You are on page 1of 9

‘AFIYAH. VOL. 3, NO.

I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

KECERDASAN SPIRITUAL PERAWAT DALAM


MELAKSANAKAN KOMPETENSI PERAWAT MELAKUKAN
ASUHAN SPIRITUAL KEPADA PASIEN RUMAH SAKIT ISLAM
IBNU SINA YARSI PADANG PANJANG TAHUN 2015
Liza Merianti 1*) , Syntia Lola Andhika 2*)

1) Program Studi S1 Keperawatan STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi


Bukittinggi, 26136, Indonesia

Email : lizamerianti2@gmail.com

ABSTRACT

Spiritualities of nurse relate the nursing care to given. nurse have spiritual quotient can gift of service of
treatment in more glorious context that is on the basis of religious service. In some of the literature has
known a lot of weaknesses nurses in providing spiritual care . One thing that becomes a problem in
spiritual service is discomfort and inability to recognize spirituality them self because of the attention to
the spiritual aspects of the nurses still not as expected. The purpose is to know relation of spiritual
quotient with nurse competencies in spiritual care in Islamic hospital Ibnu Sina Padang Panjang. This
Study used cross sectional Approach. Population of this research is all nurse which on duty in Islamic
hospital Ibnu Sina Padang Panjang amount of 41 sample. Result of analysis showed more than half
(73,2%) responden has high spiritual intelligence and more than half (68,3%) responden has high
competencies in spiritual care also. Result of bivariate analysis with correlation spearmen there are
significancy relation (p=0,000) and positive pattern strong relation (r=0,652). The conclution is there
are correlation between spiritual quotient nurse competencies in spiritual care in Islamic Hospital Ibnu
Sina Padang Panjang in 2013.

Key word : Spiritual intelligence, Nurse competencies, Spiritual care

PENDAHULUAN merupakan hal yang penting untuk


Banyak terdapat literatur yang mengembangkan kesadaran dan sensitifitas
menyatakan bahwa spiritualitas perawat terhadap spiritualitas pasien (Mitchell, dkk
berkaitan dengan asuhan yang diberikan 2006).
perawat. Menurut Potter & Perry (2005), Spiritualitas dikenal sebagai suatu
kematangan spiritual perawat bentuk kecerdasan. Kecerdasan spiritual
mempengaruhi kemampuannya untuk (Spiritual Intelligence) adalah kecerdasan
memenuhi kebutuhan spiritual pasien. untuk menyelesaikan masalah makna dan
Asuhan spiritual yang diberikan perawat nilai, kecerdasan untuk memposisikan
dalam praktek profesionalnya bertolak dari perilaku dan hidup dalam konteks makna
kekuatan dan pengalaman spiritual perawat yang lebih luas (Zohar, 2000). Seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Rasa nyaman yang cerdas secara spiritual merasakan
terhadap spiritualitas diri perawat ketenangan jiwa dan menjalani hidup

