132 139 1 PB

You might also like

You are on page 1of 8

Vol. 14 No.

2 Tahun 2006 Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok

Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok (Ummpb)


Pada Sapi Perah Laktasi terhadap Produksi dan Kualitas Susu

Evaluation of Urea Molasses Mineral Probiotic Block (Ummpb) into


Quality and Milk Production of Dairy Cows
Ahmad Wahyudi
Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang. Telp. (0341) 464318, psw 224
email: wahyudi_biotek@yahoo.co.id

Absract
Background: Urea Molasses Block (UMB) is feed supplement that usually given in poor rouhage condition. The
high palatibility of UMB tend the feed practitioner to increase the effectiveness with mineral addition and also
enzyme or probiotics so that formed Urea Mineral Molasses Probiotic Block (UMMPB). The research has been
conducted to evaluate the influence of UMMPB as a dairy feed supplement into fat, protein and milk production
respond.
Methods: Ten dairy cows were used in this research. The evaluation comparing of two group of 4 th lactation
dairy cows base on description analysis of before and after UMMPB added. For the first month, the parameters
were meassured without UMMPB. In the second month, UMMPB was given 5 kg/tail/month. The forage intake
and milk production was meassured daily, while fat and protein milk were taken every three days. The research
was held at KUD Ngantang, and the parameter were analyzed at Animal Nutrition Laboratory, Muhammadiyah
University of Malang.
Result: The result showed that the UMMPB increased forage intake/day from 14,75 kg/head into 15,10 kg/head,
milk production/day from 19,68 l menjadi 20,52 l, fat milk content from 3,29% into 3,67% and protein milk
content from 3,63% to 4,09%. It means UMMPB increase forage intake 2,37% , 4,27% milk production,
11,55% milk fat, and 12,67% milk protein. UMMPB has proved could improve the quality and milk production,
so it should be considered as a feed supplement for lactation dairy cows.

Keywords: urea, molasses, mineral, probiotics, milk quality, production, lactation, dairy cows.

Abstrak
Latar Belakang: Urea Molases Blok (UMB) merupakan pakan tambahan yang biasa diberikan pada ternak pada
saat hijauan yang diberikan memiliki kualitas dan palatabilitas rendah. Tingginya palatabilitas UMB bagi ternak
ruminansia mendorong praktisi bidang nutrisi untuk meningkatkan efektivitas UMB dengan menambahkan
mineral, sehingga dikenal Urea Mineral Molases Blok (UMMB) dan juga menambahkan enzim atau probiotik
pada UMB sehingga menjadi UMBzim atau UMMPB. Penelitian mengenai evaluasi penggunaan urea molasses
mineral probiotik blok (UMMPB) pada sapi perah laktasi terhadap produksi dan kualitas susu dilaksanakan di
salah satu peternakan sapi perah di wilayah kerja KUD Ngantang dan analisis respon diukur di Laboratorium
Nutrisi Fakultas Peternakan-Perikanan dan Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah
Malang. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak ternak sapi perah meliputi produksi,
kadar lemak dan protein susu sebelum dan sesudah pemberian UMMPB.
Metode: Materi percobaan yang digunakan adalah 10 ekor sapi perah peranakan Frieshien Holland pada periode
laktasi 4, dan respon diamati selama 2 bulan. Pada bulan pertama, pakan diberikan tanpa UMMPB dan 1 bulan
berikutnya UMMPB diberikan sebanyak 5kg per ekor/bulan. Data dianalisis secara diskriptif dengan
membandingkan antara keduanya.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa pemberian UMMPB meningkatkan konsumsi hijauan pakan dari rata-rata
14,75 kg/ekor/hr menjadi 15,10 kg/ekor/hr, produksi susu meningkat dari 19,68 l/hr menjadi 20,52 l/hr, kadar
lemak susu meningkat dari 3,29% menjadi 3,67% dan kadar protein susu meningkat dari 3,63% menjadi 4,09%.
Nilai-nilai tersebut setara dengan 2,37% peningkatan konsumsi hijauan pakan, 4,27% produksi susu, 11,55%
kadar lemak dan 12,67% kadar protein susu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa UMMPB mampu meningkatkan produksi dan kualitas susu, sehingga direkomendasikan penggunannya
untuk meningkatkan produksitifitas sapi perah periode laktasi.

