Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk menilai GFR (Glomelular Filtration Rate) / CCT (Clearance Creatinin Test) dapat
digunakan rumus :
Clearance creatinin (ml/ menit) = (140-umur ) x berat badan (kg)
72 x creatinin serum
1. Stadium I: GFR > 90 ml/menit walau terdapat kerusakan ginjal. Ginjal masih
mempunyai fungsi yang normal tetapi jumlah urine yang dihasilkan dalam batas
yang tidak normal akibat kerusakan pada ginjal.
2. Stadium II: Penurunan yang ringan (GFR 60-89 ml/ menit). Fungsi ginjal mulai
menurun, jumlah urine yang di hasilkan dalam batas tidak normal, akibat
kerusakan pada ginjal :
GFR 60 ml/menit terdapat kehilangan fungsi 50%
Hormon parathyroid mulai meningkat.
3. Stadium III: Penurunan fungsi ginjal yang sedang (GFR 30-59 ml/menit)
Absobsi kalsium menurun
Malnutrisi
Anemia akibat kekurangan eritropoetin
Hypertropi ventrikel kiri
4. Stadium IV: Penurunan fungsi ginjal yang berat (GFR 15-29 ml/menit)
Trigliserida serum meningkat
Hiperfosfatemia
Asidosis metabolik
Hiperkalemia
5. Stadium V: Gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit), kadang disebut astablished renal
failure, Azotemia.
A. Definisi Hemodialisis
B. Indikasi Hemodialisis
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien tersebut dinyatakan
memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. BUN > 100 mg/dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
2. Ureum > 200 mg%
3. Kreatinin > 100 mg %
4. Hiperkalemia > 17 mg/liter
5. Asidosis metabolik dengan pH darah < 72
6. Sindrom kelebihan air
7. Intoksikasi obat jenis barbiturat
D. Komplikasi
E. Proses Hemodialisis
Secara keseluruhan sistem hemodialisa terdiri dari 3 elemen dasar, yaitu sistem
sirkulasi darah diluar tubuh (ekstrakorporeal), dialiser, dan sistem sirkulasi dialisat.
1. Sistem Sirkulasi Darah Ekstrakorporeal
Selama hemodialisa darah pasien mengalir dari tubuh kedalam dialiser
melalui akses arteri, kemudian kembali ke tubuh melalui selang vena
dan akses vena. Sistem sirkulasi darah di luar tubuh ini disebut sistem
sirkulasi darah extra corporal
2. Dialiser
Dialiser adalah suatu alat berupa tabung atau lempeng, terdiri dari
kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh
membran semipermieabel. Di dalam dialiser ini terjadi proses pencucian
darah melalui proses difusi dan ultrafiltrasi, sehingga dihasilkan darah
melalui yang sudah “bersih” dari zat-zat yang tidak dikehendaki.
3. Sistem Sirkulasi Dialisat
Dialisat adalah cairan yang digunakan dalam proses dialisis.
Dialisat dialirkan ke dalam kompartemen pada dialiser dengan
kecepatan tinggi. (1,5 x 500 ml/ mnt).
F. Prinsip Hemodialisis
Prinsip pelaksanaan dari terapi hemodialisis itu meliputi (LeMone, Burke, &
Bauldoff, 2016) :
1. Difusi
Dihubungkan dengan pergeseran partikel-partikel dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah oleh tenaga yang di timbulkan oleh perbedaan konsentrasi
zat-zat terlarut di kedua sisi membran dialisis, difusi menyebabkan pergeseran
urea, kreatinin dan asam urat dari kompartemen darah klien ke kompartemen
dialisat.
2. Osmosis
Mengangkut pergeseran cairan lewat membran semipermeabel dari daerah
yang kadar partikel-partikel rendah ke daerah yang kadar partikel lebih tinggi,
osmosis bertanggung jawab atas pergeseran cairan dari klien terutama pada
dialiser.