60
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

dengan bijak yang berimplikasi terhadap Emergency, ICU dan Syaraf RS. DR. M.
interaksinya dalam kehidupan sehari-hari Djamil Padang tahun 2008, dapat
berupa perilaku rendah hati, penuh kasih disimpulkan bahwa lebih dari 50% perawat
sayang, empati, menunjukkan perasaan pelaksana memiliki pengetahuan yang
tenang dan damai, sabar, kehangatan dan rendah dan sikap negatif tentang
kekuatan batin (Sukidi, 2002). Perilaku pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
inilah yang dibutuhkan oleh perawat dalam (Idianola, 2009).
interaksinya dengan pasien dalam Observasi terhadap 30 klien di tiga
memberikan asuhan spiritual. Perawat yang Rumah Sakit (RSCM, RSPAD, dan RS.
cerdas secara spiritual mampu Darmais) menunjukkan fakta bahwa aspek
menempatkan pemberian pelayanan spiritual belum mendapatkan perhatian
keperawatan dalam konteks yang lebih yang cukup oleh perawat. Dari 30 klien
agung yaitu atas dasar ibadah dan yang diobservasinya itu, didapatkan
pertolongan bagi manusia yang sebanyak 79% klien tidak mendapatkan
membutuhkan (Yosep, 2005). pendampingan spiritual saat sakit dan
Biasanya dalam praktik dirawat di rumah sakit. Sementara itu,
keperawatan aspek spiritual tidak konsisten selebihnya, sebanyak 21% klien mengaku
diberikan dan cenderung diabaikan. Bahkan mendapatkan pendampingan spiritual,
diberbagai literatur telah diketahui banyak namun bukan oleh perawat tetapi oleh
kelemahan perawat dalam memberikan pemuka agama. Fakta tersebut
asuhan spiritual. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa perhatian terhadap
menjadi masalah dalam pelayanan spiritual aspek spiritual oleh perawat masih belum
adalah ketidaknyamanan dan sesuai dengan yang diharapkan (Rohman,
ketidakmampuan perawat dalam mengenal 2009).
spiritualitasnya sendiri (Wright, 1998). Penulis mewawancarai 4 orang
McEwan (2004), dalam penelitiannya perawat di Ruang Rawat Inap Bedah, Anak,
menemukan bahwa banyak perawat serta Ruang Interne tentang asuhan
mengakui belum memahami secara jelas spiritual, pada umumnya perawat
dan mengalami kebingungan antara konsep mengatakan bahwa asuhan spiritual adalah
spiritualitas dan religius. asuhan yang bersifat keagamaan,
Berdasarkan penelitian Idianola, diantaranya mengingatkan pasien terhadap
mengenai pengetahuan dan sikap perawat agamanya, mengingatkan pasien untuk
pelaksana tentang pemenuhan kebutuhan beribadah, dan membantu pasien
spiritual klien di Ruang Rawat Inap menjalankan ibadah. Perawat mengatakan

61
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

belum pernah mengikuti pelatihan tentang yang berjumlah 42 orang. Pengambilan data
pemberian asuhan spiritual. Pada umumnya dilakukan dengan teknik total sampling,
perawat mengatakan hanya memberikan yaitu semua populasi dijadikan sampel
asuhan spiritual secara lisan, namun tidak dengan jumlah sampel saat pengambilan
dituangkan dalam bentuk tertulis, asuhan data awal sebanyak 42 orang (Profil RSI
yang diberikan tergantung dari nilai yang Ibnu Sina Padang Panjang Tahun 2013).
dianut oleh masing-masing perawat dan Instrumen yang digunakan dalam
dari pengalaman yang didapatkan perawat penelitian ini adalah kuesioner yang
dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil diberikan langsung kepada responden. Alat
observasi terhadap beberapa status pasien ukur untuk menilai kecerdasan spiritual
didapatkan data bahwa komponen asuhan perawat adalah kuesioner yang diadaptasi
spiritual tidak dituliskan dalam perencanaan dari tes kecerdasan spiritual yang disusun
keperawatan. oleh Khalil A. Khavari (2006), dalam
TUJUAN Spiritual Intellegence, sedangkan alat ukur
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menilai kompetensi perawat dalam
untuk mengetahui adanya hubungan asuhan spiritual adalah kuesioner yang
kecerdasan spiritual perawat dengan diadaptasi dari Spiritual Care Competence
kompetensi perawat dalam memberikan Scale yang disusun oleh Leeuwen &
asuhan spiritual pada pasien di Rumah Cusveller (2006). Variabel penelitan terdiri
Sakit Islam Ibnu Sina Padang Panjang, dari :
dengan diberikannya asuhan spiritual pada 1. Variabel dependent; kompetensi perawat
pasien diharapkan peningkatan motivasi dalam asuhan spiritual, defenisi
pasien dalam hal kesembuhannya. operasionalnya kemampuan dan

METODA PENELITIAN keterampilan perawat dalam

Jenis penelitian ini adalah deskriptif memberikan asuhan spiritual, meliputi

korelasi dengan pendekatan Cross kemampuan pengkajian dan

Sectional Study. Penelitian ini dilakukan di implementasi asuhan spiritual, mampu