Kata kunci: urea, molasses, mineral, probiotik, kualitas susu, produksi, laktasi, sapi perah.

1
Wahyudi, Jurnal PROTEIN

PENDAHULUAN
Probiotik bakteri selulolitik merupakan
Pada bulan Januari 2004 PT. Nestle probiotik yang mengandung bakteri selulolitik
selaku penampung terbesar produk susu KUD- yang diisolasi dari cairan rumen beberapa
KUD di seluruh Jawa Timur membatasi kuota ternak ruminansia. Pada ternak domba,
pembelian susu dari 560 ton perhari menjadi probiotik ini terbukti mampu meningkatkan
510 ton perhari, sedangkan total produksi susu kecernaan serat kasar, selulosa, dan
Jawa Timur mencapai 608 ton sampai 610 ton hemiselulosa pakan (Hendraningsih, 2004), dan
perhari dari total populasi sapi perah sebanyak juga meningkatkan kecernaan energi atau Total
130.000 ekor dan yang laktasi 63.000 ekor. Digestible Nutrient/TDN (Wahyudi, 2004).
Selain PT. Nestle susu segar Jawa Timur Sehingga peternak dapat meningkatkan
diserap oleh PT. IMDI, Industri Pengolah Susu efisiensi dalam pemberian pakan yang pada
(IPS) Jawa Barat dan KUD yang membuat susu gilirannya akan menekan biaya pemeliharaan
pasteurisasi. Meskipun sudah diserap oleh sapi perah.
berbagai perusahaan pengolah susu, sekitar 30–
60 ton per hari masih kehilangan pasar Penggunaan feed additives yang
(Kompas, 2004). Standar baku kadar lemak dan mengandung mikroba hidup dan hasil
bakteri kontaminan merupakan penyebab metabolisnya dalam upaya meningkatkan
utama penolakan susu oleh perusahaan dan produksi ternak cenderung terus meningkat. Hal
industri pengolah susu. Kepemilikan sapi perah ini dapat terjadi karena tuntutan masyarakat
pada umumnya 2–6 ekor di tingkat peternak yang menghendaki produk peternakan yang
dan hampir seluruh peternak sapi perah di lebih alami dan tidak mengandung residu yang
lingkungan KUD di Jawa Timur tidak memiliki berbahaya bagi kesehatan. Yeast, direct feed
lahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan microbial (DFM), dan probiotik merupakan
hijauan bagi ternaknya, sehingga pemenuhan istilah yang umum untuk menggambarkan feed
kebutuhan hijauan juga tergantung pada additives tersebut.
limbah-limbah pertanian. Seperti umumnya
tanaman hijauan pakan ternak, kandungan Probiotik dapat didefinisikan sebagai
nutrisi pada limbah pertanian mengalami tambahan pakan yang mengandung mikroba
perubahan seiring dengan meningkatnya umur. hidup yang berdampak positif kepada ternak
Limbah pertanian seperti tebon jagung dan inang dengan cara meningkatkan keseimbangan
jerami padi, diberikan pada ternak setelah mikroba dalam saluran pencernaan. Probiotik
tanaman mengalami pertumbuhan generatif. dapat mengandung kultur ragi ataupun bakteri
Hal ini menyebabkan kandungan protein turun (Wallace dan Newbold, 1992).
sementara kandungan serat kasar meningkat.
Pemberian probiotik yang berasal dari
Serat kasar akan menstimulasi proses mikroba rumen tidak hanya mencegah diare
ruminasi dan kontraksi rumen yang pada pada ternak muda, tetapi juga merangsang
akhirnya akan meningkatkan proses fermentasi perkembangan dan menjaga fermentasi yang
serat pakan. Hasil utama dari fermentasi stabil didalam rumen. Hasil penelitian
karbohidrat berserat adalah asam asetat yang Theodoron et.al. (1990) dalam Fuller
selanjutnya berfungsi sebagai prekursor lemak membuktikan bahwa probiotik yang
susu. Pemberian pakan dengan kandungan serat mengandung mikroba selulolitik anaerobik
yang rendah akan menyebabkan rendahnya dalam rumen akan meningkatkan konsumsi dan
kandungan lemak susu. Disisi lain kandungan pertambahan bobot badan anak sapi setelah
serat kasar pakan yang tinggi dapat merupakan penyapihan.
faktor pembatas bagi konsumsi. Serat kasar
pakan yang bersifat bulky akan tinggal didalam Beberapa keuntungan dari penggunaan
rumen lebih lama dan dapat menekan konsumsi. probiotik antara lain : 1) meningkatkan
Serat kasar juga merupakan salah satu indikator kecernaan, 2) meningkatkan penyerapan nutrisi,
rendahnya kecernaan suatu bahan pakan. 3) memperbaiki keseimbangan mikroflora

