You are on page 1of 12

PRANATA

H
U
K
U
M
JURNAL ILMU HUKUM

SYUKRI Kewenangan Negara Dan Kewajiban Subyek Hukum 1-8


HIDAYATULLAH Perdata Dalam Hubungannya Dengan Hukum Pajak

ZAINAB OMPU Analisis Pertimbangan Hukum Pengadilan Militer 9-18


JAINAH Terhadap Anggota Militer Yang Menyalahgunakan
Narkotika Dan Psikotropika (Studi Putusan Pm
Nomor: Put/17-k/pm 1-04/ad/i/2014)

RECCA AYU P e r t a n g g u n g j a w a b a n N e g a r a Te r h a d a p 19-27


HAPSARI Pengingkaran Keadilan Dalam Arbritase
Internasional

NOVIASIH Kewenangan Badan Pengelola Keuangan Daerah 28-43


MUHARAM Dalam Pengendalian Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah
(Studi Pada Pemerintah Daerah Tulang Bawang)

TAMI RUSLI Analisis Gugatan Wanprestasi Dalam Jual Beli Tanah 44-53
(studi Putusan Nomor: 127/pdt.g/2014/ Pn.tk)

S. ENDANG Fungsi Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam 54-60


PRASETYAWATI Pelaksanaan Perjanjian Kredit Perbankan

MEITA DJOHAN Hak Asuh Anak Akibat Perceraian 61-68


OE (Studi Perkara Nomor 0679/Pdt.G/2014/PA TnK)

AGUS ISKANDAR Upaya Hukum Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli 69-78


Daerah (Studi di Kecamatan Tanjungkarang Pusat).

Jurnal Ilmu Hukum PRANATA HUKUM


Program Studi Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana, Universitas Bandar Lampung
Volume 11 Nomor 1 Januari 2016
ISSN 1907-560X
Benny Karya Simantar, S.H., M.H.
Rifandi Ritonga, S,H., M.H.
Recca Ayu Hapsari, SH., M.H.
Melisa Safitri, SH., M.H.
KEWENANGAN NEGARA DAN KEWAJIBAN SUBYEK HUKUM PERDATA
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM PAJAK

SYUKRI HIDAYATULLAH
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

ABSTRACT
Although it is understood that the Tax Law is part of the Public Law, but the Tax Law
has close links with the Civil Code and mutually concerned. That's because most of the Tax
Law looking for basic possibilities for the collection of the events, circumstances and legal
acts engaged in environmental civil, such as income, wealth, treaties submission, the transfer
of rights as inheritance, compensation, debt relief, and so on. With the enactment of the tax
in the form of the Act, means the tax is not a voluntary payment but as an obligation that must
be followed so that if people do not meet their obligations will be sanctioned. From the
standpoint of the Private Law, the tax in terms of the law is engagement arising from the Law
(Tax Law) requires a person who fulfills the conditions prescribed by the Act to pay a sum of
money to the treasury state that can be imposed. This research is to discuss the legal
relationship between the obligation of natural person as part of Private Law and Tax Law
as part of the Public Law.
Keywords : tax law, private law, legal relation
I. PENDAHULUAN Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Falsafah pemungutan pajak di Pajak Penjualan Barang Mewah dan
Indonesia berdasar pada Pancasila, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
sedangkan secara konstitusional, dasar Tentang Retribusi Daerah.
hukum sekaligus sumber hukum tertinggi Pajak hanya dapat dipungut jika ada
atas pajakdi Indonesia diatur dalam Pasal dasar hukumnya(Undang-Undang) yang
23A Undang Undang Dasar1945 berarti rakyat melalui wakil-wakilnya ikut
Amandemen IV. Di bawah Bab VII yang sertamenentukan adanya regulasi berbagai
bertitel Hal Keuangan, Pasal 23A secara pembidangan pajak. Dengan ditetapkannya
lengkap berbunyi sebagai berikut “Pajak dan pajak dalam bentuk Undang-Undang berarti
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk pajakbukanlah pembayaran sukarela akan
keperluan negara diatur dengan undang- tetapi sebagai suatu kewajiban yang
undang” harusdipatuhi sehingga jika rakyat yang
Ketentuan tersebut memberi delegasi tidak memenuhi kewajibannya akan
kewenangan kepada peraturan perundang- dikenakansanksi. Sesuai dengan petunjuk
undangan di bawah UUD 1945 untuk lebih hukum adalah untuk mencapai keadilan,
lanjut memuat regulasi pajak secara lengkap demikian pula dengan hukum pajak.
dan komprehensif. Beberapa sumber hukum Mengingat hukum pajak merupakan bagian
pajak dapat dilihat diantaranya dalam dari hukumitu sendiri, maka mau tidak mau
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 hukum harus ditujukan untuk
Tentang Pengadilan Pajak, Undang-Undang terselenggaranya keadilan (Rochmat
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Soemitro, 1991:.6 ).Sebagai konsekuensi
Umum dan Tata Cara Perpajakan dari Negara Hukum asas keadilan ini
sebagaimana dirubah terakhir kali dalam harusdipegang teguh baik dalam prinsip
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009, perundang-undangan maupun dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 prakteksehari-hari.
Tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Sistem hukum yang berlaku di
Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Indonesia sekarang adalah Civil Law System