Ruang Instlasai Gawat Darurat (IGD), memberikan dukungan personal dan

Poliklinik, Kamar Operasi (OK), Interne konseling pasien, mampu

(Siti Mu’min), Bedah dan Anak (Syafa mendelegasikan asuhan spiritual kepada

Marwah) Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu tenaga kesehatan lainnya, bersikap

Sina Padang Panjang. Populasi penelitian positif terhadap spiritualitas pasien,

ini adalah semua perawat pelaksana yang kemampuan komunikasi, serta

dinas di RSI Ibnu Sina Padang Panjang

62
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

profesional dan mampu meningkatkan menggunakan skala ukur skala Likert yang
kualitas asuhan spiritual. terdiri dari 4 alternatif jawaban. Semua item
2. Variabel Independen; Kecerdasan terdiri dari pernyataan positif yang diberi
spiritual perawat, definisi nilai: selalu = 3, sering = 2, kadang-kadang
operasionalnya Kemampuan perawat = 1, tidak pernah = 0, sedangkan
untuk memberi makna spiritual terhadap pernyataan negatif tidak ada. Skor total
pemikiran, perilaku dan kegiatannya, didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari
yang direfleksikan memalui relasi masing-masing jawaban responden.
spiritual dan komunikasi dengan Tuhan Analisa bivariat dilakukan dengan
yang tercermin dari frekuensi do’a menggunakan analisis statistik berupa uji
kecintaan dan rasa syukur kepada korelasi Spearmen dengan bantuan program
Tuhan, relasi sosial yang tercermin dari SPSS dengan tingkat kepercayaan 95%
rasa kekeluargaan, peka terhadap (p<0,05). Nilai korelasi (r) berkisar 0-1 atau
kesejahteraan orang lain, dan bersikap bila disertai dengan arah nilai antara -1
dermawan, ketaatan pada etika dan sampai dengan +1; r = 0 berarti tidak ada
moral yang tercermin melalui sikap hubungan linear; r = -1 berarti hubungan
jujur, amanah, sopan, toletan dan anti linear negatif sempurna; r = +1 berarti
kekerasan hubungan linear positif sempurna. Menurut
Dalam Analisa Variabel Dahlan (2008), kekuatan hubungan dua
kompetensi perawat menggunakan skala variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam
ukur skala Likert yang terdiri dari dua 5 area, yaitu : r = 0,00 – 0,199 hubungan
bentuk pertanyaan. Bentuk pertama yang sangat lemah; r = 0,20 – 0,399 hubungan
meliputi pengkajian dan implementasi lemah; r = 0,40 – 0,599 hubungan sedang; r
asuhan spiritual, dukungan personal dan = 0,60 – 0,799 hubungan kuat, dan r = 0,80
konseling pasien, pendelegasian, – 1,000 hubungan sangat kuat.
kemampuan komunikasi, serta HASIL DAN PEMBAHASAN
profesionalisasi dan peningkatan kualitas Kecerdasan spiritual adalah
asuhan spiritual yang terdiri dari 4 alternatif kecerdasan untuk menghadapi persoalan
jawaban. Semua item terdiri dari makna atau value, kecerdasan untuk
pernyataan positif yang diberi nilai : sangat menempatkan perilaku dan hidup dalam
mampu = 4, mampu = 3, tidak mampu = 2, konteks makna yang lebih luas dan kaya,
sangat tidak mampu = 1, sedangkan kecerdasan untuk menilai bahwa suatu
pernyataan negatif tidak ada. Untuk tindakan atau jalan hidup tertentu lebih
Variabel kecerdasan spiritual perawat bermakna dibandingkan dengan yang lain

