Professional Documents
Culture Documents
6 11 1 SM PDF
6 11 1 SM PDF
ABSTRACT
From the epidemiological study of nutritional problems (SMG) in west Sumatra by the year of 2002 that 28,5%
under five years babies were suffered under nutrition (based on BB/U , -2 SD) and 5,4% of them were malnutrition.
Meanwhile in the city of Padang, based on BPS susenas reports in 2002,that 8,54% less than three years babies were
malnutrition.From the reports of Padang health Officials in 2002, the highest malnutrition prevalence was in Kuranji
district, which were 5,63%. This study were conducted at Pasar Ambacang sub-district,in the district of Kuranji,city of
Padang.The research Variables were motherhood patterns, nutritional status and mother’s characteristics (education,age,
knowledge and job status). The used design was cross sectional study design. Data processed and analyzed using SPSS
software with chi square statistical test. The result showed that there is no significant relationship between motherhood
patterns with nutritional status based on mothers characteristics ( p > 0.05), and based on previous explanation we could
summarize that motherhood patterns and nutritional status does not have significant relationship with mother’s
characteristics. From this study we could conclude that there were a significant correlation between mothers job status
with motherhood eating patterns of under three years babies, and we suggested to the mothers, eventhough they worked,
the still have to maintain the quality of the motherhood times in order to enhance the nutritional status and growth.
19
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
keluarga miskin pedesaan dan perkotaan di propinsi dan memberikan makanan kepada anggota
Sumatera Barat adalah 57,1% pada kategori kurang. keluarganya, terutama pada anak – anak. Memberikan
Pola asuh anak yang kurang akan mempunyai resiko makanan dan perawatan anak yang benar mencapai
anak batita KEP 1,5 kali dibandingkan dengan anak status gizi yang baik melalui pola asuh yang dilakukan
batita dengan pola asuh cukup. Daerah perkotaan ibu kepada anaknya akan mempengaruhi
sedikit lebih tinggi pola asuh anaknya daripada daerah pertumbuhan dan perkembangan anak. Selanjutnya
pedesaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Engle tahun 1997 mengatakan bahwa praktek
pola asuh adalah pendidikan ibu, pekerjaan Ibu, umur pengasuhan ditingkat rumah tangga adalah
dan tingkat pengetahuan ibu.. memberikan perawatan kepada anak dengan
Sebagaimana yang dikatakan Winarno pemberian makanan dan kesehatan melalui sumber-
tahun1995:masa pertumbuhan bayi merupakan masa sumber yang ada untuk kelangsungan hidup anak,
yang sangat peka atas pengaruh gangguan kurang gizi pertumbuhan dan perkembangan. Perawatan anak
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan otak sampai tiga tahun merupakan periode yang paling
dan gangguan pertumbuhan intelegensia. Kekurangan penting bagi anak-anak. Seorang anak perlu
gizi merupakan akibat dari kebiasaan hidup yang mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang tepat
kurang memikirkan nilai-nilai gizi disamping dalam masa tiga tahun pertama karena masa tersebut
kebiasaan hidup di lingkungan sederhana karena daya merupakan masa yang kritis bagi pertumbuhan dan
beli yang kurang atau ketidak-tahuan mengenai soal- perkembangan anak. Untuk mencapai tingkat
soal gizi. Pemberian makanan bergizi mutlak perkembangan otak yang maksimal maka dibutuhan
dianjurkan untuk anak melalui peran ibu atau berbagai macam nutrisi sejak bayi tersebut dalam
pengasuhnya. Waktu yang dipergunakan ibu rumah kandungan dan harus berlanjut minimal sampai ia
tangga untuk mengasuh anak merupakan salah satu berusia 3 tahun.