Kewenangan Negara Dan Kewajiban Subyek Hukum ...........(Syukri Hidayatullah) 1


atau sistem Eropa Kontinental. Dalam sistem II. PEMBAHASAN
ini hukum dibagi menjadidua, yaitu Hukum Kewajiban Subyek Hukum Perdata
Privat dan Hukum Publik. Pada umumnya, Dalam Hubungannya Dengan Hukum
Hukum Pajak merupakan bagian dari hukum Perpajakan
publik, dan ini merupakan bagian tertib a. Dasar Pemungutan Pajak Oleh Negara
hukum yang mengatur hubungan antara Pajak dari prespektif ekonomi
penguasa dengan warganya. Dalam difahami sebagai beralihnya sumber daya
hubungannya dengan konfigurasi hukum dari sektor privat kepada sektor publik.
diatas, hukum pajak telah mendapat tempat Pemahaman ini memberikan gambaran
sebagai bagian dari hukum publik, yaitu bahwa pajak menyebabkan dua situasi
Hukum Tata Negara. Selain konstitusi, yang menjadi berubah. Pertama, berkurangnya
termasuk dalam Hukum Publik antara kemampuan individu menguasai sumber
lainHukum Pidana dan Hukum Administratif daya untuk kepentingan penguasaan barang
Negara. dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampu
Meskipun dapat dipahami bahwa an keuangan Negara dalam penyediaan
Hukum Pajak merupakan bagian dari barang dan jasa public yang merupakan
Hukum Publik, tetapi Hukum Pajak kebutuhan masyarakat.
mempunyai hubungan yang erat Sementara pemahaman pajak dari
denganHukum Perdata (privat) dan saling prespekftif hukum menurut Soemitro
bersangkutan. Hal itu karena merupakan suatu perikatan yang timbul
kebanyakanHukum Pajak mencari dasar karena adanya undang-undang yang
kemungkinan pemungutannya atas kejadian- menimbulkan kewajban warga Negara untuk
kejadian, keadaan-keadaan, dan perbuatan- menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu
perbuatan hukum yang bergerak kepada Negara ( Rochmat Soemitro,
dalamlingkungan perdata, seperti 1992:11 ).Negara mempunyai kekuatan
pendapatan, kekayaan, perjanjian untuk memaksa, dan uang pajak tersebut
penyerahan,pemindahan hak karena warisan, harus digunakan untuk penyelenggaraan
kompensasi, pem bebasan utang, pemerintah. Dari pendekatan hukum ini
dansebagainya (Djoko Mulyono, 2006:23) memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut
Dari sudut pandang Hukum Perdata, harus berdasarkan undang-undang, sehingga
pajak yang ditinjau dari segi hukum menjamin adanya kepastian hukum, baik
merupakan“perikatan yang timbul karena bagi fiksus sebagai pengumpul pajak
Undang-Undang (Undang-Undang maupun wajib pajak sebagai membayar
Perpajakan)yang me wajibkan seseorang pajak.
yang memenuhi syarat-syarat yang Kekuatan Negara untuk memaksa
ditentukan oleh Undang-Undang dalam pemungutan pajak dapat dipisahkan
(Tatbestand) untuk membayar sejumlah dalam beberapa dasar. Pertama, pemungutan
uang kepada kas negarayang dapat pajak adalah untuk kepentinganpemungut;
dipaksakan. Kedua, pemungutan pajak adalah untuk
Sehubungan latar belakang diatas, kepentinganyang dipunguti; Ketiga,
menarik untuk dibahas mengenai hubungan pemungutan pajak adalah untukkepentingan
hukum antara kewajiban seseorang kedua-duanya, yaitu pemungut dan yang
(rechtpersoon) sebagai bagian dari Hukum dipungut ( Suparnyo,2012:10 ).
Perdata/Privat yang diatur oleh regulasi Pertama, pemungutan pajak untuk
perpajakan Indonesia dengan batas-batas kepentingan pemungut inididasarkan pada
persyaratan yang ditentukan oleh Undang- “orgaantheori” dari Von Gierke yang
Undang sebagai bagian dari Hukum Publik menyatakanbahwa negara itu merupakan
yang dapat dipaksakan. suatu kesatuan yang didalamnyasetiap warga
negara terikat, tanpa ada organ atau lembaga

