You are on page 1of 25

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsure vitaldalam proses
metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup oksigen (O₂) ruangan
setiap kali bernafas (Haswita dan Reni Sulistyowati, 2017).

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen (O₂) ke dalam system ( kimia atau
fisika). Oksigen (O₂) merupakan gas tidak bewarna dan berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolism sel. Sebagai hasilnya terbentuklah
karbondioksida (CO₂), energi, dan air (Ambarwati, 2014)

Oksigenasi merupakan penambahan oksigen (O2) kedalam sistem (kimia atau


fisika).Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara
individu dan lingkungannya. Pada saat bernapas, tubuh menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan udara untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan. Oksigen yang dihirup akan
diangkut melalui pembuluh darah ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh oksigen
akandibakar untuk mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran tersebut
adalah karbon dioksida. Karbon dioksida akan diangkut melalui pembuluh darah
ke paru-paru untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh (Ernawati, 2012).
2. Struktur sistem pernapasan
a. Sistem pernapasan atas
Sistem pernapasan atas terdiri atas mulut, hidung, faring dan laring.
1) Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami, humidifikasi, dan
penghangatan.
2) Faring
Faring merupakan saluran yang, terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring
terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama
udara
3) Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun.
Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring juga berfungsi
mempertahankan kepatenan jalan napas dan melidungi jalan napas dan melidungi
jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.

b. Sistem pernapasan bawah


Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi
dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru, dan membran pleura.
1) Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago
yang menghubungkan laring dengan brokus utama kanan dan kiri.Di dalam paru,
bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di brokioulus
terminal.Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon bronkus.
2) Paru
Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri.Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus) dan
dipasok oleh satu bronkus.
Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang bercabang-cabang,
yaitu alveolus pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastis.Permukaan luar paru
dilapisi oleh kantung tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura
parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama gerakan
bernapas(Ambawarti, 2014).

3. Proses pernapasan
Proses pernapasan dapat dibagi dapat menjadi dua tahap, yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal (Saputra, 2013):
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmoner,
difusi gas, dan transport oksigen serta karbon dioksida.
1) Ventilasi pulmonal
Ventilasi merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke alveoli dan
sebaliknya. Gas yang dihirup dari atmosfer ke alveoli adalah oksigen, sedangkan
gas yang di keluarkan dari alveoli ke atmosfer adalah karbon dioksida proses
ventilasi di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Perbedaan tekanan udara antara atmosfer dan paru-paru.
b) Jalan napas yang bersih serta sistem pernapasan yang utuh.
c) Kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi dengan
baik.
d) Kerja sistem saraf autonom: ransangan simpatetik dapat menyebabkan
relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, sedangkan ransangan parasimpatetik
dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi dapat terjadi.
e) Kerja sistem saraf pusat: bagian dari sistem saraf pusat yang berperan sebagai
pusat pernapasan adalah medula oblongata.
Keberadaan karbon dioksida akan merangsang kedua pusat saraf tersebut.
f) Kemampuan paru-paru mengembang dan menyempit: kemampuan paru-paru
untuk mengembang disebut compliance. Compliance dipengaruhi oleh
keberadaan surfaktan di alveoli yang menurunkan ketegangan permukaan dan
keberadaan sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan toraks.
Kemampuan paru-paru untuk menyempit sehingga dapat menggeluarkan CO2
disebut recoil.

2) Difusi gas
Pada saat oksigen memasuki alveoli, terjadi difusi oksigen dari alveoli ke
pembuluh darah kapiler paru. Selain itu, juga terjadi difusi karbon dioksida dari
pembuluh darah kapiler paru ke alveoli. Proses difusi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain luas permukaan paru, ketebalan membran respirasi,
perbedaan karbon dioksida dalam alveoli dan kapiler paru, perbedaan tekanan dan
konsentrasi oksigen di dalam alveoli dan kapiler darah serta afinitas gas
(kemampuan O2 dan CO2 dalam darah dan mengikat oksigen).

