You are on page 1of 10

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING)

DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN


IPA-FISIKA DI SMP

ARTIKEL

Oleh:
CARINA ASTRIE LEONY WIYANDA
NIM 090210102082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING)


DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN
IPA-FISIKA DI SMP
1)
Carina Astrie Leony Wiyanda, 2) Indrawati, 2) Yushardi
1)
MahasiswaProgram Studi Pendidikan Fisika
2)
Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Prograam Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
carinaastrie417@gmail.com

Abstract

This study concentrated of using generative learning model accompanied by experimental


method in physics instruction. The purposes of this research are: (1) To study the
influence of the generative learning model accompanied by experimental method
application to the students’ physics achievement in Junior High School, (2) To describe
students’ science process skills during learning process, and (3) To study the relation
between physics achievement and students’ science process skills using the model. This
study is an experimental research by posttest-only control design. The techniques of data
collection were observation, documentation, test and interview. Technique that used to
analyze data is independent sample t-test SPSS 16 program to calculate the influence of the
model for the physics achievement, precentage analyses is used for science process skills,
and bivariate correlate SPSS 16 program is used for relations between students’ physics
achievement and science process skills. The results showed that: 1) the significant value
(1-tailed) is 0,012 ( 0,05), its mean the Ha is accepted (there is significant influence the
model to students’ physics achievement), 2) the precentage of science process skills is
86,17% included in good criteria, 3) the significant value (2-tailed) is 0,030 ( 0,05), its
mean the Ha is accepted (there is significant relations between students’ physics
achievement and science process skills). Conclusions of this research are: (1) There is
significant influence of the model application to the students’ physics achievement in
Junior High School, (2) Students’ science process skills during the model are included in
good criteria, (3) There is significant relation between students’ physics achievement and
science process skills.

Key words: generative learning model, experimental method, science process skills, and
physics achievement.

