You are on page 1of 9

Kegiatan ke 3

Apusan Darah dan Waktu Reaksi

A. Tujuan Kegiatan
1. Mahasiswa dapat mengamati bentuk sel darah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah neutrofil, eusinofil, basofil,
monosit, dan limfosit.
3. Mahasiswa dapat menentukan waktu reaksi dan faktor kelelahan

B. Kajian Pustaka
1. Apusan Darah
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi
seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris,
yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan
vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas
plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein
dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida).
Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih) dan trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Darah merupakan salah satu komponen paling penting yang ada dalam
tubuh, mengingat fungsinya sebagai alat transportasi. Kekurangan darah
di dalam tubuh dapat memacu sejumlah penyakit dimulai dari anemia,
hipotensi, serangan jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Beberapa
kasus lain seperti kecelakaan, luka bakar dan proses persalinan juga
memerlukan tranfusi darah akibat tingginya kemungkinan pendarahan.
Terdapat dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya
dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja
lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian(Swastini,
D.A .dkk.2016).
Plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan
disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi
dalam pembekuan darah. Plasma darah merupakan bagian yang cair dari
darah yang mempunyai atau terdiri dari air (91-92%), protein 8-9%,
substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat
kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar
dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler (Rois, Ahmad.dkk.2014).
Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit) (Rois, Ahmad.dkk.2014)..
Sediaan apus darah adalah sarana yang digunakan untuk menilai
berbagaii unsure sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit dan trombosit,
dan dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi adanya parasit seperti
malaria, microfilaria dll(Rois, Ahmad.dkk.2014).
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada
umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya
digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk
menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan
preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode
oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan
mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan
atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk
kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup. Film
darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam metode
termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa,
pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode
pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel
darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi
parasit-parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari
golongan protozoa. Hasil pewarnaan dengan giemsa pada darah manusia
akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah muda, nukleolus lekosit
berwarna ungu keniru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu
muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari
lekosit netrofil dan lekosit basofil berwarna ungu(Rois,
Ahmad.dkk.2014).

2. Waktu reaksi
Waktu reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang (stimuli)
dengan permulaan munculnya jawaban (respon). Semua informasi yang
diterima indera baik dari dalam maupun dari luar disebut rangsang.
Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi impuls-impuls saraf
dengan bahasa yang dipahami oleh otak.
Dalam banyak cabang olahraga, khususnya permainan dan lari cepat,
kemampuan seorang atlet untuk mereaksi munculnya rangsang, seperti
misalnya datangnya bola dari lawan pada permainan tenis, suara pistol
dari starter pada lari 100 meter akan mempengaruhi penampilan. Faktor-
faktor ini berhubungan dengan waktu reaksi. Berdasarkan kepekaan
indera dan kecepatan proses persarafan, waktu reaksi dibedakan atas:
waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi kompleks (Bompa, 1990).
Waktu reaksi sederhana terjadi ketika subjek memberikan jawaban
yang spesifik terhadap rangsang yang telah ditentukan atau diketahui
sebelumnya, misalnya, reaksi terhadap bunyi pistol dalam start, menekan
tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala.