3) Transpor gas
a. Transpor oksigen
Transpor oksigen merupakan proses pengangkut oksigen dari pembuluh kapiler
ke jaringan untuk oksigen yang masuk kedalam pembuluh kapiler sebagian besar
akan berikatan dengan hemoglobin(97%) dalam bentuk oksihemoglobin(HbO2)
dan sisanya (3%) terlarut dalam plasma. Transpor oksigen dipengaruhi oleh
jumlah oksigen masuk ke dalam paru (ventilasi) serta aliran darah ke paru dan
jaringan perfusi.
b. Transpor karbon dioksida
Transpor karbon dioksida merupakan proses pengangkutan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi diantaranya

a. Faktor fisiologi
1) Menurunya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia
2) Menurunya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
pernapasan bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka
dan lain-lain
5) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis sepert
TB paru.

b. Faktor perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pemebentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya resiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas,
dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
c. Faktor prilaku
1) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspasi paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arterosklerosis.
2) Latihan: dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok: nikotin yang mengakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
4) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake
nutrisi-fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat.

d. Faktor lingkungan
1) Tempat kerja (polusi).
2) Temperatur lingkungan.
3) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
(Tarwoto & wartonah, 2011)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi (Menurut


Vaunghans, 2011)yaitu :
a. Faktor fisiologis
Beberapa sistem bekerja sama untuk memungkinkan oksigenasi normal. Kita
telah mendeskripsikan peran yang dilakukan paru-paru dan jantung dalam
oksigenasi, namun penting untuk mengenali bahwa proses lain juga secara
lansung mempengaruhi fungsi paru-paru dan jantung yang tepat. Diafragma otot
besar yang terletak tepat dibawah paru-paru, membantu dengan inhalasi dan
ekshalasi gas ke paru-paru. Kontraksi dan relaksasi pada diafragma dan otot-otot
jantung tergantung pada pensinyalan yang tepat pada sistem saraf. Pembuluh
darah juga tersusun oleh otot-otot halus membantu sirkulasi darah yang kaya
oksigen ke jaringan yang dituju.
b. Usia dan tahap perkembangan
Sistem pernapasan dan sistem kekebalan tubuh yang tidak sempurna diikuti
ukuran jantung lebih kecil menjadikan anak-anak kecil beresiko lebih besar
terhadap gangguan oksigenasi. Orang dewasa lanjut juga beresiko mengalami
gangguan oksigenasi karena kapasitas fungsional paru-paru dan jantung
berkurang seiring pertambahan usia seseorang.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi oksigennya.
Polutan dan alergen di udara (misal serbuk sari, asap, zat kimia beracun) dan juga
asap rokok sekunder dapat merusak jaringan paru-paru dan mengarah pada
dampak jangka panjang seperti kanker paru-paru dan penyakit pulmonal (COLD).
Dataran tinggi juga dapat menganggu oksigenasi karena terjadi penurunan jumlah
oksigen di udara.
d. Makanan
Kandungan makan dalam jumlah makanan yang dicerna dapat menyebabkan
masalah yang secara lansung mempengaruhi oksigenasi.
e. Kandungan makanan
Makanan berlemak tinggi dan berkolesterol tinggi terkait dengan munculnya plak
yang tersusun di pembuluh darah, juga disebut aterosklerosis. Pertambahan plak
dapat terjadi di pembuluh darah apa saja. Jika terjadi di arteri koroner seseorang
akan beresiko serangan jantung. Jika arteri yang menuju ke otak terhambat, orang
mungkin mengalami stroke. Makanan berlemak tinggi, kolesterol tinggi, sodium
juga mengakibatkan kecendrungan hipertensi.Mengkonsumsi kafein dalam
jumlah banyak juga dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
f. Jumlah makanan
Obesitas meningkatkan beban kerja jantung, yang dapat mengurangi aktivitas
jantung untuk memompa dan pada akhirnya mengakibatkan gagal
jantung.obesitas juga dapat membatasi gerakan dada, yang pada
giliranya mengurangi ruang untuk paru-paru mengembang dan membatasi
inhalasi oksigen.
g. Gaya hidup
1) Gaya hidup konstan meningkatkan beban kerja jantung karena ini memicu
obesitas dan mengurangi kekuatan otot (misal diafragma dan jantung).
2) Merokok terkait dengan kelainam pernapasan kronis dan kanker. Selain itu,
nikotin menyebabkan penyumbatan arteri koroner dan meningkatkan tekanan
darah (meningkatkan beban kerja jantung).
3) Obat dan kecanduan alkohol terkait risiko berikut:
a) Narkotika dan jumlah alkohol yang banyak dapat menyebabkan depresi
pernapasan
b) Aspirasi dapat terjadi akibat intoksikasi alkohol
c) Penggunaan obat IV mempunyai resiko septicemia (infeksi darah) dan
kerusakan pembuluh darah akibat pengguanaan jarum suntik berulang.
d) Berhentinya janntung dijumpai terjadi pada beberapa orang yang kecanduan
kokain.
4) Gangguan kesehatan
Gangguan kesehatan secara lansung terkait dengan fungsi pernapasan dan
kardiovaskuler dan juga yang terkait dengan fungsi tubuh lain yang berpotensi
mempengaruhi oksigenasi. Contoh penyimpangan sistem pernapasan antara lain:
a) Pneumonia
b) COPD dan COLD
c) Hipoventilasi
d) Hiperventilasi (cemas, infeksi, ketidakseimbangan asam-basa)
Contoh penyimpangan kesehatan kardiovaskuler di antaranya:
a) Disritmia
b) Penyakit arteri koroner
c) Hipertensi
d) Serangan jantung
e) Anemia
f) Cacat congenital