faktor yang dapat mempengaruhi status gizi batita. Secara kultural di Indonesia ibu memegang
Menurut Enggle tahun 1997, pola asuh terhadap anak peranan dalam mengatur tata laksana rumah tangga
merupakan salah satu faktor penting terjadinya sehari – hari termasuk hal pengaturan makanan
gangguan status gizi. Yang termasuk pola asuh adalah keluarga. Menurut Popkin dalam Harsiki, T, tahun
pemberian ASI, penyediaan dan pemberian makanan 2002 ibu rumah tangga adalah penentu utama dalam
pada anak, dan memberikan rasa aman kepada anak. pengembangan sumber daya manusia dalam keluarga
Berdasarkan bagan UNICEF (1998) tentang faktor – dan pengembangan diri anak sebelum memasuki usia
faktor yang menyebabkan timbulnya kurang gizi sekolah. Sedangkan pada masyarakat Minangkabau,
secara langsung adalah makanan yang tidak seimbang ibu-ibu telah lama menjadi aktor penting menghidupi
dan penyakit infeksi, sedangkan faktor penyebab anak-anaknya. Sehingga dapat dilihat anak yang
tidak langsung adalah tidak cukup persediaan pangan, dibesarkan dengan pola pengasuhan yang tidak baik
pola asuh anak tidak memadai, sanitasi dan air bersih ditambah lagi dengan lingkungan yang kurang baik
/ pelayanan kesehatan dasar tidak memadai. pula maka status gizinya akan lebih buruk
Anak balita yang mendapatkan kualitas dibandingkan dengan anak dengan pola asuh yang
pengasuhan yang lebih baik besar kemungkinan akan baik.
memiliki angka kesakitan yang rendah dan status gizi Untuk mengetahui bagaimana pola asuh anak
yang relatif lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa batita dan kaitannya dengan keadaan gizi anak batita
pengasuhan merupakan faktor penting dalam status maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian di
gizi dan kesehatan anak balita. Hal tersebut sesuai Kota Padang khususnya daerah Kuranji. Pada tahun
dengan hasil penelitian yang dilakukan Karyadi.L.D 2002 berdasarkan data SMG (Studi Epidemiologi
tahun 1985 bahwa situasi pemberian makan Masalah Gizi), Kota Padang merupakan daerah
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan dengan prevalensi gizi buruk tertinggi dibandingkan
perkembangan batita. Selanjutnya menurut Widayani, dengan daereah lain di Sumatera Barat dimana
dkk tahun 2001, ada hubungan yang sangat kuat berdasarkan (BB / TB < - 2 SD) yaitu 22,7 % anak
antara pola asuh dengan status gizi batita. batita kurus sedangkan 10 % anak batita kurus sekali.
Menurut Satoto dalam Harsiki, T, tahun 2002 Dari laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun
faktor yang cukup dominan yang menyebabkan 2002 prevalensi gizi buruk tertinggi di daerah terdapat
meluasnya keadaan gizi kurang ialah perilaku yang pada wilayah Kuranji yaitu 5.63%.
kurang benar dikalangan masyarakat dalam memilih
20
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
Tujuan Keterangan :
1. Diketahuinya hubungan pola asuh dengan status n = Besar sampel
gizi anak batita di daerah Kuranji Kota Padang. Z = Standar deviasi normal biasanya ditentukan
2. Diketahuinya status gizi anak batita di daerah pada 1,96
Kuranji Kota Padang. d = Presisi / ketepatan yang diinginkan 0,08
3. Diketahuinya pola asuh kesehatan anak batita di p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan
daerah Kuranji Kota Padang. terjadi pada populasi (0,23)
4. Diketahuinya pola asuh pemberian makanan anak q = 1,0 – p
batita di daerah Kuranji Kota Padang.
5. Diketahuinya karakteristik ibu (pendidikan, Berdasarkan rumus diatas maka jumlah
pengetahuan, umur, status pekerjaan ibu) dan sampel sebesar 124 orang.
hubungannya dengan pola asuh makan dan pola
Teknik Pengambilan Sampel
asuh kesehatan anak batita di daerah Kuranji Kota
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
Padang.
simple random sampling. Berdasarkan hasil random
6. Diketahuinya hubungan pola asuh pemberian
maka didapat kelurahan Pasar Ambacang sebagai
makanan dengan status gizi anak batita didaerah
lokasi penelitian di Kecamatan Kuranji Kota Padang.