3. Desakan Darah Sebelum dan Setelah Aktivitas


Aktivitas jantung dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode
sistole dan periode diastole. Pada periode sistole jantung kontraksi
sehingga kedua atrium bekerja bersama menekan darah masuk ke dalam
ventrikel, dan dari situ darah ditekan masuk ke dalam aorta melalui
valvula seminalis. Pada saat yang sama, valvula bikuspidalis dan valvula
trikuspidalis menutup menghentikan darah yang masuk ke atrium. Pada
periode diastole jantung relaksasi baik pada atrium maupun ventrikel
sehingga volume jantung bertambah. Saat ini valvula bikuspidalis dan
valvula trikuspidalis membuka sehingga darah dari vena mengalir masuk
ke dalam jantung.
Pada saat sistole, ventrikel kiri mendorong darah yang sudah ada di
dalam aorta sehingga mendesak dinding aorta yang kenyal jadi
mengembang. Makin banyak darah yang dipompa makin besar
desakannya. Berikutnya dinding aorta yang kenyal mendesak darah
sehingga terdesak ke valvula semilunaris, menyebabkan katup ini
menutup dan sebagian terdesak ke dalam bagian aorta selanjutnya.
Dengan demikian, bagian aorta yang tadi mengembang sekarang
mengenyal dan bagian aorta berikutnya mengembang. Proses
mengembang dan mengenyal terjadi berturut-turut di sepanjang dinding
aorta hingga ke arteria. Pengenyalan dinding arteri menyebabkan
timbulnya satu gelombang atau denyutan yang bergerak di sepanjang
dinding arteri disebut pulsus arteriosus atau denyut nadi. Denyutan ini
dapat dirasakan dengan jari pada arteri-arteri tertentu, misalnya pada
pergelangan tangan dan leher. Denyut nadi maksimal yang dapat dicapai
adalah 220 minus umur (dalam tahun). Sebaliknya kita berlatih sampai
denyut nadi antara dari denyut nadi maksimal (idealnya 72-87%).
Bilangan anatara 70-85% denyut nadi maksimal disebut target zone atau
zona latihan. Agar latihan ada pengaruhnya terhadap jantung dan
peredaran darah, sebaiknya latihan dilakukan hingga mencapai zona
latihan dan terus diusahakan berada dalam zona itu paling sedikit 20-45
menit. Frekuensi paling sedikit 3 kali dalam seminggu. Bagi yang
kegemukkan biasanya 5-6 kali seminggu.
Pada saat diastole, darah masih mendapat desakan dengan
mengecilnya kembali arteri setelah mengembang, walaupun desakan ini
tidak sebesar pada saat sistole. Oleh karena itu dapat dibedakan dua
macam desakan darah, yaitu desakan sistole dan desakan diastole. Pada
saat darah mengalir melalui arteri, darah mengalami tahanan disebut
tahanan tepi atau tahanan perifer. Makin kecil arteri makin besar
tahanannya. Oleh karena arteri dapat mengecil (vasokonstriksi), tahanan
menjadi bertambah. Bila otot arteri relaksasi (vasodilatasi) maka tahanan
perifer berkurang. Dengan demikian pada darah yang ada di dalam arteri
bekerja tiga kekuatan, yaitu desakan darah yang masuk arteri, tahanan
dinding arteri, dan tahanan perifer. Terhadap tiga kekuatan ini dapat
dikatakan darah bereaksi menghasilkan desakan darah

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas Obyek dan kaca penutup
b. Pipet tetes,
c. Bak Pewarnaan
d. Jarum franke
e. Penggaris 30 cm
f. Stopwatch
g. Tensi meter
h. Stopwatch
i. Baskom
j. termometer

2. Bahan
a. Darah Manusia
b. Alkohol 95%
c. Wright ( Eosin-Methylene blue solution)
d. Giemsa ( Azur-eosin-Methylene blue solution)
e. Aquades/air
f. Probandus
g. Air dingin
h. Kertas HVS

D. Prosedur Percobaan
1. Apusan darah
a. Disiapkan 3 gelas obyek yang sudah disterilkan dengan alkohol
95%
b. Ditusuk ujung jari tangan dengan menggunakan jarum franke,
yang sebelumnya ujung jari dan jarum sudah disterilkan
menggunakan alkohol 95%
c. Diteteskan darah yang keluar dari ujung jari pada setiap gelas
obyek, kemudian dengan hati-hati oleskan darah tersebut dengan
memakai gelas obyek yang lain. Dengan sudut pengolesan 45° dan
oleskan dengan cepat agar didapatkan olesan yang tipis dan rata.

d. Dibiaskan hasil olesan darah tersebut sampai kering di udara.