5. Jenis-jenis Pernapasan
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari
tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai
dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, lalu oksigen akan
menembus membran yang diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke jantung.
Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.Karbondioksida sebagai
hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari
kapiler darah ke alveoli, dan melalui pipa bronchial (trakea) dikeluarkan melalui
hidung atau mulut.
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan
dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau
juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan darah yang
telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya
mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen
dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya, dan menghasilkan karbondioksida
sebagai sisa buanganya (Hidayat, 2009).

6. Gangguan Pada Oksigenasi


a. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kebutuhan oksigen di dalam tubuh tidak
terpenuhi.Karena kadar oksigen di lingkungan tidak mengcukupi atua
penggunaan oksigen di tingkat sel meningkat. Hipoksia dapat disebabkan antara
lain oleh ketidakmampuan sel mengikat O2 serta
penurunan kadar Hb, kapasitas angkut oksigen dalam darah, konsentrasi O2
respirasi, difusi O2 dari alveoli kedalam darah dan perfusi jaringan. Gejala
hipoksia antara lain terdapat warna kebiruan pada kulit (sianosis), kelelahan,
kecemasan, pusing, kelemahan, penurunan tingkat kesadaran dan konsentrasi,
peningkatan tanda-tanda vital dan dispnea (kesukaran bernapas) (Ernawati, 2012).

b. Obstruksi Jalan Napas


Obstruksi jalan napas merupakan kondisi ketika pernapasan berjalan tidak normal
karena penyumbatan saluran pernapasan. Obstruksi ini dapat terjadi total atau
sebagian serta dapat terjadi di seluruh tempat di sepanjang saluran pernapasan
atau hanya di saluran napas atas atau bawah. Obtruksi pada saluran napas atas
(hidung, laring dan faring). Dapat disebabkan oleh makanan atau akumulasi
sekret. Obtruksi saluran napas bawah meliputi obstruksi total atau sebagian pada
saluran napas bronkus dan paru.Tanda-tanda obstruksi jalan napas antara lain
batuk tidak efektif; tidak mengeluarkan sekret di jalan napas; jumlah, irama dan
kedalaman pernapasan tidak normal; serta suara napas menunjukan adanya
sumbatan.

