You are on page 1of 11

Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse

Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

BEDA PENGARUH ANTARA MICROWAVE DIATHERMY,


TRANSVERSE FRICTION DAN MILLS MANIPULASI DENGAN
MICROWAVE DIATHERMY DAN TRANSVERSE FRICTION
TERHADAP PENURUNAN NYERI AKIBAT TENNIS ELBOW TIPE II

Andi Halimah
Poltekes Depkes Makassar
Jl. Wijaya Kusuma Raya No. 46 Makassar
Andi.halimah@yahoo.com

Abstract
Objectives: The purpose of this study was to compare the intervention of MWD, trans-
verse friction and mills manipulation with intervention of MWD and transverse friction
towards consequence pain reduction tennis elbow type II. Methods: 16 person at me-
disakti clinic - Sample at as into 2 groups that is 8 person in groups treatment at give
therapy mwd, tranverse friction and mills manipulation and 8 person in control groups at
give therapy mwd and tranverse friction. Tennis elbow be a disturbance that in group
muscle ekstensor wrist especially in ekstensor carpi radialis brevis and longus. While
tennis elboe type II be certain disturbance that in area teno periosteal ektensor car-
piradialis brevis, where tenoperiosteal ekstensor carpi radialis brevis experience micro-
ruptur pulling consequence that over do from muscle ekstensor carpi radialis brevis con-
traction. Therapy gift mwd, tranverse friction and mills manipulation in condition tennis
elbow type II can demote pain according to have a meaning and give influence differ-
rence that have a meaning at compare therapy mwd and transverse friction. Result: This
matter is proved in statistics testing that shows value p = 0,035, Intervention mwd,
transverse friction and mills manipulation more have a meaning in demote consequence
pain tennis elbow type II at compare with therapy mwd and transverse friction.

keywords: Tennis Elbow, Manipulation, Intervention

Pendahuluan tennis elbow sering terjadi pada usia diatas 25


Tennis elbow merupakan salah satu tahun dan umumnya antara 40 dan 60 tahun.
kondisi terbanyak yang ditemukan dibanding- Tennis elbow memiliki empat tipe ver-
kan dengan kondisi lainnya di daerah siku dan dasarkan pada letal kerusakannya. Tipe I, letak
umumnya dialami oleh pemain tennis dimana kerusakannya pada origo ekstensor carpi radia-
rasa sakit didaerah lateral siku, yaitu rasa nyeri lis longus, tipe II pada origo tenoperiostal mus-
yang dapat bersifat akut dan kronik akibat culus ekstensor carpi radialis brevis, tipe III
trauma atau berbagai pekerjaan dan kegiatan pada tendon ekstensor carpi radialis brevis dan
yang melibatkan tangan dan pergelangan ta- tipe IV pada badan otot ekstensor carpi radialis
ngan bekerja secara berlebihan sehingga ter- brevis. Dari keempat tipe tennis elbow tersebut
jadi kerobekan kecil pada struktur otot eks- maka tipe II merupakan kondisi tennis elbow
tensor carpi radialis brevis atau longus. terbanyak sekitar 90% yang ditemukan di klinis.
Diperkirakan hanya 5% dari seluruh Tennis elbow tipe II merupakan kondisi tennis
penderita disandang pemain tennis, sedangkan elbow yang menimbulkan nyeri hebat pada
95% lainnya diderita oleh berbagai profesi dan epicondylus lateral humeri. Nyeri ini diprovokasi
okupasi seperti ibu rumah tangga, tehnisi, dengan gerakan extensi wrist melawan beban/
montir tukang emas dan lain-lain. Penderita tahanan dan gerakan fleksi wrist yang berle-
bihan. Adanya nyeri hebat akan membatasi
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 119
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

seseorang dalam melakukan gerakan-gerakan sehingga waktu penyembuhannya sangat lama.


