You are on page 1of 9

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya berbagai macam sensasi indera

umum dan indera khusus

DASAR TEORI

10. Reseptor indera sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang, dan
terdapat dalam kulit,tulang,sendi, dan organ-organ viseral.Ada dua
macamsensasi sakit yaitu sensasi sakit somatik dan sensasi sakit
viseral.Sensasi sakit somatik,terjadi bila reseptor rasa sakit dalam kulit,
tulang ,persendian,otot, dan tendon mendapat rangsangan.Reseptor sakit
somatik merespon stimuli mekanik dan kimia (Soewolo,2005)
11.Kulit yang paling luar merupakan film tipis dari sel mati yang tidak
memiliki sel penerima. Persis di bawah lapisan mati terdapat penerima
pertama yang kelihatan seperti kumpulan benang. Di bagian tengah yang
merupakan lapisan tebal dari kulit terdapat berbagai penerima (receptor)
dengan fungsi dan bentuk yang berbeda(Basuki ,2008)
Untuk terjadi sensasi harus ada rangsang harus ada reseptor, impuls harus
dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, bagian otak yang
menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi (Basuki,
2000). Reseptor-reseptor di kulit (reseptor kutanase) terdiri dari banyak
macamnya. Ada empat macam reseptor utama, sebagai berikut :
a. Freee nerve endings (ujung-ujung saraf bebas), merupakan reseptor
kutaneus paling sederhana, ujung-ujung sarafnya tanpa struktur yang
khusus dan sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan rasa sakit.
b. Pacinian corpuscles (korpuskel pacinian), bentuknya seperti bawang,
merupakan reseptor terbesar dan terdalam, mudah beradaptasi dengan
cepat, mereka dapat merespons perubahan mendadak pada kulit.
c. Merkel’s disks, merespons paling kuat indensasi gradual kulit dan
peregangan gradual kulit. Beradaptasi dengan lambat.
d. Ruffini endings, respons dan adaptasinya sama dengan reseptor
Merkel’s disk.

Struktur dan fisik masing-masing tipe reseptor somatosensori


terspesialisasi sehingga reseptor tersebut akan sensitif terhadap stimuli
taktual tertentu. Namun, secara umum memiliki fungsi yang sama yaitu
stimuli yang masuk ke kulit akan mengubah kimia reseptor tersebut dan
berfungsi mengubah permeabilitas membran sel reseptor (Puspitawati,
2014)

