar.

2. Inspiratif

Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif yang memungkinkan

siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan

proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati, yang

bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang meransang siswa

untuk mau mencoba dan mengujinya.

3. Menyenangkan

Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh

potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya dapat berkembang manakal siswa

terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Proses pembelajaran yang

menyenangkan bisa dilakukan dengan cara (1) menata ruangan yang apik

dan menarik, yaitu memenuhi unsur kesehatan, serta memenuhi

unsur keindahan, (2) melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan


10

bervariasi, dimana dengan menggunakan pola dan model pembelajaran,

media, dan sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru bidang

studi khusus yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

5. Menantang

Proses pembelajaran yang menantang siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, yaitu merangsang kerja otak secara maksimal.

Kemampuan siswa dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa

ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif

atau berekplorasi. Apapun yang diberikan guru harus dapat merangsang

siswa untuk berpikir.

6. Motivasi

Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa.

Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk

belajar. Membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas

guru dalarn setiap proses pembelajarn, khususnya guru bidang studi.

Kelebihan guru berlatar belakang pendidikan (bidangnya sendiri, seperti

mengajar geografi) adalah peran guru untuk mempertunjukkan kepada siswa segala

sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setaip pelajaran

yang disampaikan (demonstrator). Ada beberapa konteks guru sebagai demonstrator

guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji, menguasai materi, memimpin,

mengarahkan, mengawasi. Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan

idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.
11

Keberhasilan implementasikan suatu strategi pembelajarn akan tergantung pada

kepiawaan guru, khususnya guru (bidang studi) dalam menggunakan metode, teknik,

taktik pembelajaran. Setiap guru memiliki pengalaman (khususnya bidang studi),

pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam

mengajar. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi

pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses

pemberian bantuan kepada peserta didik.

Dalam proses pembelajaran guru bidang studi (khususnya pelajaran geografi)

memegang peranan yang sangat penting dimana sebagai teladan bagi siswa yang

diajarkan, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas

proses pembelajaran terletak di pundak guru, dimana keberhasilan suatu proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Menurut

Sanjaya, (2007:53) “Ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses

pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu teacher formative experience, teacher

training experience, dan teacher properties.

2.2 Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

pelatihan. "Sasaran dari kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, yang

baik menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap

aspek pribadi" (Ahmad Sabri, 2005:20).

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia


12

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. “Belajar

adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan”. (Hamalik, 2000:28). Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar, maka diperlukan

perbandingan antara perilaku sebelum dan setelah mengalami kegiatan

belajar.

Perubahan perilaku karena Belajar bersifat relatif permanen. Lamanya

perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang sukar untuk diukur.

Biasanya perubahan perilaku dapat berlangsung selama satu hari, satu

minggu, satu bulan, dua bulan bahkan bertahun-tahun (Catharina, 2006:3)

Belajar yang efektif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor

internal meliputi aspek fisik, psikis dan sosial, sedangkan faktor eksternal

meliputi tingkat kesulitan bahan belajar, tempat belajar, iklim atau cuaca dan

suasana lingkungan.

Oleh karena itu “Agar belajar berlangsung efektif pada diri siswa,

guru harus menguasai bahan belajar, keterampilan pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran secara terpadu”. (Catharina, 2006:14).

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya penataan lingkunganlyang memberikan

suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar, oleh karena itu

pembelajaran bersifat rekayasa perilaku, maka proses tersebut terikat pada

tujuan. Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa


13

untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang

dipelajari. Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar

bagi siswa, siswa akan belajar apa yang dikeluar dari mulut guru dalam

proses pembelajaran sehari-hari.

Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk

memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan

kemampuannya.Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari

kerangka belajar. Pembelajaran yang bersifaat Humanistik ini mungkin sukar

menerapkan secara penuh, mengingat kondisi sosial dan budaya yang tidak

menunjang, (Nanang Fatah, 2006:49) Setidaknya guru yang humanis atau

siapapun guru tersebut dengan humanistik dapat memberikan layanan belajar

yang menyenangkan bagi siswa, sedangkan bahan belajar tetap berasal dari

kurikulum yang berlaku, hanya gaya mengajar dengan penuh tekanan dan

ancaman dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh

suatu kesatuan kegiatan pembelajaran, maka tujuan pembelajaran umum baru

mengemukakan secara umum (belum begitu terinci) apa yang diharapkan

dicapai subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan

tujuan pembelajaran khusus sudah secara spesifik mengemukakan secara

rinci, biasanya berupa pesan-pesan pembelajaran yang menjadi indikator

kemampuan hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran

umum.