c. Perubahan Pola Napas


1) Takipnea: frekuensi pernapasan yang cepat (lebih dari 24 kali per menit).
Takipnea terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi emboli.
Kondisi ini biasanya dapat terlihat pada kondisi demam, asidosis metabolik,
nyeri, dan pada kasus hiperkalemia atau hipoksemia
2) Bradipnea: frekuensi pernapasan yang lambat (kurang dari 10 kali/menit)
bradipnea dapat terlihat pada orang yang menggunakan obat seperti narkotika
atau sedative, pada kasus alkalosis metabolik, atau peningkatan TIK.
3) Apnea: henti napas
4) Hiperventilasi: peningkatan jumlah udara yang masuk kedalam paru-paru
karena kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk pembuangan
karbondioksida. Kondisi ini ditandai antara lain dengan peningkatan denyut nadi,
napas pendek, dada nyeri, dan penurunan konsentrasi CO2. Jika kondisi ini
berlanjut terus, dapat terjadi alkalosis akibat pengeluaran CO2 yang berlebihan.
Hiperventilasi umumnya disebabkan oleh infeksi, gangguan psikologis (misalnya
kecemasan), dan gangguan keseimbangan asam basa(misalnya asidosis).
5) Hipoventilasi: penurunan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru
larena ventilasi alveolar tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan metabolik
penyaluran O2 dan pembuangan CO2. Hipoventilasi ditandai dengan nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, dan ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi ini
umumnya disebabkan oleh penyakit otot pernapasan, obat-obatan, dan anestesi.
6) Pernapasan kusmaul: pola pernapasan yang cepat dan dangkal yang
umumnya ditemukan pada penderita asidosis metabolik. Kondisi ini merupakan
salah satu bentuk hiperventilasi.
7) Dispnea: ketidakmampuan atau ketidaknyamanan saat bernapas. Hal ini
dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, bekerja
berlebihan, dan pengaruh psikologis.
8) Ortopnea: merupakan ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali dala posisi
duduk atau berdiri. Kondisi ini sering ditemukan pada penderita kongestif paru.
9) Stridor: merupakan pernapasan bising yang terjadi akibat penyempit saluran
pernapasan. Kondisi ini dapat ditemukan pada kasus spasme atau obstruksi laring
10) Cheyne-stokes: merupakan kelainan fungsi pernapasan yang ditandai dengan
siklus pernapasan dengan plitudo mula-mula naik,turun, berhenti kemudian mulai
siklus baru lagi.
7. Patofisiologi Gangguan Pemenuhan Oksigenasi Pada Congestive Heart
Failure(CHF)

Jantung merupakan organ pemompa yaitu memompa darah melalui sirkulasi


sistemik maupun pulmonal. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan
oleh ventrikel kanan dan kiri sama sehingga tidak terjadi penimbunan. Kerja
jantung diperlihatkan melalui curah jantung atau cardiac output (Tarwoto &
Wartonah, 2011). Perubahan curah jantung atau disebut gagal jantung adalah
gangguan mulitisistem yang terjadi apabila jantung tidak lagi mampu
menyemprotkan darah yang mengalir kedalamnya melalui sistem vena seperti
yang terjadi pada pasien gagal jantung sehingga menimbulkan kompensasi tubuh
untuk memenuhi kebutuhan oksigen melalui peningkatan jumlah pernapasan dan
frekuensi denyut nadi (Kumar, dkk, 2007). Akibat gagal jantung akan
menyebabkan hipoksia dan hipoksemia yang akan terjadinya penurunan kondisi
pembuluh darah sehingga trasnsportasi gas darah terganggu dan Ph darah
menurun (alkalosis respiratorik). Sistem oksigenasi terganggu akan berdampak
pada ventilasi, pada pasien dengan gagal jantung kiri adanya bendungan sirkulasi
vena hal ini menyebabkan pasif sirkulasi paru sehingga gangguan pertukaran gas
bisa terjadi. Gangguan pertukaran gas akan meyebabkan penurunan sirkulasi
darah ke otak berkurang sehingga perfusi jaringan tidak efektif dan kebutuhan
oksigen dalam paru berkurang sehingga sesak nafas dan respon batuk menurun
akan meningkatnya penumpukan sekret dapat menyebabkan obstruksi jalan napas
dan terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif
(Hidayat, 2009).
8. Oksigenasi Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF)

Sistem kardiovaskular juga berperan dalam proses oksigenasi kejaringan tubuh


dalam transportasi oksigen. Oksigen di transportasikan keseluruh tubuh melalu
aliran darah. Aliran darah yang adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung
normal. Dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat
ditentukan adekuatnya fungsi jantung (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Salah satu kelainann fungsi jantung adalah congestive heart failureatau gagal
jantung yaitu ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Apabila suplai
darah tidak lancar dijantung berdampak terhadap paru-paru sehingga meyebabkan
penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri
berkurang dan terjadi peningkatan karbondioksida yang akan membentuk asam di
dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan gejala sesak napas (dispnea), ortopnea
(dispnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas
meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru (Kasron, 2012).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
pada congestive heart failure (CHF)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi pada pasien gagal
jantung. (Arif, 2009)

a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Identitas klien: nama, tempat/tanggal lahir, umur, nomor rekam medis, tempat
tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh kalian.