63
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

(Sukidi, 2002). Hasil penelitian terhadap Sementara itu, dari 41 orang


kecerdasan emosional perawat RSI Ibnu perawat, 11 orang perawat memiliki
Sina adalah separoh perawat (73,2%) kecerdasan spiritual rendah. Artinya
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, kecerdasan spiritual perawat dalam keadaan
sedangkan 26,8% perawat memiliki tidak baik, dapat menimbulkan rasa tidak
kecerdasan spiritual yang rendah. nyaman dan dapat menimbulkan berbagai
masalah dalam kehidupannya. Hal ini
Kecerdasan Spritual perawat
sesuai dengan pendapat Vaughan (2002),
Rendah
27% ketika kecerdasan spiritual dalam keadaan
tidak baik ia bisa menimbulkan rasa takut,
Tinggi
ketidaktenangan dan dapat menyebabkan
73%
Gambar 1.1 Kecerdasan Spiritual Perawat berbagai masalah yang serius.
RSI Ibnu Sina Padang Panjang Hal ini sesuai dengan pendapat
Vaughan (2003) bahwa kecerdasan spiritual
Sebanyak 73,2% perawat memiliki
memiliki rentang yang luas dan bervariasi
kecerdasan spiritual yang tinggi. Artinya
dalam ekspresi dan tingkatannya.
lebih dari separoh perawat mengerti makna
Pengalaman spiritual tidak selalu
pekerjaannya dan menempatkan
berkembang dan tidak selalu dalam keadaan
aktivitasnya dalam tujuan yang lebih agung,
baik. Pada tiga implikasi kecerdasan
termasuk aktivitas merawat pasien. Hal ini
spiritual, presentase tertinggi terdapat pada
didukung karena perawat bekerja di RSI
implikasi vertikal yaitu relasi spiritual
yang memang menjunjung tinggi nilai-nilai
dengan Tuhan, sedangkan presentase
spiritual individu secara keseluruhan.
terendah terdapat pada implikasi horizontal
Perawat yang cerdas secara
yaitu relasi sosial dengan sesama manusia.
spiritual mampu menempatkan pemberian
Artinya rata-rata perawat memiliki relasi
pelayanan keperawatan dalam konteks yang
yang baik dengan Tuhan yang tercermin
lebih agung yaitu atas dasar ibadah dan
dari frekuensi ibadah dan rasa syukurnya,
pertolongan bagi manusia yang
akan tetapi kecerdasan spiritual perawat
membutuhkan. Spiritualitas sebagai tahapan
kurang berimplikasi terhadap kehidupan
aktualisasi diri seseorang, dimana seseorang
sosialnya.
berlimpah dengan kreativitas, intuisi,
keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian,
toleransi, kerendahan hati, serta memiliki
tujuan hidup yang jelas (Yosep, 2005).