2
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006 Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok

rumen, 4) meningkatkan daya tahan tubuh, dan dengan penambahan YS 20 ml/1kg


5) menghilangkan atau menurunkan mikroba bekatul selama 25 hari dapat dilihat pada
patogen. (Chestnut, 2000). Tabel 1.

Proses pencernaan serat dalam rumen Implikasi dari peningkatan kecernaan


terjadi dengan baik bila rumen telah serat kasar tersebut adalah (a) Palatabilitas
berkembang dengan sempurna dan populasi (nafsu makan) ternak terhadap pakan
mikroba mencapai optimal. Bagi ternak meningkat, (b) mendorong perkembangan
ruminansia muda, peralihan pakan cair (susu rumen lebih cepat pada ruminansia muda, (c)
induk) menjadi pakan padat (hijauan) yang meningkatkan kadar lemak susu, (d)
dilakukan lebih cepat akan menurunkan biaya memudahkan manajemen pemberian pakan, dan
pemeliharaan. (e) meningkatkan efisiensi biaya pakan
(Wahyudi dan Hendraningsih, 2004).
Serat kasar merupakan pakan utama
yang diberikan oleh peternak pada sapi perah. Tabel 1. Tingkat Kecernaan Komponen
Serat kasar pakan merupakan prekursor lemak Serat Kasar (in-vivo)
susu, namun apabila tidak dicerna secara Kecernaan (%)
optimal serat kasar dapat menekan konsumsi Komponen Dengan
Tanpa
sehingga ternak tidak mendapatkan energi yang Serat Kasar probioti
probiotik
optimal. Peternak juga harus menambahkan k
energi dari bahan pakan lain yang lebih mudah Serat kasar 36,99 57,63
dicerna seperti konsentrat yang harganya lebih Selulosa 57,64 68,26
tinggi. Peningkatan kecernaan pakan berserat Hemiselulosa 46,58 59,33
Sumber: Wahyudi dan Hendraningsih (2004)
akibat pemberian probiotik akan meningkatkan
efisiensi biaya produksi untuk setiap liter susu
Pemberian probiotik yang berasal dari rumen
yang dihasilkan. Selain itu peran probiotik akan
meningkatkan kandungan protein kasar pakan ternak dewasa dan mengandung kultur hidup
bakteri pencerna serat, bakteri selulolitik, telah
basal jerami dari 6,0% menjadi 15,25%,
sehingga akan menurunkan harga protein pakan terbukti dapat meningkatkan tingkat konsumsi
pakan dan pertambahan bobot badan (Wallace
dari Rp 11,5/kg pakan menjadi 3,8 Rp/kg
(Wahyudi, 1999). and Newbold, 1992).