2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah sesak napas saat beraktivitas.
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien
secara PQRST, yaitu :
(1) Provoking incident: biasanya ditemukan adanya sesak nafas terjadi setelah
melakukan aktivitas ringan sampai berat hingga mengakibatkan kelemahan,
sesuai derajat gangguan pada jantung.
(2) Quality of pain: biasanya klien merasakan sesak napas biasanya setiap
beraktivitas dan keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan.
(dengan menggunakan alat bantu atau otot pernapasan)
(3) Region, radiation, relief: sesak nafas biasanya mempengaruhi fisik bersifat
lokal atau mempengaruhi sistem otot dan disertai ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas.
(4) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien saat bernapas
(inspirasi dan ekspirasi) dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Biasanya kemampuan bernapas klien dalam beraktivitas menurun.
(5) Timer: keluhan sesak nafas biasanya timbul saat melakukan aktivitas. sesak
(>30 x/menit) saat melakukan aktifitas.

c) Riwayat kesehatan dahulu


Pengkajian riwayat penyakit dahulu biasanya klien pernah menderita nyeri dada,
hipertensi, iskemia, miokardium, infark miokardium, diabetes mellitus, dan
hiperlipidemia.
Serta menanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi diuretik,
serta anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi
obat, dan reaksi yang timbul, sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai
efek samping obat.

d) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ditemukan adanya penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit
jantung iskemik pada keturunanya.

e) Riwayat pekerjaan dan pola hidup


Biasanya ditemukan adanya kebiasaansosial, pola hidup yang tidak sehat
misalnya minum alkohol atau obat tertentu, kebiasaan merokok, sudah berapa
lama merokok, berapa batang per hari, dan jenis rokok.

3) Pemeriksaan fisik
Data hasil pemeriksaan fisik yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi, yaitu:
a) Mata
Biasanya ditemukan konjungtiva pucat (karena anemia).
b) Mulut dan bibir
Biasanya membran mukosa sianosis.
c) Hidung
Biasanya pernapasan ditemukan dengan cuping hidung.
d) Leher
Biasanya adanya distensi/bendungan vena jugularis.
e) Dada
Biasanya pasien ditemukan adanya otot bantu pernapasan karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, atau obstruksi jalan napas, pergerakan tidak
simetris antara dada kiri dan dada kanan, suara napas biasanya terdengar crakcles
atau wheezing atau juga vesikuler.
f) Jantung
Biasanya irama jantung pasien ditemukan ireguler atau juga normal.
g) Kulit
Biasanya ditemukan sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunya aliran darah
perifer).
h) Jari dan kuku
Biasanya sianosis, clubber finger.
i) Pola pernapasan
Biasanya pola pernapasan cepat (takipnea), (Tarwoto & Wartonah, 2011).

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Pada Gangguan


Oksigenasi (NANDA, 2015)

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas


2) Ketidak efektifan pola napas
3) Gangguan pertukaran gas
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perife
D. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan napas a. Setatus pernafasan: a. Manajemen jalan
Kepatenan jalan Nafas
Batasan karakteristik nafas
• Batuk yang tidak
efektif Kriteria hasil : Tindakan keperawatan :
• Dispnea 1) Frekuensi pernafasan 1) Posisikan pasien untuk
• Gelisah 2) Irama pernafasan memaksilmalkan
• Perubahan frekuensi 3) Kedalaman inspirasi ventilasi
nafas 4) Suara nafas tambahan 2) Identifikasi kebutuhan
• Perubahan pola nafas 5) Pernafasan cuping aktual/potensial pasien
• Suara napas tambahan hidung untuk memasukan alat
6) Penggunaan otot bantu bantu jalan nafas
pernafasan 3) Posisikan pasien untuk
Faktor yang 7) Akumulasi sputum meringankan sesak nafas
berhubungan:
4) Monitor status
• Mukus berlebihan
pernafasan dan
• Sekresi yang tertahan
oksigenasi, sebagai
• Adanya jalan napas
mana mestinya
buatan
5) Auskultasi suara nafas,
• Benda asing dalam catat area yang
napas
• Eksudat dalam alveoli b. Status pernafasan: b. Manajemen ventilasi
• Spasme jalan napas Ventilasi mekanik: Non invasif