atau aktifitas yang melibatkan tangan dan siku Penerapan Mills Manipulasi pada kondisi tennis
sehingga dapat menimbulkan keterbatasan elbow tipe II dengan tujuan melepaskan per-
gerak dan fungsi pergelangan tangan. Fisiote- lengketan dan merangsang penyembuhan ten-
rapi merupakan salah satu profesi kesehatan don dapat mempercepat penyembuhan pada
yang bertanggung jawab terhadap gangguan kondisi ini.
gerak dan kemampuan fungsional sehingga
fisioterapi sangat berperan di dalam mengem- Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II
bangkan, memelihara, dan memulihkan gerak Tennis elbow tipe II merupakan suatu
maksimum dan kemampuan fungsional pasien/ keadaan dimana tendon otot ekstensor perge-
klien. Seperti yang tercantum dalam WCPT langan tangan tepatnya pada lokasi teno-
(World Confederetion For Physical Therapy) periosteal mengalami cidera atau kerobekan
bahwa fisioterapi adalah pemberi pelayanan kecil sehingga menimbulkan reaksi jaringan be-
kepada perorangan dan masyarakat untuk rupa rasa nyeri pada epicondylus lateralis te-
mengembangkan, memelihara dan mengemba- rutama saat gerakan ke arah fleksi wrist sedikit
likan gerak maksimum dan kemampuan fung- radial deviasi dan ekstensi wrist melawan be-
sional sepanjang kehidupannya. Lingkup pela- ban/tahanan. Penderita tennis elbow sering
yanan fisioterapi adalah kondisi-kondisi gang- terjadi pada usia di atas 25 tahun dan umum-
guan gerak dan fungsi yang disebabkan oleh nya antara 40 tahun dan 60 tahun. Faktor
proses penuaan, injury atau penyakit. Dari penyebabnya adalah adanya penggunaan/
pengertian tersebut maka fisioterapi berperan pembebanan yang berlebihan sehingga terjadi
besar dalam mengobati gangguan gerak dan kontraksi yang kuat dan tiba-tiba dari otot
fungsi akibat nyeri pada tennis elbow. ekstensor wrist. Akibat kontraksi tersebut maka
Tennis elbow tipe II dapat diobati oleh terjadi tarikan yang berlebihan pada teno-
berbagai pemberi pelayanan kesehatan seperti periosteal ekstensor carpi radialis brevis sehing-
dokter, perawat dan fisioterapi. Fisioterapi de- ga timbul kerobekan kecil pada tenoperiosteal
ngan berbagai modalitasnya dapat digunakan tersebut. Adanya kerobekan (mikro ruftur) ter-
untuk mengobati pasien-pasien tennis elbow ti- sebut menyebabkan terjadi peradangan dan
pe II. Dalam klinis, banyak fisioterapi yang nyeri. Disamping itu adanya aktor degenerasi
menggunakan modalitas SWD/MWD, Ultra- dan sirkulasi yang jelek pada lokasi tersebut
sound, TENS, Transverse Friction dan Contract dapat memperburuk kondisinya. Inflamasi pada
Relax – Stretching. SWD dan MWD merupakan area tenoperiosteal akan diikuti oleh eksudat
modalitas yang sering digunakan pada ber- kalsium dari periosteum picondylus lateral hu-
bagai kondisi sebagai modalitas awal terapi. meri sehingga akan terbentuk kalsifikasi dan
Transverse Friction dan Ultrasound sering digu- jaringan fibrous disekitar tendon ekstensor
nakan pada kondisi tennis elbow karena efek carpi radialis brevis. Karena area tersebut
terapinya cocok pada kondisi-kondisi tendon. memiliki sirkulasi yang jelek maka cepat terjadi
Hal ini karena efek mekanik yang ditimbulkan proses degenerasi. Adanya kalsifikasi dan ja-
oleh Ultrasound dan Transverse Friction dapat ringan fibrous akan menimbulkan nyeri gerak
menurunkan nyeri dan merangsang penyem- yang hebat saat melakukan gerakan ekstensi
buhan tendon. Meskipun demikian, pemilihan wrist melawan beban/tahanan karena provo-
modalitas yang tepat dan selektif dapat meng- kasi dari kontraksi otot ekstensor carpi radialis
hasilkan output yang optimal dan efektif. Mills brevis dan menimbulkan gangguan gerak dan
Manipulasi merupakan salah satu modalitas fungsi sendi siku. Untuk mengkaji lebih jauh
fisioterapi terpilih yang sangat membantu pe- tentang tennis elbow tipe II, maka akan diba-
nyembuhan pada kondisi tennis elbow tipe II, has hal-hal sebagai berikut :
walaupun teknik ini masih jarang digunakan
oleh banyak fisioterapi di klinis. Tennis elbow Anatomi Terapan Sendi Siku
tipe II sangat sulit untuk sembuh karena lokasi Sendi siku terdiri dari atas beberapa
patologinya memiliki sirkulasi yang jelek sendi yang mencakup dalam Elbow kompleks.
120 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

Sendi-sendi tersebut di bentuk oleh 3 buah tu- Sendi Humero-radial


lang Humerus, Ulnar dan Radfius. Sendi hume- Sendi Humeroradial juga merupakan hi-
roulnar dibentuk oleh trochlea humeri dari tu- nge joint yang di bentuk oleh trochlea humeri
lang humerus dan capitatum yang bersendi (konveks) yang bersendi dengan fovea tro-
dengan fovea troclearis ulnae, sendi humero- clearis radii (konkaf) yang menghadap prok-
radial bersendi dengan fovea trochlearis radii simal searah axis os radius. Gerak fisiologisnya
sedangkan sendi proximal radioulnar dibentuk adalah fleksi dan ektensi yang bersamaan de-
oleh capitatum radii yang bersendi dengan fo- ngan gerak sendi humeroulnar, sedangkan ge-
vea radii. Ketika permukaan tulang tersebut rak osteokinematiknya berupa rotasi ayun da-
bersendi dalam capsula articularis, kesemuanya lam bidang sagital. Gerak arthtrokinematik
dipertahankan oleh ligamentum collateral late- sendi ini adalah traksi kearah distal sesuai axis
ral, ligamentum collateral medial dan ligamen- logitudinal os radii, gerak translasi kearah ven-
tum annulare. tral saat fleksi dan kearah dorsal saat ektensi,
tegak lurus axis os radii. MLLP dan CPP pada
sendi sama dengan sendi humeroulnar.

