You are on page 1of 18

1.

Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme karbohidrat adalah suatu proses reaksi secara mekanis dan kimiawi karbohidrat

di dalam tubuh makhluk hidup. Hal yang harus dipahami dalam metabolisme karbohidrat

adalah

1. Glikolisis

2. Glikogenesis

3. Glikogenolisis

4. Glukoneogenesis

5. HMP-Shunt

6. Jalur Asam Uronat

1. Glikolisis

Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat di bagi dalam dua bagian yaitu yang tidak

menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob.Reaksi

anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses

ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, dan

akan dibahas satu persatu.

1. 1. Heksokinase

Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6-fosfat dengan

reaksi fosforilasi. Gugus fosfat diterima dari ATP dalam reaksi sebagai berikut :

Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut di bantu oleh ion Mg ++ sebagai

kofaktor. Heksokinase yang berasal dari ragi merupakan katalis pada reaksi pemindahan

gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa dan

glukosamina.
1. 2. Fosfoheksoisomerase

Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu pengubahan glukosa -6-fosfat menjadi fruktosa -6-

fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah

diperoleh dari ragi dengan cara klistalisasi. Enzim fosfoheksoisomerase terdapat pada

jaringan otot dan mempunyai berat molekul 130.000.

1. 3. Fosfofruktokinase

Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu

oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP kepada

fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat

dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses

metabolisme ini.

1. 4. Aldolase

Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-

1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-

gliseral-dehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis, telah

ditemukan dan dimurnikan oleh Warburg.

1. Triosafosfat Isomerase

Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-

gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiasetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam

proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah

dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksiasetonfosfat

akan bertimbun dalam sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel enzim triosafosfat

isomerase yang dapat mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.


1. Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase

Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi asam

1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD +, sedangkan gugus fosfat

diperoleh dari asam fosfat.Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat.

1. Fosfogliseril Kinase

Reaksi yang menggunakan ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi

asam 3-fosfogliserat.Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion Mg +
+
diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka

reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis

dalam bentuk ATP.

1. Fosfogliseril Mutase

Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-fosfogliserat

menjadi asam 2-fosfogliserat.

1. Enolase

Reaksi berikutnya ialah reaksi pembentukan asam fosfoenolpiruvat dari asam 2-fosfogliserat

dengan katalis enzim enolase dan ion Mg ++ sebagai kofaktor.Reaksi pembentukan asam

fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.

1. Piruvat Kinase

Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam fosfoenolpiruvat

kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul piruvat. Piruvat kinase telah dapat

diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal. Enzim ini adalah suatu tetramer dengan berat

molekul 165.000.dalam reaksi tersebut, di perlukan ion Mg++ dan K+ sebagai aktivator.

2. Proses Glikogenesis
Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan

dalam hati dan otot. Pada proses ini, lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa

menjadi glikogen akan diaktivasi di dalam hati, oleh hormon insulin sebagai respon terhadap

rasio gula darah yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat setelah makan atau

teraktivasi pada akhir siklus Cori.

Pada hati, glikogenesis berfungsi untuk mempertahankan kadar gula darahsedangkan

padaotot bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. Proses

Glikogenesis terjadi apabila jumlah glukosa ( dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh

terlalu berlebih maka glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Proses

terjadinya glikogenesis :

1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi

juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di

hati oleh glukokinase.

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan

katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan

gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya

adalah glukosa 1,6-bifosfat.

 Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat

3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk

uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc

pirofosforilase.

 UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi

4. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan

menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi


5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik

dengan atom C4pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin

difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang

sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini.

Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal

sebagai glikogenin.

 UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1

Glikogen Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek

yang diaktifkan oleh glikogen sintase.Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat

molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah

molekul glikogenin.

1. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa

tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang

memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang

berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada

molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut

1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non

reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga

akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis. (Murray dkk. Biokimia Harper)

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen

sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan

berpindah tempat untuk membentuk cabang.Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah

enzim pembentuk cabang (branching enzyme).


6. Proses glikogen0lisis

Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi molekul glukosa.

Proses ini terjadi apabila tubuh membutuhkan glukosa, untuk digunakan lebih lanjut dalam

proses glikolisis. Glikogenolisisjuga dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh

tubuh, selain glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma

darah untuk menghindari simtomahipoglisemia. Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi

kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi.

Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis,

akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari

glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian

1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai

paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu

glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.

(C6)n + Pià (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat

Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu

cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6

memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik.

Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat

berlangsung. (Murray dkk. Biokimia Harper)

Berikut tahap-tahap glikogen0lisis :


1. Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda

dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan

enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi

glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis)

yaitu fosfoglukomutase.

2. Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda

dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-

fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak

menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

3. Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi

sehingga menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP

4. Glukoneogenesis

GLUKONEOGENESIS

Pada dasarnya glukoneogenesis adalah sintesis glukosa dari senyawa bukan

karbohidrat, misalnya asam laktat dan beberapa asam amino. Proses glukoneogenesis

berlangsung terutama dalam hati. Asam laktat yang terjadi pada proses glikolisis dapat

dibawa oleh darah ke hati. Di sini asam laktat diubah menjadi glukosa kembali

melalui serangkaian reaksi dalam suatu proses yaitu glukoneogenesis (pembentukan

gula baru).

Glukoneogenesis yang dilakukan oleh hati atau ginjal, menyediakan suplai glukosa

yang tetap. Kebanyakan karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa akhirnya

berasal dari katabolisme asam amino. Laktat yang dihasilkan dalam sel darah merah
dan otot dalam keadaan anaerobik juga dapat berperan sebagai substrat untuk

glukoneogenesis. Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim yang sama dengan

glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan, glukoneogenesis bukan

kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam glikolisis yang

tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

glukokinase

1. Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP

fosfofruktokinase

2. Fruktosa-6-fosfat + ATP fruktosa-1,6-difosfat + ADP

piruvatkinase

3. Fosfenol piruvat + ADP asam piruvat + ATP

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase

mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis

glukosa. Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses

glukoneogenesis berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama

glukoneogenesis merupakan suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim

dan organel sel (mitokondrion), yang diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi

malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.

Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat


(PEP), jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini

dilakukan dalam 4 langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi

membentuk oksaloasetat. Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan

dikatalisis oleh piruvat karboksilase. Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan

reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini memerlukan biotin untuk aktivitasnya.

Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada

reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih)

dengan siklus asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma

dioksidasi membentuk kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma

mengalami dekarboksilasi membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP

(guanosin trifosfat) yang dikatalisis oleh PEP karboksikinase.

Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh fosfatase. Fruktosa-1,6-

bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-fosfat, jadi

membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase yang

ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir

glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.

Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika

ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan

diubah dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan

energi. Dua fosfat berenergi tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP.

ATP tambahan digunakan untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-

bisfosfogliserat. Diperlukan satu NADH pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi

gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2 molekul piruvat digunakan pada sintesis satu

glukosa, maka setiap molekul glukosa yang disintesis dalam glukoneogenesis, sel

memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan glukoneogenesis tidak dapat bekerja
pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH yang diperlukan pada

glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama asam lemak.

Walaupun lemak menyediakan sebagian besar energi untuk glukoneogenesis, tetapi

lemak hanya menyumbangkan sedikit fraksi atom karbon yang digunakan sebagai

substrat. Ini sebagai akibat struktur siklus asam sitrat. Asam lemak yang paling

banyak pada manusia yaitu asam lemak dengan jumlah atom karbon genap

didegradasi oleh enzim -oksidasi menjadi asetil-KoA. Asetil KoA menyumbangkan

fragmen 2-karbon ke siklus asam sitrat, tetapi pada permulaan siklus 2 karbon hilang

sebagai CO2. Jadi, metabolisme asetil KoA tidak mengakibatkan peningkatan jumlah

oksaloasetat yang tersedia untuk glukoneogenesis. Bila oksaloasetat dihilangkan dari

siklus dan tidak diganti, kapasitas pembentukan ATP dari sel akan segera

membahayakan. Siklus asam sitrat tidak terganggu selama glukoneogenesis karena

oksaloasetat dibentuk dari piruvat melalui reaksi piruvat karboksilase.

Kebanyakan atom karbon yang digunakan pada sintesis glukosa disediakan oleh

katabolisme asam amino. Beberapa asam amino yang umum ditemukan mengalami

degradasi menjadi piruvat. Oleh karena itu masuk ke proses glukoneogenesis melalui

reaksi piruvat karboksilase. Asam amino lainnya diubah menjadi zat antara 4 atau 5

karbon dari siklus asam sitrat sehingga dapat membantu meningkatkan kandungan

oksaloasetat dan malat mitokondria. Dari 20 asam amino yang sering ditemukan

dalam protein, hanya leusin dan lisin yang seluruhnya didegradasi menjadi asetil-KoA

yang menyebabkan tidak dapat menyediakan substrat untuk glukoneogenesis.

Pengaturan Glukoneogenesis

Hati dapat membuat glukosa melalui glukoneogenesis dan menggunakan glukosa

melalui glikolisis sehingga harus ada suatu sistem pengaturan yang mencegah agar
kedua lintasan ini bekerja serentak.Sistem pengaturan juga harus menjamin bahwa

aktivitas metabolik hati sesuai dengan status gizi tubuh yaitu pembentukan glukosa

selama puasa dan menggunakan glukosa saat glukosa banyak. Aktivitas

glukoneogenesis dan glikolisis diatur secara terkoordinasi dengan cara perubahan

jumlah relatif glukagon dan insulin dalam sirkulasi.