Kriteria hasil: 1) Monitor penurunan


1) Frekuensi pernafasan volume ekspirasi dan
2) Irama pernafasan peningkatan inspirasi
3) Kedalaman inspirasi 2) Monitor efektifitas
4) Hasil rontgen dada ventilasi mekanik
5) Dispnea saat latihan terhadap status fisiologis
6) Suara nafas tambahan dan psikologis
3) Latih teknik relaksasi
yang sesuai
4) Tempatkan klien pada
posisi semi fowler
5) Monitor gejala-gejala
yang menunjukan
peningkatan pernafasan
(peningkatan denyut
nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan
darah)

c. Tanda-tanda vital: c. Monitor pernafasan:


Tekanan darah monitor tanda-tanda
dalam batas normal vital

1) Tingkat pernapasan 1) Monitor tekanan darah,


2) Irama pernapasan nadi, suhu, dan status
3) Tekanan darah pernafasan dengan tepat
siastolik 2) Monitor tekanan darah,
4) Tekanan darah denyut nadi, dan
diastolic pernapasan sebelum,
5) Tekanan nadi selama dan setelah
6) Kedalaman inspirasi beraktivitas dengan tepat
3) Monitor irama dan
tekanan jantung
4) Monitor irama dan laju
pernapasan (misalnya,
kedalaman dan
kesimetrisan)
5) Monitor pola pernafasan
abnormal (misalnya,
cheyne-stokes, kussmaul,
biot, apneustik dan
bernafas berlebihan
6) Monitor sianosis sentral
dan perifer
2. Ketidakefektifan pola a. Status pernafasan a. Monitor pernafasan:
napas Pengaturan posisi

Batasan karakteristik: Kriteria hasil: 1) Posisikan pasien untuk


• Bradipnea 1) Frekuensi pernafasan mengurangi
• Dispnea 2) Irama pernafasan dyspneadengan cara
• Fase ekspirasi 3) Kedalaman inspirasi semi fowler
memanjang 4) Suara auskultasi nafas 2) Posisikan pasien untuk
• Penggunaan oto bantu 5) Saturasi oksigen memfasilitasi ventilasi
pernapasan 3) Monitor status
• Takipnea oksigenasi pasien
• Pernapasan cuping sebelum dan sesudah
hidung perubahan posisi
4) Tinggikan kepala tempat
• Pola nafas abnormal
tidur
(mis: irama,
frekuensi, kedalam)
Faktor berhubungan:
• Ansietas
• Hiperventilasi
• Keletihan
• Nyeri
• Obesitas
• Cedera medulla
spinalis
• Sindrom hipoventilasi
• Keletihan otot
pernapasan

3. Gangguan pertukaran gas a. Keseimbangan a. Manajemen asam basa


elektrolit dan
Batasan karakteristik: asam/basa
• Diaphoresis
• Dispnea Kriteria hasil: 1) Pertahankan kepatenan
• Gas darah arteri 1) Frekuensi pernafasan jalan napas
abnormal 2) Irama pernafasan 2) Posisikan pasien untuk
• Gelisah 3) Irama jantung apical mendapatkan ventilasi
• Hipoksia 4) Serum pH yang adekuat (misalnya,
• Iritabilitas 5) Gangguan kesadaran membuka jalan napas
6) Tidak bisa istirahat dan menaikkan posisi
• Nafas cuping hidung
7) Kelelahan kepala di tempat tidur)
• Takikardia
3) Ambil spesimen yang
• pH arteri abnormal diintrusikan untuk
• Sianosis mendapatkan analisa
• Hipoksemia keseimbangan asam
basa (misalnya, analisa
Faktor berhubungan: gas darah, urine dan
• Ketidakseimbangan serum) jika memang
ventilasi perfusi diperlukan
• Perubahan 4) Monitor pola pernafasan
membranalveolar 5) Berikan terapi oksigen
kapiler dengan tepat
4. Ketidakefektifan perfusi a. Keefektifan pompa a. Pengecekan kulit :
jaringan perifer jantung Monitor tanda-tanda
vital
Batasan karakteristik:
• Waktu pengisian Kriteria hasil: 1) Monitor tekanan darah,
kapiler > 3 detik 1) Tekanan darah sistol nadi
• Warna kulit pucat 2) Tekanan darah diastol 2) Monitor sianosi perifer
saat elevasi 3) Denyut nadi perifer dan sentral
4) Distensi vena leher 3) Monitor pola pernafasan
• Penurunan nadi 5) Edema perifer abnormal (misalnya,
perifer 6) Pucat cheyne-stokes,
• Edema tidak ada nadi 7) Sianosis kussmaual, biot)
perifer 8) Dispnea pada saat
• Warna tidak kembali istirahat
ke tungkai 1 menit 9) Dispnea dengan
setelah diturunkan aktifitas ringan