2 PRANATA HUKUM Volume 11 Nomor 1 Januari 2016


(negara)tersebut maka individu tidak dipungut akan kembali disalurkan kepada
mungkin dapat hidup. rakyat selain pula untuk kepentingan Negara
Kedua, pemungutan pajak untuk selaku penyelenggara kehidupan
kepentingan yang dipungut (rakyat) memuat masyarakat. Dasar ini bersandar pada dua
substansi yang berbeda karena menganut teori, yaitu (Suparyono, 2012:14 ) :
paham liberalisme. Paham tersebut 3. Teori Daya Beli
mengajarkan bahwa kepentingan Negara dan Menurut teori ini fungsi pemungutan
kepentingan rakyat dipisah. Dari falsafah pajak jika dipandangnya sebagai gejala
liberalisme ini muncul teori-teori pemajakan sosial dapat disamakan dengan pompa, yaitu
yangmenekankan bahwa pemungutan pajak mengambil gaya beli dari sebagian anggota
adalah untuk kepentinganyang dipungut masyarakat (rumah tangga-rumah tangga
rakyat (Suparyono, 2012:12 ). dalam masyarakat) untuk rumah tangga
1. Teori Badan Umum Negara dan kemudian menyalurkannya
Teori ini menghubungkan hakekat (disemprotkan) kembali ke masyarakat
pembayaran pajak sama dengan pembayaran (umum) dengan maksud untuk memelihara
iuran oleh para anggota dari suatu hidup masyarakat dan membawanya ke arah
perkumpulan / badan umum. Kalau suatu tertentu. Jadi, negara adalah penyelenggara
badan umum atau perkumpulan melayani berbagai kepentingan yang mendukung ke
kepentingan anggota-anggotanya maka sejahteraan masyarakat. Penyelenggara an
adalah wajar apabila anggota-anggotanya kepentingan masyarakat inilah yang dapat
tersebut juga membayar iuran, karena dianggap sebagai dasar keadilan
pembayaran iuran tersebut manfaatnya akan pemungutan pajak, bukan kepentingan
kembali lagi pada anggota. Oleh karena itu, individu dan juga bukan kepentingan negara,
pembayaran pajak oleh warga negara kepada melainkan untuk kepentingan masyarakat
negara tidak lain dan tidak bukan adalah yang meliputi keduadua nya, yaitu pembayar
untuk kepentingan warga negara sendiri pajak dan pemerintah.
seperti halnya pembayaran iuran oleh 4. Teori Deviden
seorang anggota pada suatu perkumpulan / Teori ini menyatakan bahwa
badan umum seperti tersebut di atas. kepentingan Negara dan kepentingan
2. Teori Asuransi masyarakat dapat dibedakan tetapi tidak
Menurut teori ini hakekat dapat dipisahkan. Pemungutan pajak adalah
pembayaran pajak adalah sama dengan pemungutan / pengambilan harta negara
pembayaran premi asuransi dalam perjanjian sendiri yang sedang berada di tangan
asuransi (pertanggungan). Seseorang yang penduduk. Pajak adalah dividen milik
menutup perjanjian asuransi pada dasarnya negara. Jadi, negara adalah sebagai
melakukan perbuatan itu adalah untuk pemegang saham. Teori deviden
kepentingan dirinya sendiri atau ahli mengatakan bahwa pada hakekatnya
warisnya. Dengan pembayaran premi pemungutan pajak oleh negara adalah sama
asuransi oleh tertanggung, tiada lain adalah dengan pengambilan dividen oleh seorang
dimaksudkan untuk kepenting an dirinya pesero yang menanamkan sahamnya dalam
sendiri atau ahli warisnya. Hal inilah yang suatu perusahaan. Jelasnya negara sebagai
dimaksud dengan pemungutan pajak adalah pemungut pajak merupakan pesero /
untuk kepentingan yang dipungut atau pihak pemegang saham, sedangkan wajib pajak
yang membayar pajak. merupakan pemilik perusahaan yang di
Ketiga, pemungutan pajak untuk dalamnya terdapat saham negara.
kepentingan dan kebutuhan baik daripihak
pemungut dan yang dipungut memberi
ilustrasi sebuah kesinambungan, bahwa
antara pihak Negara dan rakyat terdapat
suatu sirkulasi kepentingan, pajak yang

