Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vitaldalam proses
metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O₂) ruangan
setiap kali bernafas (Haswita dan Reni Sulistyowati, 2017).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen (O₂) ke dalam system ( kimia atau
fisika). Oksigen (O₂) merupakan gas tidak bewarna dan berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksida (CO₂), energi, dan air (Ambarwati, 2014)
3. Proses pernapasan
Proses pernapasan dapat dibagi dapat menjadi dua tahap, yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal (Saputra, 2013):
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmoner,
difusi gas, dan transport oksigen serta karbon dioksida.
1) Ventilasi pulmonal
Ventilasi merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke alveoli dan
sebaliknya. Gas yang dihirup dari atmosfer ke alveoli adalah oksigen, sedangkan
gas yang di keluarkan dari alveoli ke atmosfer adalah karbon dioksida proses
ventilasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Perbedaan tekanan udara antara atmosfer dan paru-paru.
b) Jalan napas yang bersih serta sistem pernapasan yang utuh.
c) Kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi dengan
baik.
d) Kerja sistem saraf autonom: ransangan simpatetik dapat menyebabkan
relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, sedangkan ransangan parasimpatetik
dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi dapat terjadi.
e) Kerja sistem saraf pusat: bagian dari sistem saraf pusat yang berperan sebagai
pusat pernapasan adalah medula oblongata.
Keberadaan karbon dioksida akan merangsang kedua pusat saraf tersebut.
f) Kemampuan paru-paru mengembang dan menyempit: kemampuan paru-paru
untuk mengembang disebut compliance. Compliance dipengaruhi oleh
keberadaan surfaktan di alveoli yang menurunkan ketegangan permukaan dan
keberadaan sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan toraks.
Kemampuan paru-paru untuk menyempit sehingga dapat menggeluarkan CO2
disebut recoil.
2) Difusi gas
Pada saat oksigen memasuki alveoli, terjadi difusi oksigen dari alveoli ke
pembuluh darah kapiler paru. Selain itu, juga terjadi difusi karbon dioksida dari
pembuluh darah kapiler paru ke alveoli. Proses difusi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain luas permukaan paru, ketebalan membran respirasi,
perbedaan karbon dioksida dalam alveoli dan kapiler paru, perbedaan tekanan dan
konsentrasi oksigen di dalam alveoli dan kapiler darah serta afinitas gas
(kemampuan O2 dan CO2 dalam darah dan mengikat oksigen).
3) Transpor gas
a. Transpor oksigen
Transpor oksigen merupakan proses pengangkut oksigen dari pembuluh kapiler
ke jaringan untuk oksigen yang masuk kedalam pembuluh kapiler sebagian besar
akan berikatan dengan hemoglobin(97%) dalam bentuk oksihemoglobin(HbO2)
dan sisanya (3%) terlarut dalam plasma. Transpor oksigen dipengaruhi oleh
jumlah oksigen masuk ke dalam paru (ventilasi) serta aliran darah ke paru dan
jaringan perfusi.
b. Transpor karbon dioksida
Transpor karbon dioksida merupakan proses pengangkutan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru.
a. Faktor fisiologi
1) Menurunya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
pernapasan bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis sepert
TB paru.
b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pemebentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas,
dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
c. Faktor prilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspasi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterosklerosis.
2) Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin yang mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
nutrisi-fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.
d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja (polusi).
2) Temperatur lingkungan.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
(Tarwoto & wartonah, 2011)
5. Jenis-jenis Pernapasan
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari
tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai
dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, lalu oksigen akan
menembus membran yang diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke jantung.
Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.Karbondioksida sebagai
hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari
kapiler darah ke alveoli, dan melalui pipa bronchial (trakea) dikeluarkan melalui
hidung atau mulut.
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan
dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau
juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan darah yang
telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya
mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen
dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya, dan menghasilkan karbondioksida
sebagai sisa buanganya (Hidayat, 2009).
Salah satu kelainann fungsi jantung adalah congestive heart failureatau gagal
jantung yaitu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Apabila suplai
darah tidak lancar dijantung berdampak terhadap paru-paru sehingga meyebabkan
penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri
berkurang dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan membentuk asam di
dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan gejala sesak napas (dispnea), ortopnea
(dispnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas
meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru (Kasron, 2012).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
pada congestive heart failure (CHF)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi pada pasien gagal
jantung. (Arif, 2009)
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Identitas klien: nama, tempat/tanggal lahir, umur, nomor rekam medis, tempat
tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh kalian.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah sesak napas saat beraktivitas.