Kuranji Kota Padang.
7. Diketahuinya hubungan pola asuh kesehatan Cara Pengumpulan Data
dengan status gizi anak batita didaerah Kuranji Pengumpulan data dibagi atas data primer dan
Kota Padang. sekunder. Data primer meliputi data tentang
karakteristik ibu ( umur ibu, tingkat pendidikan ibu,
METODOLOGI
pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu), pola asuh
Disain Penelitian
makan, (pemberian kolostrum, pemberian ASI
Disain penelitian ini adalah cross sectional,
eksklusif, umur penyapihan, umur pemberian MP-
dimana data yang menyangkut variabel bebas dan
ASI, pemberian makanan), pola asuh kesehatan
terikat dikumpulkan pada waktu yang bersamaan.
(sering tidaknya sakit, lamanya sakit, pengobatan,
Waktu dan Tempat pemeliharaan kesehatan, tempat pencarian pelayanan
Penelitian dilakukan di Kecamatan Kuranji kesehatan), dan status gizi anak batita.
pada bulan Desember 2003 – Mei 2004, dimana Data karakteristik ibu, pola asuh makan dan pola
Kuranji merupakan daerah dengan prevalensi gizi asuh kesehatan dikumpulkan melalui wawancara
buruk tertinggi di Padang berdasarkan laporan dari langsung dengan responden (ibu dan anak batita)
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang tahun 2002. menggunakan kuesioner, sedangkan status gizi anak
batita ditentukan secara antropometri dengan
Populasi dan Sampel
mengukur berat badan menurut umurnya dan tinggi /
Populasi target dalam penelitian ini adalah
panjang badan menurut umurnya. Untuk mengukur
seluruh anak balita (12-35 bulan) beserta ibunya di
berat badan digunakan dacin sedangkan untuk
daerah Kuranji Kota Padang. Populasi studi dalam
mengukur tinggi badan anak batita digunakan
penelitian ini adalah anak umur dibawah tiga tahun
microtoise dan alat ukur panjang badan.
atau (batita) (12 – 35 bulan) beserta ibunya yang
Data sekunder meliputi data tentang jumlah
tinggal di daerah Kuranji Kota Padang yang terpilih
batita, keadaan geografi, dan gambaran lokasi
berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan.
penelitian. Pengumpul data adalah 5 orang lulusan
Adapun kriteria dari sampel penelitian ini adalah anak
Akademi Gizi Depkes Padang.
umur dibawah tiga tahun atau (batita) (12 – 35 bulan)
beserta ibunya yang tinggal di daerah Kuranji Kota Instrumen Penelitian
Padang. Apabila terdapat 2 anak batita dalam satu 1. Microtoise untuk mengukur tinggi badan anak
keluarga maka yang akan diambil adalah anak batita batita di atas 2 tahun.
yang terkecil. 2. Alat ukur panjang badan untuk mengukur tinggi
Jumlah Sampel badan anak batita di bawah 2 tahun
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan 3. Dacin untuk mengukur berat badan anak batita
dengan rumus : 4. Formulir pengukuran tinggi badan dan berat
n = Z2 1 - /2 P ( 1 – P ) badan anak batita untuk menentukan status gizi
d2 anak batita.
21
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
5. Daftar pertanyaan ( kuesioner). diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan gizi anak
batita di kelurahan Pasar Ambacang adalah gizi baik.