Sendi Radio-ulnar Proksimal


Sendi ini murni sendi putar yang diben-
tuk oleh capitulum os radii (konveks) yang ber-
sendi dengan fovea radii sehingga perputaran
capitulum radii terhadap fovea radii os ulna
bersamasama dengan distal radio-ulnar, yang
dalam klinis terjadi gerakan pronasi dan su-
pinasi. Gerak arthrokinematiknya berupa gerak
translasi saja, di mana pada saat gerakan pro-
nasi terjadi gerak translasi caput radii ke dorsal
dan pada saat gerakan supinasi terjadi gerak
translasi ke arah ventral. Pada saat ekstensi
terdapat gerak abduksi atau valgus dengan
Sendi Humero-ulnar medial translasi dan pronasi, sebaliknya pada
Sendi Humeroulnar merupakan sendi saat fleksi terjadi adduksi atau varus dan su-
hinge joint yang dibentuk oleh trochlea humeri pinasi.
yang konveks seperti katrol dan capitatum
yang berbentuk bola, bersendi dengan fovea Otot-otot Penggerak Sendi
trochlea ulnae yang berbentuk konkaf meng- Otot-otot yang terpenting dalam gera-
hadap serong 45° ventroproximal. Gerak fisio- kan siku adalah brachialis yang berorigo pada
logis yang terjadi pada sendi humerolnar yaitu bagian depan humerus dan insersionya pada
fleksi dan ektensi. Gerak osteokinematiknya a- tuberositas ulnaris. Otot ini berfungsi dalam ge-
dalah rotasi ayun dalam bidang sagital dengan rakan fleksi elbow dan tidak tergantung pada
ROM fleksi 140° - 160° dengan soft end feel, posisi lengan bawah. Otot biceps brachii caput
ROM ekstensi 0 - 5° dengan hard end feel. Dan longum berorigo pada tuberositas glenoid dan
gerak arhrokinematiknya berupa traksi os ulna caput brevis berorigo pada processus cora-
kearah 45° ventrodistal dan saat ektensi ke- coideus, kemudian berinsersio pada tuberositas
arah 45° dorsoproksimal. radii. Disamping tendon biceps, insersionya ju-
MLLP sendi humeroulnar adalah posisi ga dibentuk oleh lempeng tendon lacertus fi-
fleksi 700 dan antara pronasi-supinasi. Sedang- brous yang mengembang ke dalam fascia ante-
kan, CPP adalah maksimal ekstensi. Capsular brachii. Otot biceps brachii berfungsi pada ge-
pattern pada sendi humeroulnar dengan pola rakan fleksi elbow dan supinasi lengan bawah.
ROM: Otot triceps brachii, berorigo pada tuberositas
ekstensi > fleksi. glenoidalis dan bagian belakang humerus, dan
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 121
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

insersionya pada olecranon, berfungsi pada otot ekstensor carpi ulnaris dalam gerakan
gerakan ekstensi elbow. Otot brachioradialis, dorsofleksi dan bekerja bersama dengan otot
berorigo pada batang humerus dan septum fleksor carpi radialis untuk gerakan radial de-
intermusculare lateral brachii sedang insersio viasi.
pada batang radius proksimal dari processus
styloideus, berfungsi dalam gerakan fleksi Histologi dan Fungsi Musculus Eks-
elbow, supinasi dan pronasi lengan bawah. tensor Carpi Radialis Brevis
Otot pronator teres, berorigo pada kedua ke- Secara histologi otot rangka merupakan
pala masing-masing berasal dari epicondylus jaringan kontraktil yang memiliki sel-sel yang
medialis humeri dan processus Coronoideus dapat dirangsang secara kimiawi, listrik dan
ulnae, kemudian berinsersio pada lateral mekanik untuk membangkitkan potensial aksi
batang radius. Otot ini berfungsi dalam ge- yang dihantarkan sepanjang membran se-
rakan pronasi lengan bawah. Otot supinator hingga timbul kontraksi. Bagian luar jaringan
berorigo pada epicondylus lateralis humeri dan ikat pada otot skeletal disebut dengan epimi-
crista ulnae, kemudian otot ini melingkari ra- sium, yang terdiri atas fascicle sebagai indivi-
dius dan berinsersio pada permukaan lateral dual muscle cell. Fascicle ini diselubungi oleh
dan volar radius. Otot ini berfungsi dalam pembungkus yang disebut perimisium, dan
gerakan supinasi lengan bawah. Selain otot- yang menyelubungi serta memisahkan sel-sel
otot di atas, sejumlah otot ekstensor dan flek- otot dari satu dengan yang lainnya disebut en-
sor pergelangan tangan dan tangan yang domisium. Sel-sel atau serabut otot terdiri atas
beroriga pada daerah siku juga terlibat dalam nucleus, sarcoplasma, reticulum sarcoplasmik,
gerakan sendi siku. Otot-otot ekstensor per- terminal cisternae, T tubulus, Triad, Cytosol,
gelangan tangan berasal dari epicondylus mitokondria dan myofibril. Pada myofibril mem-
lateralis humeri, sedangkan otot-otot fleksor bentuk myofilamen yang terdiri dari filamen
verasal dari epicondylus medialis. Baik otot- tipis dan filamen tebal dimana mekanisme kon-
otot ekstensor maupun fleksor pergelangan traktil otot rangka tergantung dari protein
tangan merupakan otot poliartikular dan myosin, aktin, tropomyosin dan troponin. Ham-
membentang dari sendi siku dan pergelangan pir seluruh otot rangka berawal dan berakhir di
tangan. tendon, dan serat-serat otot rangka tersusun
Otot Ekstensor carpi radialis brevis be- sejajar diantara ujung-ujung tendon, sehingga
rasal dari epicondylus lateralis humeri, liga- daya kontraksi setiap unit akan saling me-
mentum collateral radii dan ligamentum annu- nguatkan Serabut tendon mempunyai struktur
lare radii serta berinsertio pada basis meta- serabut yang hampir parallel alignment, yang
carpal ketiga. Otot ini berjalan melalui rongga membuat tendon sangat cocok untuk menahan
tendon kedua pada dorsalis pergelangan beban tensile yang tinggi.
tangan. Otot ekstensor carpi radialis brevis Tendon merupakan jaringan collagen,
merupakan otot ekstensor yang lemah pada dimana jaringan collagen memiliki 3 jenis se-
sendi siku. Otot ini melakukan gerakan lengan rabut yaitu serabut collagen yang memberikan
ke posisi tengah dari ulnar deviasi dan kekuatan dan kekakuan, serabut elastin yang
dorsofleksi. memberikan ekstensibilitas dibawah pengaruh
Otot ekstensor carpi radialis longus beban, dan serabut reticulin yang memberikan
berasal dari crista supracondylaris humeri dan bentuk dalam jaringan. Struktur tendon hampir
septum intermusculare lateral kemudian ver- seluruhnya merupakan serabut collagen se-
jalan melalui rongga tendon kedua. Otot eks- hingga memiliki kekuatan terhadap beban ten-
tensor carpi radialis longus merupakan otot sion. Tendon tersusun oleh fascicles (kelompok
ekstensor yang lemah pada saat lengan dalam bundel collagen) yang dipisahkan oleh endote-
keadaan fleksi dan sebagai supinator pada non dan dikelilingi oleh epitenon. Tendon terdiri
keadaan fleksi dan ekstensi elbow. dari fibroblast yang tersusun secara paralel
Pada sendi-sendi carpea, otot ekstensor dalam fascicles.
carpi radialis longus bekerja bersama dengan
122 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