64
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

2009), yang mengindikasikan bahwa


Kompetensi Asuhan Spiritual
walaupun perawat telah menyadari
Rendah
32% kebutuhan spiritual pasien mereka tetap
Tinggi
68%
tidak mampu memberikan asuhan spiritual
Gambar 1.2 Kompetensi Asuhan Spiritual karena dua alasan. Alasan pertama, karena
perawat RSI Ibnu Sina Padang Panjang
tidak adekuatnya penyiapan tentang
pemberian asuhan spiritual saat perawat
Berdasarkan hasil penelitian pada
mengikuti pendidikan di fakultas. Alasan
tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 41
kedua, adalah karena perawat memandang
responden, 28 orang (68,3%) memiliki
bahwa asuhan spiritual adalah peran ahli
Kompetensi Asuhan Spiritual Jumlah agama di RS, bukan peran profesional
Kecerd (%)
asan Tinggi Rendah
Spiritua
keperawatan.
f (%) f (%) f (%)
l
Perawa Tabel 1.1 Korelasi Kecerdasan Spiritual
t Perawat dengan Kompetensi Perawat
Tinggi 26 (86,7) 4 (13,3) 30 (100)
Rendah 2 (18,2) 9 (81,8) 11 (100) dalamAsuhan Spiritual di RSI Ibnu Sina
Jumlah 28 (68,3) 13 (31,7) 41 (100) Padang Panjang
(%)
kompetensi yang tinggi dalam asuhan
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat
spiritual dan 13 orang (31,7%) memiliki
bahwa dari 30 orang perawat yang memiliki
kompetensi yang rendah dalam asuhan
kecerdasan spiritual tinggi, ternyata
spiritual. Artinya lebih dari separoh perawat
sebanyak 26 orang (86,7%) memiliki
(68,3%) memiliki kompetensi yang tinggi
kompetensi yang tinggi dalam pemberian
dalam asuhan spiritual, dimana perawat
asuhan spiritual, sedangkan 4 lainnya
sudah mampu mencapai standar kinerja
(13,3%) perawat memiliki kompetensi
yang diharapkan. Sesuai dengan pendapat
pemberian asuhan spiritual yang rendah.
Lasmahadi (2002), bahwa kompetensi
Perawat yang memiliki kecerdasan spiritual
sebagai suatu rangkaian kemampuan yang
rendah berjumlah 11 orang, 9 orang
penting bagi kinerja yang superior dari
(81,8%) diantaranya memiliki kompetensi
sebuah pekerjaan atau sekelompok
yang rendah pula dalam pemberian asuhan
pekerjaan. Suatu kompetensi adalah apa
spiritual, 2 lainnya (18,2%) memiliki
yang seorang karyawan mampu kerjakan
kompetensi yang tinggi dalam pemberian
untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
asuhan spiritual.
suatu pekerjaan.
Hasil uji korelasi Spearman, dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan
diketahui bahwa korelasi kecerdasan
penelitian yang dilakukan oleh
spiritual perawat dengan kompetensi
Narayanasamy (1993, dalam Rohman,

65
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

perawat dalam asuhan spiritual 57,49% sisanya dipengaruhi oleh faktor


menunjukkan hubungan yang kuat (r = lain.
0,652) dan berpola positif serta Hasil penelitian ini sesuai dengan
memperlihatkan hubungan yang signifikan penelitian Cimino (2006) tentang korelasi
(p = 0,001). antara spiritual perawat dengan sikap dan
Arah korelasi dalam penelitian ini tingkat kenyamanan perawat dalam
positif artinya semakin tinggi kecerdasan penyediaan asuhan spiritual. Diperoleh data
spiritual perawat, maka semakin tinggi pula dalam penelitiannya bahwa rata-rata
kompetensinya dalam asuhan spiritual. perawat memiliki tingkat spiritualitas yang
Korelasi antara kecerdasan spiritual tinggi dan bersikap positif terhadap
perawat dengan kompetensi perawat dalam pemenuhan spiritualitas pasien. Kesimpulan
asuhan spiritual menunjukkan hubungan dari penelitian tersebut adalah terdapatnya
kuat. Artinya kompetensi perawat dalam korelasi positif antara spiritual perawat
asuhan spiritual sebagian besar dipengaruhi dengan sikap dan tingkat kenyamanan
oleh kecerdasan spiritualnya, namun masih perawat dalam penyediaan asuhan spiritual.
ada beberapa faktor lain yang harus Dilihat dari salah satu implikasi
dipertimbangkan dan dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual spiritual dari sudut
kompetensi perawat dalam asuhan spiritual. pandang etika dan moral, yaitu bagaimana
Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor kecerdasan spiritual mendidik seseorang
personal perawat, usia, pengalaman hidup, agar mematuhi standar etika dan moral
dan pengalaman kerja yang tercermin dari perilakunya yang
Cara mengetahui seberapa besar bertanggung jawab hal ini mendukung
perubahan kompetensi asuhan spiritual terbentuknya profesionalisme perawat
yang dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual dalam asuhan spiritual. Hird (2006)
perawat dapat diketahui dengan menyatakan perilaku profesional dalam
menghitung nilai koefisien determinasi, praktek keperawatan yang ditandai dengan
yaitu dengan menghitung nilai kuadrat dari komitmen terhadap profesi dari
koefisien korelasi (r). Pada penelitian ini keperawatan. Perawat mematuhi standar
didapatkan r = 0,652, maka nilai koefisien praktek profesinya, bertanggung jawab
determinasinya 0,4251. Ini berarti terhadap tindakan dan perilakunya.
kecerdasan spiritual perawat hanya dapat Kecerdasan perawat bukanlah
mempengaruhi kompetensi asuhan merupakan suatu hal yang bersifat dimensi
spiritualnya sebesar 42,51%, sedangkan tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari
satu sisi dimensi saja (dimensi IQ),

