You are on page 1of 7

ANALISIS FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI

KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V-VI


DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN
TAHUN 2015

1
Pande Putu Purwaningsih, 2 Ni Made Sirat
1
Tenaga Laboratorium JKG Poltekkes Denpasar
2
Dosen JKG Poltekkes Denp[asar

Abstract. Dental Caries is one of the dental cavity disease as indicated by the damage of the
email and dentin layers of the teeth which occurs progressively. The result of the 2013
Riskesdas with comprehensive data collection on dental health including dental health
status indicator, service coverage indicators and dental health behaviors where one of the
of the age groups being examined are those ≥ 12 years. The objective of the study is to
analyze the factors which are related to the caries in elementary school students. The study
used cross sectionaldesign being conducted for students of elementary schools as V-VI in
the District of Peguyangan Kangin with the sample size of 85 persons. The data analysis
used bivariateand multivariate with logistical regression. TheChi-Squareshows that there is
a significant relation between oral hygiene and caries with p score = 0,001, OR = 7,714 ,CI
95% =2,064 – 28,828. The teeth brushing behavior influence significantly towards caries
with OR score = 20, CI 95% = 5,951 – 69,636 dan p = 0,000 . The behavior in brushing
teeth is independentlyand is significant towards caries with score of adjust odd ratio = 18,
CI 95% = 4,611 – 74,582 dan p = 0,000 , The dining pattern influences significantly
towards caries with OR score = 6, CI 95% = 1,304 – 28,438 and p = 0,012. The parents’
education does not influence significantly towards caries where OR score = 1, CI 95% =
0,486 – 3,854 and p = 0,552and drinking water does not influence significantly towards
caries with OR score = 0,753 CI 95% = 0,281 -2,023andp = 0,573. Therefore, it can be
concluded that the behavior in brushing teeth, oral hygiene and dining pattern significantly
influence dental caries.It is suggested that health care institutions to increase education
through UKGS as part of the effort in improving dental health status and oral hygiene of
elementary school students.
Key words : Risk factor, dental caries, elementary school

Pendahuluan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut penyakit gigi dan mulut serta
merupakan bagian integral dari pelayanan meningkatkan upaya promosi kesehatan
kesehatan secara menyeluruh. Indikator gigi dan mulut, khususnya pada anak usia
status kesehatan gigi dan mulut telah sekolah dan remaja.20 Karies menyerang
ditetapkan yang mengacu pada Global hampir 80% anak-anak di negara
Goals for Oral Health 2020 yang berkembang. Sesuai data global WHO
dikembangkan oleh FDI dan WHO .Salah (2000) prevalensi karies berdasarkan
satu program teknis yang disarankan indek DMF-T dibeberapa negara seperti
adalah agar negara-negara di dunia Amerika 2,05%, Afrika 1,54%, Asia
mengembangkan kebijakan pencegahan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 12


