Professional Documents
Culture Documents
118
Nuari et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 118-125
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari ekstrak
etanol buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber) Briton & Rose). Ekstrak buah naga
merah diperoleh melalui maserasi serbuk buah naga merah dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak etanol
yang diperoleh di partisi dengan metode partisi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat
dan air. Hasil partisi ekstrak etil asetat kemudian dilakukan pemisahan dengan Kromatografi vakum
cair, sedangkan ekstrak air dihidrolisis terlebih dahulu dengan HCl lalu dipartisi dengan etil asetat
(fraksi etil asetat). Berdasarkan hasi pemurnian ekstrak etil asetat dan fraksi etil asetat dengan KLT
Preparatif diperoleh 5 isolat tetapi hanya isolat 3 yang positif senyawa flavonoid. Hasil spektroskopi
UV-Vis isolat 3 menghasilkan puncak pada 330 nm (pita I) dan 280 nm (pita II), sedangkan pada
penambahan pereaksi geser tidak mengalami pergeseran batokromik dan hipsokromik. Berdasarkan
data-data yang diperoleh isolat 3 diduga merupakan golongan senyawa flavanon.
Kata Kunci : Hylocereus polyrhizus (F.A.C.Weber) Briton & Rose, isolasi, flavanon.
dihasilkan menandakan bahwa isolat yang diperoleh Identifikasi flavonoid dengan KLT
merupakan senyawa tunggal atau murni (Mathias et Identifikasi senyawa flavonoid dalam ekstrak
al, 1987) buah naga merah dilakukan dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tujuannya adalah
Spektroskopi Isolat untuk mengetahui pemisahan senyawa (flavonoid)
Isolat dianalisis secara spektrofotometri UV- dengan eluen n-butanol-asam asetat glasial-air (BAA)
Vis dengan penambahan perekasi geser NaOH 2 M, 4:1:5 (Markham, 1988). Pemisahan ekstrak etil
AlCl3 5%, AlCl3/HCl, NaOAc, NaOAc/H3BO3 asetat dan fraksi etil asetat dari hasil hidrolisis
ekstrak air dideteksi di bawah lampu UV 254nm dan
Analisa Data 366 nm kemudian dilakukan penampakan bercak
Data yang diperoleh dianalisis dengan cara menggunakan uap amonia. Dari hasil KLT ekstrak
membandingkan data-data kromatografi dan pola etil asetat (gambar 1) diperoleh 2 bercak berwarna
umum spektrum hasil spektroskopi UV-Vis dengan biru muda (setelah diberi uap amonia dan dibawah
literatur yang telah ada lampu UV 366 nm). Berdasarkan perubahan warna
yang terjadi pada hasil KLT fraksi etil asetat, fraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut diduga mengandung senyawa flavonoid
Hasil Ekstrak Etanol Buah Naga Merah flavon atau flavanon (Markham, 1988). Fraksi etil
Hasil ekstrak etanol buah naga merah dari asetat dari hasil hidrolisis ekstrak air menghasilkan 3
maserasi serbuk seberat 588,1 gram menggunakan bercak yaitu bercak berwarna kuning, ungu gelap,
pelarut etanol 96% sebanyak 1500 ml selama 3 x 24 dan biru (setelah diberi uap amonia dan dibawah
jam yaitu 209,92 gram, dengan persen rendemen lampu UV 366 nm). Dari perubahan warna yang
sebesar 35,69% terjadi pada fraksi etil asetat hasil hidrolisis ekstrak
air, fraksi tersebut diduga mengandung senyawa
Hasil Partisi Ekstrak buah Naga Merah dengan n- flavonoid yaitu auron, flavon, dan isoflavon
Heksana, Etil Asetat dan Air (Markham,1988).Pada pemisahan dengan KLT, eluen
Hasil partisi dengan metode partisi cair-cair yang digunakan yaitu BAA (4:1:5). Hal ini karena
dari ekstrak kental etanol buah naga merah sebanyak sampel yang digunakan relatif polar sehingga
20 g diperoleh ekstrak kental 2,83 gram n-heksana kesamaan sifat antara fase gerak dan sampel dapat
dengan persen rendemen yaitu 14,15%, ekstrak memberikan pemisahan yang baik. Pemisahan
kental etil asetat 3,60 gram dengan persen rendemen ekstrak etil asetat dilanjutkan dengan metode
18,00 % dan ektrak air yaitu 9,63 gram dengan kromatografi vakum cair sedangkan untuk fraksi etil
persen rendemen yaitu 48,15% asetat hasil hidrolisis ekstrak air langsung di KLTP.