Kewenangan Negara Dan Kewajiban Subyek Hukum ...........(Syukri Hidayatullah) 3


b. Hubungan Hukum Antara Hukum PJA Andriani adalah iuran kepada Negara
Pajak dan Hukum Privat yang terutang oleh wajib pajak berdasarkan
Hubungan hukum undang-undang, dengan tidak mendapatkan
(rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara presasi secara langsung (Siti Kurnia Rahayu,
dua subyek hukum atau lebih mengenai hak 2009: 22). Sedangkan menurut Rochmat
dan kewajiban di satu pihak berhadapan Seomitro, pajak ialah iuran rakyat kepada
dengan hak dan kewajiban dipihak yang lain kas negara (peralihan dari sektor swasta ke
(R. Soeroso, 1996:.269). Hukum mengatur sektor pemerintah) berdasarkan Undang-
hubungan antara orang yang satu dengan Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada
orang yang lain, antara orang dengan mendapat jasa timbal (tegen prestatie) yang
masyarakat, antara masyarakat yang satu langsung dapat ditunjuk untuk membiayai
dengan masyarakat yang lain. Jadi hubungan pengeluaran umum dan yang digunakan
hukum terdiri atas ikatan-ikatan antara sebagai alat pencegah atau pendorong untuk
individu dengan individu dan antara individu mencapai tujuan yang ada di luar bidang
dengan masyarakat dan seterusnya. keuangan (Rochmat Soemitro, 1992:12).
Dilihat dari sifat hubungannya, hubungan Kedua pendapat diatas setidaknya memiliki
hukum dapat dibedakan antara hubungan beberapa unsur serupa, yaitu adanya para
hukum yang bersifat privat dan hubungan pihak (Negara dan rakyat) dan adanya
hukum yang bersifat publik. Dalam undang-undang. Pentingnya undang-undang
menetapkan hubungan hukum apakah dalam perpajakan merefleksikan falsafah
bersifat publik atau privat yang menjadi “No taxaxion without representation”dan
indikator bukanlah subyek hukum yang “Taxaxion without representation is
melakukan hubungan hukum itu, melainkan robbery”( Rochmat Soemitro, 1992:6 ).
hakikat hubungan itu atau hakikat transaksi Memperhatikan pendapat Rochmat
yang terjadi (the nature transaction). Soemitro, maka dapat disusun beberapa
Hubunganhukum memerlukan unsur pajak, yaitu sebagai berikut
syarat-syarat antara lain (R. (Suparyono, 2012:33) :
Soeroso,1996:27): 1. Ada undang-undang yang mendasari;
1. Ada dasar hukumnya, yaitu peraturan Pemungutan pajak harus berdasar pada
hukum yang mengatur Undang-Undang,tidak bisa dengan
hubungan itu. peraturan perundang-undangan yang
2. Ada Peristiwa hukum, yaitu terjadi lebihrendah tata urutannya.
peristiwa hukumnya. Misalnya: A 2. Ada penguasa pemungut pajak; Dalam
menjual satu unit mobil kepada B. pemungutan pajak harus ada pemerintah
Perjanjian jual beli ini akan yang akanmemungut pajak, pemungutan
menimbulkan hubungan antara A dan B pajak tidak dilakukan olehpartikelir
dan hubungan itu diatur oleh hukum (swasta).
(Pasal 1457 KUH Perdata). A wajib 3. Ada subjek pajak; Artinya harus ada
menyerahkan satu unit mobil kepada B subjek yang dapat berupa orang pribadi
sebaliknya B wajib membayar mobil ataubadan yang dapat dibebani
sesuai dengan perjanjian tersebut. kewajiban untuk membayar pajak.
Apabila salah satu pihak, atau kedua- 4. Ada objek pajak; Artinya harus ada
duanya telah melalaikan kewajibannya sasaran apa yang akan dibebani pajak,
maka oleh hakim dapat dijatuhi sanksi yangdapat berupakeadaan, perbuatan
hukum. Hubungan antara A dan B yang atau peristiwa.
diatur oleh hukum itu 5. Ada masyarakat / kepentingan umum;
disebut hubungan hukum. Hasil dari pemungutan pajak harus
Pajak dalam perspektif beberapa ahli kembali pada masyarakatatau untuk
terdefinisi dalam sifat-sifat yang hampir kepentingan masyarakat.
sama. Pengertian pajak menurut Prof. Dr.