PENDAHULUAN masalah, penyusunan hipotesis, pengujian


hipotesis melalui eksperimen, penarikan
Fisika merupakan salah satu cabang kesimpulan, serta penemuan teori dan
ilmu pengetahuan alam (IPA) yang konsep. Menurut Druxes (1986:3), ilmu ini
mempelajari tentang gejala alam dan mempelajari fenomena-fenomena yang
terdiri atas dua aspek penting, yaitu proses berkaitan dengan alam. Fenomena alam
dan produk. Menurut Trianto (2012:137), inilah yang kemudian memungkinkan
fisika merupakan salah satu cabang Ilmu terjadinya penelitian dengan percobaan,
pengetahuan Alam (IPA), dan merupakan pengukuran, dan penyajian secara
ilmu yang lahir dan berkembang lewat matematis berdasarkan peraturan-peraturan
langkah-langkah observasi, perumusan umum. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa fisika adalah ilmu pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang mempelajari tentang gejala-gejala adalah model pembelajaran yang berbasis
alam dan membutuhkan strategi tententu pada konstruktivisme, yaitu model
dalam pembelajarannya. pembelajaran generatif.
Pembelajaran fisika dapat diartikan Model pembelajaran generatif
sebagai proses belajar mengajar yang (generative learning) adalah model
mempelajari tentang kejadian alam. pembelajaran yang berorientasi pada
Menurut Bektiarso (2000: 11), hakikat pandangan konstruktivisme, yaitu
mempelajari fisika adalah membahas, pengetahuan dibentuk sendiri oleh siswa
mengkaji dan membuktikan adanya fakta melalui pengalaman dan interaksi dengan
dan asumsi tentang gejala-gejala fisika. lingkungannya. Model pembelajaran
Sehingga dalam proses pembelajaran fisika generatif (generatif learning) menekankan
hendaknya guru memberikan kesempatan pada pengintegrasian pengetahuan siswa
kepada siswa untuk berinteraksi dengan secara aktif antara pengetahuan awal atau
lingkungannya karena pengetahuan yang pengalaman yang telah dimiliki siswa
dimiliki siswa tidak cukup diperoleh hanya sebelumnya dengan materi yang dipelajari
dari menerima penjelasan dari guru atau melalui peran aktifnya dalam
membaca buku teks tetapi siswa harus pembelajaran. Menurut Wena (2009: 177-
secara aktif menemukan pengetahuannya 183) model pembelajaran generatif
sendiri melalui serangkaian kegiatan memiliki empat tahap, yaitu eksplorasi,
ilmiah. Hal ini sesuai dengan tujuan pemfokusan, tantangan dan aplikasi.
pembelajaran fisika SMP secara umum Melalui fase-fase yang terdapat pada
yang diungkapkan oleh Bektiarso model pembelajaran generatif, siswa dapat
(2000:11) yaitu memberikan bekal memiliki kemampuan dan keterampilan
pengetahuan tentang fisika, kemampuan untuk membangun pengetahuannya secara
dalam keterampilan proses serta mandiri.
meningkatkan kreatifitas dan sikap ilmiah. Metode pembelajaran merupakan
Pembelajaran fisika saat ini suatu cara yang digunakan untuk
mengalami banyak permasalahan yang mengimplementasikan strategi
dapat dilihat dari hasil belajar IPA masih pembelajaran yang sudah direncanakan
kurang jika dibandingkan dengan mata atau disusun dalam bentuk kegiatan nyata
pelajaran matematika, dilihat dari hasil dan praktis untuk mencapai tujuan
UAN 2008/2009 (Puspendik, 2009). Hal pembelajaran (Indrawati, 2011:3). Salah
ini dapat dikarenakan pembelajaran di satu metode yang dapat digunakan dalam
sekolah masih banyak menggunakan pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran yang berpusat pada model pembelajaran generatif adalah
guru (teacher centered). Dalam metode eksperimen. Metode eksperimen
pembelajaran yang berpusat pada guru, adalah cara penyajian pelajaran, dimana
guru hanya berupaya untuk menghabiskan siswa melakukan percobaan dengan
materi tetapi kurang memberi makna mengalami dan membuktikan sendiri
kepada siswa. Selain itu, siswa tidak sesuatu yang dipelajari (Djamarah dan
dituntut berpartisipasi secara langsung Zain, 2006: 84). Dalam model
dalam pembelajaran sehingga siswa pembelajaran generatif, metode
menjadi pasif dan menyebabkan eksperimen digunakan pada fase
keterampilan proses sains siswa menjadi pemfokusan agar siswa dapat menemukan
rendah. Oleh karena itu, agar siswa pengetahuannya sendiri melalui
menjadi aktif dan pembelajaran lebih serangkaian kegiatan ilmiah dan dapat
bermakna diperlukan diperlukan model meningkatkan keterampilan proses sains
pembelajaran yang berpusat pada siswa siswa yang akan berdampak pada hasil
(student centered). Salah satu model belajar siswa. Menurut Trianto (2012: 150)
melatihkan keterampilan proses sains pembelajaran generatif (generative
merupakan salah satu upaya untuk learning) disertai metode eksperimen
memperoleh keberhasilan belajar yang terhadap hasil belajar IPA-fisika siswa
optimal, karena siswa memperoleh SMP; (2) mendeskripsikan keterampilan
pengalaman langsung dari peristiwa belajar proses sains siswa selama pembelajaran
tersebut melalui pengalaman atau menggunakan model pembelajaran
eksperimen. generatif (generative learning) disertai
Model pembelajaran generatif metode eksperimen; (3) mengkaji
pernah dilakukan oleh Tika (2001) untuk hubungan antara keterampilan proses sains
mata kuliah Fisika Dasar pada mahasiswa dengan hasil belajar siswa menggunakan
Program Studi Pendidikan Fisika dan model pembelajaran generatif (generative
Program Studi Pendidikan Matematika, learning) disertai metode eksperimen.
dengan hasil temuan sebesar 77%
mahasiswa memberi respon dan sikap METODE
positif terhadap penerapan model
pembelajaran generatif sehingga Jenis penelitian ini adalah
berdampak pada terjadinya peningkatan eksperimen dengan rancangan Posttest-
hasil belajar dan perubahan miskonsepsi Only Control Design. Tempat penelitian
mahasiswa menjadi konsepsi ilmiah. ditentukan menggunakan cara purposive
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model sampling area. Penelitian ini dikenakan
pembelajaran generatif dapat dijadikan pada siswa kelas VII semester ganjil di
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar SMP Negeri 1 Kencong tahun ajaran
fisika, karena dengan menggunakan model 2013/2014.
pembelajaran generatif siswa dapat Teknik pengumpulan data dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri penelitian ini adalah observasi,
sehingga terdapat hubungan antara dokumentasi, tes, dan wawancara.
pengatahuan awal dengan pengetahuan Teknik analisis data untuk menjawab
baru yang dimiliki oleh siswa yang rumusan masalah dilakukan dengan cara:
berdampak pada peningkatan hasil 1. Untuk menguji pengaruh penerapan
belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat model pembelajaran generatif
Trianto (2011:21) yaitu pengetahuan awal (generative learning) disertai metode
menjadi syarat utama dalam pembelajaran eksperimen terhadap hasil belajar fisika
dan salah satu penyebab siswa mengalami siswa digunakan Independent-Sample
kesulitan dalam memahami pengetahuan T-test dengan SPSS 16. Pengujian
tertentu adalah karena pengetahuan baru hipotesis penelitian menggunakan
yang diterima tidak terjadi hubungan pengujian hipotesis pihak kanan dengan
dengan pengetahuan yang sebelumnya. taraf signifikan sebesar 5 %.
Dalam penelitian ini model pembelajaran 2. Untuk mendeskripsikan keterampilan
generatif diterapkan pada siswa tingkat proses sains siswa digunakan rumus:
pertama di SMP dengan menggunakan
metode eksperimen agar dapat
meningkatkan keterampilan proses sains
Object 2