3. Unsur Dinamis dalam Pembelajaran


14

Unsur dinamis merupakan unsur yang kondisinya dapat berubah-ubah

dan menunjang proses pembelajaran. (Zahara Idris, 2003:78) Unsur-unsur

tersebut yaitu:

a. Motivasi dan upaya peningkatannya Motivasi bertujuan agar siswa

menjadi lebih terdorong untuk belajar, siswa yang kurang termotivasi akan

cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, siswa biasanya tidak mau

mendengarkan penjelasan guru, melamun, mengantuk dan diam. Untuk itu

seorang guru harus tanggap terhadap gejala seperti ini dan berusaha

dengan segala cara untuk memulihkan kembali motivasi siswa.

b. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah

ditetapkan dalam kurikulum. Untuk itu guru dituntut kecermatan dalam

memilih bahan yang diajarkan, bahan pelajaran tersebut harus relevan dan

sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari.

c. Alat bantu pembelajaran merupakan segala sesuatu yang direncanakan

guru, biasanya alat peraga dan media yang ada hubungannya dengan

materi yang sedang diajarkan, agar siswa lebih mudah memahami materi

tersebut. Untuk itu guru harus dapat memilih dan menyediakan alat bantu

yang disediakan denganmempertimbangkan karakteristik siswa dan

karakteristik materi yang disiapkan.

d. Kondisi pembelajaran terkait dengan kesiapan siswa dan guru dalam

kegiatan pembelajaran, kesiapan tersebut berupa kesiapan secara

psikologis dan kesiapan fisik.

2.3 Karakteristik Mata Pelajaran Geografi.


15

1. Hakikat Pengajaran Geografi.

"Studi geografi berkenaan dengan (1) permukaan bumi (geosfer), (2)

alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer), (3) umat manusia

dengan kehidupannya (antroposfer), (4) penyebaran keruangan gejala alam dan

kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, (5) analisis hubungan

keruangan gejala-gejala geografi dipermukaan bumi". (Tilaar, 2004:67)

Pengajaran geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang aspek-aspek

keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan

kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya.

2. Pengajaran Geografi

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan

kehidupan di muka bumi serta interaksi antara manusia dengan lingkungannya

dalam kaitannya dengan hubungan atau susunan keruangan dan kewilayahan.

Gejala alam dan kehidupan itu sudah tentu bisa dipandang sebagai hasil dari

proses alam yang terjadi di bumi, bisa juga dipandang sebagai kegiatan yang

dapat memberi dampak kepada makhluk hidup yang tinggal di atas penmukaan

bumi.

Dalam melaksanakan pembelajaran geografi yang menerapkan

Kurikulum Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) peran Guru Geografi

merupakan faktor penting yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

pelaksanaan proses pembelajaran. Guru Geografi harus mengetahui mulai dari

faktor penyebab munculnya KTSP, strategi pembelajaran, media pembelajaran

yang diperlukan, pelaksanaan tes dan perangkat lainnya penunjang Kurikulum

KTSP. Kurikulum KTSP menuntut guru geografi SMA harus lebih kreatif bukan
16

hanya sekedar memberi bekal saja, tetapi juga bekal keterampilan hidup yang

terkait dengan bidang geografi. Dalam hal ini Guru Geografi harus mampu

mengelola pembelajaran geografi yang sesuai dengan pembelajaran sepanjang

hayat. Pelajaran geografi difokuskan pada pemberian pengalaman langsung

dengan memanfaatkan dan menerapkan konsep, prinsip dan sains. Dalam kontek

ini siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan untuk

memaharni perilaku atau gejala alam. Ilmu geografi mempunyai kedudukan

yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain karena ilmu geografi sedikit banyak

memberikan kontribusi yang penting dan berarti terhadap penkembangan ilmu

terapan seperti pertanian, perikanan, dan teknologi. (Mulyasa 2006:130).

