You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUANA

A. Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinyasumber
energi. Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa(event dinamic) yang
dimulai dari pra kejadian, kejadian dan siklusnya sertakonsekuensi yang mengiringinya.
Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisidan beberapa syarat pencetusnya
terpenuhi, utamanya pada saat pra kejadian. Ada poin-poin yang menjadi persyaratan
dasar yang apabila gagaldilakukan pe ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian
akan memasukitahapan tidak terkendali dan sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut
diantaranya adalah terdapat bahan yang dapat terbakar, misalnya minyak, gas
bumi,kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya. !ilamana bahan yang
dapatterbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu pencetusnya
makaseketika akan segera menimbulk"an api. Sedangkan pencetus itu sendiri
penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkanhanya
sekedar percikan bunga api.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orangdan
kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatukerugian yang
sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil.Sebagai contoh kerugian
nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi$aktivitas, jika tidak
ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. jika terjadi kebakaran
orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebihmengutamakan menyelamatkan barang-
barang pribadi daripada menghentikansumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat
disayangkan karena dengankeadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan
bertambah besar.dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang
semakin pesat,resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. 'enduduk semakin padat,
pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yangsemakin
berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadikebakaran
membutuhkan penanganan secara khusus.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebakaran ?
2. Apa penyebab kebakaran?
3. Apa kerugian akibat kebakaran?
4. Bagaimana cara penanggulangan bencana pra kebakaran ?
5. Bagaimana cara penanggulangan bencana saat kebakaran dan pasca kebakaran ?
6. Bagaimana cara atau metode cara memadamkan api ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kebakaran ?
2. Untuk mengetahui penyebab kebakaran?
3. Untuk mengetahui kerugian akibat kebakaran?
4. Untuk mengetahui cara penanggulangan bencana pra kebakaran ?
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan bencana saat kebakaran dan pasca kebakaran
?
6. Untuk mengetahui cara atau metode cara memadamkan api ?

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak ferkendali, yang berarti diluar kemampuan dan
keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan sesuatu proses kimiawi
antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori ini dikenal sebagai
segitiga api ( fire triangle) (respositori.usu.ac.id)
Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menhadi unsur
api, yaitu: bahan bakar ( fuel), sunber panas ( heart), dan oksigen. Kebakaran dapat
terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan lainnya tanpa adanya
salah satu unsur tersebut, api tidak dapat menyala. Teori ini dikembagkan oleh W.H
Hacssler (1974). Menurut beliau, kebakaran disebabkan oleh 4 faktor, yaitu, bahan bakar
bahan pegoksidasi, suhu dan reaksi berantai. Keemlat unsur ini disebut bidang empat api
atau istilah lainnya iyalah the tetahedron of fire (jaini,2008)

B. Penyebab Kebakaran
Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, secara umum dimelompokan sebagai berikut
1. Faktor manusia
Manusia sebagia salah sati faktor penyebab kebakaran antara lain : manusia
yang kurang peduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran, menempatkan
barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan norma
norma pencegahan kebakaran, pemakaian tenaga
2. Faktor teknis
Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis khusunya kondisi tidak
aman dan membahayakan.
3. Proses fisik atau mekanis
Faktor penting yang menjadi peranan dalam proses ini adalah timbulnya panas
akibat kenaika n suhu atau timbulnya bunga apu, misalnya perkerjaan perbaikan
dengan mengunakan mesin las atau kondisi instalasi listri yang sudah tua atau tidak
memenuhi standar

3
4. Proses kimia
Kebakaran dapat terjadi ketika pengakjtan bahan_ bahan kimia berbahaya,
penyimpanan dan penaganan tanpa memperhatikan petunjuk_petunuk yang ada.
5. Faktor alam
Salah satu faktor penyebab adanya kevakaran dan peledakan akibat faktor alam
adalah petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan kebakan hutan yang luas
dan juga perumah _ perumahan yang dilalui oleh lahar panas dll( anonim,2010)