Fungsi tendon adalah untuk melekatkan otot tangga utamanya mencuci, memeras pakaian
ke tulang atau fascia, dan untuk mentrans- atau tukang emas dimana aktivitas tersebut
misikan beban tensile dari otot ke tulang atau menyebabkan beban tension yang berlebihan
dari otot ke fascia sehingga menghasilkan pada tendon ekstensor carpi radialis brevis.
gerakan sendi. Ada dua jenis tendon yang da- Disamping itu faktor penuaan juga berpotensi
pat diidentifikasi yaitu tendon dengan pem- terjadinya injuri pada ekstensor carpi radialis
bungkusnya dan tendon tanpa pembungkus. brevis. Secara anatomi tendon ekstensor carpi
Pada area tertentu dimana tendon mengalami radialis brevis merupakan otot lemah pada
gaya friksi yang tinggi, maka tendon tersebut sendi siku. Sedangkan secara histologi tendon
memiliki pembungkus. Pembungkus tersebut ekstensor carpi radialis brevis memiliki critical
tersusun dari lapisan fibrous yang berhubu- zone yaitu area hipovaskuler didekat intersio-
ngan dengan lapisan sinovial parietal. Cairan nya tepatnya pada tenoperiosteal. Jika terjadi
sinovial yang dihasilkan oleh sel-sel sinovial injuri atau microruptur pada tenoperiosteal
dapat mempermudah terjadinya gerak luncur ekstensor carpi radialis brevis akibat kontraksi
pada tendon tersebut. Sedangkan pada lokasi- otot yang berlebihan atau tarikan yang ber-
lokasi tertentu dimana tendon tidak memiliki ulangkali pada tendon tersebut maka respon
pembungkus tetapi dikelilingi oleh peritenon jaringan terhadap injuri kurang baik karena
yang merupakan jaringan connective yang merupakan area hipovaskuler, sehingga sering
longgar. terjadi perubahan bentuk pada tendon yaitu
degenerasi. Area tenoperiosteal sering terben-
tuk kalsifikasi akibat adanya proses eksudat
Patologi Tennis Elbow kalsium dari periosteum epiconddylus lateral
Tennis Elbow adalah suatu injuri yang humeri selama inflamasi. Setelah masa infla-
melibatkan origo otototot ekstensor wrist masi, terbentuk jaringan fibrous pada area
akibat adanya penggunaan otot yang berle- tenoperioteal dan kalsifikasi, sehingga timbul
bihan (overuse). Suatu aktivitas yang berlebi- nyeri gerak yang hebat. Adanya nyeri gerak
han dapat menyebabkan beban kerja yang ber- yang hebat akan menyebabkan pasien enggan
lebihan pada otot-otot extensor wrist sehingga untuk menggerakkannya sehingga terjadi au-
terjadi kerobekan kecil (mikro ruptur) pada toimmobilisasi.
origo tendon extensor, dimana yang paling se- Efek immobilisasi yang lama akan me-
ring terkena adalah origo ekstensor carpi nyebabkan perubahan pada serabut collagen
radialis brevis tepatnya di tenoperiosteal otot tendon, di mana terjadi penurunan kandungan
tersebut. Kondisi ini merupakan tennis elbow air3 – 4 % dan penurunan GAG yang besar se-
tipe II dimana tipe ini merupakan 95 % ter- kitar 20 % sehingga akan menurunkan jarak
banyak dari kasus tennis elbow. Adanya kero- diantara serabut-serabut collagen dan menye-
bekan kecil pada tenoperiosteal otot ekstensor babkan perubahan gerak yang bebas diantara
carpi radialis brevis dapat menyebabkan serabut-serabut. Menurunnya gerakan diantara
formasi jaringan fibrous dan jaringan granulasi serabut-serabut collagen membuat jaringan
yang disertai dengan inflamasi sel-sel tendon cenderung menjadi kurang elastis dan lebih
(tendinosis). rapuh. Tidak adanya stress normal selama au-
Tennis Elbow tipe II dapat disebabkan toimmobilisasi akan terbentuk serabut collagen
oleh aktivitas olahraga dan pekerjaan yang dalam pola yang acak dan kemungkinan besar
melibatkan gerakan wrist secara berulang- terbentuk abnormal crosslink pada lokasi-lokasi
ulang atau melibatkan kekuatan menggeng- yang tidak diinginkan diantara serabut-serabut
gam. Adanya trauma akibat penggunaan fung- collagen. Disamping itu produksi fibroblast
si dan gerak ekstensor carpi radialis brevis da- yang berlebihan pada fase produksi akan mem-
pat menyebabkan formasi jaringan fibrous dan bentuk jaringan fibrous yang tidak beraturan
jaringan granulasi yang disertai dengan infla- sehingga menciptakan terjadinya abnormal
masi sel-sel tendon. Hal ini bisa terjadi pada crosslink diantara serabut-serabut collagen.
atlit bulutangkis, tennis, pekerjaan ibu rumah
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 123
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