dan hasil belajar siswa. Keterangan:


Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu diadakan penelitian dengan judul
Object 4
= persentase aspek
“Model Pembelajaran Generatif keterampilan proses sains siswa
(Generative Learning) disertai Metode
= jumlah skor tiap
Eksperimen pada Pembelajaran IPA-Fisika
Object 6

di SMP”. Tujuan dari penelitian ini adalah indikator keterampilan proses sains
(1) mengkaji pengaruh penerapan model yang diperoleh siswa.
N = jumlah skor maksimum HASIL DAN PEMBAHASAN

tiap indicator keterampilan proses sains Penelitian ini merupakan penelitian


siswa. eksperimen yang dilaksanakan di SMP
Kriteria keterampilan proses sains yang Negeri 1 Kencong dengan menerapkan
terdapat pada Tabel 1. model pembelajaran generatif (generative
learning) disertai metode eksperimen
Tabel 1. Kriteria Keterampilan Proses Sains dalam pembelajaran fisika pokok bahasan
Siswa wujud zat dan perubahannya, adhesi,
kohesi dan kapilaritas. Penerapan model
Interval Kriteria pembelajaran generatif (generative
Baik
Object 10
learning) disertai metode eksperimen
Cukup Baik
Kurang Baik
merupakan suatu pembelajaran yang
Object 12

Tidak Baik berlandaskan padangan konstruktivisme.


Model pembelajaran generatif (generative
learning) disertai metode eksperimen
Object 14