Studi pendahuluan yang kami
lakukan di SD yang ada di lingkungan
Tenggara 1,53%, Eropa 1,46% dan Barat
kelurahan Peguyangan Kangin,
Pasifik 1,23% .
prevalensi karies gigi pada anak SD kelas
Karies gigi merupakan salah satu V - VI adalah 33,3%, dimana angka ini
penyakit gigi yang telah menyebar luas di lebih tinggi dari prevalensi karies kota
sebagian besar penduduk di dunia. Karies Denpasar Tahun 2010 yaitu sebesar
artinya gigi berlubang dan ditandai oleh 22,2%. Keadaan lingkungan yang bisa
rusaknya lapisan email dan dentin yang dilihat di daerah Peguyangan Kangin
terjadi secara progresif. Keadaan ini dimana letaknya masih terpencil.
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme Wawancara yang kami lakukan dengan
dalam mulut, atau bakteri dalam plak salah satu kepala sekolahnya dimana
(Kidd and Bechal, 1992). Menurut Suwelo jarang dikunjungi petugas kesehatan
(1992), banyak faktor yang dapat untuk mendapatkan penyuluhan tentang
mempengaruhi terjadinya karies, baik kesehatan gigi.dan itupun kalau ada hanya
faktor dari luar maupun dari dalam. Faktor pemeriksaan pada anak kelas 1 dan 2 saja.
dari dalam, merupakan faktor yang Dilihat dari sumber air yang digunakan
langsung berhubungan dengan karies. Ada penduduk disana kebanyakan masih
empat faktor yang berinteraksi: Hospest menggunakan sumur bor. Oleh karena itu
yang meliputi gigi dan saliva, perlu dilakukan penelitian tentang faktor
Mikroorganisme atau plak, Substrat, dan risiko yang mempengaruhi terjadinya
Waktu. Beberapa faktor dari luar atau karies.
faktor yang tidak berhubungan langsung
dengan proses terjadinya karies, antara Metode
lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa, Penelitian ini merupakan penelitian
letak geografis, sosial ekonomi, analitik dengan rancangan Cross sectional
kesadaran, sikap, dan perilaku individu untuk menganalisis faktor resiko yang
terhadap kesehatan gigi. mempengaruhi karies gigi pada anak SD
kelas V dan VI di Kelurahan Peguyangan
Pada Riskesdas 2013 prevalensi
Kangin.
nasional karies gigi adalah 25,9% , pada
kelompok umur 10-14 th proporsinya Populasi dalam penelitian ini adalah
25,2%. Sedangkan perilaku menyikat gigi anak SD Kelas V-VI di Kelurahan
yang benar didapatkan hasil tertinggi pada Peguyangan Kangin yang berjumlah 349
Propinsi Sulawesi Barat yaitu 8,0% dan orang dan jumlah sampel yang ditentukan
terendah Lampung 0,4%. Perilaku adalah 85 orang. Sampel pada penelitian
menyikat gigi sesudah makan hasil ini diambil dengan cara Systematic
tertinggi di Sulawesi Barat yaitu 11,3% Random Sampling yaitu metode
dan terendah Lampung yaitu 1,2% pengambilan sampel dimana hanya unsur
.Sedangkan Provinsi Bali perilaku pertama dipilih secara ramdom, dengan
menyikat gigi sesudah makan 5,7 % dan unsur-unsur berikutnya dipilih secara
perilaku menyikat gigi yang benar 4,1% sistemik menurut suatu pola tertentu yaitu
Pengumpulan datadilakukan dengan kelipatan interval.
wawancara maupun pemeriksaan gigi dan Beberapa variabel yang digali ialah
mulut1.027.763 responden. Wawancara karakteristik yang meliputi umur dan
dilakukan terhadap responden semua jenis kelamin. Variabel karies dan
umur. kebersihan gigi dan mulut diperoleh
dengan cara pemeriksaan langsung

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 13


dengan menggunakan diagnosa set Sumber air minum :
Sumur/mata air 40 47,1
(kaca mulut, sonde, pinset dan PAM 45 52,9
excavator), variabel pola makan,
pendidikan orang tua dan sumber air Tabel 2 dapat diuraikan hasil sebagai
minum diperoleh dengan wawancara dan berikut dimana dari seluruh responden,
variabel perilaku menyikat gigi diperoleh 64 yang karies (75,3%), responden dengan
dengan wawancara dan observasi. Setiap kebersihan mulut yang buruk 39 (45,9%),
variabel diukur dengan skala nominal responden dengan perilaku menyikat gigi
dibagi dengan 2 kategori dan dinilai yang salah 63(74,1%), responden dengan
dengan kode 0 bila tidak berisiko dan 1 pola makan yang jelek 27 (31,8 %),
bila berisiko. responden dengan pendidikan orang tua
Analisis data dilakukan secara bertahap rendah 33 (38,8 %) dan responden dengan
meliputi analisis univariat, bivariat sumber air minum selain PAM 40 (47,1 ).
dan multivariat dengan regresi logistik.
Untuk mengetahui faktor yang memiliki Tabel 3. Crude OR beberap variabel dengan karies
gigi
hubungan paling kuat dilakukan melalui
Karies Tidak P Value
pemilihan variabel yang memiliki p<0,25 Variabel (%) karies (%) OR 95%CI
Kebersihan gigi 7,714 1,925-43,911 0,0008
pada saat dilakukan uji bivariat. dan mulut
Buruk 36 (92,3) 3 (7,7)
Penelitian telah dinyatakan laik etik oleh Baik
Perilaku
28 (60,9) 18(39,1)
20,357 5,951–69,636 0,000
Menyikat
Komisi Etik Penelitian Fakultas Gigi :
Salah 57(90,5) 6 (9,5)
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Benar
Pola Makan:
7(31,8) 15(68,2)
6,090 1,304-28438 0,012

Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Jelek


Baik
25(92,6)
39(67,2)
2 (7,4)
19(32,8)
Pendidikan 1,368 0,486-3,854 0,552
orang tua:
Hasil Rendah
Tinggi
26(78,8)
38(73,1)
7(21,2)
14(26,9)
Sumber Air 0,753 0,281-2,023 0,573
Pada tabel 1 menunjukkan karakteristik Minum :
Sumur 29(72,5) 11(27,5)
PAM 35(77,8) 10(22,2)
responden responden yaitu jenis kelamin.
Tabel 1. Karakteristik responden Tabel 3. Menunjukkan crude OR dengan
analisis bivariat dimana variabel yang
Jenis Kelamin N % memiliki nilai OR>1 adalah kebersihan
Laki – laki 42 49,4 gigi dan mulut, perilaku menyikat gigi,
pola makan dan pendidikan orang tua
Perempuan 43 50,6 sedangkan variabel yang memiliki nilai
OR<1 adalah sumber air minum.
Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin
responden lebih banyak perempuan yaitu Tabel 4 Analisis multivariat dari variabel dengan
50,6 %. nilai p<0,25

Tabel 2. Deskripsi variabel Variabel Nilai P CI 95%


Variabel N % AOR value lower upper
Karies : Kebersihan 4 0,068 0,898 19,426
Karies 64 75,3 Mulut
Tidak karies 21 24,7 Perilaku 18 0,000 4,611 74,582
Kebershan Mulut : Menyikat Gigi
Baik 39 45,9 Pola Makan 6 0,065 0,896 35,494
Buruk 46 54,1
Perilaku menyikat Gigi :
Benar 63 74,1
Salah 22 25,9 Tabel 4 Menunjukkan Analisis multivariat
Pola makan : dari variabel dengan nilai p<0,25 pada
Jelek 27 31,8
Baik 58 68,2 analisis bivariat dimana nilai pada
Pendidikian orang tua : Variabel perilaku menyikat gigi memiliki
Rendah 33 38,8
Tinggi 52 61,2 nilai adjust odd ratio = 18, CI 95% =

