You are on page 1of 12

PROBLEMATIKA ASKESKIN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Profesional

Disusun oleh :

1. Putri Rossiana [ 260702 ]


2. Sri Wahyuni [ 260704 ]
3. Titik Fitriyani [ 260705 ]
4. Tri Noviyanti Lestari [ 260706 ]
5. Tri Bachtiyar Setiyawan [ 260707 ]
6. Trisya Widyawati [ 260708 ]
7. Umi Faizah [ 260709 ]
8. Umi Kholifah [ 260710 ]
9. Vetra Ayu Agstiana [ 260711 ]
10. Wahyu Dodi Hermawan [ 260712 ]

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kab. Kudus
Tahun Akademik 2007 / 2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Profesional. Selain itu penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi penjelasan dan
pengetahuan tentang penyimpangan yang terjadi di bidang kesehatan masyarakat
sekarang ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini penyusun masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penyusun mohon maaf jika ada kesalahan serta kekurangan
dalam penulisan makalah ini.
Terakhir kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat
berguna dan menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca.

Kudus, September 2007

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i


KATA PENGATAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................1
C. Metode Penulisan..................................................................................1
D. Sistematika Penulisan...........................................................................2
BAB II ISI
A. SK Menkes No. 471 Akan Direvisi.......................................................3
B. Gonjang-Ganjing Klaim RS untuk Pelayanan Askeskin Dibayar
Secepatnya............................................................................................4
C. Menkes didesak Agar Cabut SK Askeskin No. 683..............................5
BAB III TANGGAPAN DAN KESIMPULAN........................................................7
BAB IV PENUTUP...................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak permasalahan yang muncul di dalam bidang
kesehatan. Hal ini berhubungan dengan kebijakan pemerintah yang kurang
sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat. Bisa dibuktikan akibat dari
tindakan yang tidak sesuai di dalam bidang kesehatan terutama banyak orang-
orang yang tidak mampu tidak mendapatkan pertolongan gara-gara tidak masuk
dalam SK Bupati.
Bukan hanya penyimpangan itu saja tetapi ternyata masih ada
penyimpangan-penyimpangan pada pemberian obat pada pasien. Seharusnya
obat generik menjadi obat utama dalam resep-resep terutama pada Askeskin.
Tetapi ternyata ada pasien-pasien yang diberi obat non generik meskipun
terdapat pilihan generiknya. Akibatnya tagihan menumpuk, sehingga Menkes
menertibkan agar dokter memberi resep pada Askeskin dengan resep obat
generik/ obat generik yang merk harganya maksimum.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas harian
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan mengetahui tentang
penyimpangan yang terjadi dibidang kesehatan masyarakat sekarang ini
3. Agar menambah wawasan bagi penyusun maupun pembaca.

C. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang di gunakan oleh penyusunan dalam penyusunan
makalah ini adalah menggunakan metode multi media (internet) dengan
pengambilan referensi yang ada.

1
D. Sistematika Penulisan
Metode yang digunakan penulisa adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : ISI
A. SK. Menkes No. 471 Akan Direvisi
B. Gonjang-Ganjing Klaim RS untuk Pelayanan Askeskin
Dibayar Secepatnya
C. Menkes didesak Agar Cabut SK Askeskin No. 683
BAB III : TANGGAPAN DAN KESIMPULAN
BAB IV : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II
ISI

A. SK MENKES NO. 471 AKAN DIREVISI


Menteri Kesehatan akan memperbaiki Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) yang tertuang dalarn
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 471/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
tahun 2007., Hal ini disampaikan pada pembukaan Musyawarah Nasional
Asosiasi Rumah Sakit Daerah (Arsada) Se-Indonesia ke III di Surabaya, Rabu
malam, 4 Juli 2007. Menkes menerangkan hal tersebut berkaitan dengan
keberatan Arsada terhadap pembatasan jenis obat untuk pelayanan Askeskin,
yang menurut Arsada menciutkan 30% obat yang bisa diberikan kepada pasien.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah
Supari, Sp.JP(K) menerangkan bahwa maksud surat keputusan tersebut semata
bagi kepentingan rakyat. Keputusan diambil karena pada akhir 2006 ditemui
lonjakan tagihan obat-obatan yang ternyata disebabkan resep-resep dokter yang
tidak tepat. Seharusnya, obat generik menjadi obat utama dalam resep-resep,
terutarna bagi Askeskin. Tetapi ternyata ada pasien-pasien yang diberi obat
non-generik meskipun terdapat pilihan generiknya. Akibatnya, tagihan obat
menggelembung padahal alokasi dananya dapat digunakan untuk pelayanan
lebih luas bagi masyarakat miskin.
Karena besarnya tagihan untuk obat-obatan yang berasal dari
resep-resep dokter di rumah sakit, PT Askes masih berhutang 900 milyar
rupiah. Maka Menkes mencoba menertibkannya. Dokter diminta tidak menulis
obat-obatan yang harganya mahal. Resep, dokter bagi program Askeskin
haruslah resep dengan obat generik, atau obat generik bermerek dengan harga
maksimal 3 kali lipat harga obat generik biasa. Pada prakteknya, harga obat
yang diresepkan bisa mencapai 10 kali lipat harga obat generik biasa.
Menkes sangat menyadari bahwa tidak mungkin melarang dokter
memberi obat yang memang tidak tersedia pilihan generiknya. Memang ada
penyakit-penyakit yang belum tersedia obat generiknya. Namun, kemudian
ditemukan ternyata ada kepincangan dalam keputusan Menkes. Menkes
mengambil contoh obat anestesi yang bisa diresepkan hingga 30 macam,
padahal 6 macam saja telah layak untuk memberi pelayanan yang bermutu baik.