C. Kerugian akibat kebakaran


Kebakaran menimbulkan kerugian baik terhadap manusia, aset, maupun produktivitas. (
usu.ac.id )
1. Kerugian Materi
Dampak kebakaran juga menimbulakan kerugia materi yang sangat besar
angka kerugia ini adalah langsung nilai aset atau bagunan yang terbakar. Disamping
itu , kerugia tidak langsung justru jauh lebih tinggi, misalnya ganggua produksi,
biayaya pemulihan kebakaran, biayaya sosial dan lainnya.
2. Kerugia jiwa
Kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung
mapupun sebagai dampak dari suatu kebakaran . Berdasarkan data data di DKI,
korban kebakaran yang meninggal dunia rata_rata 25 orang pertahun. Namun data di
USA jauh lebih tingg yaitu mencapai rata_rata 3000 orang setiap tahun
3. Menurunnya produktifitas
Kebakaran juga mempegaruhin produktifitas nasional maulun keluarga. Jika
terjadi kebaran proses produksi akan teganggu bahkan dapat terhenti secara total.
Nilai kerugiannya akan sangat besar yang diperkirakan 5 _50 kali kerugian langsung.
4. Gangguan bisnis
Menurunya produltifitas dan kerusakan aset akibat kebakaran mengakibatkan
gangguan bisnis sangat kuat
5. Kerugian sosial
Kebakanran dapat mengakibatkan sekelompok masyarakat korban kebakaran
akan kehilangan segala harta bendanya, mengahacurkan kehidupannya dan

4
mengakibatkan keluarga menderita. Kegiatan sosial juga mengalami hambatan yang
berakibat turunnya kesejahteraan masyarakat.

D. Penanggulangan Bencana Pra Kebakaran


Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi
dan rekronstruksi (UU no 24 tahun 2007). Salah satu kelompok dalam manajemen
pengelolaan kebencanaan yaitu pra bencana. Manajemen bencana pada masa pra bencana
merupakan fase manajemen resiko bencana. Manajemen resiko bencana terdiri dari tiga
cara, yaitu pencegahan mitigasi dan kesiapsiagaan.
Pada masa pra bencana atau disebut juga sebagai fase penyadaran akan bencana,
merupakan fase pencegahan dimana golongan tertentu memberikan tambahan wawasan
umum tentng bencana kebakaran. Misalkan jajaran pers dapat memainkan perannya
sebagai pendidik public lewat artikel ataupun berita yang disajikannya secara periodik,
terencana, popular, digemari dan mencerahkan serta memperkaya khazanah alam pikiran
public antara lain :
1. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bencana khususnya
kebakaran yaitu paham mekanisme quick respon seperti menghubungi dinas
pemadam kebakaran setempat, langkah-langkah resque yang perlu cepat dan tepat
untuk meminimalisasi korban serta menekan kerugian harta atau benda dan
meminimalisasi pengrusakan lingkungan akibat kebakaran.
2. Pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) melalui muatan-muatan artikel tematis
yang bersifat penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap potensi, jenis, dan sifat
bencana kebakaran.
3. Perencanaan pengembangan wilayah dan pertumbuhan tata ruang yang baik untuk
pencegahan bencana kebakaran dilingkungan masyarakat
4. Pelestarian lingkungan dari sosialisai tanggap bencana kebaran yang diberikan oleh
agen penanggulangan bencana tersebut. Masyarakat awam dapat mengetahui dan
menyikapi dengan lebih baik untuk menanggulangi bencana kebakaran.

5
Kegiatan- kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan sebelum bencana kebakaran
dapat berupa :
a. Pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness)
b. Latihan penanggulangan bencana (disaster drill)
c. Penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-dropf)
d. Membangun system social yang tanggap bencana
e. Perumusan kebijakan-kebijakan penganggulan bencana (disaster management
policies)

Prosedur dan tahapan penanggulangan pra bencana kebakaran yang dapat dilakukan
oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dapat melalui
perangkat komunikasi dan informasi antara lain:

1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan ronda disekita lingkungan pemukiman


warga dan khusnya ditempat- tempat rawan kebakaran (pemantauan,informasi
dan komunikasi). Kegiatan deteksi dan patrol untuk setiap kelas bahaya
kebakaran akan semakin sering dilaksanakan apabila tingkatan bahaya kebakaran
semakin ekstrim
2. Merencanakan dan mensosialisasikan kesepakatan penyampaian tanda bahaya
yang di sepakati bersama : kentongan, sirine, pluit atau apa yang telah disepakati,
3. Merencanakan dan mensosialisai kesepakatan jalur evakuasi : disepakati jalur
mana yang akan dilewati untuk penyelamatan.
4. Merencanakan dan mensosialisasi kesepakatan tujuan/tempat pengungsian yang
akan digunakan : disepakati tujuan pengungsian ke tempat yang lebih aman
5. Mensosialisasikan persiapan masing-masing keluarga : yang diutamakan untuk
keselamatan, seperti surat-surat berharga ternak, pakaian secukupnya. Selain itu,
sumber daya manusia yang ada dapat membantu dalam hal penorganisasian
masyarakat seperti kerja sama dengan perangkat desa setempat, PEMDA, LSM,
mepersiapakan alat bantu transportasi dan mempersiapakan membuat alat bantu
penerangan (obor,senter dll)

6
Mitigasi bencana

Mitigasi bencana merupakan upaya untuk mengurangi risiko bencan, baik


melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencan (UU 24/2007). Mitigasi bencana yang efektif .