Bila kadar glukosa dan insulin darah turun, asam lemak dimobilisasi dari cadangan

jaringan adipose dan aktivitas -oksidasi dalam hati meningkat. Hal ini mengakibatkan

peningkatan konsentrasi asam lemak dan asetil-KoA dalam hati. Karena asam amino

secara serentak dimobilisasi dari otot, maka juga terjadi peningkatan kadar asam

amino terutama alanin. Asam amino hati diubah menjadi piruvat dan substrat lain

glukoneogenesis. Peningkatan kadar asam lemak, alanin, dan asetil-KoA semuanya

memegang peranan mengarahkan substrat masuk ke glukoneogenesis dan mencegah

penggunaannya oleh siklus asam sitrat. Asetil-KoA secara alosterik mengaktifkan

piruvat karboksilase dan menghambat piruvat dehidrogenase. Oleh karena itu,

menjamin bahwa piruvat akan diubah menjadi oksaloasetat. Piruvat kinase dihambat

oleh asam lemak dan alanin, jadi menghambat pemecahan PEP yang baru terbentuk

menjadi piruvat.

Pengaturan hormonal fosfofruktokinase dan fruktosa-1,6-bisfosfatase diperantarai

oleh senyawa yang baru ditemukan yaitu fruktosa 2,6-bisfosfat. Pembentukan dan

pemecahan senyawa pengatur ini dikatalisis oleh enzim-enzim yang diatur oleh

fosforilasi dan defosforilasi. Perubahan konsentrasi fruktosa-2,6-bisfosfat sejajar

dengan perubahan untuk glukosa dan insulin yaitu konsentrasinya meningkat bila

glukosa banyak dan berkurang bila glukosa langka. Fruktosa-2,6- bisfosfat secara

alosterik mengaktifkan fosfofruktokinase dan menghambat fruktosa 1,6-bisfosfatase.

Jadi, bila glukosa banyak maka glikolisis aktif dan glukoneogenesis dihambat. Bila
kadar glukosa turun, peningkaan glukagon mengakibatkan penurunan konsentrasi

fruktosa-2,6-bisfosfat dan penghambatan yang sederajat pada glikolisis dan

pengaktifan glukoneogenesis.
5. HMP shunt

HMP-Shunto Disebut juga jalur pentosa fosfat / heksosa monofosfat. Jalur ini menghasilkan

NADPH dan ribosa di luar mitokondria. NADPH diperlukan untuk biosintesis; asam

lemak,kolesterol, dan steroid lain.Ribosa untuk biosintesis asam nukleat.Kepentingan lain

HMP-shunt berlangsung dalam jaringan; hepar, lemak, korteks adrenal, tiroid,eritrosit,

kelenjar mammae sedang laktasi. NADPH juga penting dalam; detoksifikasi obat oleh

monooksigenase, reduksiglutation.HMP-shunt terdiri dari fase:1. Oksidatif (irreversible);

glukosa 6-fosfat ---> ribulosa 5-fosfat2. Non-oksidatif (reversible); ribulosa 5-fosfat --->

ribosa 5-fosfat

Jalur ini aktif dalam hepar, jaringan adiposa (lemak), adrenal korteks, glandula tiroid, sel

darah merah,testes dan payudara yang sedang menyusui. Dalam otot aktivitas jalur ini rendah

sekali.

Fungsi utama jalur ini adalah untuk menghasilkan NADPH, yaitu dengan mereduksi NADP+.

NADPH diperlukan untuk proses anabolik di luar mitokhondria, seperti sintesis asam lemak

dan steroid. Fungsi yang lain adalah menghasilkan ribosa-5-fosfat untuk sintesis nukleotida

dan asam nukleat. Jalannya reaksi sebagai berikut ( gambar 18-19 ):

a-D-glukosa 6-fosfat mengalami oksidasi menjadi 6-fosfoglukonolakton. Enzimnya adalah

glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Reaksi ini memerlukan Mg++ atau Ca++ , memakai

NADP+ dan menghasilkan NADPH. Insulin meningkatkan sintesis enzim ini.

Selanjutnya 6-fosfoglukonolakton diubah menjadi 6-fosfoglukonat. Reaksi ini juga memer-

lukan Mg++, Mn++ atau Ca++. Enzimnya glukono-lakton hidrolase. Satu molekul air (H2O)

terpakai, ikatan cincin terlepas.


6-fosfoglukonat selanjutnya mengalami dekarboksilasi dan berubah menjadi riboluse-5-

fosfat.

Sebelum dekarboksilasi 6-fosfoglukonat dioksidasi menjadi semyawa antara 3-keto 6-

fosfoglukonat. Ion Mg++, Mn++ atau Ca++ diperlukan. NADP+ bertindak sebagai hidrogen

ekseptor menjadi NADPH. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah 6-fosfoglukonat

dehidrogenase. Aktivitas enzim ini tergantung adanya NADP+. Seperti halnya enzim G6PD

enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase sintesisnya dirangsang oleh insulin.