Hasil penampakan noda ekstrak etil asetat dan fraksi
etil asetat (hasil hidrolisis dari ekstrak air, dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Profil KLT analitik, meggunakan fase diam silika gel 60, eluen BAA (4:1:5), jarak elusi 8 cm. A: Profil KLT
ekstrak etil asetat sebelum uap amonia pada lampu UV 366, B: Profil KLT ekstrak etil asetat sebelum uap amonia lampu UV
254, C: Profil KLT ekstrak etil asetat setelah uap amonia pada lampu UV 366, D: Profil KLT ekstrak etil asetat setelah uap
amonia pada lampu UV 254, E: Profil KLT fraksi etil asetat sebelum uap amonia pada lampu UV 366, F: Profil KLT fraksi
etil asetat sebelum uap amonia pada lampu UV 254, G: Profil KLT fraksi etil asetat setelah uap amonia pada lampu UV 366,
H: Profil KLT fraksi etil asetat setelah uap amonia pada lampu UV 254
121
Nuari et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 118-125
Hasil Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat dengan (4:1:5) sebanyak 40 ml. Setelah dielusi plat KLT
Kromatografi Vakum Cair dikeringkan kemudian diidentifikasi dengan uap
Pemisahan senyawa ekstrak etil asetat amonia dan pereaksi AlCl3. Berdasarkan hasil
dilanjutkan dengan menggunakan metode pengamatan terdapat bercak yang berwarna biru yang
kromatografi vakum cair. pelarut yang digunakan diduga sebagai senyawa flavonoid. Berdasarkan
merupakan pelarut organik yang tingkat profil kromatogram dari hasil KLT 8 fraksi tersebut
kepolarannya secara gradien meningkat, yaitu n- terdapat persamaan dalam profil kromatogram
heksana 100%, n-heksana:etil asetat (8:2), (6:4), sehingga dilakukan penggabungan fraksi dari 8 fraksi
(4:6), (2:8) etil asetat 100%, etil asetat:metanol (1:1), menjadi 3 fraksi. Hasil penampakan noda semua
metanol 100% dengan masing-masing sebanyak 25 fraksi dibawah lampu UV 254 dan 366 nm dapat
ml sehingga dihasilkan 8 fraksi. Lempeng KLT dilihat pada gambar 2, sedangkan fraksi gabungan
ditotolkan 8 fraksi dengan penambahan ekstrak etil hasil fraksinasi ekstrak etil asetat buah naga merah
asetat sebagai pembanding, kemudian dielusi dapat dilihat pada tabel 1.
menggunakan eluen n-butanol:asam asetat glasial:air
Gambar2. Profil kromatogram hasil fraksinasi ekstrak etil asetat, menggunakan fase diam silika gel GF254 dengan eluen
BAA (4:1:5), jarak elusi 8 cm. A : Profil KLT fraksi etil asetat pada lampu UV 254 nm, B : Profil KLT fraksi etil asetat pada
lampu UV 366 nm
Tabel 1. Fraksi gabungan hasil fraksinasi ekstrak etil asetat buah naga merah
Hasil Isolasi dengan Kromatografi Lapis Tipis silika gel 60 PF 254 dengan ukuran 20 x 20 cm.
Preparatif Setelah dilakukan proses elusi pada hasil gabungan
Fraksi 1,2,3, (gabungan fraksi hasil KVC) fraksi dalam chamber, plat KLTP diamati di bawah
yang telah diperoleh dari proses KVC dan fraksi 4 lampu UV 366 nm. Pada fraksi 1 menghasilkan 1
(fraksi etil asetat dari hasil hidrolisis ekstrak air) pita, fraksi 2 menghasilkan 1 pita, fraksi 3
kemudian dilakukan pemisahan dengan KLT menghasilkan 2 pita dengan semua pita (fraksi 1, 2,
preparatif. Plat yang digunakan adalah plat KLT 3) berfluoresensi biru muda sedangkan fraksi 4
122
Nuari et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 118-125
menghasilkan pita warna kuning. Pita-pita yang dan supernatan yang didapatkan sehingga di peroleh
dihasilkan kemudian dikerok dan dilarutkan isolat. Isolasi dengan kromatografi lapis tipis
dalampelarut metanol. Kemudian disentrifuge untuk preparatif fraksi 3 (gabungan F4,5,6,7) dapat dilihat
mengendapkan silika gel atau memisahkan silika gel pada gambar 3.
(A) (B)
Gambar 3. Foto hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif menggunakan fase diam silika gel PF 254, eluen yang
digunakan BAA (4:1:5). A: Visualisasi KLTP pada lampu UV 254, B: Visualisasi KLTP pada lampu UV 366.