4 PRANATA HUKUM Volume 11 Nomor 1 Januari 2016


6. Ada Surat Ketetapan Pajak; Surat c. Hubungan Kewenangan Negara
Ketetapan pajak ini tidak bersifat mutlak Terhadap Wajib Pajak
tetapifakultatif, artinya untuk jenis pajak Hukum Perdata sebagai bagian dari
tertentu kadang tidakmemerlukan Surat keseluruhan hukum yang mengatur
Ketetapan pajak. hubungan orang-orang pribadi, terkait
Hukum pajak sebagai bagian dari dengan ketentuan perpajakan. Hal ini dapat
ranah hukum publik telah diatur dalam dipahami karena kebanyakan hukum pajak
serangkaian peraturan, diantaranya Undang- mencari dasar kemungkinan pemungutannya
Undang nomor 28 Tahun 2007 Tentang atas kejadian-kejadian, keadaan-keadaan dan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak
Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang dalam lingkungan perdata, seperti :
Undang nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah pendapatan, kekayaan, perjanjian
kontribusi wajib kepada negara yang penyerahan, pemindahan hak karena
terutang oleh orang pribadi atau badan yang warisan, dan sebagainya.
bersifat memaksa berdasarkan Undang- Menurut Pasal 1233 KUHPerdata,
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan perikatan terjadi dengan perjanjian itu dapat
secara langsung dan digunakan dan lahir baik karenapersetujuan maupun karena
digunakan untuk keperluan negara bagi undang-undang. Inilah dasar timbulnya
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. hutang pajak yang tertuang dalam undang-
Definisi tersebut memuat unsur orang undang. Bahwa jika pemungutan pajak
pribadi atau badan yang terkualifikasi berdasar hukum (ada undang-undangnya),
sebagai Wajib Pajak ( Pasal 1 Angka 2). maka hak dan kewajiban subyek pajak
Orang atau badan merupakan subyek berhubungan dengan subyek hukum perdata
hukum dalam relevansinya dengan sifat melalui perikatan (verbintenis).
keperdataan. Subekti dalam bukunya yang Dalam ketentuan perpajakan, dikenal
berjudul Pokok-Pokok Hukum Perdata adanya Subjek Pajak dan Wajib Pajak.
mengatakan bahwa dalam hukum, orang SubjekPajak adalah mereka (orang atau
(persoon) berarti pembawa hak atau subyek badan) yang memenuhi syarat subjektif.
di dalam hukum ( Subekti, 2003:19 ). Merekaini berpotensi untuk dikenakan
Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum pajak, tetapi belum tentu dikenakan pajak.
(pembawa hak), dimulai dari ia dilahirkan AdapunWajib Pajak menurut Pasal 1 Angka
dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika 2 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007
diperlukan (seperti misalnya dalam hal Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
waris), dapat dihitung sejak ia dalam Perpajakan, adalah orang pribadi atau badan,
kandungan, asal ia kemudian dilahirkan meliputi pembayar pajak, pemotongpajak,
dalam keadaan hidup. dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
Disamping orang, badan-badan atau dan kewajiban perpajakan sesuaidengan
perkumpulan-perkumpulan juga memiliki ketentuan peraturan perundang-undangan
hak dan melakukan perbuatan hukum seperti perpajakan.
seorang manusia. Badan-badan atau Para wajib pajak (orang atau badan)
perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai yang selain memenuhi syaratsubjektif juga
kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas syarat objektif. Jadi Wajib Pajak itu tidak
hukum dengan perantara pengurusnya, dapat hanya potensial untukdikenakan pajak,
digugat, dan dapat juga menggugat di muka melainkan lebih dari itu memang sudah
hakim.Badan hukum mempunyai dikenakan kewajibanuntuk membayar utang
kewenangan melakukan perbuatan hukum pajak. Dengan demikian dapat dikatakan
seperti halnya orang, akan tetapi perbuatan bahwa SubjekPajak belum tentu menjadi
hukum itu hanya terbatas pada bidang Wajib Pajak, yakni bila tidak memenuhi
hukum harta kekayaan. syaratobjektif. Sementara itu Wajib Pajak
dengan sendirinya termasuk Subjek Pajak.