Skor <40 menggunakan permasalahan fisika dalam


kehidupan sehari-hari untuk
mengeksplorasi pengetahuan awal yang
(Widayanto, 2009) dimiliki oleh siswa, kemudian siswa
membangun pengetahuannya secara
3. Untuk mengkaji taraf signifikasi mandiri melalui peran aktifnya dalam
hubungan antara keterampilan proses pembelajaran.
sains dan hasil belajar siswa setelah Metode penentuan sampel penelitian
proses pembelajaran menggunakan yang digunakan adalah cluster random
model pembelajaran generatif sampling. Sebelum melakukan
(generative learning) disertai metode pengambilan sampel, dilakukan uji
eksperimen digunakan Bivariate homogenitas dengan analisis varian
Correlation dengan SPSS 16. menggunakan SPSS 16 terhadap populasi
kelas VII di SMPN 1 Kencong untuk
Prosedur pembelajaran dalam mengetahui variasi kemampuan siswa
penelitian ini yang pertama yaitu kelas VII. Dari analisis data diperoleh nilai
eksplorasi, guru membimbing siswa untuk signifikansi lebih besar daripada 0,05 atau
melakukan eksplorasi terhadap konsepsi 0,123 > 0,05. Jika dikonsultasikan dengan
awal yang diperoleh dari pembelajaran pedoman pengambilan keputusan, maka
pada tingkat sebelumnya. Kedua, dapat disimpulkan bahwa varian data kelas
pemfokusan, siswa melakukan pengujian VII SMPN 1 Kencong bersifat homogen.
hipotesis melalui kegiatan percobaan Dengan kata lain, tingkat kemampuan
secara berkelompok. Ketiga, tantangan, siswa kelas VII SMPN 1 Kencong sebelum
siswa berlatih untuk berani mengeluarkan diadakan penelitian adalah sama
ide, berdebat, menghargai pendapat teman (homogen). Selanjutnya, digunakan
dan menghargai perbedaan pendapat di metode cluster random sampling dengan
antara teman, pada saat diskusi guru teknik undian untuk menentukan kelas
berperan sebagai moderator dan fasilitator yang akan digunakan sebagai kelas
agar jalannya diskusi dapat terarah. eksperimen dan kelas kontrol. Setelah
Keempat, penerapan, siswa diajak untuk dilakukan teknik undian diperoleh 2 kelas
memecahkan masalah dengan sebagai sampel penelitian yaitu kelas VII C
menggunakan konsep barunya dalam sebagai kelas kontrol dan kelas VII D
situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal sebagai kelas eksperimen.
praktis dalam kehidupan sehari hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah terhadap hasil belajar fisika diperlukan
untuk mengkaji pengaruh model pengujian menggunakan uji Independent-
pembelajaran generatif (generative Sample T-test.
learning) disertai metode eksperimen Berdasarkan hasil analisis
terhadap hasil belajar fisika siswa, Independent Samples T-test diperoleh
mendeskripsikan keterampilan proses sains signifikasi sebesar 0,024 atau ≤ 0,05 (Ha
siswa selama menggunakan model diterima, H0 ditolak). Sehingga dapat
pembelajaran generatif (generative disimpulkan bahwa model pembelajaran
learning) disertai metode eksperimen, dan generatif (generative learning) disertai
untuk mengkaji hubungan antara metode eksperimen berpengaruh signifikan
keterampilan proses sains dan hasil belajar terhadap hasil belajar fisika di SMP.
siswa menggunakan model pembelajaran Hal ini dikarenakan dalam proses
generatif (generative learning) disertai pembelajaran menggunakan model
metode eksperimen. pembelajaran generatif (generative
Pengaruh model pembelajaran learning) disertai metode eksperimen,
generatif (generative learning) disertai siswa diberi kesempatan untuk
metode eksperimen terhadap hasil belajar mengungkapkan konsepsi awalnya dengan
fisika siswa dianalisis dengan cara memberi siswa permasalahan dalam
menggunakan uji Independent Samples T- kehidupan sehari-hari, kemudian siswa
test. Hasil belajar fisika yang diamati diarahkan untuk berhipotesis dan
dalam penelitian ini adalah hasil belajar membuktikan hipotesisnya melalui
dalam ranah kognitif produk yang kegiatan eksperimen secara berkelompok.
diwujudkan dalam bentuk skor post-test. Dalam kegiatan ini siswa dapat berlatih
Adapun ringkasan skor rata-rata kelas untuk membuat tabel pengamatan,