12.Proprioreseptor
Kemampuan suatu organisme untuk bereaksi terhadap perubahan di
dalam lingkungannya memerlukan adanya tiga komponen yang
berlainan. Yang pertama adalah harus ada reseptor rangsangan, kedua
adanya respon saraf atau koordinasi saraf yang terdiri dari penghantar
impuls, yaitu saraf yang terdiri atas efektor.
Dilihat dari sudut fungsional, maka terdapat beberapa jenis reseptor,
yaitu reseptor kutaneus yang berhubungan dengan sentuhan, reseptor
proprioseptif yang memberi informasi tentang keadaan kontraksi otot dan
gerakan sendi serta posisi, reseptor interoseptif yang terdapat di vicera
toraks dan abdomen, serta pada pembuluh darah, reseptor sensoris khusus
untuk penglihatan, pendengaran, penghirupan, dan pengecapan. Perlu
diingat bahwa reseptor-reseptor bekerja sama dan tidak sendiri-sendiri
serta pola impuls keseluruhan yang diterima susunan saraf itulah yang
menentukan sifat sensasi yang diperoleh.
Sebuah rangsangan (impuls) dapat direspon oleh sistem saraf pusat lalu
diteruskan ke otot sehingga terciptalah sebuah gerakan. Sistem saraf
mengkoordinasi gerakan yang dilakukan oleh otot agar menjadi suatu
gerakan yang terkoordinasi Gerak juga merupakan pola koordinasi yang
sangat sederhana untuk menjelaskan penghantar impuls oleh saraf. Gerak
pada 2 umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Untuk lebih memahami mengenai
efektifitas proprioseptor pada manusia dan gerak refleks, serta
mekanismenya maka dilakukanlah percobaan ini.
13.BINTIK BUTA
Bola mata vertebrata terdiri atas sklera (sclera) lapisan luar yang keras
dan berwarna putih, terbuat dari jaringan ikat dan lapisan dalam yang
tipis dan berpigmen, disebut koroid. Dibagian depan mata sklera menjadi
kornea (cornea) yang transparan, yang melewatkan cahaya ke dalam serta
bertindak sebagai lensa tetap. Dibagian depan mata, koroid membentuk
iris banyak berbentuk donat yang memberikan warna pada mata. Dengan
mengubah ukuran iris meregulasi jumlah cahaya yang memasuki pupil,
lubang di tengah iris tepat di dalam koroid, retina membentuk lapisan
terdalam dari bola mata dan mengandung lapisan-lapisan neuron dan
fotosreseptor . Infomasi dari fotoreptor meninggalkan mata pada cakram
optik, suatu titik bagian luar bawah retina tepat saraf optik melekat ke
mata karena tidak ada fotoreseptor dalam cakram optik, terbentuklah
bintik buta (blid spot) cahaya ke bagian retina tersebut tidak terdeteksi
(Campbell, 2008:274) Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri
dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang dan kerucut.
Semuanya termaksuk dalam kontraksi retina, yang merupakan jaringan
saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus
optik, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji mata.
Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian
yang paling peka adalah maluka yang terletak tepat eksternal terhadap
diskus optik persis berhadapan dengan pusat pupil (Pearce, 1999).
Kita melihat suatu benda dengan dua mata. Bayangan benda jatuh di
retina mata kanan dan kiri pada titik-titik yang selaras, lalu implus-
implus dari titik itu diintrepretasikan di otak sebagai suatu bayangan. Bila
satu mata ditekan, maka titik-titik selaras itu berhak posisinya akibatnya
kita akan melihat dua bayangan. (Sri M, 2016:28)
Basuki, M. H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Pinel, J. P. (2012). Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Pearce, C Evelyn. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia


Pustaka Utama.Jakarta

Puspitawati, I., Hapsari, I. I., & Suryaratri, R. D. (2014). Psikologi Faal. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.

Maryanti, Sri. 2016. Modul Praktikum Biologi Umum. Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati

Campbell, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2008. Biologi, jilid 3. edisi
ke-8, (diterjemahkan oleh Rahayu Lestari). Jakarta: Erlangga

Campbell, Neil A,dkk. 2016. Biologi Jilid 3(Edisi 8). Jakarta:Erlangga

Sisilowarno, R. G. (2007). Biologi. Yogyakarta: PT. Grasindo.

Basoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. IMSTEP JICA: Malang..

Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang.

Tortora, Gerard dan Nicholas P. A. 1984. Principles of Anatomy and Phisiology.


New York: Harrper and Row Publishers.

Soewolo.2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang

Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London: The
C.V Mosby Company
Analisis data

1. Menentukan reseptor sentuh

Setelah pengamat menekankan ijuk pada semua petak di punggung lengan,


disini pelaku tidak dapat merasakan semua sensasi sentuhan dengan tekanan
yang sama. Pelaku tidak merasakan sentuhan pada petak ke 1,2,3,4,5 dan 25.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan perlakuan dalam cara keras
lemahnya penyentuhan ijuk di punggung lengan.
2. Menentukan reseptor sakit
Sebelum menentukan reseptor sakit, terlebih dahulu mengompres kulit
lengan dengan kapas basah selama 5 menit. Kemudian meletakkan ujung ijuk
pada permukaan kulit dan menekannya sampai menghasilkan rasa sakit. . Pada
praktikum ini hanya 8 petak yang mengalami sensasi sakit yaitu pada petak
4,5,15,16,18, 21,24,dan 25. Pengompresan kulit lengan dilakukan agar kulit
lebih tahan terhadap rasa sakit. Sehingga setelah pengompresan ini
diperlakukan perlakuan dengan ujung ijuk tidak terasa sakit.