2.4 Perencanaan Pembelajaran

1. Silabus

Menurut Mulyasa, (2006:167) “Salah satu perencanaan pembelajaran

adalah adanya peluang bagi daerah dan sekolah untuk mengembangkan

silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing”. Sekolah yang

mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan

setempat (Propinsi, Kabupaten/Kota)

Untuk memberi kemudahan kepada daerah dan sekolah dalam

mengembangkan maka dirasakan perlu menyajikan prosedur pengembangan

silabus, yang mencakup perencanaan, dan revisi.

a. Perencanaan.
17

Dalam perencanaan ini tim pengembang silabus mengumpulkan informasi

dan referensi, serta mengidentifikasi somber belajar termasuk nara somber

yang diperlukan dalam pengembangan silabus.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penyusunan silabus dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan

materi pembelajaran yang memuat kompetensi dasar, hasil belajar,

dan indikator hasil belajar

2. menentukan metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model

pembelajaran

3. menentukan alat penilaian berbasis kelas

c. Revisi

Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui

analisis kualitas silabus. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian

dilakukan revisi. Revisi ini pada hakekatnya perlu dilakukan secara

kontinyu dan berkesinambungan, sejak awal penyusunan draf sampai

silabus tersebut dilaksanakan dalam situasi belajar yang sebenarnya.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam rangka mengimplementasikan program pengajaran, guru harus

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan

pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas,

laboraturium dan lapangan untuk setiap kompetensi dasar, (Depdiknas,


18

2006).

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru harus

mencantumkan standar kompetensi yang terdapat kompetensi dasar yang

akan disusun dalam rencana program mengajarnya. Di dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran secara rinci harus dimuat, (a) tujuan pembelajaran,

(b) materi pembelajaran, (c) metode pembelajaran, (d) langkah-langkah

pembelajaran, (e) media dan sumber belajar, dan (f) penilaian.

Untuk mempertegas dan memperjelas isi yang ada dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran, yaitu :

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional

yang ditargetkan/dicapai dalarn rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pemyataan yang

operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar

sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalarn

merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas

sebuah tujuan atau beberapa tujuan, (Depdiknas, 2006).

b. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan

mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

c. Metode Pernbelajaran
19

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan

pelajaran baik secara individual atau secara kelompok,' (Ahmad sabri,

2005:52). Agar tercapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan, seorang

guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan

mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah

menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempenganihi

belajar. Metode mengajar yang kurang baik dapat terjadi karena guru

kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru

menyajikan dengan tidak jelas/sikap guru terhadap siswa dan terhadap

mata pelajaran itu sendiri kurang baik, sehingga siswa kurang senang

terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar,

(Slamet, 2003:65).

Kegiatan pembelajaran biasanya hanya menggunakan metode ceramah

saja, siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja,

guru harus mencoba metode yang baru yang dapatmembantu

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar

dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan seefektif mengkin.

d. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-

langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah

kegiatan kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan

inti dan kegiatan penutup. Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan
20

yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk

menciptakan pra kondisi bagi murid agar mental maupun perhatian

terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan

memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar, kegiatan yang

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan

menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan

dipelajarinya, (Ahmad sabri, 2005:104).

e. Media dan Sumber Pembelajaran

Media merupakan alat yang digunakan sebagai perantara untuk

menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan

kemajuan audiens (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar mengajar, (Ahmad Sabri, 2005:112).

Guru yang efektif dalam menggunakan media dapat meningkatkan minat

siswa dalam proses belajar mengajar dan siswa akan lebih cepat dan

mudah memahami dan mengerti terhadap mated pelajaran yang

disampaikan oleh guru. Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang

memudahkan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah

informasi, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam proses

pembelajaran, (Mulyasa, 2006:48).

Sumber pembelajaran mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus.