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat melakukan analisis data, serta membuat
dalam Gambar 1. kesimpulan. Setelah melakukan
eksperimen siswa diminta untuk
mengkomunikasikan hasil eksperimen
melalui kegiatan presentasi. Kemudian
guru mengarahkan siswa untuk
merumuskan kesimpulan dari hasil
eksperimen yang telah dilakukan serta
memberikan permasalahan agar siswa
dapat menerapkan konsep yang telah
mereka dapatkan. Sehingga melalui
serangkaian kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
generatif (generative learning) disertai
Gambar 1. Grafik rata-rata skor post-test kelas metode eksperimen, membuat siswa
eksperimen dan kelas control.
menjadi aktif dan mampu memahami
konsep fisika dengan baik sehingga hasil
Berdasarkan Gambar 1 terlihat
belajar siswa menjadi tinggi. Hal ini sesuai
bahwa rata-rata skor post-test kelas
dengan hasil penelitian yang dilakukan
eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut
oleh Tika (2001), dengan hasil temuan
adalah 72,31 dan 63,81. Sehingga dapat
sebesar 77% mahasiswa memberi respon
diketahui bahwa rata-rata skor post-test
dan sikap positif terhadap penerapan
siswa kelas eksperimen lebih baik dari
model pembelajaran generatif sehingga
kelas kontrol, namun untuk mengetahui
berdampak pada terjadinya peningkatan
pengaruh yang signifikan penerapan model
hasil belajar dan perubahan miskonsepsi
pembelajaran generatif (generative
mahasiswa menjadi konsepsi ilmiah.
learning) disertai metode eksperimen
Tujuan kedua dari penelitian ini Berdasarkan Gambar 2 urutan
adalah untuk mendeskripsikan persentase keterampilan proses sains siwa
keterampilan proses sains siswa selama kelas eksperimen pada masing-masing
menggunakan model pembelajaran indikator dari yang tertinggi hingga
generatif (generative learning) disertai terendah yaitu, melaksanakan eksperimen,
metode eksperimen. menyimpulkan, menganalisis data,
Data keterampilan proses sains menyusun hipotesis, membuat tabel
siswa yang diperoleh dalam penelitian ini pengamatan, dan menerapkan konsep.
adalah jumlah skor kemampuan yang Persentase aspek keterampilan proses sains
ditunjukkan dari skor hasil kognitif proses yang tertinggi adalah melakukan
dan skor hasil pengamatan kemampuan eksperimen, sebesar 97,03, karena siswa
psikomotorik. Hasil keterampilan proses bekerja sama dengan baik dalam
yang termasuk dalam kemampuan kognitif melaksanakan percobaan dan percobaan
proses adalah skor dari penilaian lembar yang dilakukan adalah percobaan
kerja siswa, sedangkan skor hasil sederhana sehingga siswa dapat melakukan
pengamatan kemampuan psikomotorik percobaan dengan baik. Sedangkan
diwujudkan dalam skor kegiatan dalam persentase keterampilan proses sains yang
percobaan. terendah adalah menerapkan konsep,
Berdasarkan hasil dari jawaban pada sebesar 73,81, hal tersebut dikarenakan
lembar kerja siswa dan hasil observasi permasalahan yang diberikan dalam
pada kelas eksperimen selama penerapan konsep adalah permasalahan
menggunakan model pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari dan siswa
generatif (generative learning) disertai belum terbiasa untuk mengaplikasikan
metode eksperimen menunjukkan bahwa konsep yang mereka dapatkan dalam
keterampilan proses sains siswa termasuk kehidupan sehari-hari.
dalam kriteria baik. Adapun grafik dari Hasil analisis keterampilan proses
keterampilan proses sains pada kelas sains tiap pertemuan berturut-turut adalah
eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2. 82,38% dan 89,96%. Dari data tersebut
terlihat bahwa persentase keterampilan
proses sains siswa mengalami perubahan
kenaikan tiap pertemuan. Hal ini
dikarenakan siswa sudah mulai terlatih
pada pertemuan kedua, selain itu pada
pertemuan kedua percobaan yang
dilakukan lebih sederhana daripada
percobaan yang pertama. Persentase
keterampilan proses sains secara klasikal
yaitu sebesar 86,17%, apabila persentase
keterampilan proses sains tersebut
disesuaikan dengan kriteria, maka
keterampilan proses sains siswa secara
Keterangan:
Ka : Menyusun hipotesis klasikal termasik pada kategori baik.