Terbentuknya abnormal crosslink akan menye- Fase Perdarahan


babkan perlengketan pada jaringan. Fase perdarahan adalah fase yang
Faktor penuaan dapat menyebabkan terjadi antara 20-30 menit setelah terjadi trau-
terjadinya kerusakan pada tendon ekstensor ma. Pada tahap ini perdarahan berhenti estela
carpi radialis brevis yang mengalami dege- dikeluarkannya fibrin untuk menutupi luka.
nerasi. Efek-efek penuaan dapat menyebabkan Pada fase ini ditandai dengan terjadinya he-
disorganisasi serabut tendon dan penurunan matoma dan keluarnya zat-zat iritan.
vaskularisasi. Akibatnya, kemampuan tendon
untuk beradaptasi terhadap stress tension akan Fase Remodeling (3 minggu – 3 bu-
berkurang dan kemampuan untuk sembuh lan)
setelah injuri juga berkurang yang pada ak- Fase ini merupakan fase pembentukan
hirnya akan terbentuk kalsifikasi pada insertio jaringan yang normal. Jaringan granulasi men-
tendon ditulang. Ekstensor carpi radialis brevis jadi lebih fibrous dan kekurangan vaskuler
mempunyai keluhan yang khas yaitu nyeri di untuk membentuk jaringan fibrous yang rapat
epicondylus lateralis, nyeri hebat saat aktivitas seperti scar tissue. Selama 3 minggu kekuatan
menggenggam dan atau menggerakkan obyek pada daerah yang cedera sekitar 15%. Proses
yang berat dan saat penguluran pada wrist dan ini berlanjut sampai 3 bulan sampai terjadi
tahanan dorsifleksi. pembentukan jaringan yang baru. Jumlah pem-
buluh darah berkurang untuk mempertahankan
viabilitas jaringan. Arteri, vena dan limfe per-
Inflamasi kembang kembali dan terjadi regenerasi pada
Selama proses peradangan, terjadi ek- serabut saraf yang kecil. Pada kondisi ini, jika
sudat kalsium dari periosteum epicondylus tidak mendapatkan terapi yang adekuat maka
lateral humeri sehingga akan terbentuk kal- akan terbentuk perlengketan jaringan yang
sifikasi dan jaringan fibrous di sekitar tendon besar yang disertai dengan proses degenerasi
ekstensor carpi radialis brevis. Secara fisiologis, karena area cidera merupakan area hipo-
area tenoperiosteal memiliki sirkulasi yang je- vaskuler (memiliki sirkulasi yang jelek).
lek sehingga jika terjadi kerusakan akan meng-
alami proses penyembuhan yang lambat dan Fase peradangan adalah fase yang
jaringan fibrous yang terbentuk akan menjadi terjadi antara 24-36 jam
jaringan sikatriks. Faktor penuaan dapat mem- Setelah trauma. Fase peradangan aktif
pengaruhi tingkat kesembuhan pada area ditandai oleh radang tinggi dengan gejala-ge-
tersebut karena adanya ischemic dapat menye- jala panas, merah dan bengkak pada daerah
babkan degenerasi tendon. Terbentuknya kal- trauma. Pada fase ini terjadi eksudat kalsium
sifikasi dan jaringan sikratrik pada teno- dari periosteum tulang karena lokasi cidera
periosteal akan menimbulkan nyeri gerak yang pada tenoperiosteal ekstensor carpi radialis
hebat karena keadaan tersebut menyebabkan brevis, disertai dengan aktualitas nyeri yang
perlengketan pada tenoperiosteal ekstensor tinggi dimana fase ini sebagai awal dari proses
carpi radialis brevis. penyembuhan luka.

Proses Penyembuhan Luka Fase Regenerasi


Pada saat tubuh mengalami kerusakan Pada fase ini terdiri atas 3 fase :
jaringan atau luka maka akan terjadi pera- 1. Fase Proliferasi (2 - 4 hari)
dangan yang ditandai dengan adanya nyeri, Pada fase ini ditandai dengan menurunnya
bengkak, panas, kemerahan dan gangguan rasa nyeri, jumlah protein pertahanan tu-
fungsi. Hal ini perlu diuraikan sehubungan de- buh banyak dan jumlah fibroblast mening-
ngan patofisiologi tenoperiosteal ektensor carpi kat. Pada fase ini juga terjadi rekonstruksi
radialis brevis. Adapun fase-fase penyembuhan jaringan, pembentukan jaringan permukaan
luka secara fisiologis adalah sebagai berikut : dan memberikan kekuatan pada daerah
trauma. Selain peningkatan jumlah fibro-
124 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