Sumber pembelajaran mencakup media atau alat dan bahan yang

digunakan. Bahan yang digunakan sebagai sumber pembelajaran

merupakan buku yang xlevan dan sesuai dengan materi yang akan
21

diajarkan oleh guru.

f. Penilaian

Penilaian pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan nilai

keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kuantitatif, (Ahmad Sabri,

2005:139). Penilaian dapat menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes

unjuk kerja dan tugas rumah. Evaluasi belajar dan pembelajaran adalah

proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang

dilaksanakan dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran belajar

dan pembelajaran, (Ahmad Sabri, 2005:138).

2.5 Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan awal pembelajaran, yaitu kegiatan

yang ditempuh pada saat memulai pelaksanaan pembelajaran meliputi :

a. Menanyakan kehadiran siswa

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan

pelajaran yang belum dikuasai

c. Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas

d. Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan.

Kegiatan inti pembelajaran yaitu kegiatan pemberian bahan pelajaran

meliputi:

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.

c. Membahas pokok materi yang telah dituliskan.

d. Memberikan contoh konkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
22

e. Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa.

Kegiatan penutup pembelajaran Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau

pada akhir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan menutup

pelajaran, agar siwa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi

pelajaran yang dipelajari.

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam

mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari

kepribadian seorang guru. Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai

seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program

pengajarannya dengan baik dan sistematik.

Keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui, disebabkan

oleh bernagai faktor sebagai penghambatnya, jika keberhasilan itu menjadi

kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya. Berbagai faktor

yang dirnaksud adalah : (1) tujuan, (2) guru, (3) anak didik, (4) kegiatan pengajaran,

(5) alat dan bahan evaluasi, serta (6) suasana evaluasi.

1. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam

kegiatan belajar mengajar. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan

mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara

langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Langkah pertama

yang harus guru lakukan dalam menyusun rencana pengajaran adalah tujuan

pembelajaran khusus (TPK). Tujuan pembelajaran khusus ini harus


23

dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu,

(Syaiful B.D, 2003:124) yaitu

1. Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai.

2. Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat

terjadi (kondisi perubahan perilaku)

3. Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti

menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai

hasil yang dicapai.

Akhirnya, tujuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar mengajar dalam setiap kali pertemuan kelas.

2. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan

kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam

bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan

anak didik menjadi orang yang cerdas. Latar belakang pendidikan dan

pengalaman mengajar adalah dua aspek yang mempengaruhi kompetensi

seorang guru di bidang pendidikan dan pengajaran.

3. Anak Didik

Anak didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang

tuanyalah yang memasukannya untuk di didik agar menjadi orang yang

berilmu pengetahuan di kemudian hari. Kepercayaan orang tua anak diterima

oleh guru dengan kesadaran dan penuh keikhlasan, maka jadilah guru sebagai

pengemban tanggung jawab yang diserahkan itu.Anak yang menyenangi


24

pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah perilaku

anak yang bermula sikap mereka karena minat yang berlainan.

4. Kegiatan Pengajaran

Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru

dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar.

Anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan

lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah

orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh

guru. Gaya mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik,

tetapi gaya mengajar guru lebih dominan mempengaruhi gaya belajar anak

didik. Gaya-gaya mengajar, menurut (Syaiful B.D, 2003:130) dapat

dibedakan kedalam empat macam, yaitu : (1) gaya mengajar klasik, (2) gaya

mengajar teknologis, (3) gaya mengajar personalisasi, dan (4) gaya mengajar

interaksional.

5. Alat dan Bahan Evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum

yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya

bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk

dikonsumsi oleh anak didik. Setiap naka didik dan guru wajib mempunyai

buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true-

false) dan pilihan ganda (multiple-choise), tetapi juga menjodohkan

(matching), melengkapi (completion) dan eesay. Masing-masing alat evaluasi


25

itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

6. Suasana Evaluasi

Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan

alat evaluasi,- faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Sistem silang adalah teknik

lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi.

System ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-

benar objektif.

2.7 Metode Mengajar dan Prinsip-prinsip Belajar

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tereapai

secara optimal. Dengan demikian metode dalam rangkaian sestem pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi

pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,

karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui

penggunaan metode pembelajaran.

Menurut pendapat Wina Sanjaya, (2007:147), metode pembelajaran yang bisa

digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yaitu : (1) metode

ceramah, (2) metode demontrasi, (3) metode diskusi, (4) metode simulasi.

