Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan data potensi energi nasional, maka potensi energi terbarukan pada
sumber energi non fosil memiliki banyak jenis antara lain, air, angin, ombak, pasang
surut, matahari, dll. Hanya 4% yang baru dikembangkan dari seluruh potensi yang ada.
Saat ini potensi panas bumi tercatat di 299 daerah dan lapangan panas bumi Indonesia
tercatat sekitar 28.835 MWe yang sebagian besar mengikuti jalur vulkanik dari
Sumatera, Jawa, Bali ,NTB, NTT dll.
Potensi sumber energi panas bumi cenderung tidak akan habis, karena proses
pembentukannya yang terus-menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan
hidrologi) dapat dijaga keseimbangan. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat
diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencapai kebutuhan energi
domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan
dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi
fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan aneka ragam sumber energi Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi pada sumber energi panas bumi adalah lokasi
sumber panas bumi. Mayoritas lokasi potensi energi panas bumi berada di kawasan
ekologi hutan dan energi panas bumi tidak dapat disalurkan dengan pipa gas, sehingga
pembangkit harus di buat di titik panas bumi berada. Pembebasan hutan atau lahan
yang kerap bermasalah, pengaruh terhadap kondisi tanah dan sumber air serta dampak
terhadap lingkungan, harus menjadi agenda penting dalam menyelaraskan eksploitasi
energi panas bumi dengan lingkungan hidup di sekitarnya. Sampai awal tahun 2013 ini
pengaturan tentang EBT secara khusus masih diatur pada peraturan presiden RI No. 5
tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Perpres ini bertujuan untuk menjamin
keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan. Beberapa hal yang diatur dalam perpres No. 5 Tahun 2006, energi
adalah daya yang dapat digunakan dalam negeri dan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan meliputi listrik, energi mekanik dan panas.
Sumber energi adalah sebagian sumber daya alam antar lain berupa minyak
bumi dan gas, batubara, air, panas bumi, gambut, biomasa, dan sebagainya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat dimanfaatkan sebagai energi.
Energi baru adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh teknologi baru baik yang
berasal dari energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain:
Hidrogen, Coal Bed Methane, Coal Liquifaction, Coal Gasification dan Nuklir.
Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya
energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika
dikelola dengan baik, antara lain : panas bumi, biofuel, aliran sungai, panas
surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut.
Diservikasi energi adalah penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan
berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi.
Konservasi energi adalah penggunaan energi secara efsien dan rasional tanpa
mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan.
Sumber energi alternatif tertentu adalah jenis sumber energi tertentu pengganti
bahan bakar minyak.
7.3 Penerapan Ekonomi Energi dalam Manajemen Sumber Daya Energi
Sumber daya energi menjadi salah satu sumber pendapatan bagi negara.
Pendapatan itu membantu perekonomian Indonesia. Salah satu masalah yang harus
dihadapi manusia adalaha semakin tipisnya persedian sumber daya alam. Jika sumber
daya alam terus dieksploitasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi dimungkinkan
beberapa saat lagi pertumbuhan akan terhenti, karena habisnya pasokan sumber daya.
Sebagai akibatnya berubah lingkungan strategis dan semakin lajunya pembangunan di
daerah, khususnya dalam proses industrialisasi, akan menyebabkan masalah energi
menjadi semakin kompleks sehingga tantangan yang dihadapi juga semakin besar
dalam menghadapi pembangunan energi, yaitu : memenuhi kebutuhan energi yang
terus meningkat sebagai akibat proses industrialisasi, mengatasi masalah dispartitas,
efisiensi penggunaan energi, sumber daya manusia, maka akan memberikan implikasi
langsung maupun tidak langsung.
Menurut Jeremy Rifkin, dunia akan memasuki era revolusi industri yang
ditandai dengan terbentuknya masyarakat ekonomi era baru yang beradaptasi dengan
penerapan pilar sebagai berikut :
Konsep Era Revolusi Industri sebagaimana diberikan oleh Jeremi Rifkin sangat
sesuai dilihat dari sudaut pandang ketersediaan energi. Seperti diketahui bahwa
pembangkit listrik bahan bakar fosil sekarang ini adalah terpusat. Konsep pembangkit
listrik terpusat ini untuk memudahkan transportasi bahan bakar yang digunakan.
Sementara jika mengguanakan energi terbarukan, teknologi yang ada saat ini masih
belum bias mengubah energi yang melimpah ini menjadi energi listrik dalam jumlah
yang memadai secara terpusat. Sebagai contoh untuk menghasilkan 8-10 watt di
perlukan solar panel 1 meter persegi. Artinya untuk menyamai daya listrik turbin gas
atau uap sebesar 50 MW diperlukan solar panel sebanyak 52 hektare. Hampir tidak
mungkin menyediakan lahan sebanyak itu. Kelebihan pembangkit listrik tenaga fosil
tidak memerlukan lahan yang besar untuk menghasilkan daya yang besar. Oleh sebab
itu konsep pemanfaatan energi terbarukan pada era revolusi industri adalah,
menyatukan penghasil energi individual yang tersebar dan mendistribusikannya
kembali kepada yang memerlukan melalui infrastruktur cerdas.