Kewenangan Negara Dan Kewajiban Subyek Hukum ...........(Syukri Hidayatullah) 5


Dalam Hukum Pajak diatur mengenai badan (rechtpersoon) sebagai bagian dari
hubungan antara penguasa subyek hukum perdata.
dalam fungsinya selaku Fiscus (pemungut Hukum pajak mengatur hubungan
pajak) dengan rakyat dalam antara fiscus selaku pemungut pajak dengan
kapasitasnya sebagai Wajib Pajak. Hakikat rakyat sebagai Wajib Pajak. Terdapat dua
hubungan ini menghubungkan perikatan sistematika hukum pajak , yakni ( Rochmat
(verbintenis) yang terjadi antara pemerintah Soemitro, 1992: 7 ) :
selaku Fiscus dengan rakyat selaku Subjek a. Hukum pajak materiil, memuat norma-
Pajak atau Wajib Pajak. norma yang menerangkan
Perikatan yang merupakan peristiwa antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa
hukum antara Fiscus dengan Subjek atau hukum yang dikenai pajak (obyek
Wajib Pajak tersebut memberikan posisi pajak), siapa yang dikenakan pajak
yang berbeda kepada para pihak. Haltersebut (subyek), berapa besar pajak yang
mengingat dalam hal ini Fiscus dilekati oleh dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang
adanya kewenangan hukum publik untuk timbul dan hapusnya utang pajak, dan
kepentingan negara. Adanya hubungan hubungan hukum antara pemerintah dan
hukum yang seperti itulah yang Wajib Pajak.
menyebabkan penempatan hukum pajak b. Hukum pajak formil, memuat
kedalam bagian lapangan hukum publik ( bentuk/tata cara untuk mewujudkan
Santoso Brotodihardjo, 1991:1). hukum materiil menjadi kenyataan (cara
Perikatan pajak yang merupakan melaksanakan pajak materiil). Hukum
perikatanhukum publik menempatkan ini memuat antara lain :
aparatur pemerintah di bidangperpajakan 1. Tata cara penyelenggaraan
dalam posisi yang lebih signifikanoleh oleh (prosedur) penetapan suatu utang
karena dilengkapi dengankewenangan pajak.
hukum publik. Kewenangan tersebut 2. Hak-hak fiscus untuk mengadakan
menyebabkan aparaturpemerintah dapat pengawasan terhadap para Wajib
melakukan berbagai hal dan tindakan terkait Pajak mengenai keadaan, perbuatan
kepentingan penegakan hukum pajak dan peristiwa yang menimbulkan
terhadap Wajib Pajak. utang pajak.
Pembatasan Persyaratan Perpaja kan 3. Kewajiban Wajib Pajak misalnya
Dalam Mengatur Subyek Hukum menyelenggarakan
Hukum Pajak merupakan bagian dari pembukuan/pencatatan, dan hak-hak
hukum publik. Dalam mempelajari bidang Wajib Pajak misalnya mengajukan
hukum, berlaku apa yang disebut keberatan dan banding.
dengan Lex Specialis derigrat Lex Sistematika hukum pajak diatas
Generalis, yang artinya peraturan khusus termuat dalam berbaga regulasi pajak yang
lebih diutamakan dari peraturan umum atau memuat aspek materil maupun aspek formil
jika sesuatu ketentuan belum atau tidak perpajakan. Diantara regulasi tersebut adalah
diatur dalam peraturan khusus, maka akan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
berlaku ketentuan yang diatur dalam Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
peraturan umum. Perpajakan sebagaimana dirubah terakhir
Menurut dimensi perpajakan, yang berperan kali dalam Undang-Undang Nomor 19
sebagai Lex Generalis adalah hukum Tahun 2009. Dalam bagian Penjelasan,
perdata, sedangkan hukum pajak merupakan Undang-Undang tentang Ketentuan Umum
hukum khusus (Lex Spesialis). Hukum pajak dan Tata Cara Perpajakan dilandasifalsafah
juga memuat unsur publik karena peran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
Negara sebagai fiscus yang menjadi pihak yang di dalamnya tertuangketentuan yang
kreditur bagi para wajib pajak. Wajib pajak menjunjung tinggi hak warga negara dan
sendiri terdiri dari orang (persoon) maupun