Prinsip-prinsip belajar yang digunakan harus sudah ada pada calon guru,

dimana prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda,

dan oleh setiap siswa secara individual. Adapun prinsip-prinsip belajar, Roestiyah

(2001:159) adalah : (1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
26

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional, (2)

belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang

sederhana, sehingga siswa mudah menagkap pengertiannya, (3) belajar harusdapat

menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai

tujuan instruksional.

2.8 Mengajar yang Efektif

Mengajar adalah membimbing anak agar mengalami proses belajar. Mengajar

yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar anak yang efektif pula.

Belajar disini adalah suatu ektifitas mencari, menemukan dan melihat pokok

masalah. Anak berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa bila

seseorang memiliki kemampuan berfikir, dapat menciptakan puisi atau symphony,

maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan.

Syarat-syarat untuk melaksanakan mengajar yang efektif (Roestiyah,

2001:37) adalah

1. Guru harus mempergunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi metode


mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian anak.
2. Motivasi, hal ini sangat berperanan pada kemajuan perkembangan anak
selanjutnya melalui proses belajar.
3. Kurikulum yang baik dan seimbang, dimana mampu mengembangkan segala
segi kepribadian anak untuk dapat hidup di dalam masyarakat.
4. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual.
5. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum
mengajar.
6. Pengaruh yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak.
7. Guru harus mampu menciptakan snmsana yang demokratis di sekolah,
dimana lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan
anak.

Mengajar yang efektif harus dapat mempertirnbangkan hal-hal sebagai


27

berikut :

1. Penguaasaan bahan pelajaran


2. Cinta kepada apa yang diajarkan
3. Pengalaman pribadi dan pengetahuan
4. Variasi metode
5. Seorang guru harus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menguasai dan
mendalami semua bahan pelajaran
6. Bila guru mengajar harus selalu memberikan pengetahuan yang aktual
7. Guru harus berani memberikan pujian

2.9 Iklim Kelas dan Prestasi Belajar

Proses belajar mengajar sangat erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau

suasana di mana prose situ berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga dipengaruhi

oleh banyak aspek seperti gaya belajar, fasilitas yang tersedia, penga uh iklim kelas

masih sangat penting. Hal ini disebabkan karena peserta didik belajar di ruangan

kelas, lingkungan kelas, baik itu lingkungan fisik maupun non fisik, untuk

mendukung mereka atau menganggu mereka.

Menurut Hadiyanto, (2004:158) iklim yang kondusif antara lain dapat

mendukung : (1) interaksi yang bermanfaat di antara peserta didik, (2) memperjelas

pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang

memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4)

mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik.

Iklim sosial mempunyai pengaruh yang penting terhadap kepuasaan peserta

didik, belajar dan pertumbuhan/perkembangan pribadi, dimana akan mempengaruhi

prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar peserta didik ditentukan oleh banyak

faktor seperti usia, kemampuan dan motivasi, jumlah dan mutu pengajaran,

lingkungan alamiah di rumah dan di kelas. Iklim kelas yang kondusif merupakan
28

salah satu faktor yang mempengaruhi kesempatan peserta didik untuk sukses.

2.10 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar.

Dalam setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan selalu diikuti oleh

pengukuran dan penilaian, demikian pula halnya dalam proses belajar. Jadi yang

dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum yang

mempengaruhi hasil belajar ditunjukkan oleh skema dibawah ini: skema faktor-

faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat bahwa ada dua faktor utama

yakin (1) faktor dari dalam diri siswa dan (2) faktor lingkungan. Faktor kemampuan

yang dimiliki oleh siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang

dicapai. Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal yang dilakukan berulang-ulang,

sehingga dalam melakukan itu tanpa memerlukan pemikiran. Misalnya orang yang

terbiasa tidur setelah shalat zhuhur, akan melakukannya setiap hari tanpa begitu

memerlukan pemikiran dan konsentrasi yang penuh. Kebiasaan belajar adalah

segenap perilaku siswa yang ditujukan secara ajeng dari waktu-kewaktu dalam

rangka pelaksanaan studi di sekolah. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar

tidaklah sama dengan ketrampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku belajar

seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedangkan ketrampilan

belajar adalah suatu sistem, metode, teknik yang telah dikuasai untuk melakukan

studi.
29

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor

bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar

selama beberapa waktu. Karena diulang sepanjang waktu, berbagai perilaku itu

begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan

pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu proses belajar.