Memiliki tiga unsur utama yaitu penilain bahaya, peringatan, dan persiapan

1. Penilain bahaya ( hazard assesment) diperlukan untuk mengidentifikasi populasi


dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini memerlukan
pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian bencana,
serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan peta potensi
bencana kebakaran yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi
lainnya.

2. Peringatan ( warning ) diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat


tentang bencana yang akan mengancam. Sistem peringatan didasarkan pada data
bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran
komunikasi untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang maupun
masyarakat. Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat
dilakukna secara cepat, tepat dan dipercaya.

3. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi


sebelumnya ( penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan
tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang
sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan
saatnya kembali ketika situasi telah aman.

Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya


sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah langkah yang
diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan
lainnya adalah perencanaan tata ruang menempatkan lokasi fasilitas umum dan
fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana ( mitigasi non struktur), serta usah usaha
keteknikan untuk membangun strukktur yang aman terhadap bencana dan melindungi

7
struktur akan bencana ( mitigasi struktur). Penguatan kelembagaan baik pemerintah,
masyarakat, maupun swasta merupakan faktor kunci dalam upaya mitigasi bencana.
Penguatan kelembagaan dalam bentuk dalam kesiap siagaan, sistem peningkatan dini,
tindakan gawat darurat, manajemen barang dan evakuasi bencan bertujuan
mewujudkan masyarakat yang berdaya sehigga dapat meminimalkandampak yg dapat
ditimbulkan oleh bencana

Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah dalam kegiatan sebelum /


pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/ lembaga yang telah ada dan
pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah
maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah
administrasi sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulan bencana yang
potensial diwilayahnya

hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersma sama dengan
pemerintah, swasta maupun masyarakat dalm mitigasi bencana, antara lain:

a. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung


usaha preverentif kebencanaan seperti kebijakan tata guna tanah untuk
pembangunan bangunan atau pemeliharaan lingkungan dilakukan dengan tepat.

b. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai


dari identifikasi daerah rawan bencana kebakaran, mengidentifikasi titik api
untuk daerah hutan atau lahan, penghitungan perkiraan dam[ak yg ditimbulkan
oleh bencana kebakaran, perencanaan penanggulangan bencana kebakaran,
hingga penyelanggaraan kegiatan kegitana yang sifat nya preventif kebakaran
(membuat parit api untuk mencegah meluasnya kebakaran dan menyediakan
waduk air didaerah rawan kebakaran )

c. Idenifikasi lembaga lembaga yg muncul dari inisiaif yang sifatnya menangani


kebencanaan agar dapat rujuk keordinasi kerja yang baik

d. Pelaksanaan program atau tindakan real dari pemerintah yang merupakan


pelaksanaan dari kebijakan yang ada , yang bersifat preventif kebencanaan

8
e. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri ciri alam setempat yang
memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana kebakaran.

Kesiagaan (preparedness)

Tahap kesiapsiagaan bencanakebakaran, ada 9 kegiatan dalam tahap kesiapsiagaan


yang mana tiga diantaranya telah diulas dibahasan sebelumnya. Inti dari tahap kesiapsiagaan
tersebut adalah :

1. Menilai resiko (risk assessment)


a. Identifiksi ancaman (hazard). Kerentanan (fulmerability)
b. Analisis resiko bencana
c. Tentukan tinkat resiko
d. Buat peta resiko bencana
2. Perencanaan siaga (contingency planning)
a. Tentukan satu jenis ancaman
b. Buat scenario kejadian
c. Susun kebijakan penanganan
d. Kaji kebutuhan
e. Inventarisasi sumber daya
f. Selanjutnya buat perencanaan setiap sector
g. Uji kaji dan mutakhirkan
3. Mobilisasi sumber daya
a. Inventarisasi semua sumber daya yang dimiliki oleh daerah sector
b. Identifikasi sumber daya yang tersedia dan siap digunakan
c. Identifikasi sumber daya dari luar yang dapat dimobilisasi untuk keperluaan darurat
4. Pendidikan dan pelatihan
Melakukan pendidikan disekolah sekolah dan melakukan pelatihan secara kontinue :
a. Manajerial
b. Teknis operasional
5. Koordinasi