Probiotik yang akan digunakan pada Pengemasan probiotik bakteri


penelitian ini mengandung bakteri selulolitik selulolitik dalam bentuk cair membuat
yang diisolasi dari cairan rumen (media pakan efektivitas probiotik berlangsung lebih baik,
tetapi memiliki kelemahan dalam masalah
ternak), sehingga tidak bersifat patogen bahkan
mampu menekan perkembangan bakteri transportasi dan penyimpanan. Penggunaan
Urea Molasses Mineral Blok (UMMB) sebagai
patogen tersebut, sehingga aman bagi kesehatan
ternak dan lingkungan (Wahyudi dan bahan pembawa probiotik dalam bentuk padat
menunjukkan efektivitas daya hidup probiotik
Bachrudin, 1992). Beberapa keunggulan
probiotik bakteri selulolitik diantaranya adalah : lebih lama, mencapai 5 bulan, walaupun
populasinya menurun (Wahyudi, 2005).
1. Dapat meningkatkan kadar protein
Urea Molasses Blok (UMB) merupakan
kasar pakan formula sapi perah dari 6%
pakan tambahan yang biasa diberikan pada
menjadi 15,25%, hal ini berarti
ternak pada saat hijauan yang diberikan
menghemat biaya pakan karena
memiliki kualitas dan palatabilitas rendah.
menurunkan harga satuan protein dari
Kandungan molases yang mengandung
Rp. 11,5 menjadi Rp. 3,8 (Wahyudi,
karbohidrat mudah dicerna dan urea yang
1999)
terdapat pada UMB menjadikannya pakan yang
2. Memiliki daya cerna lebih tinggi memiliki kandungan energi dan protein yang
terhadap serat kasar pakan. Hasil tinggi bagi ternak. Penggunaan UMB pada
penelitian pada domba ekor gemuk ternak sapi potong terbukti dapat meningkatkan
(DEG) dengan pakan basal tebon jagung

3
Wahyudi, Jurnal PROTEIN

konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan Respon utama yang diukur meliputi :
(Preston dan Leng, 1990). a. Produksi susu pada pemerahan
pagi dan sore
Tingginya palatabilitas UMB bagi b. Kandungan lemak susu dan
ternak ruminansia mendorong praktisi bidang protein harian
nutrisi untuk meningkatkan efektivitas UMB Baik pada periode pertama maupun periode
dengan menambahkan mineral, sehingga kedua, pengukuran respon diukur selama 15
dikenal Urea Mineral Molases Blok (UMMB) hari. Konsumsi pakan/ekor/hari diukur
dan juga menambahkan enzim atau probiotik sebagai data pendukung.
pada UMB sehingga menjadi UMBzim atau 4. Analisis data
UMMPB. Untuk mengetahui pengaruh pemberian
UMMPB, data dianalisis secara deskriptif
Urea molasses mineral probiotik blok dengan membandingkan sebelum dan sesudah
(UMMPB), adalah UMMB yang telah pemberian. Uji kadar lemak menggunakan
ditambahkan probiotik selulolitik. Keberadaan metode Gerber dan kadar protein menggunakan
probiotik selulolitik di dalamnya diharapkan analisis proksimat.
dapat meningkatkan peran UMMB dalam
memperbaiki sistem fermentasi rumen dimana HASIL DAN PEMBAHASAN
pada muara akhirnya akan meningkatkan
produksi dan kualitas hasil ternak. Berdasarkan A. Konsumsi Hijauan
uraian diatas, dapat dirumuskan masalah yang Produktivitas ternak sapi perah sangat
akan diteliti yaitu bagaimana pengaruh dipengaruhi oleh konsumsi pakan, sehingga
pemberian UMMPB terhadap produksi susu, peningkatan konsumsi bahan kering pakan yang
yang diukur berdasarkan catatan volume mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan
produksi rata-rata harian dan kualitas susu yang oleh ternak menjadi perhatian utama.
diukur berdasarkan kadar lemak dan protein. Peningkatan proses fermentasi atau aktivitas
Adapun tujuan penelitian ini adalah mikroba dalam rumen merupakan salah satu
untuk mengetahui respon produksi susu akibat faktor yang dapat memaksimalkan jumlah
pemberian UMMPB dan respon kadar lemak konsumsi dan sekaligus nutrisi yang dapat
dan protein akibat pemberian UMMPB. dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Kondisi
ekologis rumen yang stabil akan meningkatkan
MATERI DAN METODE proses fermentasi rumen, bahan pakan akan
lebih cepat dicerna, lebih cepat meninggalkan
Penelitian dilaksanakan menggunakan rumen dan mendorong ternak untuk
10 ekor sapi perah periode laktasi ke-4. mengkonsumsi pakan lebih banyak. Lebih
Penelitian dilaksanakan dengan tahapan banyak ternak mengkonsumsi pakan, maka
sebagai berikut : lebih banyak pula energi yang diterima, dan
1. Seleksi Materi Percobaan tingkat produktivitas akan lebih tinggi. Tabel 2
Sepuluh ekor sapi perah peranakan menunjukkan rataan konsumsi hijauan.
Frieshien Holland laktasi ke empat
diseleksi untuk digunakan sebagai materi Tabel 2. Rataan konsumsi hijauan.
percobaan. Seleksi didasarkan atas periode Konsumsi hijauan (kg/ekor/hr)
laktasi, bobot badan dan produksi susu.
Ulangan Sebelum Setelah
2. Pelaksanaan Penelitian
pemberian pemberian
Pemberikan UMMPB dilakukan dalam dua
periode. Periode pertama adalah pemberian UMMPB UMMPB
pakan tanpa UMMPB dan periode kedua 1. 15,27 15,41
adalah periode pemberian pakan dengan
penambahan UMMPB. UMMPB diberikan 2. 14,59 15,17
sebanyak 2kg per ekor. Masing-masing 3. 15,61 15,84
periode dilakukan selama 2 minggu.
4. 14,65 14,96
3. Pengukuran respon
5. 14,46 14,94