Tentu saja kebiasaan belajar adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang

baik dan kebiasaan belajar yang buruk. Kebiasaan belajar yang baik akan membantu

peserta didik untuk menguasi pelajarannya, menguasai materi dan meraih sukses

dalam sekolah. Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk akan mempersulit peserta

didik untuk memahami pelajarannya dan menghambat kemajuan studi serta

menghambat kesuksesan studi di sekolah. Pembentukan kebiasaan belajar bisa

dipengaruhi oleh imitasi dan sugesti. Kebiasaan belajar yang baik dapat terbentuk

karena lingkungan tempat peserta didik belajar merupakan lingkungan yang sudah

terbiasa melakukan aktivitas belajar secara teratur.

Kebiasaan ini bisa terbentuk secara tidak sadar sejak kecil melalui imitasi dari

keluarga. Yang kedua Sugesti, Emosi seseorang tergantung pada emosi dan sikap

orang banyak. Hal ini sering disebut sebagai herd-instinct atau naluri gerombolan.

Diantara cara membentuk kebiasaan belajar adalah dengan cara berbuat suatu

aktivitas belajar walaupun mengalami kesulitan secara terus menerus. Ketika

kegiatan ini diulang terus menerus maka akan membentuk tipe belajar yang

dikehendaki. Maka terbentuklah suatu kebiasaan belajar sehingga merasa seakan--

akan kurang tepat jika melakukan kegiatan lain.

Kegunaan kebiasaan belajar dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu


30

hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dengan seksama, dimana dengan belajar

yang teratur, maka akan terlihat kepintaran atau kelebihan seseorang dalam

mengikuti suatu proses belajar mengajar berkaitan dengan ini Muhibbin, (2005:65)

menyebutkan bahwa : “Kebiasaan dapat menghemat waktu dalam mengerjakan

sesuatu atau memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat

spontan yang tidak memerlukan banyak kesengajaan”.

Meningkatkan efisiensi manusia. Dengan kebiasaan belajar yang baik maka

sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas

yang lain. Membuat seseorang lebih cermat. Contohnya seorang pelajar yang terbiasa

membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata karena sudah

terbiasa. Hasil belajar akan lebih maksimal. Dengan kecermatan yang tinggi dan

usaha belajar yang teratur dan ringan dan akan meningkatkan hasil belajar.

Menjadikan seseorang menjadi lebih konsisten dalam kegiatannya seharihari.

Evaluasi hasil belajar seperti yang dikemukakan diatas hasil belajar pada umumnya

diketahui melalui proses evaluasi atau sering disebut sebagai tes. Evaluasi

merupakan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dalam sebuah program. Evaluasi secara umum dibagi menjadi dua yaitu

evaluasi tes dan non tes. Penilaian non tes terdiri dari skala sikap, daftar periksa

(check list), kuesioner, studi kasus dan portofolio. Skala sikap dan kuesioner sering

digunakan untuk mengukur aspek afeksi siswa.

Sedangkan aspek psikomotorik sering diukur menggunakan check list. Dan

aspek kognitif diukur menggunakan tes. Tes terdiri dari tes lesan, tes tertulis dan tes

perbuatan. Tes tertulis diantaranya adalah tes dengan soal berbentuk uraian baik
31

uraian terbatas (singkat), uraian bebas/ terbuka, uraian berstruktur dan soal yang

berbentuk obyektif, seperti pilihan ganda, menjodohkan ataupun soal benar-salah.

Sedangkan tes perbuatan dikhususkan untuk mengukur psikomotorik contohnya tes

praktek sholat.