3. Menentukan Propioreseptor
Dari data hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan tulis
kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin dengan
huruf X pada ulangan 1 adalah 1,5 cm,0,3 cm dan 0,2 cm. Pada ulangan 2
adalah 2,6 cm,0 cm dan 0,1 cm. Pada ulangan ke 3 adalah 0 cm,0 cm, dan
0,6 cm.
4. Bintik Buta
Bintik buta diuji dengan cara membuat gambar X dan O yang berjarak pada
selembar kertas. Kemudian subyek memegang kertas tersebut. Kemudian
subyek memegang kertas tersebut 50 cm di depannya dengan tanda X lurus
pada mata kanan subyek. Subyek harus dapat melihat kedua gambar dengan
menutup mata kiri. Perlahan-lahan subyek mendekatkan kertas, sementara
mata kanan tetap pada X. Ketika O tidak terlihat oleh mata kanan, jarak
antara mata dan kertas diukur. Kemudian diulangi sebanyak 3 kali
pengulangan. Pada pengulangan pertama menghilangnya huruf O pada jarak
8 cm. Pada pengulangan kedua pada jarak 8 cm dan pengulangan ketiga
pada jarak 10 cm.

Pembahasan
1. Menentukan reseptor sentuh
Dari 25 petak yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami
sensasi sentuhan pada hampir pada seluruh petak kecuali pada petak
1,2,3,4,5 dan 25. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat
tersebut hampir seluruhnya terdapat reseptor sentuhan yang memang
letaknya tersebar. Fakta di atas kurang sesuai dengan pernyataan Basuki
(2000), untuk terjadi sensasi harus ada rangsang harus ada reseptor, impuls
harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, bagian otak
yang menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi.
Apabila salah satu dari itu tidak ada, maka stimulus tidak akan dirasakan.Hal
ini menunjukan bahwa pengamat tidak memberi tekanan yang sama pada
setiap petak.

2. Menentukan reseptor sakit


Dari data diketahui bahwa dari 25 petak bagian yang mengalami sensasi
sakit berbeda dengan sensasi sentuhan. Pada praktikum ini hanya 8 petak
yang mengalami sensasi sakit yaitu pada petak 4,5,15,16,18, 21,24,dan 25.
Fakta diatas menunjukkan bahwa pada petak yang tidak merasakan sakit
tidak terdapat reseptor rasa sakit, tetapi pada petak yang terasa sakit maka
pada petak tersebut terdapat rasa sakit. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
penyebaran reseptor pada permukaan kulit tubuh, dimana reseptor antara
rasa sakit dan sentuhan berbeda. Reseptor sakit bekerja disetiap jaringan
tubuh. Reseptor ini distimulasi oleh berbagai stimulus. Pada praktikum ini
membuat petak pada lengan menjadi 25 petak setiap petak yang diberi
sentuhan dengan jarum pentul, sebelum diberi tekanan, petak diberi kapas
yang sudah dicelupkan ke dalam air es selama 5 menit. Es batu berfungsi
untuk mengurangi pembengkakan dan juga mengurangi rasa sakit dari
tekanan jarum pentul. merasakan tekanan/sakit hal ini dikarenakan
terjadinya sensasi sakit somatik yaitu reseptor sakit somatik merespon
stimuli mekanik dan kimia. Sensasi sakit somatik terasa pada bagian tubuh
yang diberi tekanan. Rasa sakit somatik merupakan rasa sakit dengan daerah
stimuli terdapat pada kulit yang disebut dengan supervikal somatik pain.
Berdasarkan hal ini hasil pengamatan dari kelompok kami tidak sesuai
dengan dasar teori karena peletakan es yang terlalu menyebabkan saraf
somatik tidak dapat bekerja secara semestinya. Menurut Tortora (1984) rasa
sakit somatik merupakan rasa sakit dengan daerah stimulus terdapat dikulit
yang biasa disebut superfisial somatic pain atau reseptor terdapat di otot
tendon yang disebut deep somatic pain. Menurut Soewolo (1999) reseptor
indera sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat dalam
kulit, tulang, persendian, dan organ-organ dalam (viseral). Dua tipe sensasi
sakit yaitu sensasi sakit simatik (sakit tubuh dan sensasi sakit viseral (organ
dalam). sensasi sakit somatik, terjadi bila reseptor rasa sakit dalam kulit,
tulang, persendian, otot, dan tendon mendapat rangsangan. Reseptor sakit
somatik merespon stimuli mekanik dan kimia. Sensasi sakit viseral, terjadi
karena stimuli terhadap reseptor rasa sakit pada organ-organ dalam Ujung
saraf telanjang yang merupakan dendrite dari saraf sensoris bertanggung
jawab terhadap tiga sensasi yaitu sakit, suhu, dan sentuhan ringan. Sensasi
sakit somatic terjadi apabila reseptor rasa sakit dalam kulit, tulang,
persendian, otot dan tendon mendapatkan rangsangan. Reseptor sakit
somatic merespon stimuli mekanik dan kimia.