6 PRANATA HUKUM Volume 11 Nomor 1 Januari 2016


menempatkan kewajibanperpajakan sebagai berdiri diatas syarat-syarat yuridis,
kewajiban kenegaraan. ekonomis, finansial dan sosiologis.
Undang-Undang tersebut ini memuat III. PENUTUP
ketentuanumum dan tata cara perpajakan Hukum Pajak merupakan tata hukum
yang pada prinsipnya diberlakukan bagi yang mengatur hubungan antara penguasa
undang-undang pajak material, kecuali dalam fungsinya selaku Fiscus (pemungut
dalam undang-undang pajak yang pajak) dengan rakyatdalam kapasitasnya
bersangkutan telahmengatur sendiri sebagai Wajib Pajak. Hakikat hubungan ini
mengenai ketentuan umum dan tata cara ialah perikatan (verbintenis) yang terjadi
perpajakannya.Undang-undang tentang antara pemerintah selaku Fiscus dengan
perpajakan menurut Adam Smithharus rakyat selaku Subjek Pajak atau Wajib
memenuhi syarat-syarat yaitu syarat yuridis, Pajak. Perikatan yang merupakan peristiwa
syarat ekonomis,syarat finansial, dan syarat hukum antara Fiscus dengan Subjek atau
sosiologis (Suparnyo, 2012:24) Wajib Pajak tersebut memberikan posisi
Persyaratan tersebut lebih lanjut yang berbeda kepada para pihak. Hal
dijelaskan oleh Rochmat Soemitro sebagai tersebut mengingat Fiscus dilekati oleh
berikut (Rochmat Soemitro, 2004:39) : adanya kewenangan hukum publik untuk
a. Syarat yuridis mengharuskan bahwa kepentingan negara. Adanya hubungan
undang-undang pajak yang menjadi hukum yang seperti itulah yang
dasar pelaksanaan perpajakan harus menyebabkan penempatan hukum pajak
memberikan kepastian hukum, kedalam bagian lapangan hukum publik.
memberikan keadilan, dan juga harus Hukum pajak mengatur hubungan
memberikan manfaat. antara fiscus selaku pemungut pajak dengan
b. Syarat ekonomis mensyaratkan bahwa rakyat sebagai Wajib Pajak yang dapat
pemerintah dalam memungut pajak harus dilihat dalam Undang-Undang sebagai
benar-benar memperhatikan dampak representasi pajak oleh hukum. Undang-
konomi pada individu, jangan sampai Undang perpajakan memuat beberapa
pajak merupakan beban bagi individu persyaratan yang menjadi prisip materil
atau warga masyarakat. maupun formil dalam sistematika
c. Syarat finansial mensyaratkan bahwa perpajakan, yaitu syarat yuridis, syarat
dalam pemungutan pajak harus ekonomis, syarat finansial dan syarat
memberikan hasil atau cukup sosiologis.
memberikan hasil pada kas negara, DAFTAR PUSTAKA