4
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006 Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok

makanan dipicu oleh adanya ekstrak yeast pada


sapi muda dalam masa penggemukan (Adam et.
6. 15,35 15,70
al., 1981), namun kejadian tersebut tidak
7. 13,91 13,97 signifikan berpengaruh terhadap ternak biri-biri
8. 14,02 14,64 (Chademana and Offer, 1990). Biri-biri yang
diberi jerami tidak menunjukkan adanya
9. 15,26 15,49 perubahan aliran makanan dengan adanya
10. 14,42 14,84 ekstrak yeast (Fondavila et. al., 1990).
∑ 147,54 150,96
B. Produksi Susu
X 14,75 ± 0,59 15,10 ± 0,55 Selama laktasi, kelenjar mamae
membutuhkan glukosa terutama untuk
Sapi perah sebelum diberi probiotik selulolitik pembentukan laktosa (gula susu). Jumlah
dalam bentuk urea molasses mineral probiotic laktosa yang disintesis akan menggambarkan
block (UMMPB), mengkonsumsi hijauan rata- jumlah produksi susu setiap hari. Konsentrasi
rata 14,75 ± 0,59 kg/ekor/hr. Namun setelah laktosa dalam susu relatif konstan, sejumlah air
diberikan UMMPB konsumsi hijauan akan diproduksi oleh sel sekretori dan
meningkat menjadi 15,10 ± 0,55 kg/ekor/hr, ditambahkan sampai kandungan laktosa sekitar
atau meningkat sebesar 2,37%. Peningkatan 4,5%. Produksi susu sangat dipengaruhi oleh
jumlah konsumsi hijauan pakan tersebut dapat jumlah glukosa yang ditentukan oleh produksi
disebabkan oleh karena 2 faktor. Pertama, propionat dalam rumen.
karena adanya introduksi bakteri selulolitik Produksi dan komposisi susu yang
yang menyebabkan peningkatan kecernaan serat dihasilkan oleh seekor sapi tergantung dari
kasar. Kedua, disebabkan karena terjadi konsumsi pakan, dan hal tersebut
perbaikan media (enrichment media) untuk menggambarkan pengaruh dari konsumsi energi
pertumbuhan mikroba rumen karena adanya dan supply protein (Thomas dan Martin, 1988).
urea, molasses, dan mineral. Kedua faktor Peningkatan suplai asetat, glukosa, dan protein
tersebut menyebabkan kondisi ekologis rumen menunjukkan efek positif terhadap produksi
menjadi lebih stabil, sehingga meningkatkan susu.
kecernaan serat kasar pakan.
Nutrisi yang tersedia dalam pakan
Tidak semua hasil penelitian digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak.
menunjukkan bahwa pemberian probiotik Nutrisi tersebut dapat merupakan prekursor
menyebabkan kenaikan jumlah konsumsi pakan utama dari produk akhir (lemak, protein,
ruminansia. Namun demikian secara umum laktosa) atau digunakan sebagai senyawa
pemberian probiotik berpengaruh terhadap penghasil energi yang dibutuhkan untuk hidup
peningkatan jumlah konsumsi pakan. Pengaruh pokok atau reaksi sintesis atau sebagai senyawa
utama penambahan probiotik fungi pada pakan antara glukosa dibutuhkan untuk pembentukan
adalah peningkatan konsumsi yang disebabkan glyserol fosfat yang sebagai bagian dari
karena faktor palatabilitas. Ekstrak yeast dan trigliserida dari prekursor lipogenik (Oldham
Aspergillus oryzae secara luas digunakan dan Emmand, 1988).
sebagai probiotik karena untuk memberikan
flavor pada makanan. Faktor lain yang Pemberian probiotik yang berasal dari
mempengaruhi peningkatan konsumsi adalah mikroba rumen tidak hanya mencegah diare
kecepatan pencernaan serat kasar, kecepatan pada ternak muda, tetapi juga merangsang
aliran bolus dan kadar protein (Fuller, 1992). perkembangan dan menjaga fermentasi yang
stabil didalam rumen.
Wiedmeier et. al., (1987), menemukan
bahwa laju kecepatan cairan dan bahan-bahan Parameter yang diukur dari penggunaan
dalam rumen menurun dengan adanya probiotik probiotik pada ruminansia adalah produksinya,
Aspergillus oryzae, dan sebaliknya meningkat apakah berupa perbaikan terhadap produksi
dengan pemberian ekstrak yeast. Aliran cairan susu atau daging. William dan Newbold (1990)
meneliti masalah tersebut, dan mencatat 8 dari