Kb : Membuat tabel pengamatan Tujuan ketiga dari penelitian ini
Kc : Menganalisis data adalah untuk mengkaji hubungan antara
Kd : Membuat kesimpulan keterampilan proses sains dan hasil belajar
Ke : Menerapkan konsep siswa menggunakan model pembelajaran
P : Melakukan eksperimen generatif (generative learning) disertai
metode eksperimen. Hubungan antara
Gambar 2. Grafik persentase keterampilan keterampilan proses sains dan hasil belajar
proses sains untuk setiap indikator. fisika siswa menggunakan model model
pembelajaran generatif (generative
learning) disertai metode eksperimen
dianalisis menggunakan uji Bivariate
Correlation.
Berdasarkan hasil analisis Bivariate
Correlation, dapat diketahui bahwa
korelasi antara keterampilan proses sains
dan hasil belajar adalah sebesar 0,345
dengan nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,030.
Nilai Sig.  0,05 sehingga Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Gambar 3. Grafik perilaku berkarakter dan
hubungan yang signifikan antara
keterampilan sosial siswa kelas eksperimen dan
keterampilan proses sains siswa dan hasil kelas kontrol
belajar fisika IPA-fisika siswa Berdasarkan Gambar 3 terlihat
menggunakan model pembelajaran bahwa persentase rata-rata perilaku
generatif (generative learning) disertai berkarakter dan keterampilan sosial siswa
metode eksperimen. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen lebih tinggi daripada
bahwa ada hubungan yang signifikan persentase rata-rata kelas kotrol. Skor rata-
antara keterampilan proses sains dan hasil rata perilaku berkarakter dan keterampilan
belajar siswa, karena dengan adanya sosial siswa kelas eksperimen berturut-
keterampilan proses sains maka siswa turut yaitu 90,12 dan 78,73. Adapun
dapat berpartisipasi secara langsung dalam persentase skor rata-rata perilaku
pembelajaran, serta dapat menemukan berkarakter dan keterampilan sosial siswa
konsepnya secara mandiri sehingga dapat kelas kontrol berturut-turut adalah 74,17
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dan 68,89. Sehingga dapat disimpulkan
sesuai dengan pendapat Trianto, (2012: bahwa penerapan model pembelajaran
150) yang menyatakan bahwa melatihkan generatif (generative learning) disertai
keterampilan proses merupakan salah satu metode eksperimen dapat juga digunakan
upaya yang penting untuk memperoleh untuk meningkatkan perilaku berkarakter
hasil belajar yang optimal. dan keterampilan sosial siswa. Hal ini
Model pembelajaran generatif dikarenakan model pembelajaran generatif
(generative learning) disertai metode (generative learning) disertai metode
eksperimen selain dapat digunakan untuk eksperimen dapat membuat siswa lebih
meningkatkan hasil belajar dan aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat
keterampilan proses sains siswa penerapan meningkatkan kemampuan afektif siswa.
model pembelajaran generatif (generative Berdasarkan hasil wawancara
learning) disertai metode eksperimen dapat dengan guru bidang studi fisika dan
juga digunakan untuk meningkatkan beberapa siswa, dapat diketahui tanggapan
kemampuan afektif siswa yang berupa yang diberikan terhadap pembelajaran
perilaku berkarakter dan keterampilan menggunakan model pembelajaran
sisial. Dalam penelitian ini kemampuan generatif (generative learning) disertai
afektif siswa digunakan sebagai data metode eksperimen adalah sangat baik.
pendukung. Adapun grafik kemampuan Tanggapan yang diberikan oleh guru
afektif siswa dari kelas eksperimen dan bidang studi terhadap model pembelajaran
kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 3. generatif (generative learning) disertai
metode eksperimen adalah tepat digunakan
dalam pembelajaran, karena siswa dapat
membuat siswa lebih aktif, dan siswa dapat
terlatih untuk melakukan eksperimen. Dari
hasil wawancara dengan siswa, siswa
menanggapi positif terhadap penerapan generatif (generative learning)
model pembelajaran generatif (generative disertai metode eksperimen terhadap