blast, juga terjadi peningkatan sel-sel proliferasi terbentuk deposit kalsium karena
macrophage dan sel-sel endothelial untuk merupakan area hipovaskular dan juga ter-
membentuk pembuluh-pembuluh darah bentuk jaringan granulasi yang menjadi jari-
baru yang dikenal dengan. proses angioge- ngan fibrous yang tidak beraturan sehingga
nesis. Pada kondisi ini, terbentuk deposit terbentuk abnormal crosslink pada area ter-
kalsium di sekitar tendon ekstensor carpi sebut. Keadaan ini cenderung terjadi perleng-
radialis brevis. ketan pada tendon ekstensor carpi radialis
2. Fase Produksi (4 hari- 3 minggu) brevis. Adanya perlengketan pada tendon
Pada proses ini ditandai dengan penurunan ekstensor carpi radialis brevis dapat menim-
proses pertahanan tubuh, diikuti pening- bulkan nyeri gerak yang hebat pada saat pere-
katan jumlah fibroblast yang tinggi. Disam- gangan tendon dan kontraksi otot ekstensor
ping itu, telah terjadi perlekatan kolagen carpi radialis brevis.
dan jaringan granulasi baru serta pening-
katan oksigenisasi pada daerah cedera.
Fibroblast yang dikeluarkannya akan ter- Mekanisme Timbulnya Nyeri pada
bentuk menjadi myofibroblast yang mem- Tennis Elbow Tipe II
berikan efek wound contraction. Pada Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
kondisi ini, jaringan granulasi baru menjadi nyeri adalah pengalaman sensorik dan emo-
jaringan fibrous yang tidak beraturan se- sional yang tidak nyaman, yang berkaitan de-
hingga terbentuk abnormal crosslink pada ngan kerusakan jaringan atau berpotensi
area tendon ekstensor carpi radialis brevis. terjadi kerusakan jaringan, atau menggam-
Keadaan ini cenderung terjadi perlengketan barkan adanya kerusakan jaringan. Diduga
pada tendon ekstensor carpi radialis brevis. bahwa nyeri adalah hasil dari trauma pada ja-
3. Fase Remodeling (3 minggu – 3 bulan ) ringan tubuh atau penyakit yang menyebabkan
Fase ini merupakan fase pembentukan ja- reaksi chemical dan lektrikal yang kompleks di
ringan yang normal. Jaringan granulasi dalam tubuh.
menjadi lebih fibrous dan kekurangan vas- Pada kondisi tennis elbow tipe II, nyeri
kuler untuk membentuk jaringan fibrous timbul karena adanya kerusakan jaringan be-
yang rapat seperti scar tissue. Selama 3 rupa kerobekan kecil (mikro ruptur) pada teno-
minggu kekuatan pada daerah yang cedera periosteal ekstensor carpi radialis brevis. Ada-
sekitar 15%. Proses ini berlanjut sampai 3 nya mikro ruptur menyebabkan terlepasnya
bulan sampai terjadi pembentukan jaringan zat-zat iritan seperti prostaglandin, bradikinin,
yang baru. Jumlah pembuluh darah ber- dan histamin sehingga merangsang serabut
kurang untuk mempertahankan viabilitas saraf A delta/III dan tipe C/IV (bermyelin tipis).
jaringan. Arteri, vena dan limfe per- Impuls tersebut dibawa ke ganglion dorsalis
kembang kembali dan terjadi regenerasi dan masuk kedalam medula spinalis melalui
pada serabut saraf yang kecil. Pada kondisi cornu dorsalis, yang kemudian dibawa ke level
ini, jika tidak mendapatkan terapi yang SSP yang lebih tinggi melalui traktus spino-
adekuat maka akan terbentuk perlengketan thalamicus dan spinoreticularis. Timbulnya
jaringan yang besar yang disertai dengan rangsangan pada ganglion dorsalis akan me-
proses degenerasi karena area cidera me- micu produksi “P” substance. Produksi “P”
rupakan area hipovaskuler (memiliki sir- substance akan merangsang terjadinya reaksi
kulasi yang jelek). inflamasi.
Impuls nosiseptif tersebut yang sampai
Dari pembahasan proses penyembuhan ke cortex somatosensorik dan limbik system
dapat disimpulkan bahwa kerusakan teno- akan dinterpretasikan sebagai nyeri. Nyeri yang
periosteal ekstensor carpi radialis brevis me- timbul akan menghambat gerak dan fungsi
nyebabkan reaksi radang, dimana selama pro- pergelangan tangan dan tangan. Adanya reaksi
ses peradangan terjadi eksudat kalsium dari inflamasi pada area tenoperiosteal akan disertai
periosteum tulang. Kemudian pada fase dengan eksudat kalsium dari periosteum epi-
Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 125
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