5
Wahyudi, Jurnal PROTEIN

hasil percobaan yang menggunakan Aspergillus


oryzae (AO) dan terjadi peningkatan rata-rata Sumber karbohidrat pakan
produksi 4,3% per periode laktasi. Penelitian mempengaruhi jumlah dan rasio VFA yang
yang sama menggunakan yeast culture (YC) diproduksi rumen. Populasi mikroba merubah
menghasilkan peningkatan rata-rata produksi karbohidrat menjadi asetat, propionat, dan
susu sebesar 5,1%. butirat dengan perbandingan 65%, 20%, dan
15% bila pakan utama yang diberikan adalah
Hasil penelitian ini menunjukkan hijauan. Pada kondisi ini, jumlah asetat yang
bahwa terjadi peningkatan produksi susu tersedia dapat memenuhi kebutuhan ternak
sebesar 4,27% akibat pemberian UMMPB. untuk membentuk lemak susu yang maksimal.
Produksi susu rata-rata per hari sebelum
pemberian UMMPB adalah 19,68 liter, dan Produksi dan komposisi susu yang
menjadi 20,52 liter perhari setelah pemberian dihasilkan oleh seekor sapi tergantung dari
UMMPB (lihat tabel 6). Peningkatan tersebut konsumsi pakan, menggambarkan pengaruh
relatif sama dengan hasil penelitian William dari konsumsi energi dan supplai protein
and Newbold (1990) menggunakan probiotik (Thomas dan Martin, 1988). Peningkatan suplai
AO dan YC, massing masing sebesar 4,3% dan asetat, glukosa, dan protein menunjukkan efek
5,1%. positif terhadap produksi susu. Peningkatan
asetat, butyrate, dan asam lemak rantai panjang
Tabel 3. Produksi Susu (lt/hr) berpengaruh positif terhadap kandungan lemak,
Produksi susu (lt/hr) peningkatan propionat dari protein berpengaruh
Ulangan Sebelum Setelah terhadap protein susu, sedangkan propionat
pemberian pemberian dan glukosa memberi efek negatif terhadap
lemak susu (Thomas dan Martin, 1988).
UMMPB UMMPB
1. 19,17 19,67 Pemberian probiotik selulolitik sebagai
suplemen pakan akan membantu memperbaiki
2. 20,30 20,80
media pertumbuhan dan komposisi mikroba
3. 19,50 19,43 rumen. Menurut Wahyudi dan Hendraningsih
4. 19,43 20,43 (2005), probiotik selulolitik berperan dalam
hal : (1) meningkatkan palatabilitas pakan, (2)
5. 19,13 20,60 mempercepat perkembangan rumen , (3)
6. 19,17 19,60 meningkatkan kecernaan serat kasar, (4)
meningkatkan kadar lemak susu dan (5)
7. 17,80 18,93
meningkatkan efisiensi pakan.
8. 22,70 24,17
9. 20,53 21,63 Penggunaan UMMPB dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
10. 19,10 19,97 kadar lemak susu sebesar 11,55% akibat
∑ 196,83 205,23 pemberian UMMPB. Kadar lemak susu rata-
rata sebelum diberi UMMPB adalah 3,29%, dan
X 19,68 ± 1,29 20,52 ± 1,50
meningkat menjadi 3,67% setelah sapi diberi
UMMPB.
C. Kadar Lemak Susu Kadar lemak susu merupakan faktor
Mikroba rumen memungkinkan ternak penting dalam penilaian kualitas susu. Kadar
memperoleh energi dari serat kasar (karbohidrat lemak susu terkait dengan nilai total solid (TS)
berserat). Serat kasar akan menstimulasi proses susu, dimana semakin tinggi nalai TS akan
ruminasi dan kontraksi rumen yang pada semakin tinggi pula harga jual susu di tingkat
akhirnya akan meningkatkan proses fermentasi industri. Peningkatan kadar lemak sebesar
serat pakan. Hasil utama dari fermentasi 11,5% secara teori akan meningkatkan
karbohidrat berserat adalah asam asetat yang penerimaan peternak sapi perah sebesar 11,5%
selanjutnya berfungsi sebagai prekursor lemak pula.
susu.