66
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

melainkan lebih luas dari itu, termaasuk


Zohar, D. (2000). SQ-spiritual intelligence,
kecerdasan emosional dan spiritual. Karena
the ultimate intelligence. Accessed
kecerdasan spiritual merupakan dasar yang on April 1 2014.
http://www.alisonmorgan.co.uk/Zo
perlu untuk mendorong berfungsinya
har%202000.htm
secara lebih efektif, baik Intelligence
Sukidi. (2002). Rahasia sukses hidup
Quotient (IQ) maupun Emotional
bahagia kecerdasan spiritual
Intelligence (EI). Hal ini sesuai dengan mengapa sq lebih penting dari
pada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia
penelitian Trihandini (2005) tentang
Pustaka Utama.
analisis pengaruh kecerdasan intelektual,
Yosep, I. (2005). Pentingnya ESQ
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual
(emosional spiritual quotion) bagi
terhadap kinerja karyawan. Ditemukan perawat dalam manajemen
konflik. Cerdas, Kreatif,
bahwa IQ, EQ dan SQ mempunyai
Berwawasan dan Mandiri
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja (CEREBRI) Kegiatan Penerimaan
Mahasiswa Baru . FIK UNPAD.
staf.
KESIMPULAN Wright. (1998). Profesional, ethical and
legal implication for spiritual care
Berdasarkan hasil kegiatan yang
in nursing. Journal of Nursing
dilakukan tentang penelitian hubungan Scholarship. 30(1).
kecerdasan spiritual dengan kompetensi
McEwan, W. (2004). Spirituallity in
perawat dalam memberikan asuhan spiritual nursing, what the issue.
Orthopaedic Nursing. Vol.23 No.
pada perawat RSI Ibnu Sina Padang
5.
Panjangdapat diambil kesimpulan bahwa
Idianola. (2009). Hubungan kecerdasan
terdapat korelasi antara kecerdasan spiritual
spiritual perawat dengan
perawat dengan kompetensi perawat dalam kompetensi perawat dalam asuhan
spiritual kepada pasien di ruang
asuhan spiritual di RSI Ibnu Sina Padang
rawat intensif RS. DR. M. Djamil
Panjang. Padang Tahun 2009.Tesis. Fakultas
Kedokteran. Universitas Andalas.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Rohman. (2009). Faktor-faktor yang
Fundamental Keperawatan. berhubungan dengan pemberian
Jakarta: EGC. asuhan spiritual oleh perawat di
RS. islam Jakarta. Tesis. Magister
Mitchell, L. D, Marsha J. B, Linda M- Universitas Indonesia.
Ledet. (2006). Spiritual
development of nursing students: RSI Ibnu Sina Padang Panjang. (2013).
developing competence to provide Profil RSI Ibnu Sina Padang
spiritual care to patients at the end Panjang Tahun 2013.
of life. Spiritual Competence of
Nursing Students. 45 (9).

67
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

Padang Panjang: Bagian SDM RSI


Ibnu Sina Padang Panjang.

Khavari, Khalil A. (2006). The Art Of


Happines; Mencipta Kebahagiaan
Dalam Setiap Keadaan. Jakarta :
Serambi Ilmu Semesta.

Leeuwen, V, R,RL,J. Tiesinga, L.J. Middel,


H. Jochemsem, D, Post. (2006). an
Instrument to measure nursing
competencies in spiritual
care:validity and reability of the
spiritual care competence scale
(SCCS). Journal of Advanced
Nursing, 48 (3), 234-246

Vaughan, F. (2003).What is spiritual


intelligence. Journal of Humanistic
Psychology

68

You might also like