learning) disertai metode eksperimen hasil belajar IPA-fisika siswa SMP.
karena pembelajaran yang dilakukan 2. Rata-rata keterampilan proses
menyenangkan dan siswa menjadi lebih sains siswa kelas VIID SMP Negeri 1
tahu tentang contoh-contoh penerapan Kencong untuk semua indikator
konsep dalam kehidupan sehari-hari, selain (menyusun hipotesis, membuat tabel
itu siswa dapat mengalami sendiri. pengamatan, menganalisis data,
Sehingga siswa tidak hanya membuka membuat kesimpulan, menerapkan
buku dan mendengar penjelasan dari guru, konsep, dan melaksanakan
namun juga berperan aktif dalam eksperimen), selama pembelajaran
pembelajaran. menggunakan model pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dengan generatif (generative learning)
menggunakan model pembelajaran disertai metode eksperimen termasuk
generatif (generative learning) disertai kriteria baik, dengan persentase
metode eksperimen tidak terlepas dari indikator tertinggi adalah
adanya kendala yaitu membutuhkan waktu melaksanakan eksperimen dan
yang lama dalam pembelajaran, sedangkan persentase indikator terendah adalah
waktu yang disediakan hanya singkat. menerapkan konsep.
Solusinya adalah dengan meningkatkan 3. Ada hubungan yang signifikan
peran guru dan melakukan pengaturan antara keterampilan proses sains siswa
waktu yang tepat. Peran guru dalam dan hasil belajar IPA-fisika
pengelolaan kelas harus efektif agar menggunakan model pembelajaran
tercipta keseriusan dan kedisiplinan siswa generatif (generative learning)
serta pengaturan waktu yang tepat disetiap disertai metode eksperimen.
fase pembelajaran akan membuat waktu Saran dalam penelitian ini adalah
yang diberikan dapat dimanfaatkan secara dalam penerapan model pembelajaran
maksimal. generatif (generative learning) disertai
Apabila semua faktor yang ada metode eksperimen pada pembelajaran
dalam pembelajaran ini dapat dikelola dan fisika harus disertai dengan pengaturan
dipersiapkan secara baik maka tujuan waktu yang tepat agar tahapan-tahapan
pembelajaran dapat tercapai secara pada model pembelajaran generatif
maksimal. Pembahasan di atas (generative learning) disertai metode
menunjukkan bahwa pembelajaran fisika eksperimen dapat berjalan dengan
dengan menggunakan model pembelajaran maksimal sehingga pembelajaran menjadi
generatif (generative learning) disertai lebih efektif. Selain itu, dalam
metode eksperimen dapat digunakan pembelajaran fisika hendaknya siswa lebih
sebagai informasi dan alternatif diarahkan untuk memecahkan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk permasalahan yang berhubungan dengan
mengajar fisika di SMP serta kehidupan sehari-hari agar siswa dapat
meningkatkan hasil belajar fisika dan meningkatkan kemampuan menerapkan
keterampilan proses sains siswa. konsep dalam kehidupan sehari-hari
sehingga pembelajaran menjadi lebih
SIMPULAN DAN SARAN bermakna.

Berdasarkan hasil dan pembahasan DAFTAR PUSTAKA


di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: Bektiarso, S. 2000. Pentingnya Konsepsi
1. Ada pengaruh signifikan Awal dalam Pembelajaran Fisika.
penerapan model pembelajaran Saintifika, Vol. 1, No. 1. Thn 2000.
Singaraja. Aneka Widya IKIP Negeri
Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Singaraja, No. 3 TH. XXXIV: 45-53.
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran
Druxes, H. 1986. Kompedium Didaktik Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Fisika. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Indrawati. 2011. Modul: Model-model Trianto. 2012. Model Pembelajarn


Pembelajaran Implementasinya Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Dalam Pembelajaran Fisika. Jember: Implementasinya dalam Kurikulum
FKIP Universitas Jember. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Tika, I. K. 2001. Model Pembelajaran
Generatif Sebagai Altenatif Perbaikan Wena, M. 2010. Strategi Pembelajaran
Kesalahan Konsepsi Dalam Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Perkuliahan Fisika Dasar Mahasiswa Aksara.
Jurusan Pendidikan MIPA STKIP

You might also like