3
Bisa saja pabrik-pabrik obat menyatakan bahwa setiap, obat memiliki keperluan
berbeda. Namun ini dapat merupakan bagian dari upaya penjualan.
Khusus untuk obat-obat yang tidak tersedia generiknya, Menkes tidak
melarang dokter dokter untuk meresepkan obat-obat tersebut, selama memang
tepat bagi pengobatan pasien. Namun, perlu verifikasi, dalam hal ini berupa
tandatangan direktur rumah sakit. Siti Fadilah mengharapkan para direktur
rumah sakit mencermati resep-resep dari dokter-dokter di rumah sakitnya.
Kebijakan penetapan jenis obat ini juga merupakan upaya mengurangi celah
kolusi antara dokter dan para penjual obat. Selain itu, demi masyarakat miskin,
program Askes harus bisa efisien.

B. GONJANG-GANJING KLAIM RS UNTUK PELAYANAN ASKESKIN


DIBAYAR SECEPATNYA
Gonjang-ganjing pembayaran klaim sejumlah rumah sakit yang telah
diverifikasi sebesar Rp 504,352 milyar akan dilakukan tujuh hari kerja oleh PT
Askes setelah dananya diterima dari pemerintah (Departemen Keuangan).
Adapun klaim yang berstatus out standing claim (klaim yang belum
diverifikasi) sebesar Rp. 322,964 milyar akan diselesaikan selambat-lambatnya
satu bulan terhitung sejak 28 Agustus 2007. Demikian salah satu kesepakatan
yang dicapai dalam Rapat Kerja Panitia Ad Hoc III Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dengan Menteri Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) dan
Direktur Utama PT Askes dr. Orie Andari Sutadji di Gedung PAH III DPD
Senayan Jakarta tanggal 28 Agustus 2007.
Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari dalam kesempatan itu menyampaikan
bahwa Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) pada tahun 2007 ini
akan mengcover/melayani 76,4 jita jiwa. Dana yang diperlukan untuk
membayar premi Rp 5.000,- per jiwa per bulan dibutuhkan anggaran sebesar Rp
4,608 trilyun. Sementara itu anggaran yang tersedia sebesar Rp 2,608 trilyun
terdiri atas anggaran pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya Rp
1.08 trilyun, pelayanan kesehatan di rumah sakit Rp 1,7 trilyun serta saldo
Askeskin tahun 2006 di PT Askes Rp 126 milyar. Dengan demikian masih
kekurangan dana Rp 1,702 trilyun.
Untuk mengatasi kekurangan dana Askeskin sebesar Rp 1,7 trilyun
diperoleh dari efisiensi dan optimalisasi anggaran Depkes tahun 2007 sebesar
Rp 1 trilyun ditambah dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) Tahun 2007 sebesar Rp 700 milyar.

4
Menkes Dr. Siti Fadilah mengakui bahwa dalam pelayanan Askeskin
masih ditemui berbagai masalah dan hambatan antara lain masih ada
masyarakat miskin yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, penyaluran
kartu Askeskin yang belurn selesai seluruhnya, penyalahgunaan surat
keterangan tidak mampu, membengkaknya jumlah tagihan rumah sakit dan
pengelolaan program yang belurn optimal, ujar Menkes.
Menkes Dr. Siti Fadilah menyayangkan PT Askes yang tidak segera
menyelesaikan klaim-klaim rumah sakit, padahal masih terdapat saldo per 31
Juli 2007 di PT Askes sebesar Rp 51.985.730.666,-. Menkes juga tidak bisa
menerima alasan PT Askes bahwa yang menyebabkan membengkaknya jumlah
tagihan rumah sakit karena banyaknya penggunaan Surat Keterangan Tidak
Mampu (SKTM).