Faktor Berhubungan:
• Hipertensi
• Diabetes melitus
• Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit
• Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat
• Merokok
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang
suatu keadaan secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang
diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien congestive
heart failure atau gagal jantung di ruang Interne RSUP Dr. M Djamil Padang.

B. Tempat dan waktu penelitian


Studikasus ini telah dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya di
ruang Interne Tahun 2018.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti atau subjek yang
ditulis. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien congestive heart
failure yang berada di ruangan Interne RSUP Dr. M. Djamil padang
sebanyak 2 orang partisipan.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling
merupakan suatu bentuk seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada. Sampel penelitian ini 2 orang partisipan congestive
heart failure yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi di Ruang
Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang . Pemilihan partisipan merujuk pada
teknik accidental sampling. Accidental sampling merupakan suatu teknik
pengambilan sampel dengan cara memilih siapa yang kebetulan ada atau
dijumpai pada saat itu (Nursalam, 2013)

D. Subjek Penelitian
Kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Semua pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi khususnya pada
congestive heart failure.
b. Pasien yang mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi pada pasien
congestive heart failure di ruang interne RSUP Dr. M . Djamil Padang
dengan 5 hari rawatan.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan pemenuhan
oksigenasi yang bersedia diteliti sebagai responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi pada congestive heart
failure yang mengalami perburukan kondisi seperti: tidak kooperatif.
b. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi yang tidak
bersedia diteliti sebagai responden.
c. Pasien congestive heart failure dengan gangguan oksigenasi dengan
hari rawatan kurang dari 5 hari

E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data


Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format
tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai pada evaluasi.
Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses keperawatan
gangguanoksigenasipadacongestive heart failure mulai dari pengkajian
sampai evaluasi. Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, observasi dan studi dokumentasi.
Proses keperawatan meliputi :
1. Format Pengkajian
Pengkajian terdiridari:identitas pasien, identitas penanggung jawab,
riwayat kesehatan, keluhan utama, pemeriksaan fisik, data psikologis, data
ekonomi sosial, data spiritual, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
penunjang, dan program pengobatan.

2. Format analisa data terdiridari: namapasien, nomor rekam medik, data


masalah dan etiologi. Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah
dan penyebabnya. (Format terlampir) Data pasien terdiri atas data subjektif
yaitu data yang didapat dari perkataan pasien atau keluarga, biasanya apa
yang dikeluhkan dan objektif yaitu data yang diperoleh perawat
berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik.

F. Cara Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan multi sumber bukti (triangulasi)
artinya teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik
berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.
Untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti akan menggunakan
observasi, pengukuran, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2014).

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan
pemeriksaan secara lansung kepada partisipan penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Dalam
metodepemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi:
keadaan umum partisipan dan pemeriksaan head to toe.

2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti
mengukurtanda-tanda vital dengan cara pengukuran suhu,
menghitungfrekuensinafas, dan menghitungfrekuensi nadi.

3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam (Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman


wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi
dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun
dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara tegas dan
mengarah. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang fleksibelitas
(keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara diberi
kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan sehingga memperoleh
jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin.

4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa
berbentuk gambar, tulisan, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu laboratorium hasil
analisa gas darah, pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan kimia
klinis serta program obat-obatan.
G. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari partisipan seperti
pengkajian kepada yang meliputi: Identitas pasien dan keluarga, riwayat
kesehatan pasien, riwayat kesehatan dahulu, riwayat keluarga, pola aktifitas
sehari-hari.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari Ruang Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya
berupa rekam medis dokter, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.

H. Hasil Analisis
Hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada gangguankebutuhanoksigenasi. Data yang telah didapat dari
hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan gangguan kebutuhan oksigenasi pada gagal jantung atau congestive
heart failure. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada
kesesuaian atau perbedaan antara teori yang ada dengan kondisi partisipan 1 dan
partisipan 2.

You might also like