Muhibbin, (2005:70) menyatakan bahwa syarat tes hasil belajar yang baik

harus memenuhi lima syarat. yaitu:

1. Reliabel, artinya sebuah tes harus mempunyai keajegan dalam arti ketika tes
diberikan kepada murid maka hasilnya harus sama ketika tes itu diberikan
diwaktu yang lain.
2. Valid. Tes bisa mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Obyektif. Hasil skore tidak tergantung pada subyek yang memberi skore.
Yang kedua obyektif juga seharusnya dicerminkan ketika memeberikan
interprestasi atas skore yang dicapai siswa.
4. Diskriminatif. Tes disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak
perbedaan-perbedaan yang sedetail-detailnya.
5. Komprehensif. Suatu tes dikatakan komprehensif bila tes tersebut mencakup
segala persoalan yang harus diselidiki. Mudah digunakan (praktis).

Penilaian dalam hasil belajar juga dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana kemajuan anak didik. Hasil yang didapatkan tersebut dirumuskan dalam suatu

buku yang dinamakan buku rapor. Buku rapor tersebut dalam kurikulum berbasis

kompetensi diproses setiap enam bulan sekali atau menggunakan sistem semester.

Biasanya skala yang digunakan adalah 0-100 untuk nilai yang berhubungan dengan

kognitif dan skala A,B,C,D untuk hasil belajar aspek afektif.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul Penelitian ini, maka yang menjadi lokasi penelitian

adalah SMA Negeri I Peudada, Kabupaten Bireuen, sedangkan waktu penelitian –

sampai dengan selesai.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kuantitatif, Muhammad,

(2001:120) menjelaskan bahwa: "Metode penelitian deskriptif kuantitatif digunakan

untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi

pada situasi saat ini, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan

data, klasifikasi data, analisis data dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran tentang suatu keadaan secara objektif."

3.3 Populasi dan Sampel

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2001:115).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada

tahun pelajaran 2009/2010, yang terdiri dari 2 kelas, dengan jumlah siswa 90 orang.

Mengingat populasi kurang dari 100 orang, maka seluruhnya dijadikan sebagi'subjek

penelitian, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi.

32
33

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dengan dua cara

pengumpulan data yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap subjek penelitian untuk

memperoleh informasi pendukung penelitian. Observasi diharapkan dapat

menjadi instrumen klasifikasi terhadap masalah penelitian.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini dilakukan dengan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Adapun manfaat yang diperoleh oleh peneliti dari

kepustakaan ini adalah untuk menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah

dikemukakan oleh para ahli terlebih dahulu. Mengikuti perkembangan peneliti

dalam bidang yang diteliti, memperoleh orientasi atau gambaran yang lebih luas

mengenai topik yang dipilih.

c. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah pengambilan nilai rapor siswa yang

dijadikan sampel dalam penelitian.

3.5 Teknik Analisa Data

Setelah data penelitian terkumpul semuanya, selanjutnya diolah dengan

menggunakan statistik sederhana, yaitu menghitung dari masing-masing dengan

rumus sebagai berikut:

Mx − My (Hadi, 2001-268)
t=
SDbm

Keterangan :

t = RoHo
34

Mx = mean sampel x

My = mean sampel y

SDbm = standar kesalahan perbedaan mean

Untuk memperoleh nilai Mx dan My digunakan rumus :


Σfx Σfy
Mx = dan My =
n n

Keterangan :

Fx = Koefisien sampel x

Fy = koefisien sampel y

n = sampel yang diselidiki

Untuk memperoleh nilai SD2Mx dan SD2My digunakan rumus :

SDbm = SD 2 Mx +SD 2 My

Keterangan :

SD2Mx = varian mean sampel x

SD2My = varian mean sampel y

SD2x = varian sampel x

SD2y = varian sampel y

n = sampel yang diselidiki, (Hadi, 2001:270)

Untuk memperoleh nilai SD2x dan SD2y digunakan rumus :

∑ fx 2 ∑ fy 2
SD 2 x = − M 2 x dan SD 2 y = −M 2y
n n

Untuk memperoleh derajat kebebasan (db) digunakan rumus

Db = Nx + Ny-2

Penerimaan atau penolakan hipotesis taraf signifikan 5% dengan


35

ketentuannya : terima hipotesis alternatif. (Ha) jika nilai t-hitung > dari nilai t-tabel.

Sebaliknya, tolak hipotesis alternatif (Ha) jika nilai t-hitung < dari nilai tabel, (Hadi,

2001:338).

You might also like