condylus lateral humeri sehingga lama ke- Manipulation pada kondisi tennis elbow tipe II
lamaan pada tahap kronik akan terbentuk ditujukan pada pelepasan jaringan yang adhesif,
kalsifikasi dan jaringan fibrous disekitar tendon menyearahkan abnormal crosslink yang
extensor carpi radialis brevis. Hal ini didukung terbentuk pada tendon tersebut dan merang-
oleh faktor sirkulasi pada area tenoperiosteal, sang penyembuhan tendon. Penurunan nyeri
dimana area tenoperiosteal memiliki sirkulasi dapat dicapai melalui rangsangan pada serabut
yang jelek (hipovaskular) sehingga proses A delta dan C karena adanya gerakan sentakan
perbaikan jaringan kurang baik. Hal ini yang tiba-tiba sehingga terjadipelepasan sistem
menyebabkan kecenderungan terjadi degene- analgesik endogen yang akan memblokir
rasi, abnormal crosslink, dan kalsifikasi. Akibat- impuls nyeri di cornu dorsalis medula spinalis.
nya, terjadi perlengketan jaringan pada area
tersebut sehingga adanya gerakan yang meng-
hasilkan tarikan pada tendon tersebut akan Metode
menimbulkan nyeri hebat Dengan melakukan Penelitian ini bertujuan untuk melihat
gerakan ekstensi pergelangan tangan melawan efek dari penambahan terapi MWD pada terapi
beban/tahanan, menggenggam dengan kuat, Transverse Friction dan Mills manipulasi
dan gerakan fleksi pergelangan tangan yang terhadap penurunan nyeri akibat tennis elbow
berlebihan akan menyebabkan tarikan pada tipe II. Disamping itu, penelitian ini juga ber-
tendon ekstensor carpi radialis brevis yang me- tujuan untuk melihat efek dari MWD dan
ngalami patologis, sehingga menimbulkan nyeri transverse friction terhadap penurunan nyeri
hebat. akibat tennis elbow tipe II. Untuk melihat
seberapa besar efeknya terhadap penurunan
nyeri maka kami menggunakan alat ukur VAS
Microwave Diathermy, Transver Fric- sebagai alat evaluasi kemajuan terapi. Metode
tion dan Mills Manipulation penelitian ini bersifat kuasi eksperimen dengan
Karena lokasi gangguan pada teno- melihat adanya fenomena korelasi sebab akibat
periosteal yang memiliki sirkulasi yang jelek, pada kedua kelompok perlakuan dari obyek
maka pemberian modalitas MWD pada kasus penelitian. Perlakuan yang diberikan adalah
tennis elbow ini merupakan pemilihan mo- Microwave Diathermy, Transverse Friction, dan
dalitas yang sesuai. Micro Wave Diathermy Mills Manipulasi terhadap problem nyeri pada
(MWD) memiliki efek meningkatkan vasodi- kondisi tennis elbow tipe II dan dilakukan
latasi jaringan secara lokal sehingga dapat me- evaluasi terhadap intensitas/koalitas nyeri se-
ngangkut zat-zat algogene yang merupakan bagai dampak dari perlakuan tersebut.
iritan (level sensorik), meningkatkan perbaikan Dalam penelitian ini, sampel dibagi
jaringan, dan meningkatkan metabolisme sel- kedalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan
sel melalui normalisasi nocisensorik. Juga ter- diberikan intervensi Microwave Diatermy,
jadi penurunan iritasi sisa metabolisme otot Transverse Friction, dan Mills Manipulasi dan
serta menurunkan persepsi nyeri. Kemudian, kelompok kontrol diberikan intervenís Micro-
pemberian tranverse friction pada jaringan wave Diathermy dan Transverse Friction terha-
tenoperiosteal ekstensor carpi radialis brevis dap problem nyeri pada kondisi tennis elbow
memiliki efek untuk melepaskan abnormal tipe II.
crosslink yang terbentuk, menceraiberaikan
perlengkean jaringan yang terbentuk dan
meningkatkan vasodilatasi lokal. Penurunan Kelompok Perlakuan
nyeri oleh transverse friction dengan tekanan Pada kelompok ini diberikan intervensi
yang keras dapat dicapai melalui rangsangan Microwave Diathermy, Transverse Friction dan
pada serabut afferen A delta dan C sehingga Mills Manipulasi. Sebelum perlakuan, dilakukan
terjadi pelepasan sistem analgesik endorfin pengukuran VAS untuk menilai kualitas/ inten-
yang akan memblokir impuls nyeri pada cornu sitas nyeri pasien dengan kondisi tennis elbow
dorsalis medula spinalis. Pemberian Mills tipe II. Setelah pengukuran, dilakukan inter-
126 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007
Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

venís Microwave Diathermy, Transverse Fric- Hasil


tion dan Mills Manipulasi kemudian dilakukan Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
kembali pengukuran VAS untuk melihat dam- Adapun distribusi sampel berdasarkan
pak perlakuan (hasil terapi) tersebut. Pada usia pada kelompok perlakuan dan kontrol
kelompok ini perlakuan dilakukan sebanyak 8 adalah :
kali. Tabel 1
Distribusi berdasarkan usia
Kelompok Kontrol Usia Sample
Pada kelompok ini diberikan intervensi No Kelompok Kelompok
Microwave Diathermy dan Transverse Friction. Perlakuan Kontrol
Sebelum perlakuan juga dilakukan pengukuran 37 51
VAS untuk menilai kualitas/intensitas nyeri 34 42
pasien. Kemudian dilakukan intervensi Micro- 44 40
wave Diathermy dan Transverse Friction terha- 39 35
dap pasien dengan kondisi tennis elbow tipe II, 51 50
setelah itu dilakukan kembali pengukuran VAS 36 45
untuk melihat dampak perlakuan tersebut. 41 51
Pada kelompok ini juga dilakukan sebanyak 8 45 47
kali. Mean 40,88 45,13
Dalam penelitian ini, pengambilan sam- SD 5,59 5,79
pel dilakukan dengan teknik purposive sam-
pling berdasarkan pertimbangan bahwa sampel Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
yang diambil akan representatif jika sesuai nila rata-rata usia sampel pada kelompok
dengan kriteria pengambilan sampel yang kami perlakuan adalah 40,88 atau sekitar 41 tahun,
tentukan. Kriteria pengambilan sampel terdiri sedangkan nilai rata-rata usia sampel pada
atas Inclusion Criteria (kriteria penerimaan), kelompok kontrol adalah 45,13 atau sekitar 45
Exclusion Criteria (kriteria penolakan) dan kri- tahun.
teria pengguguran. Pengambilan sampel dila-
kukan melalui assesmen yang sistematik, te-
rstruktur sesuai dengan prosedur pemeriksaan Tabel 2
yang tetap. Nilai Pengukuran VAS pada Kelompok
Pada penelitian ini, peneliti menggu- Perlakuan
nakan Uji Wilcoxon untuk menguji kemaknaan Nilai Pengukuran VAS
perbedaan 2 pengamatan berpasangan yang No Sebelum Sesudah
berhubungan. Uji ini untuk menguji hipotesis
Intervensi Intervensi
komparatif 2 sampel yang berkorelasi bila data
62 11
berbentuk ordinal berjenjang. Uji ini juga digu-
57 10
nakan untuk mengetahui efek perlakuan ter-
81 12
hadap obyek penelitian. Pada penelitian ini
58 13
juga menggunakan Uji Mann-Whitney untuk
55 11
melihat kondisi awal dari kedua kelompok yaitu
61 12
kelompok perlakuan dankelompok kontrol. Uji
83 13
Mann-Whitney juga digunakan untuk kemak-
58 10
naan antara 2 sampel yang tidak berkorelasi.
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan Mean 64,38 11,50
SD 11,11 1,19
menggunakan program “Statistical Program For
Social Science” (SPSS 11.5) untuk melihat efek
perlakuan terhadap obyek penelitian. Nilai mean VAS sebelum intervensi adalah
64,38 dengan standar deviasi 11,11 sedangkan
nilai mean VAS sesudah intervensi adalah 11,50