9
a. Membentuk forum koordinasi
b. Menyelenggarakan pertemuan berkala secara rutin
c. Saling bertukar informasi
d. Menyusun rencana terpadu
6. Mekanisme respon
a. Menyiapakan posko
b. Menyiapakan tim reaksi cepat
c. Mempunyai prosedur tepat
d. Menentukan insiden commander
e. Melakukan upaya diluar prosedur rutin
7. Peringatan dini
Penyampaian informasi yang tepat waktu dan efekti melalui kelembagaan yang jelas,
sehingga memungkinkan setiap individu yang teerancam bahaya dapat mengambil
langkah atau menghindari atau mengurangi resiko dan mempersiapak diri untuk
melakukan upaya tanggap darurat yang efektif
8. Manajemen informasi
Menciptakan system informasi yang mudah diakses, dimengerti dan disebarluaskan ke
masyarakat
Informasi yang disampaikan
a. Akurat
b. Tepat waktu
c. Dapat dipercaya
d. Mudah dikomunikasikan
9. Gladi atau simulasi
Untuk menguji tingkat kesiapsiagaan, perlu dilakukan uji lapangan berupa gladi atau
simulasi kebakaran. Simulasi dapat dilakukan baik dalam ruangan maupun di alam bebas
untuk lebih memahami sistuasinya saat terjadi bencana kebakaran. Gladi atau simulasi
harus dilakukan secara berkala, agar masyarakat dapat membiasakan diri.

10
Pencegahan (preventif)
Peran tim anggota kesehatan dalam pencegahan primer juga turut andil dalam
manajemen resiko bencan kebakaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan tim dalam
masa pra bencana ini, antara lain :
1. menganali instruksi ancaman bahaya kebakaran
2. menyiapkan perlatan kesehatan didaerah rawan kebakaran
3. mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan saat fase emergen ( makanan, air, obat obatan,
pakain dan sleimut, serta tenda)
4. melatih penanganan pertama korban bencan kebakaran baik mengembangkan
kemampuan sendiri maupun melatih masyarakat umum agar dapat melaksanakan
penanganan pertama
5. berkoordinasi dengan berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat.

Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :


1. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tertentu)
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
3. Memberikan beberapa alamat dan nomer telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS
dan ambulance
4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat di bawa ( misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, dan batray)
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternative penampungan atau posko-posko
bencana.

11
E. Penaggulangan Becanda saat kebakaran dan paska kebakaran
Dalam upaya prosedur tanggap darurat secara garis besar meliputi
rencana/rencana dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan
penaggulangan keadaan darurat seperti proses evakuasi atau pemindahan dan penutupan
(jusup,1999).
Pencegahan kebakaran dan cara penanggulangan korban kebakaran tergantung lima (5)
prinsif pokok (suma’mur,1996) sebagai berikut :
a. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik
b. Pembuatan bangunan tahan api
c. Pengawasan yang teratur dan berkala
d. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya
e. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran

Sedangkan menurut Suprapto (1995) ketentuan dan persyaratan teknis dalam proteksi
kebakaran pada bangunan meliputi :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan saran adan peralatan
sistem proteksi kebakaran
b. Melengkapi sarana dan peralatan proteksi di dasari dan analisis resiko bahaya dan
standar serta ketentuan yg berlaku
c. Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus di terapkan dan disebarluaskan
d. Setiap gedung harus di lengkapi dengan sarana pengamanan terhadap kebakaran
secara lengkap dan memenuhi standar t dan ketentuan teknis yang berlaku
e. Perlu di lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk menjamin agar
sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam kondisi siap pakai

1. Pedoman singkat antisipasi dan tindakan pemadaman kebakaran


a. Tempatkan APAR selalu pada tempat yg sudah ditentukan, mudah di jangkau dan
mudah dilihat, tidak terlindung benda /perabot seperti lemari, rak buku, dsb. Beri
tanda segi tiga berwarna merah panjang sisi 35cm.
b. Siagakan APAR selalu siap pakai.