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 14


4,611 – 74,582 dan P = 0,000 ini berarti dengan perilaku pemeliharaan kebersihan
perilaku menyikat gigi anak mempunyai gigi dan mulut yaitu yang meliputi waktu
risiko delapan belas kali lebih tinggi untuk menyikat gigi,frekuensi, alat serta cara
mempengaruhi terjadinya karies gigi menyikat gigi. Didukung oleh penelitian
dibandingkan dengan kebersihan mulut Made Asri Budisuari,dkk (2010) tentang
dan pola makan. Kita yakin 95% bila Hubungan pola makan dan kebiasaan
dipopulasi peningkatan resiko tersebut menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan
berkisar antara 4,6 – 74,5 kali. mulut (karies) di Indonesia.menunjukkan
bahwa Waktu menggosok gigi sangat
berpengaruh terhadap terjadinya karies,
Pembahasan dan dapat diketahui bahwa gosok gigi
Pada tingkat kebersihan gigi dan sesudah makan pagi memengaruhi berat
mulut yang buruk meningkatkan risiko ringannya karies, yaitu kebiasaan bila
terjadinya karies sebesar 8 kali gosok gigi sesudah makan pagi dilakukan
dibandingkan dengan kebersihan gigi dan responden ada kecenderungan semakin
mulut yang baik. sedikit yang memiliki karies di atas rerata
(>2) dan dari uji Chi-Square ada
Kebersihan mulut merupakan faktor hubungan yang signifikan dan dapat
yang paling dominan yang menyebabkan diketahui bahwa gosok gigi sebelum tidur
perbedaan besar kecilnya jumlah karies. malam mempengaruhi berat ringannya
(Suwelo,1992). Keadaan kesehatan gigi karies, yaitu kebiasaan gosok gigi
anak sekolah tergantung pada orang tua sebelum tidur malam dilakukan
yang berbeda dalam pengetahuan, responden cenderung semakin ringan
kesadaran dan perilakunya tentang tingkat kariesnya dan dari uji Chi-Square
kesehatan gigi. Keeratan hubungan antara ada hubungan signifikan5. Pada penelitian
tiap – tiap faktor resiko karies pada anak ini analisis multivariat dengan regresi
sekolah menunjukkan urutan tertentu logistik menunjukkan bahwa variabel
seperti, faktor kebersihan mulut masih perilaku menyikat gigi secara independent
merupakan masalah yang paling dan signifikan terhadap kejadian karies
menonjol, sehingga faktor yang berkaitan gigi. Variabel perilaku menyikat gigi
dengan faktor kebersihan mulut misalnya memiliki nilai adjust odd ratio = 18, CI
jenis makanan kariogenik dan kebiasaan 95% = 4,611 – 74,582 dan P= 0,000 ini
membersihkan gigi. Faktor risiko berarti perilaku menyikat gigi anak
terjadinya karies yang menonjol berbeda mempunyai risiko delapan belas kali lebih
pada anak – anak dengan lingkungan yang tinggi untuk mempengaruhi terjadinya
berlainan. Didukung pada penelitian karies gigi. Karies gigi juga bisa
Yohanes I.G, dkk (2013) tentang disebabkan karena perilaku waktu
hubungan status kebersihan gigi dan menyikat gigi yang salah karena dilakukan
mulut dengan status kesehatan gigi dan pada saat mandi pagi dan mandi sore dan
mulut di SMA Negeri 9 Manado bukan sesudah makan pagi dan
menunjukan ada hubungan yang menjelang tidur malam4 . Padahal
signifikan antara kebersihan mulut dengan menyikat gigi menjelang tidur sangat
status kesehatan gigi dan mulut dengan p efektif untuk mengurangi karies gigi.
value =0,04826 Masih tingginya angka karies bisa
Perilaku menyikat gigi yang salah berhubungan dengan pola kebiasaan
meningkatkan risiko terjadinya karies makan yang salah dan beberapa perilaku
sebesar 20 kali dengan p value 0,0000. seperti masyarakat lebih menyukai
Perilaku menyikat gigi ini berkaitan jajanan manis, kurang berserat dan mudah