C. MENKES DIDESAK AGAR CABUT SK ASKESKIN NO. 683


Komisi IX DPR yang membidangi masalah Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Kesehatan, mendesak Menteri Kesehatan, Siti Fadillah Supari, mencabut
Surat Menkes No. 683/Menkes/VI/2007 intinya, yang dilayani dalam program
Askeskin (Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin) hanya nama-nama
yang tercantum dalam SK Bupati/Wali kota.
Selain menyakiti hati rakyat miskin yang ingin mendapatkan pelayanan
kesehatan, kebijakan itu bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 34, pelayanan
kesehatan adalah hak seluruh penduduk. Pelayanan kesehatan tidak memandang
status ekonomi. Apalagi SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu) sebagian
besar digunakan penduduk, dengan strata ekonomi sedikit di atas garis
kemiskinan).
la menjelaskan, jika penduduk yang sedikit di atas garis kemiskinan
ingin membayar iuran asuransi kesehatan sosial (Askesos) sebagaimana
dimaksud UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak tahu ke mana
mereka mengurusnya, sesuai prinsip Askesos (premi sesuai dengan kemampuan
bayar bukan menurut paket pelayanan kesehatan).
Kebijakan Menkes dinilai Komisi IX DPR dapat menimbulkan
kerawanan sosial dan politik di daerah, "Kenapa orang miskin yang masuk
daftar Bupati saja yang bisa berobat. Masih banyak orang miskin yang tak
masuk daftar bupati, juga harus mendapat pertolongan," kata Mariana.
Selain diskriminatif, kebijakan itu belum dapat diselenggarakan seluruh
daerah. Masih banyak daerah yang belum siap mengantisipasi perubahan
kebijakan itu. Diingatkan, Depkes agar terus melayani penduduk yang tidak

5
tercantum dalam daftar miskin menurut BPS-SKTM (Surat Keterangan Tidak
Mampu), sampai batas waktu implementasi Aksesos sudah berjalan.
Komisi juga menyatakan prihatin atas rendahnya dana Askeskin 2007,
yang dapat menyebabkan penolakan pelayanan kesehatan, urun biaya (cost
sharing) oleh penduduk miskin, mengganggu kemampuan RSUD dalam
membiayai operasionalnya. Depkes didesak untuk merelokasi anggaran di
internal untuk mencukupi dana Askeskin 2007, terutama dari alokasi belanja
barang dan perjalanan dinas. Depkes dapat mengirim surat kepada seluruh
pemda untuk menalangi sementara, kekurangan dana Askeskin.
PT Askes sebagai penyelenggara Askeskin diminta lebih profesional,
dengan memanfaatkan sistem informasi. Dengan begitu potensi moral hazard
dan fraud dalam penyelenggaraan Askeskin dapat segera terdeteksi baik.

6
BAB III
TANGGAPAN DAN KESIMPULAN

A. TANGGAPAN
Ketidaksesuaian kebijakan Pemerintah berhubungan dengan SK Menkes
tentang program Askeskin menyebabkan berbagai dampak negatif baik bagi
masyarakat maupun Pemerintah. Sehingga ada SK Menkes yang akan di revisi,
bahkan ada yang di desak untuk segera dicabut.
Keputusan untuk merevisi SK no. 471 tahun 2007 berkaitan dengan
pembatasan jenis obat dalam pelayanan Askeskin. Sehingga menciutkan 30%
obat yang seharusnya dapat diberikan pada pasien. Di temukan pula lonjakan
tagihan obat-obatan yang ternyata disebabkan pemberian resep yang tidak tepat
dari dokter. Jika prosedur pemberian obat sesuai. Alokasi dananya dapat
digunakan untuk pelayanan lebih luas bagi masyarakat yang kurang mampu.
Mengenai pembayaran klaim RS untuk pelayanan Akeskin hendaknya
cepat diselesaikan. Hal ini dapat diwujudkan jika Depkes dan PT. Askes mau
bekerjasama mencari jalan keluar mengenai berlarut-larutnya pembayaran klaim
RS yang melayani askeskin. Bukannya saling menyalahkan satu sama lain.
Karena jika mereka dapat saling bekerjasama. RS yang umumnya dimiliki oleh
Pemda tidak mengalami kesulitan keuangan yang berdampak pada menurunnya
pelayanan kepada pasien.
Seharusnya kebijakan Pemerintah tidak terpaku pada SK Bupati dan
Walikota saja karena masih banyak masyarakat yang belum terdaftar dalam SK
tersebut yang membutuhkan program Askeskin. Hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi diskriminasi dalam masyarakat.

B. KESIMPULAN
1. Pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan prosedur pemberian
Askeskin mulai dari pusat sampai ke daerah sehingga pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu dapat maksimal
2. Pemerintah (Depkes dan PT Askes) diharapkan segera mencari jalan keluar
mengenai masalah pembayaran klaim RS yang melayani Askeskin sehingga
RS tidak mengalami kesulitan keuangan yang berdampak pada menurunnya
pelayanan kepada pasien.
3. Dalam mengeluarkan SK Pemerintah hendaknya tidak bersifat diskriminatif
karena dapat menimbulkan kerawanan sosial dan politik masyarakat.

7
BAB IV
PENUTUP

Dalam bab ini Penyusun akan memberikan kesimpulan serta saran tentang apa
yang telah dijelaskan pada bab selanjutnya mengenai penjelasan dan pengetahuan
tentang penyimpangan yang terjadi di bidang kesehatan masyarakat sekarang ini.
Selain itu penyusun juga mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang konstruktif, yang mana bisa dijadikan bahan pertimbangan dan
penyusunan makalah berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.co.id

http://www.puskom.publik@yahoo.co.id

You might also like