Uji Kemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis eluen ini didasarkan pada perbedaan kepolaran dari
Multi Eluen masing-masing eluen yang akan memberikan profil
Isolat yang diperoleh selanjutnya diuji yang berbeda pada lempeng KLT. Hasil elusi dengan
kemurniaannya dengan metode elusi sistem multi ketiga eluen tersebut menghasilkan hanya satu
eluen. Tujuan dari metode ini adalah untuk melihat bercak. Berdasarkan hal tersebut isolat dapat
kemurnian isolat yang diperoleh dari hasil isolasi. dikatakan murni secara KLT. Kemurnian dengan
Isolat ditotolkan pada lempeng KLT, selanjutnya KLT multi eluen dengan menggunakan 3
dielusi menggunakan tiga macam fase gerak antara perbandingan eluen dengan kepolaran berbeda, dapat
lain BAA (7:0,5:0,5) etil asetat:butanol: asam asetat dilihat pada gambar 4.
(4:3:1), butanol:asam asetat:etanol (6:1:5). Pemilihan
Gambar 4. Profil KLT multi Eluen meggunakan fase diam silika gel 60. A: Penampakan KLT multi eluen BAA (7:0,5:0,5)
pada lampu UV 254, B: Penampakan KLT multi eluen BAA (7:0,5:0,5) pada lampu UV 366, C: Penampakan KLT multi
eluen etil asetat:butanol: asam asetat (4:1:3) pada lampu UV 366, D: Penampakan KLT multi etil asetat: butanol : asam asetat
(4:1:3) pada lampu UV 366, E: Penampakan KLT multi eluen butanol: asam asetat glasial: etanol (6:1:0,5) pada lampu UV
254 nm, F: Penampakan KLT multi eluen butanol: asam asetat glasial: etanol (6:1:0,5) pada lampu UV 366 nm
Identifikasi Dengan Spektrofotometer gelombang 300-330 nm dan pita II pada 275- 295 nm
Ultraviolet UV-Vis termasuk dalam golongan flavanon atau
Berdasarkan hasil spektroskopi UV-Vis dihidroflavonol, sehingga dugaan senyawa dari isolat
isolat 1, 2, 4, dan 5 tidak menunjukkan pola umum 3 adalah golongan flavanon atau dihidroflavonol.
spektrum senyawa flavonoid, sedangkan isolat 3 Hasil analisis spektrofotometri UV-Vis dengan
memberikan serapan maksimum pada panjang melakukan scan panjang gelombang 200-600 nm
gelombang 330 nm (pita I) dan 280 nm (pita II). dapat dilihat pada gambar 5.
Menurut Markham (1988), senyawa flavonoid
dengan serapan maksimum pita I pada panjang
123
Nuari et al./Jurnal Farmasi Galenika (Galenica Journal of Pharmacy) 2017; 3 (2): 118-125
Hasil spektrofotometri UV-Vis isolat dengan adanya gugus orto dihidroksi pada C-4’, C-5’ dan
penambahan pereaksi geser NaOH 2 M, AlCl3 5%, tidak adanya gugus hidroksi pada atom C- 3 dan C-5
AlCl3/HCl, NaOAc, NaOAc/H3BO3 dapat yang dapat membentuk kompleks apabila berikatan
dilihatpada tabel 2. Tujuan penambahan pereaksi dengan gugus keto dengan bantuan AlCl3. Tidak
geser adalah untuk menentukan kedudukan adanya gugus hidroksi pada atom C-3 dan C-5
gugus hidroksi pada inti flavonoid (markham, menandakan bahwa isolat 3 bukan merupakan
1988). Pada penambahan pereaksi NaOH tidak golongan dihidroflavonol, namun menunjukkan ciri
menunjukkan pergeseran batokromik dan dari senyawa flavonoid golongan flavanon (Setiawan,
hipsokromik pada pita I dan II. Hal ini menunjukkan 2008). Pada penambahan pereaksi NaOAc dan
tidak terdapat gugus orto hidroksi pada cincin A. H3BO3, hasil spektroskopinya menghasilkan tidak
Pada penambahan pereaksi geser AlCl3 dan AlCl3 adanya pergeseran apapun dan hal tersebut
yang ditambahkan HCl juga tidak menunjukkan menunjukkan tidak terdapatnya gugus orto hidroksi.
pergeseran batokromik dan hipsokromik. Berdasarkan hal tersebut isolat 3 diduga merupakan
Berdasarkan hal tersebut pula menggambarkan tidak golongan senyawa flavonoid dengan inti flavanon.
Tabel 2. Panjang gelombang maksimum dari isolat setelah penambahan pereaksi geser
125