3. Ultrafiltrasi
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat
perbedaan tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen
dialisat.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan
mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
G. Proses Hemodialisis
Mekanisme proses pada mesin hemodialisis, darah pompa dari tubuh masuk
kedalam mesin dialisis lalu dibersihkan pada dialyzer (ginjal buatan), lalu darah pasien
yang sudah bersih dipompakan kembali ketubuh pasien. Mesin dialisis yang paling
baru dipasaran telah dilengkapi oleh sistim koputerisasis dan secara terus menerus
memonitor array safty-critical parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate,
tekanan darah, tingkat detak jantung, daya konduksi, pH dll. Bila ada yang tidak
normal, alarm akan berbunyi. dua diantara mesin dialisis yang paling besar adalah
fresenius dan gambro. Dalam hemodialisis memerlukan akses vascular (pembulu
darah) hemodalisis (AVH) yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang
cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah sebesar 200 – 300 ml/menit secara
kontinu selama hemodialis 4-5 jam. AVH dapat berupa kateter yang dipasang
dipembulu darah vena di leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang permanen
dibuat hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut
arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino fistula. kemudian
darah dari tubuh pasien masuk kedalam sirkulasi darah mesin hemodialisis yang terdiri
dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang outlet/venous (dari mesin ketubuh).
kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusuk kepembulu darah
pasien. Darah setelah melalui selang inlet masuk kedialisar. Jumlah darah yang
menempati sirkulasi darah di mesin berkisar 200ml. Dalam dialiser darah dibersihkan,
sampah-sampah secara kontinu menembus membran dan menyebrang ke
kompartemen dialisat. di pihak lain cairan dialisat mengalir dalam mesin hemodialisis
dengan kecepatan 500ml/menit masuk kedalam dialiser pada kompartemen dialisat.
Cairan dialidat merupakan cairan yang pekat dengan bahan utama elektr;it dan glukosa
, cairan ini dipompa masuk kemesin sambil dicampur dengan air bersih yang telah
mengalami proses pembersihan yang rumit (water treatment). Selama proses
hamodialisis, darah pasien diberi heparin agar tidak membeku bila berada diluar tubuh
yaitu dalam sirkulasi darah mesin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KOMPLIKASI ANEMIA
I. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, agama, alamat, pekerjaan, pendidikan dll.
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun), usia muda,
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Klien merasakan tanda dan gejala anemia pada seseorang dengan ginjal kronis
seperti lemas, kelelahan, atau merasa lelah, sakit kepala, masalah dengan
konsentrasi, pucat, pusing, kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri dada.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi
anafilaksis, renjatan kardiogenik.
b. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi
saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik,
benigna prostatic hyperplasia, prostatektomi.
c. Riwayat penyakit keluarga : adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus
atau hipertensi.
4. Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, napas
cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernapasan (B 1 : Breathing)
Gejala : napas pendek, dispnea nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum, kental dan banyak.
Tanda ; takhipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, batuk produktif
dengan/tanpa sputum, pernapasan cepat dan dalam, nyeri dada.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi nyeri dada atau angina
dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik,
friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning kecenderungan
perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolet sampai koma.
edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B 4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat,
tidak dapat kencing.
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: perubahan warna urine (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau
anuria.
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan
diare, adanya edema anasarka (ascites).
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, sendi
keterbatasan gerak sendi.
V. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi merupakan
tindakan elektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Hasil dari evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, dan masalah belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47.
Fauci, S.A. , Kasper, L.D. , Longo, L.D. , Braunwald, E. , Hauser, L.S. , Jameson,
L.J, et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicines, 17th Edition.
New York: Mc-Graw Hill Company.
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kerusakan nefron
Produksi EPO ↓
Perpospatemia pruritus kelebihan
Gangguan volume cairan
Integritas Produksi eritrosit
urokrom perubahan Kulit ↓
tertimbun di beban jantung
warna kulit naik
kulit
Anemia
intoleransi aktivitas