Selanjutnya Ribulosa 5-fosfat dapat menjadi dua substrat dari dua enzim yaitu:

1. Ribulosa 5-fosfat epimerase, yang membentuk suatu epimer pada karbon ketiga, yaitu

xylulose 5-fosfat (xylulose 5-phosphate).

2. Ribosa 5-fosfat ketoisomerase, yang merubah ribulosa 5-fosfat menjadi ribosa 5-fosfat.

Proses selanjutnya akan melibatkan suatu enzim transketolase, yang dapat memindah

dua unit karbon ( C1 dan C2 ) dari suatu ketosa pada aldehida dari aldosa. Dalam reaksi ini

diperlukan suatu koenzim, tiamin difosfat dan ion Mg++. Dua karbon dari xylulose 5-fosfat

dipindah pada ribosa 5-fosfat, menghasilkan suatu ketosa dengan tujuh karbon yaitu

sedoheptulosa 7-fosfat dan aldosa dengan tiga karbon gliseraldehida 3-fosfat.

Sedoheptulosa 7-fosfat dan gliseraldehida 3-fosfat akan bereaksi dengan bantuan

enzim transaldolase dan membentuk fruktosa 6-fosfat dan eritrosa 4-fosfat.Dalam reaksi ini,

transaldolase memindah tiga karbon "active dihydroxy acetone" (C1-C3) dari keto dengan

tujuh karbon pada aldosa dengan tiga karbon.

Reaksi selanjutnya kembali melibatkan enzim transketolase, dimana xylulose 5-fosfat

menjadi donor "active glycoaldehyde" (C1-C2). Eritrosa 4-fosfat yang terbentuk dari reaksi

sebelumnya, akan bertindak sebagai akseptor (penerima) C1-C2. Reaksi ini memerlukan
tiamin dan ion Mg++ sebagai ko-enzim dan menghasilkan fruktosa 6-fosfat dan

gliseraldehida 3-fosfat.

Agar glukosa dapat dioksidasi secara sempurna menjadi CO2, diperlukan enzim yang dapat

mengubah gliseraldehide 3-fosfat menjadi glukosa 6-fosfat. Untuk ini diperlukan enzim

Embden-Meyerhof (glikolisis) yang bekerja kearah yang berlawanan. Selain itu, juga

diperlukan enzim fruktosa 1,6-difosfatase. Enzim ini mengubah fruktosa 1,6-difosfat menjadi

fruktosa 6-fosfat.

Secara keseluruhan proses ini dapat dianggap suatu oksidasi tiga molekul glukosa 6-fosfat

menjadi tiga molekul CO2 dan tiga molekul pentosa fosfat. Tiga molekul pentosa fosfat

diubah menjadi dua molekul glukosa fosfat dan satu molekul gliseraldehida 3-fosfat. Karena

dua molekul gliseraldehide 3-fosfat dapat diubah menjadi satu molekul glukosa 6-fosfat

melalui jalur kebalikan glikolisis, maka HMP Shunt dapat dikatakan suatu oksidasi glukosa

yang komplit (sempurna)

Enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase mengontrol HMP Shunt. Enzim ini dapat

dihambat oleh NADPH. Reaksi yang dikatalisis enzim ini tidak akan berjalan apabila

NADPH tidak dipakai atau dengan kata lain konsentrasinya tidak menurun. Perlu diingat

bahwa produksi ribosa 5-fosfat tidak tergantung pada oksidasi glukosa, tapi dapat melewati

kebalikan jalur glikolisis.

NADPH yang terbentuk berguna dalam sintesis asam lemak, steroid dan sintesis asam

amino. Sintesis asam amino melalui glutamat dehidrogenase. Adanya lipogenesis yang
aktif ,maka NADPH diperlukan, hal ini mungkin akan merangsang oksidasi glukosa lewat

HMP Shunt. "Fed state", suatu keadaan dimana seseorang baru saja makan, mungkin dapat

menginduksi sintesis enzim-enzim glukosa 6-fosfat dehidro-genase dan 6-fosfoglukonat

dehidrogenase.

HMP shunt terdiri dari 2 fase yaitu :

1. Oksidatif (irreversible);

glukosa 6-fosfat à ribulosa 5-fosfat

2. Non-oksidatif (reversible);

ribulosa 5-fosfat à ribosa 5-fosfat


6. Jalur asam uronat

Jalur ini merubah glukosa menjadi asam glukuronat. Asam glukuronat berperan penting

dalam biosintesis glikoprotein & proteoglikan. UDP-glukuronat yang terbentuk berfungsi

dalam ekskresi; bilirubin, obat, xenobiotik, dan hormon steroid.

You might also like