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 15


lengket, adanya persepsi masyarakat yang ibu terhadap kejadian karies kurangnya
menyatakan bahwa penyakit gigi tidak perhatian terhadap promosi kesehatan gigi
menyebabkan kematian sehingga dan mulut baik kepada ibu dengan tingkat
masyarakat kurang kepeduliannya untuk pendidikan tinggi maupun pendidikan
menjaga kebersihan mulut dan rendah merupakan masalah utama
mendudukkan masalah pada tingkat penyebab tingginya karies pada anak.
kebutuhan sekunder yang terakhir. Promosi kesehatan gigi dan mulut dalam
hal ini harus mengandung unsur
Pengaruh pola makan terhadap
komunikasi. Informasi dan edukasi masih
karies pada respoden menunjukkan hasil
belum dianggap sebagai program prioritas
ada hubungan siqnifikan yaitu pola
sehingga informasi oleh ibu mengenai
makan yang jelek nilai p = 0,0116.
kesehatan gigi dan mulut baik langsung
Faktor makanan yang dihubungkan
dari unsur sarana pelayanan kesehatan
dengan terjadinya karies gigi adalah
maupun melalui media cetak atau
jumlah fermentasi, bentuk fisik dari
elektronik masih jauh dari harapan.
karbohidrat yang dikonsumsi, retensi
Hubungan faktor langsung dan faktor
dimulut, frekuensi makan serta lamanya
tidak langsung dengan kejadian karies
interval waktu makan. Anak yang
pada penelitian ini bahwa terdapat
beresiko karies tinggi sering
hubungan faktor sosial ekonomi dan
mengkonsumsi makanan minuman
perilaku kesehatan terhadap karies,
manis diantara jam makan.
sedangkan pada tingkat pendidikan orang
Penelitian Made Asri Budisuari, tua tidak terdapat hubungan yang
dkk (2010) pola makan manis signifikan terhadap prevalensi karies,
mempengaruhi berat ringannya karies, P= 0,673.
yaitu semakin sering makan manis, ada Pendidikan sangat berhubungan erat
kecenderungan semakin banyak yang dengan pengetahuan, terutama
memiliki karies diatas rerata (>2) dan pengetahuan tentang kesehatan. Seseorang
dari uji Chi-Square ada hubungan yang yang memiliki pendidikan tinggi
signifikan5. diasumsikan memiliki pengetahuan yang
Pada pendidikan tidak ada pengaruh baik. Menurut Tirthankar, pendidikan
yang siqnifikan dimana responden dengan merupakan faktor kedua terbesar dari
pendidikan orang tua yang rendah terjadi faktor sosial ekonomi yang
karies sebanyak 26 orang (78,79%) dan mempengaruhi status kesehatan. Semakin
tidak karies sebanyak 7 (21,21%). Untuk tinggi pendidikan formal seseorang maka
responden penderita karies lebih banyak semakin baik pengetahuan dan sikap
pada pendidikan orang tua yang rendah tentang kesehatan yang mempengaruhi
78,79% dibandingkan dengan pendidikan perilaku hidup sehat, dengan demikian
orang tua yang tinggi73,08 %. Dari hasil juga semakin mudah dalam memperoleh
analisis bivariat dengan Chi Square pekerjaan dan semakin banyak
menunjukkan nilai P = 0,551 dan OR = 1, penghasilan yang diperoleh untuk
CI 95%=0,440-4,569. Sehingga pendi- memenuhi kebutuhan kesehatan.
dikan orang tua siswa SD tersebut tidak Variabel sumber air minum terhadap
berpengaruh signifikan terhadap kejadian karies gigi tidak ada hubungan yang
karies gigi. signifikan yaitu 47% dari seluruh
Pada penelitian U.M.Soeyoso responden dengan sumber air minum dari
dkk.(2009) Prevalensi dan faktor resiko sumur/ mata air terjadi karies sebanyak 29
karies gigi murid SD kelas III-IV Negeri orang (72,50%) dan tidak karies sebanyak
161 Kota Palembang, tingkat pendidikan 11 (27,50%). Untuk responden penderita