6
Vol. 14 No. 2 Tahun 2006 Evaluasi Penggunaan Urea Molasses Mineral Probiotik Blok

Tabel 4. Kadar Lemak Susu (%) Ulangan Sebelum Setelah


Kadar lemak susu (%) pemberian pemberian
Ulangan Sebelum Setelah UMMPB UMMPB
pemberian pemberian 1. 3,06 3,83
UMMPB UMMPB 2. 2,75 3,83
1. 3,47 3,47 3. 3,96 4,34
2. 3,65 3,23 4. 3,57 4,09
3. 3,96 4,20 5. 3,57 4,53
4. 2,88 3,71 6. 3,57 3,83
5. 3,88 3,30 7. 3,83 3,77
6. 2,84 3,43 8. 3,64 4,09
7. 2,99 3,66 9. 4,40 4,47
8. 2,81 3,49 10. 3,89 4,08
9. 2,88 3,81 ∑ 36,24 40,86
10. 2,93 4,34
X 3,63 ± 0,46 4,09 ± 0,28
∑ 32,29 36,64
X 3,29 ± 0,46 3,67 ± 0,37 Kadar protein kasar susu rata-rata
sebelum pemberian UMMPB adalah 3,63% dan
meningkat menjadi 4,09% setelah diberi
D. Protein Susu
UMMPB, atau meningkat sebesar 12,67%.
Salah satu keunggulan probiotik bakteri
Peningkatan kadar protein susu sebesar 12,67%
selulolitik adalah kemampuannya
adalah kenaikan jumlah solid non fat (SNF)
meningkatkan kadar protein pakan berkualitas
dalam larutan susu. Susu akan memiliki berat
rendah menjadi berkualitas lebih tinggi
jenis lebih tinggi, sehingga memiliki
(Wahyudi, 1999). Pakan formula dengan
performance kualitas lebih baik. Peningkatan
kandungan protein kasar 6% dapat ditingkatkan
kadar protein selalu equal dengan peningkatan
menjadi 15,25%. Peningkatan kadar protein
kadar lemak susu, dan hasil penelitian ini telah
kasar tersebut disebabkan karena pertumbuhan
menunjukkan hubungan tersebut, dimana kadar
mikroba, sehingga disebut dengan protein
lemak meningkat 11,5% dan protein meningkat
mikroba. Apabila peningkatan jumlah protein
12, 67%.
tersebut menyebabkan peningkatan kadar
propionat dalam pakan, maka akan
KESIMPULAN
mengakibatkan peningkatan kadar protein susu.
( Thomas dan Martin, 1988).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat
Penambahan UMMPB dalam pakan
disimpulkan bahwa :
memungkinkan perbaikan media tumbuh dan
ekosistem rumen, sehingga mikroba rumen
1. UMMPB dapat meningkatkan 4,27%
dapat tumbuh dan berkembang pesat. Mikroba produksi susu, yang diukur berdasarkan
yang tumbuh dan berkembang pesat akan catatan volume produksi rata-rata harian.
menghasilkan protein mikroba yang merupakan 2. UMMPB dapat meningkatkan kualitas
sumber protein penting bagi ruminansia untuk susu, yang diukur berdasarkan kadar lemak
pertumbuhan dan produksi susu. Tabel 5 dan protein, masing-masing meningkat
menampilkan kadar protein susu sebelum dan sebesar 11,55% dan 12, 67%.
sesudah pemberian UMMPB.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 5. Protein Susu (%)
Kadar protein susu (%) Fuller R., 1992. Probiotics, The Scientific
Basis. Chapman and Hall, London.