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
secara PQRST, yaitu :
(1) Provoking incident: biasanya ditemukan adanya sesak nafas terjadi setelah
melakukan aktivitas ringan sampai berat hingga mengakibatkan kelemahan,
sesuai derajat gangguan pada jantung.
(2) Quality of pain: biasanya klien merasakan sesak napas biasanya setiap
beraktivitas dan keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan.
(dengan menggunakan alat bantu atau otot pernapasan)
(3) Region, radiation, relief: sesak nafas biasanya mempengaruhi fisik bersifat
lokal atau mempengaruhi sistem otot dan disertai ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas.
(4) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien saat bernapas
(inspirasi dan ekspirasi) dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Biasanya kemampuan bernapas klien dalam beraktivitas menurun.
(5) Timer: keluhan sesak nafas biasanya timbul saat melakukan aktivitas. sesak
(>30 x/menit) saat melakukan aktifitas.
3) Pemeriksaan fisik
Data hasil pemeriksaan fisik yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu:
a) Mata
Biasanya ditemukan konjungtiva pucat (karena anemia).
b) Mulut dan bibir
Biasanya membran mukosa sianosis.
c) Hidung
Biasanya pernapasan ditemukan dengan cuping hidung.
d) Leher
Biasanya adanya distensi/bendungan vena jugularis.
e) Dada
Biasanya pasien ditemukan adanya otot bantu pernapasan karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan napas, pergerakan tidak
simetris antara dada kiri dan dada kanan, suara napas biasanya terdengar crakcles
atau wheezing atau juga vesikuler.
f) Jantung
Biasanya irama jantung pasien ditemukan ireguler atau juga normal.
g) Kulit
Biasanya ditemukan sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran darah
perifer).
h) Jari dan kuku
Biasanya sianosis, clubber finger.
i) Pola pernapasan
Biasanya pola pernapasan cepat (takipnea), (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Faktor Berhubungan:
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit
• Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat
• Merokok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien congestive
heart failure atau gagal jantung di ruang Interne RSUP Dr. M Djamil Padang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling
merupakan suatu bentuk seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada. Sampel penelitian ini 2 orang partisipan congestive
heart failure yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang
Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang . Pemilihan partisipan merujuk pada
teknik accidental sampling. Accidental sampling merupakan suatu teknik
pengambilan sampel dengan cara memilih siapa yang kebetulan ada atau
dijumpai pada saat itu (Nursalam, 2013)
D. Subjek Penelitian
Kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Semua pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi khususnya pada
congestive heart failure.
b. Pasien yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien
congestive heart failure di ruang interne RSUP Dr. M . Djamil Padang
dengan 5 hari rawatan.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan pemenuhan
oksigenasi yang bersedia diteliti sebagai responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi pada congestive heart
failure yang mengalami perburukan kondisi seperti: tidak kooperatif.
b. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi yang tidak
bersedia diteliti sebagai responden.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi dengan
hari rawatan kurang dari 5 hari
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara lansung kepada partisipan penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam
metodepemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi:
keadaan umum partisipan dan pemeriksaan head to toe.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
mengukurtanda-tanda vital dengan cara pengukuran suhu,
menghitungfrekuensinafas, dan menghitungfrekuensi nadi.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam (Sugiyono, 2014).
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa
berbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu laboratorium hasil
analisa gas darah, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan kimia
klinis serta program obat-obatan.
G. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari partisipan seperti
pengkajian kepada yang meliputi: Identitas pasien dan keluarga, riwayat
kesehatan pasien, riwayat kesehatan dahulu, riwayat keluarga, pola aktifitas
sehari-hari.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari Ruang Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya
berupa rekam medis dokter, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
H. Hasil Analisis
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada gangguankebutuhanoksigenasi. Data yang telah didapat dari
hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada gagal jantung atau congestive
heart failure. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesesuaian atau perbedaan antara teori yang ada dengan kondisi partisipan 1 dan
partisipan 2.