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 16


karies lebih banyak pada pengguna air mengandung fluor terbukti dapat
minum PAM 77,78% dibandingkan menurunkan karies, selain itu dengan obat
dengan pengguna air minum dari kumur mengandung fluor, pemberian
sumur/mata air 72,50 %. Dari hasil tablet fluor , topikal varnis.32
analisis bivariat dengan Chi Square
menunjukkan nilai P = 0,573 dan OR = 1,
CI 95% = 0,248 -2,273. Sehingga dapat Simpulan
disimpulkan bahwa Air Minum tidak Variabel yang terbukti berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap kejadian dengan kejadian karies gigi pada anak
karies gigi. SD kelas V -VI di Kelurahan
Tujuan Penggunaan fluor adalah Peguyangan Kangin Tahun 2015 adalah
untuk melindungi gigi dari karies. Fluor kebersihan gigi dan mulut yang buruk,
bekerja dengan cara menghambat perilaku menyikat gigi yang salah dan
metabolisme bakteri plak yang dapat pola makan yang jelek. Atas dasar
memfermentasi karbohidrat melalui tersebut diharapkan Pemerintah dan
perubahan hidroksil apatit pada enamel pemegang program di puskesmas,
menjadi fluor apatit menghasilkan enamel khususnya UKGS untuk lebih
yang tahan terhadap asam sehingga dapat meningkatkan pemberian penyuluhan
menghambat proses demineralisasi dan tentang karies gigi serta melakukan
meningkatkan remineralisasi. Fluor yang tindakan perawatan gigi secara
digunakan secara luas untuk mencegah berkelanjutan pada anak sekolah dasar
karies.penggunaannya dapat dengan dan bisa meluaskan sasaran ke tingkat
fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat pendidikan yang lebih tinggi
kumur mengandung fluor, pemberian
tablet , topikal varnis fluoridasi air minum
merupakan cara yang paling efektif Daftar Pustaka
mencegah karies secara umum di 1. Asri Budisuari ,M,dkk, 2010,
masyarakat, konsentrasi dianjurkan 0,7 – Hubungan Pola makan dan Kebiasaan
1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi
Rugg-gun cit, bahwa fluoridasi air minum dan Mulut (Karies di Indonesia),
menurunkan karies 40 – 50% pada gigi Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 13
susu. Bila air minum masyarakat tidak No 1 Januari 2010, hal 83-91
mengandung jumlah fluor yang optimal,
maka dapat dilakukan pemberian tablet 2. Besford John.,1996, Mengenal Gigi
fluor. Anda :Petunjuk Bagi Orang Tua,
Penelitian sebelumnya yang Arcan, Jakarta
dilakukan U.M. Soeyoso dkk. (2009)
Prevalensi dan faktor resiko karies gigi 3. Fitriani, 2007, Faktor Resiko Karies
murid SD kelas III-IV Negeri 161 Kota Gigi Sulung Anak (Study Kasus Anak
Palembang, tidak ada korelasi antara fluor TK Islam Pangeran Diponegoro
air minum dengan nilai DMF (r = 0,146) Semarang),
dan tidak ada hubungan yang bermakna http://www.fkm.undip.ac.id.
diantar keduanya (p = 0,075). Peneliti
berpendapat pemberian fluor selain 4. Kidd, Edwina A.M, dkk, 1991. Dasar-
dengan fluoridasi air minum, bisa dengan Dasar Karies Penyakit dan
penyikatan gigi dua kali sehari dengan Penanggulangannya, EGC. Jakarta.
menggunakan pasta gigi yang

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 17


5. Notoadmotjo, S, 2003. Pendidikan 10. Sastroasmoro, 2008, Metodelogi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, EGC. Penelitiaan, Jenis dan
Jakarta. Rancangan,jtptunimus-gdl-naningtriu-
6019-3-babiii.pdf.
6. Notoadmotjo, S, 2003. Metodelogi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. 11. Sriyono, N.W., 2009. Pencegahan
Jakarta. Penyakit Gigi dan Mulut Guna
Meningkatkan Kualitas Hidup, Gajah
7. Poppy A, dkk, 2008, Perbedaan Pola Mada University: Yogyakarta.
Kurva Keparahan Karies Gigi Susu
dan Gigi Tetap Serta Faktor Yang 12. M.Soeyoso, dkk.,2009. Prevalensi dan
Berperan Pada Anak dengan Status Faktor Risiko Karies Gigi Murid
Gizi Kurang dan Gizi Baik, Indonesia Sekolah Dasar Kelas III-IV Negeri
Jurnal of Dentistry 2008, Vol 2 Hal 161 Kota Palembang Tahun 2009,
247 – 253, http//www.fkg.vi.edu. Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.6
No.1
8. Suwelo, I.S.,1992. Karies Gigi Pada
Anak dengan Pelbagai Etiologi.
Jakarta : EGC.

9. Schuurs, A.H.B, dkk, 1992. Patologi


Gigi- Geligi; Kelainan-kelainan
Jaringan Keras Gigi, Gadjah Mada
Universitas. Yogyakarta.

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (Pebruari 2016) 18

You might also like