Kemudian tetesi dengan larutan Wright lalu didiamkan selama 1
menit, kemudian teteskan kembali larutan giemsa sampai merata
dan didiamkan selama 10 menit.
e. Dibuang sisa cairan yang tersisa dalam gelas obyek kemudian
bius dengan air bersih.
f. Diamati menggunakan mikroskop

2. Waktu reaksi
a. Probandus dalam keadaan relax duduk, tangan kanan berada
diujung meja prktikum. Jarak jari telunjuk dan ibu jari kurang
lebih 2,5 cm.
b. Probandus lainnya memegang penggaris serta memberi aba-aba
siap. Kemudian probandus yang duduk menangkap penggaris
yang dijatuhkan . Ulangi percobaan tersebut sebanyak 20 kali,
dan catat hasilnya.
c. Lakukan percobaan tersebut sebelum dan sesudah aktivitas.
Catat dan hitung hasilnya
3. Desakan Darah
a. Tahap Persiapan
1) Tentukan enam orang sebagai probandus untuk dua
perlakuan, yaitu : latihan 1 (olahraga lari selama 15 menit)
sebanyak 3 orang yang terdiri atas 1 orang perempuan dan 2
orang laki – laki dan latihan 2 (pengaruh pendinginan)
sebanyak 3 orang yang terdiri atas 1 orang laki – laki dan 2
orang perempuan
2) Catat data probandus yang meliputi :
a) Jenis kelamin
b) Umur
c) Tinggi badan
d) Berat badan

b. Tahap Percobaan (Pengaruh Pendinginan)


1) Probandus berada pada posisi duduk dengan tenang
selama 2-3 menit
2) Mengukur tekanan darah dengan menggunakan tensimeter
dimulai dengan melilitkan sabuk tekan yang telah
dilengkapi dengan pompa dan sphygmomanometer
(tensimeter) pada lengan atas tepatnya di atas sendi siku
3) Meletakkan kepala stetoskop pada bawah sabuk tekan
tepat di atas arteri branchialis kemudian dengarkan suara
denyut nadinya
4) Memompa sampai sabuk tekan menekan lengan dan suara
denyut tidak terdengar (hingga jarum menunjukkan ke
angka 180 mmhg)
5) Mengendorkan sekrup pengatur pada pompa sedemikian
rupa sehingga udara keluar
6) Memantau suara denyut dengan seksama hingga suara
denyut terdengar (tekanan sistol)
7) Meneruskan penggembosan dan mendengarkan terus suara
denyut hingga tidak terdengar lagi (tekanan diastole)
8) Lalu catat hasil pengamatan yang didapatkan kedalam
tabel
9) Pekerjaan ini di ulangi sebanyak 3 kali untuk di ambil
rata-ratanya.
10) Ulangi langkah b hingga i untuk posisi probandus saat
baring terlentang sebelum dan sesudah memasukkan
tangan kiri kedalam baskom yang berisi air dingin selama
±5 menit

c. Tahap Latihan
1) Sebelum melakukan latihan ukur denyut nadi dengan
tensimeter
2) Lakukan pemanasan 10 menit
3) Lakukan kegiatan olahraga berlari selama 15 menit
4) Hitunglah berapa denyut nadi yang terjadi setelah berlari
selama 15 menit dengan menggunakan tensimeter
5) Lalu catat hasil pengamatan yang didapatkan kedalam
tabel
6) Ukur denyut nadi sebanyak 3 kali untuk di ambil rata-
ratanya.

E. Hasil
1. Gambar Hasil Tes Golongan darah
Intrepretasi Hasil
2. Tabel 1. Waktu reaksi
No Probandus Jenis S (cm) t (detik)
Kelamin S S t t t
tangan tangan kanan kiri rata-
kanan kiri rata
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
6

3. Data perhitungan waktu reaksi


Waktu reaksi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

4. Desakan darah
Tabel 2. Posisi pendinginan

Percobaan Posisi dan Pendinginan


Jenis
No. Nama BB TB Berbaring dan
Kelamin Duduk Berbaring
Pendinginan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tabel 3. Desakan darah pada latihan


Percobaan Posisi dan Pendinginan
Jenis
No. Nama BB TB
Kelamin Sebelum Setelah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
Daftar Rujukam
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN

You might also like