ARTIKEL
Membuat Kuesioner
Dengan Baik dan Benar
Oleh :
Syahrudji Naseh, Dip.Med. Stats. * dan Bambang Sukana, SKM *
UESIONER merupakan salah satu
K instrumen penelitian adalah suatu
dokumen yang. dibutuhkan untuk
memerintahkan kepada satu atau lebih pem-
baca/pendengar sehingga mereka menjawab
satu pertanyaan atau lebih. Pertanyaan-
pertanyaan ini discbut pula sebagai item
Yang menjawab item-item kuesioner lazim
disebut sebagai responden atau interview
dan yang membacakannya —dinamakan
pewawancara atau interviewer.
Penggunakan kuesioner sebagai instrumen
penelitian, perlu memtimbangan masak-masak
lebih dulu, Ini dikarenakan masih banyak me-
toda lain yang mungkin lebih tepat, umpa-
manya pengumpulan data dari registrasi/
catatan medis, percobaan di laboratorium
dan penelaahan dari paramedis/dokter/tenaga
keschatan Iain tentang pelaksanaan program
Kesehatan. Bila penggunaan kuesioner me-
‘mang sangat diperlukan, perlu dipikirkan pula
apakah kuesioner ini dikirim melalui pos
(mail questionnaire) atau akan dilakukan
wawancara. Bila jasa pos akan digunakan,
perlu dipertimbangkan pula keuntungan dan
kerugiannya. Untuk penggunaan wawancara,
pula antara wawancara langsung
lerview) atau melalui telepon
(telephone interview)
Menurut Woodward dan Chambers, bebe~
* Peneliti pada Pusiit Ekologi Kesehatan
rapa kelebihan bila kuesioner dikirim melalui
pos antara Iain kesalahan yang sering dibuat
pewawancata (interviewer's bias) dapat dihin-
darkan dan biaya operasional dapat ditekan
seminimal mungkin. Sedangkan kelemahan-
nya antara lain bahwa kuesioner itu tidak
boleh terlampau rumit schingga membingung-
kan_responden, Di samping itu, kuesioner pos
ini sebaiknya hanya menggunakan pertanyaan
yang tertutup (closed-ended) saja,untuk meng-
hindarkan tidak dijawabnya pertanyaav/item
(biasa disebut no response),
Pada dasarnya, item - item dalam kuesio-
ner dapat dibagi menjadi 4 kelompok infor-
masi yang dicari dari setiap responden yaitu
sikap (attitude), pandangan _(belief),prilaku
(behaviour) dan identitas (attribute). Oleh ka-
renanya, sangat penting untuk menen- tukan
terlebih dahulu tujuan penelitian schingga
dengan jelas dapat diidentifikasi kelompok
informasi yang dicari
Sebenarnya banyak sekali syarat yang
harus dipenuhi untuk membuat kuesioner
menjadi baik dan benar seperti diungkapkan
oleh Babbie, Akan tetapi, yang_ paling sering
terjadikesalahan biasanya dalam — alur
pertanyaan kuesioner, tidak adanya pedoman/
pelatihan untuk pewawancara, tidak adanya
survai pen- dahuluan (pilot survey) dan tidak
tersedianya kolom pembuatan kode (coding)
pada kuesiioner. Contoh kuesioner yang,
kurang baik dan yang sudah — diperbaiki
Media Lithangkes Vol.IV No.03/1992
12ARTIKEL
alurnya dapat dilihat dari cuplikan bagian
kuesioner (Terlampir). Kuesioner { adalah
kuesioner yang belum di perbaiki dan
kuesioner 2 sudah terbaik
Pada Pertanyaan 1 kuesioner 1 (selanjut-
nya diberi notasi PIKi), hasil_kehamilan
dibagi dalam 3. kategori, yaitu lahir hidup,
lahir mati dan keguguran. Bila keguguran
merupakan hasil kehamilan, maka P2K1 dile-
wati dan P3K1 langsung ditanyakan, Lonca-
tan ini sudah bagus dengan adanya peringatan
pada P2K1 yaitu "Bila lahir hidup atau lahir
‘mati". Akan tetapi, 2 atau lebih pewawancara
mungkin akan menjawab pertanyaan ini
dengan cara yang berbeda bila ditemui { bayi
lahir hidup dan 1 bayi lahir mati. Oleh kare-
nanya, PIK1 dan P2K2 dapat disem-
purnakan menjadi Pertanyaan PO| dan P02
pada Kuesioner 2 dengan loncatan-loncatan
yang lebih jelas