jangan sampai biaya yang digunakan A. BUKU
untuk memungut pajak melebihi hasil Djoko Mulyono, Ketentuan Umum
dari pajak. Perpajakan , Andi, Yogyakarta, 2006
d. Syarat sosiologis mensyaratkan bahwa R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar
pajak harus dipungut sesuai dengan Grafika, Jakarta, 1996
kebutuhan masyarakat serta Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar
memperhatikan keadaan dan situasi Perpajakan I, Refika Aditama,
masyarakat pada waktu itu. Karena pajak Bandung, 2004__, Pengantar
adalah untuk keperluan masyarakat dan Singkat Hukum Pajak, Eresco,
dipungut dari anggota masyarakat, maka Bandung, 1992
pungutan pajak harus mendapatkan Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu
persetujuan dari masyarakat. Hukum Pajak, Eresco, Bandung,
Dengan berpegang teguh pada 1991
prinsip kepastian hukum, keadilan, dan Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Indonesia
kesederhanaan, arah dan tujuan regulasi Konsep dan Aspek Formal, Graha
perpajakan yang ditujukan untuk Ilmu, Yogyakarta, 2009
menciptakan kewajiban bagi subyek hukum

Kewenangan Negara Dan Kewajiban Subyek Hukum ...........(Syukri Hidayatullah) 7


Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,
Intermasa, Jakarta, 2003
Suparnyo, Hukum Pajak Suatu Sketsa Asas,
Pustaka Magister, Semarang,
2012
B. PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana
dirubah terakhir kali dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2009

8 PRANATA HUKUM Volume 11 Nomor 1 Januari 2016


Jurnal PRANATA HUHUM dimaksudkan sebagai
media komunikasi, edukasi dan informasi ilmiah bidang ilmu
hukum. Sajian dan kemasan diupayakan komunikatif melalui
bahasa ilmiah.

Redaksi mengundang semua elemen masyarakat, baik


civitas akademika, praktis lembaga masyarakat,
maupun perorangan yang berminat terhadap bidang
hukum untuk berpartisipasi mengembangkan gagasan,
wawasan dan pengetahuan melalui tulisan untuk dimuat
dalam jurnal ini.

Melalui PRANATA HUKUM diharapkan tejadi proses


pembangunan dan pengembangan bidang hukum
sebagai bagian penting dari rangkaian panjang
proses memajukan masyarakat bangsa.

Alamat Redaksi
PRANATA HUKUM
Kampus B Universitas Bandar Lampung
Jl.zainal Abidin Pagar Alam No.86 Gedongmeneng
Bandar Lampung
Telp: 0721-789825 Fax : 0721-770261
Email: pranatahukum@yahoo.com dan
tami_rusli@yahoo.co.id

ISSN 1907-560X

You might also like