3. Menentukan propioreseptor
Dari data hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan
tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin
dengan huruf X pada ulangan 1 adalah 1,5 cm,0,3 cm dan 0,2 cm. Pada
ulangan 2 adalah 2,6 cm,0 cm dan 0,1 cm. Pada ulangan ke 3 adalah 0 cm,0
cm, dan 0,6 cm.Yang berarti sebanyak 3 ulangan tidak ada yang berhasil
sepenuhnya namun beberapa kali didalam 3 kali pembuatan titik dan
terdapat 3 kali keberhasilan dalam 3 kali pengulangan. Keberhasilan dan
kegagalan subyek menaruh posisi dipengaruhi noleh propioesptor.
Propioreseptor mengatur aktivitas otot, tendon dan sendi. Propioreseptor ini
menyebabkan kita bisa mengetahui posisi dan perpindahan anggota badan
tanpa menggunakan mata. Jadi meski dengan mata tertutup subyek masih
dapat menunjuk sesuatu dengan tepat (Anthony, 1983).

4. Bintik buta
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, pada jarak tertentu tanda
O menghilang dari bidang pandang subyek. Hal ini disebabkan bayangan
jatuh pada bintik buta sehingga tidak sensitif terhadap cahaya. Hal ini sesuai
dengan Soewolo (2003:143) yang menyatakan bahwa cahaya yang masuk ke
mata melalui kornea akan diproyeksikan oleh lensa tepat pada retina.
Sebelum mencapai fotoreseptor, cahaya tadi memewati lapisan ganglion dan
lapisan bipolar. Akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan
dalam retina dan akan mengumpul menjadi satu pada bagian belakang bola
mata, membentuk saraf penglihatan. Disebut bintik buta karena tempat ini
tidak ada fotoreseptor sehingga tidak sensitif terhadap cahaya.
Kesimpulan
1. Macam-macam indera umum pada manusia adalah sensasi sentuhan, sensasi sakit, dan sensasi
proprioseptor.
2. Sensasi yang dirasakan pada sensasi sentuhan tidak sesuai dengan dasar teori yang ada.
Seharusnya pada setiap bagian kulit pasti memiliki sonsori perasa
3. Penyebaran reseptor pada permukaan kulit tubuh, dimana reseptor antara rasa

sakit dan sentuhan berbeda. Reseptor sakit bekerja disetiap jaringan tubuh.
Reseptor sakit distimulasi oleh berbagai stimulus.
4. Propioreseptor mengatur aktivitas otot, tendon dan sendi. Propioreseptor ini

menyebabkan kita bisa mengetahui posisi dan perpindahan anggota badan tanpa
menggunakan mata. Sehingga waalaupun mata ditutup tetap dapat menujuk
dengan tepat
5. Didaerah bintik buta, bayangan tidak jatuh di bintik buta sehingga tidak

sensitive terhadap cahaya karena tidak adanya fotoreseptor.

You might also like