Bila ada kasus keguguran, seharusnya yg
dapat diisi pada kuesioner 1 hanya PIK1 dan
P3KI saja. Akan tetapi, karena tidak adanya
loncatan - foncatan yang jelas pada
kuesioner tersebut, bila menemui asus
keguguran maka kemungkinan besar pewa-
wancara yang terbatas waktunya di lapangan
harus membaca dahulu seluruh kuesioner. ini
berbeda jika menggunakan kuesioner 2 yang
sudah jelas loncatannya dan tidak akan
mengecoh pewawancara, Kasus keguguran
ini, selain dapat mengecoh pewawancara
bila menggunakan kuesioner 1, dapat juga
memperlambat kerja pembuat program pe-
rekaman (entry) dan pengolahan data
Keadaan yang sama, akan terjadi bila ada
kasus lahis mati (PIKI). Yang diisi dalam
Kuesioner 1 hanya PIK1 sampai dengan
P7K1. Lebih jelas loncatannya bila meng-
gunakan “Kuesioner 2. Apalagi bila ada kasus
bayi kembar dua. Untuk Kuesioner 2 tidak
perks menambah dengan kuesioner baru
13
seperti pada Kuesioner 1, Pelatihan pewa-
wancara diperlukan untuk penyempurnaan
pedoman pewawancara. Biasanya dalam
pelatihan ini akan timbul ide-ide baru dan
perkiraan jawaban item - item kuesioner, Jadi
fungsi utama pelatihan pewawancara adalah
untuk menyepakati pemecahan masalah -
masalah yang mungkin akan timbul di
lapangan agar dapat menekan "interviewer's
bias" seminimal mungkin.
Survei pendahuluan diperlukan untuk pe-
nyempurnaan kuesioner. Kadang - kadang
survai pendahuluan ini juga diperlukan untuk
mengelompokkan jawaban - jawaban terbuka
menjadi jawaban tertutup. Kolom kode diper-
lukan untuk memudahkan perekaman data dan
mengurangi kesalahan yang timbul pada saat
perekaman, Kolom kode ini disempumakan
pengisiannya pada saat pengeditan data, Pada
contoh kuesioner di atas, kode diagnosa
penyakit diisi pada saat pengeditan.
Sebenarnya ada beberapa_piranti {unak
yang menyediakan fasilitas untuk pembuatan
kuesioner untuk penelitian kesehatan, kedok-
teran dan kependudukan, Piranti lunak ini
antara lain Epi Info versi 5 ke atas dan
piranti lunak ISSA (Integrated System for
Survey Analysis). Kedua piranti lunak ini
mudah dipelajari dan memudahkan pembua-
tan kode serta variabel. Cobalah !
DAFTAR PUSTAKA :
1, Babbie, Earl A. (1973). "Survey Research
Methods". Wadsworth Publishing Compa-
ny, Inc, California.
2. "Pedoman Pewawancara Survei Kese-
hatan Rumah Tangga 1992. Badan Pe-
nelitian dan Pengembangan Kesehatan
3. Woodward, Christel A dan Chambers,
Larry W., 1980 "Guide to Questionnaire
Construction and Question Writing". The
Canadian Public Health Association
MediaLitbanghes Vol. IV/ No.09/1992ARTIKEL
. Lampiran 1
Kuesioner 1. Kuesioner yang belum diperbaiki
1, Hasil akhir kehamilan ini: 1. Lahir bidup
2. Lahir mati
3, Keguguran
2. Jumlah bayi yang dilahirkan :
Bila lair hidup atau lahir mati)
3. Keadaan ibu saat ini 0. Normal/sehat
1. Sakit, diagnosa:
2. Meninggal
4, Keadaan bayi saat ini 0. Normal/sehat
1. Sakit, diagnosa
2. Meninggal
5. Bila berakhir dengan persalinan, apakah ditemui penyulit?
0. Tidak ada
1. Partus lama (>24 jam)
2. Perdarahan post partum
3. Partus macet
4, Inertia uteri
5, Ruptura uteri
6, Placenta accreta
7. Trauma pada perineum/vulva
8. Komplikasi tali pusat
9. Lainnya (sebutkan):
6, Tempat bersalin: 1. R.S. Pemerintah
2. RS. Swasta
3. Puskesmas Pemerintah
4, Klinik Swasta
5. RB. Pemerintah
6. RB. Swasta
7. Di rumah ibu hamil
8. Pondok bersalin
9. Lainnya (sebutkan):
7. Yang menolong waktu bersalin (jawaban dapat > 1)
1. Dokter
2. Bidan/paramedis lain
3. Dukun
4, Keluarga
5, Lainnya (sebutkan),
6. Tanpa pertolongan
Media Lithangkes Vol. I/ No.03/1992 : 14