Cadangan terbukti batubara sekitar 5 miliar ton dengan produksi mencapai 100
juta ton setiap tahunnya. Dengan demikian, perlu upaya untuk mengembangkan
sumber energi terbarukan (mikro hidro, biomassa, biogas, gambut, energi matahari,
arus laut, dan tenaga angin) sehingga di masa mendatang bangsa Indonesia tidak akan
mengalami kekurangan pasokan energi. Selain itu, dengan dimungkinkannya
pembangunan pembangkit tenaga nuklir di Indonesia, pencarian mineral radio aktif di
dalam negeri perlu ditingkatkan. Kegiatan ekonomi yang meningkat akan
membutuhkan penyediaan energi yang makin besar. Dalam kaitan itu, tantangan utama
dalam pembangunan energi adalah meningkatkan kemampuan produksi minyak dan
gas bumi yang sekaligus memperbesar penerimaan devisa; memperbanyak
infrastruktur energi untuk memudahkan penyampaian energi kepada konsumen baik
industri maupun rumal tangga: serta mengurangi secara signifikan ketergantungan
terhadap minyak dan meningkatkan kontribusi gas, batubara, serta energi terbarukan
lainnya dalam penggunaan energi secara nasional.
Permintaan LPG di dalam negri cenderung meningkat, dan perlu dipenuhi oleh
pabrik LPG yang berasal dari kilang minyak. LPG dari kilang LNG akan menurun
akibat turunnya produksi LNG. Produksi LNG Arun menurun karena penurunan
cadangan gas, walaupun demikian pasokan gas untuk LNG Arun akan cukup untuk
memenuhi kontrak penjualan sampai tahun 2006. Sebagai langkah untuk
pengembangan LNG perlu dibangun Kilang LNG Tangguh (2007) dan Kilang LNG
Matindok (2010). Sampai saat ini produk LNG semuanya diekspor, belum ada yang
dimanfatkan di dalam negeri. Dimasa mendatang karena menurunnya pasokan dan
meningkatnya permintaan gas di Jawa, perlu dibangun LNG Receiving Terminal yang
dapat dipasok misalnya dari LNG Tangguh (Papua). Hingga tahun 2020, diperkirakan
terdapat kebutuhan investasi sebesar 6.2 milyar US$ untuk pembangunan kilang LNG
dengan kapasitas 17,74 juta ton tahun, berlokasi di Tangguh (Papua) dan Matindok
(Sulawesi). Untuk distribusi gas bumi diperlukan tambahan jaringan pipa. Saat ini di
Jawa terdapat jaringan pipa gas Cirebon-Merak dan Pagerungan Gresik, di Sumatera
terdapat jaringan pipa gas Grissik-Duri dan Grissik-Singapura. Sedang dalam masa
pembangunan adalah jalur pipa transmisi Sumatera Selatan-Jawa Barat. Terkait dengan
pengembangan industri yang membutuhkan gas bumi sebagai bahan bakar (fuel)
maupun bahan baku (feedstock), permintaan gas yang meningkat untuk pembangkit
tenaga listrik, dstnya, maka perlu dibangun jaringan pipa gas regional maupun
nasional.
C. RANGKUMAN
2. Penggunaan energi Indonesia sampai sekarang masis belum efisien. Intensitas energi
primer Indonesia masih tinggi dengan nilai 565 Ton Oil Equivalent (TOE) juta US$.
Dengan kata lain, untuk meningkatkan PDB sebesar USD 1 juta dibutuhkan
penggunaan energi sebesar 565 TOE. Kondisi ini jauh diatas intensitas energi Malaysia
yang berkisar 493 TOE/juta US$.
3. Faktor energi memiliki peranan yang sangat besar karena menjadi pendorong utama
berkembangnya sektor-sektor lainnya. Indonesia memiliki potensi sumber energi baik
fosil maupun non-fosil. Kebijakan energi selama ini adalah eksploitas energi fosil.
Keterbatasan yang dimiliki energi ini adalah tidak renewable dan menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan yang cukup besar. Kebijakan pemerintah dibidang
energi fosil harus berubah ke EBT yang ramah lingkungan.
4. Daerah prospek panas bumi di Indonesia sebagian besar terkonsentrasi di P Sumatera
(90 lokasi), P. Jawa (71 lokasi), P. Sulawesi (65 lokasi), P Bali (6 lokasi), P. Kalimantan
(12 lokasi), P. Nusa Tenggara (22 lokasi), dan P Maluku & Papua (33 lokasi). Dari
keseluruhan daerah prospek tersebut sekitar 45,15 % masih pada tahap penyelidikan
pendahuluan awal, 13,04 % pada tahap penyelidikan pendahuluan, 36,79 % pada tahap
penyelidikan rinci, 2,34 % pada tahap pengeboran eksplorasi atau siap dikembangkan
dan 2,68 % telah dimanfaatkan sebagai PLTP
5. Revolusi Industri ini ditopang oleh empat pilar, yaitu: energi terbarukan, bangunan
sebagai penghasil energi, penyimpanan energi dengan hidrogen, dan infrastruktur
cerdas (smart grid) dan kendaraan plug-in.