7
Wahyudi, Jurnal PROTEIN

Hendraningsih, L. 2004. Pengaruh Pemberian Ruminansia (Kerbau, Sapi, Kambing


dan Domba). Laporan Penelitian
Probiotik Bakteri Selulolitik dan Proyek Bank Dunia XVII dalam
Magang Penanganan Limbah Industri,
Metode Pemberian Pakan Terhadap PAU Bioteknologi UGM. Yogyakarta.
Wahyudi, A. 1999. Optimasi Media Kultur
Penampilan Domba Ekor Gemuk.
Fermentasi Mikroba Selulolitik
Rumen Terhadap Nilai Protein
Laporan Penelitian Program Dosen
Kasar. Lembaga Penelitian UMM.
Malang.
Muda. Dirjen Dikti. Jakarta.
Wahyudi, A. 2004. Pengaruh pemberian
Probiotik Bakteri Selulolitik pada
Oldham J.D., and G.C. Emmens. 1988.
Pemberian Pakan yang Berbeda
Prediction of Responses to Protein
Pada DEG. Laporan Penelitian UMM.
and Energy Fielding Nutrients. In
Garnsworthy PC to P.C. Nutrition and Wahyudi, A. 2004. Evaluasi Daya Hidup
Lactation in The Dairy Cow Bakteri Selulolitik dalam Bekatul
Butterworths. London, Boston, sebagai Bahan Pembawa. Laporan
Singapore, Sydney, Toronto, Penelitian PBI, UMM
Wellington. Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2004.
Preston, TR and R.A. Leng. 1987. Matching Peningkatan Kemampuan Bakteri
Selulolitik Rumen Sebagai Probiotik
Ruminant Production Systems with Ternak Ruminansia. Laporan
Penelitian Program UBER-HAKI.
Available Resources in The Tropics Dirjen DIKTI. Jakarta.
Wahyudi, A. 2005. Evaluasi Daya Hidup
and Sub-Tropics. Pemenbul Books.
Bakteri Selulolitik dalam Urea
Armidale.
Molasses Mineral Probiotik Blok
Thomas, P.C. and Pamela A. Martin, 1988. The
Influence of Nutrient Balance on (UMMPB) sebagai Bahan Pembawa.
Milk Yield and Competition in
Gransworthy. P.C. Nutrition and Laporan Penelitian PBI, UMM.
Lactation in The Dairy Cow
Butterworths. London, Boston, Wallace, R.J., and C. James Newbold. 1992.
Singapore, Sydney, Toronto, Probiotics for Ruminant. In Fuller, R.
Wellington. Probiotics The Scientific Basic. Chapman
Wahyudi, A.,dan Z. Bachrudin, 1992. Isolasi Hall. London. New York. Tokyo. Melbourne.
Mikroba Selulolitik Beberapa Ternak Caracas
.

You might also like