12
c. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahan terbakar
dan tentukan APAR yang dipakai
d. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk
pengosongan lokasi, menyalakan alarm, hubungi petugas kebakaran.
e. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang.
2. Pencegahan secara umum agar tidak terjadi kebakaran
a. Alat-alat elektrik adalah penyebab utama kebakaran di rumah tangga.
b. Belilah alat pemadam kebakaran yang praktis, jika mungkin, dan letakan dekat
kompor atau di dalam dapur serta ajarkanlah semua orang di rumah anda bagaimana
menggunakannya sewaktu waktun di butuhkan.
c. Jangan pernah meninggalkan masakan yang belum matang di atas api, jika anda tidak
bisa mengawasi nya secara langsung karna harus keruangan lain, lebih baik matikan
kompor.hal ini terutama pada makanan yang di goreng, karena minyak goreng cepat
menyebabkan kebakaran jika dibairkan panas.
d. Tidak melakukan aktivitas lain saat memasak.
e. Saat ini sudah banyak orang yang memasang detektor asap (smok detektor) di
rumahnya
f. Simpan benda-benda yg mudah terbakar seperti sprai pengharum ruangan, cat dan
alinnya jauh dari sumber api.
g. Buatlah rencana evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan latilah semua
anggota keluarga.
h. Buatlah tempat berkumpul yang di ketahui semua keluarga jika sewaktu-waktu terjadi
kebakaran dan semua orang harus keluar rumah
i. Buat daftar barang berharga anda, dengan foto dan video anada jika mungkin dan taro
di luar rumah di tempat yang aman
3. Tindakan ketika kebakaran terjadi
a. Kika anda rasa kebakran masih bisa di atasi karena baru terjadi dan belum menjalar,
gunakan alat pemadam kebakaran dan arahlkan ke bagian bawah api
b. Tutup rungan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang lainnya
c. Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika terasa panas
berarti ruang itu sudah terbakar

13
d. Dengan cepat tapi tidak membuat keributan keluarkan seluruh anggita keluarga
e. Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut
f. Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan telepon pemadam
kebakaran
4. Tindakan pasca api kebakaran padam
a. Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya mungkin lemah dan
cepat roboh, ini berbahaya bagi keselamatan anda sendiri
b. Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan memberi bantuan
yang diperlukan (jika ada)
c. Kontak perusahaan asuransi anda dan jika anda membeli barang barangpengganti
yang telah terbakar simpanlah semua tanda terima agar mendapat ganti rugi.

Pemulihan

Terdiri dari serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respon cepat sebagai bagian
dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
yang lebih terancam tahapan ini dilakukan melalui proses review secara partisipasif dampak
bencana dan kegiatan progam nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan
yang sudah direncanakan dan atau sedan dilaksanakan.

Kegiatan tindak cepat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat secara cepat diidentifikasi dan
dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu selesainya semua pendataan kerusakan
sarana prasarana social ekonomi pedesaan. dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih
dan memutuskan pendanaan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada
warga keluarga yang terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatan-kegiatan
yangdilakukan secara padat karya.

Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya : kegiatan untuk pembersihan


puing, penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat sarana-prasarana umum
perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran, pembersihan kawasan
pemukiman yang dapat dipergunakan kembali).Secara parallel, sambil melakukan kegiatan
tindak cepat juga terus dilakukan pendataan atau pemetaan terhadap sarana-prasana umum social

14
atau ekonomi yang mengalami kerusakan secara lebih teliti, sebagai bahan perencanaan untuk
tahap rehabilitasi selanjutnya.

Rekontruksi

Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata yang
terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua
prasarana, sarana dan sistemkelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat,
dengan sasaranutama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya,tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakatsipil
dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.;encana ;ekonstruksi
adalah dokumen yang akan digunakan sebagaiacuan bagi penyelenggaraan program rekonstruksi
pasca-bencana, yang memuat informasi gambaran umum daerah pasca bencana meliputi antara
lain informasi kependudukan, sosial, budaya, ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadi
bencana, gambaran kejadian dan dampak bencana beserta semua informasi tentang kerusakan
yang diakibatkannya, informasi mengenai sumber daya,kebijakan dan strategi rekonstruksi,
program dan kegiatan, jadwal implementasi, rencana anggaran, mekanisme$prosedur
kelembagaan pelaksanaan.'elaksana ;ekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat
dalamkegiatan rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan penanggungjawabkegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakan
penanggulangan bencana di tingkat nasional dandaerah.

F. Cara / metode memadamkan api


Pemadaman api pada prinsipnya adalah salah satu atau lebih dari ketiga faktor
tersebut dengan melakukan salah satu/ lebih cara cara sebagai berikut :
1. Cooling
Menghilangkan faktor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik uap
api/panas tidak lagi diproduksi

15
2. Smothcing
Menghilangkan faktor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga mematikan
pembakaran .
3. Starving
Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada titik dimana
tidak terdapat apapun yan dapat terbakar.
4. Breaking chain reaction
Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkain reaksi kimia didaerah
nyala api.
5. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak
kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan. Kebakaran merupakan
suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat mengakibatkan kerugian
materil dan berpotensi terhadap kematian yang cukup.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/gadar-makalah-kebakaran-.html diakses pada tanggal 15 januari


2019

18

You might also like