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 127


Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

dengan standar deviasi 1,19 sehingga terjadi nyeri (nilai VAS) sesudah intervensi antara
penurunan nilai mean VAS sesudah intervensi. kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Tabel 3
Nilai Pengukuran VAS pada Kelompok
Kontrol
Nilai Pengukuran VAS
No Sebelum Sesudah
Intervensi Intervensi
1 83 35
2 79 33 Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon diatas me-
3 65 26 nunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p < 0,05)
4 77 20 sehingga Ho ditolak yaitu ada pengaruh yang
5 58 34 bermakna antara sebelum dan sesudah inter-
6 63 38 vensi pada terapi MWD, Transverse Friction
7 55 13 dan Mill’s Manipulasi terhadap penurunan nyeri
8 56 12 akibat tennis elbow tipe II.
Mean 67 26,38
SD 11,12 10,27

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa


nilai mean VAS sebelum intervensi adalah 67
dengan standar deviasi 11,12 sedangkan nlai
mean VAS sesudah intervensi adalah 26,38
dengan standar deviasi 10,27 sehingga terjadi
penurunan nilai mean VAS sesudah intervensi. Berdasarkan hasil Uji Wilcoxon diatas me-
nunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p < 0,05)
sehingga Ho ditolak yaitu ada pengaruh yang
bermakna antara sebelum dan sesudah inter-
vensi pada terapi MWD, Transverse Friction
terhadap penurunan nyeri akibat tennis elbow
tipe II.

Grafik 1
pengukuran VAS sebelum dan sesudah
intervensi pada setiap kelompok sampel Berdasarkan hasil Uji Mann-Whitney diatas
menunjukkan bahwa nilai p = 0,035 (p < 0,05)
Dalam penelitian ini, digunakan Uji Wilcoxon sehingga Ho ditolak yaitu ada perbedaan pe-
untuk menentukan ada tidak perbedaan tingkat ngaruh yang bermakna sesudah intervensi
nyeri (nilai VAS) antara sebelum dan sesudah antara terapi MWD, Transverse Friction, Mill’s
intervensi pada setiap kelompok sampel. Se- Manipulasi dengan terapi MWD dan Transverse
telah itu, dilakukan Uji Mann-Whitney untuk Friction terhadap penurunan nyeri akibat tennis
menentukan ada tidaknya perbedaan tingkat elbow tipe II.

128 Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007


Beda Pengaruh Antara Microwave Diathermy, Transverse Friction dan Mills Manipulasi dengan Microwave Diathermy dan Transverse
Friction Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II

Kesimpulan J.C. Boschma, “Oefentherapie Bij


Terapi MWD, Transverse Friction dan Aandoeningen”, Bohn, Scheltema &
Mill’s Manipulasi dapat memberikan pengaruh Holkema, 1985.
yang bermakna terhadap penurunan nyeri
akibat tennis elbow tipe II. Terapi MWD dan Kapandji I.A., “The Physiology Of The Joint”,
Transverse Friction dapat memberikan penga- Volume I, Churchill Livingstone,New
ruh yang bermakna terhadap penurunan nyeri York, 1997.
akibat tennis elbow tipe II. Terapi MWD,
Transverse Friction dan Mill’s Manipulasi dapat Low John & Reed Ann, “Electrotherapy Explaint
memberikan pengaruh yang lebih bermakna Principles and Practice”, Butterwoth-
terhadap penurunan nyeri akibat tennis elbow Heinemann, Oxford, 2000.
tipe II dibandingkan dengan terapi MWD dan
Transverse Friction. Miller Mark D, “Review Of Orthopedic”, Third
Edition, W.B. Saunder Company,
Daftar Pustaka Philadelphia, 2000.
Caillet Rene,”Soft Tissue Pain And Disability”,
F.A. Davis Company, Philadhelphia, Sugiyono, “Statistik Non Parametris Untuk
2000. Penelitian”, Alfa Beta, Bandung,2001.

De Wolf A.N., “Pemeriksaan Alat Penggerak Thomson Ann et al., “Tidy’s Physiotherapy”,
Tubuh”, Bohn Stafleu Van Loghunt, Twelfth Edition, ButterwothHeinemann,
Houten/Zaveenten, 1994. London, 1991.

Donatelli Robert and Wooden Michael J., Werner Kahle et al., “Sistem Lokomotor
“Orthopedic Physical Therapy”, Churchill Muskuloskeletal dan Topografi”, Edisi6,
Livingstone, New York, 1989. Jakarta, 1997.

Frankel Victor H., Margaretha Nordin, “Basic Winkel Dos et al., “Weke Deleh Aandoeningen
Biomechanic of The Skeletal System”, Van Het Bewegingsapparaat”, deel 2
Lea and Febiger, Philadelphia, 1982. diagnostiec, Bohn Scheltena/Antuverpen,
1984.
James Cyriax, “Text Book of Orthopedic
Medicine”, Treatment By Manipulation
and Deep Massage, Volume II, 1950.

Jurnal Fisioterapi Indonusa Vol. 7 No. 2, Oktober 2007 129

You might also like