Pengolahan dan Analisa Data
Status gizi anak batita berdasarkan indeks
Sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih
BB/U dengan kategori baik didapatkan (95.2%).
dahulu data disunting (editing) untuk meneliti
Berat badan adalah salah satu parameter yang
kembali kelengkapan data yang dikumpulkan,
memberikan gambaran masa tubuh masa sekarang
kemudian diberi kode (coding) dengan tujuan untuk
ataupun masa lalu. Status gizi dengan menggunakan
mengelompokkan jawaban. Selanjutnya data
indeks TB/U dengan kategori normal didapatkan
dimasukkan ke komputer (entry) dan dilakukan
(87.1%). Tinggi badan bertambah seiring dengan
kembali cleaning data untuk melihat kemungkinan
bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
adanya kesalahan pada saat memasukkan data.
sama dengan berat badan , tinggi badan kurang
Setelah data benar-benar bersih dilanjutkan dengan
sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam jangka
analisis data bivariat.
waktu yang pendek. Beaton dan Bengoa (1973)
Data tentang pola asuh anak, status kesehatan,
menyatakan bahwa TB/U disamping memberikan
dan pengetahuan gizi ibu terdiri dari beberapa
gambaran status gizi masa lalu juga lebih erat
pertanyaan dan diberi skor yang berbeda pada setiap
kaitannya degan status sosial ekonomi yang dapat
jawaban pertanyaan. Seluruh pengolahan data
digunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan
menggunakan program SPSS.
masyarakat. Status gizi dengan menggunakan indeks
Analisa univariat dilakukan terhadap variabel
BB/TB dengan kategori baik didapatkan ( 91.9%).
dari hasil penelitian yaitu variabel dependen (status
Jellife (1996) telah memperkenalkan indeks ini dalam
gizi anak batita) dan variabel independen (pola asuh
mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB
anak, karakteristik ibu). Karakteristik ibu
menggambarkan keadaan gizi pada masa kini atau
menyangkut: umur ibu, tingkat pendidikan ibu,
sebenarnya.
pekerjaan ibu dan pengetahuan gizi ibu. Analisis ini
Hal ini hampir sama dengan penelitian yang
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
dilakukan oleh Aryunita dimana prevalensi anak yang
variabel.
pendek diperkotaan hanya 6.6% sedangkan
Untuk melihat hubungan antara variabel:
dipinggiran jauh lebih tinggi, lebih kurang 6 kali
karakteristik ibu (umur ibu, tingkat pendidikan ibu,
dibandingkan dengan diperkotaan (40%).
pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu) dengan variabel
Habicht (1974) menunjukkan bahwa faktor
pola asuh anak dilakukan uji chi-square.Nilai yang
ekonomi dan lingkungan lebih berpengaruh terhadap
digunakan adalah p-value, 95 % convidence interval.
perbedaan pertumbuhan anak dari pada faktor genetik
Bila nilai p < 0,05 dan nilai 95 % CI tidak melewati
dan etnik.
angka 1 ( satu) berarti bermakna.
Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pola
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asuh Makan Anak Batita
Status Gizi Anak Batita
Tabel 2. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pola Asuh
Tabel 1. Status Gizi Anak Batita Berdasarkan Indek (BB/ Makan Anak Batita di Daerah Kuranji Kelurahan
U,TB/U,BB/TB) di Kelurahan Pasar Ambacang
Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004
Tahun 2004
Pola Asuhan Status pekerjaan Ibu
Makan Bekerja Tidak 4 Total
Kategori Status Gizi bekerja
BB/U TB/U BB/TB f % f % f %
f % f % f %
Baik 8 38.1 67 65.0 75 60.5
a. Kurang/ 6 4.8 16 12.9 10 8.1 Kurang 67 61.9 36 35.0 49 39.5
Pendek
b. Baik/ 118 95.2 108 87.1 114 91.9
Normal Total 75 100 49 100 124 100
Total 124 100 124 100 124 100
Pada tabel 2 diatas terlihat pola asuh makan yang
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa status gizi baik lebih tinggi persentasenya pada responden yang
anak batita berdasarkan indeks BB/U adalah baik ibunya tidak bekerja (65.0%) dari pada ibu yang
(95.2%), berdasarkan TB/U adalah normal (87.1%), bekerja (38,1%).Hasil uji statistik terdapat hubungan
berdasarkan BB/TB adalah baik ( 91.9%). Dari tabel yang bermakna antara pola asuh makan dengan status
22
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1)
23