You are on page 1of 12

EFEKTIVITAS KONSELING TERHADAP POST PARTUM BLUES

PADA IBU PRIMIPARA

Rotua Lenawati Tindaon1, Elis Anggeria2


1.2
Universitas Prima Indonesia Medan
Email: tindaon_l@yahoo.com; elis.anggeria@gmail.com

ABSTRACT

Postpartum blues is experienced by 80% of women after childbirth, which is a kind


of sadness or irritation that afflicts the mother and arises in a period of two days to two
weeks postpartum. Postpartum blues themselves usually appear on days 2 to 2 weeks after
delivery and are more common in young women who give birth and find it difficult to
breastfeed. There are times when mothers experience feelings of sadness related to their
babies. This situation is called the baby blues. Ignoring the problem until finally not
getting the right treatment will cause pressure that is very disturbing and threatens
physical and mental health. Decreased immune levels, insomnia, chaotic thoughts,
irritability, and other negative affections are just a small example of side effects of
problems faced by mothers postpartum blues. For this reason, counseling is needed as an
intermediary media that can help overcome various kinds of problems for postpartum
blues mothers. The long-term goals to be achieved in the study are identifying and
analyzing the effectiveness of counseling on postpartum blues in primiparous mothers.
Specific targets to be achieved so that every health worker (doctor, nurse, midwife) who
works in a health facility applies to counsel to mothers who experience postpartum blues.
The method uses the Quasy Experiment design (quasi-experiment), with the aim of
primiparous mothers who experience postpartum blues counseling. Collecting data with
questionnaires, interviews, and observations. The data analysis method used the
dependent t-test, in the paired group, the same subject was examined before and after the
intervention (design before and after). The results obtained by the average results of the
EPDS postpartum blues questionnaire for primiparous mothers before counseling was
16.78 with a standard deviation of 3.270. The average results of the questionnaire after
counseling were 10.25 with a standard deviation of 2.627. Different mean 6.531 obtained
P-value 0,000. Then it can be concluded that there is Effectiveness of Postpartum Blues
Counseling in Primiparous mothers.
Keywords: Counseling, Postpartum Blues, Primipara Mother

PENDAHULUAN masih belum banyak diketahui angka


Post partum blues merupakan kejadian postpartum blues dikarenakan
fenomena gunung es yang sulit di deteksi belum ada lembaga khusus yang
karena masyarakat masih menganggap mensurvei dan meneliti terhadap kasus
gangguan psikologis merupakan hal tersebut. Hampir sebagian besar ibu
yang wajar sebagai naluri ibu dan sikap tidak mengetahui jika mereka
protektif terhadap bayinya. Di Indonesia mengalami post partum blues.

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 115


Post partum blues merupakan berat yaitu depresi post partum, yang
problem psikis sesudah mempunyai dampak lebih buruk
melahirkanseperti timbulnya perasaan (Saryono, 2010).
sedih,cemas,kemurungan,kehilangan Ibu yang mengalami postpartum
nafsu makan,gangguan tidur,dan blues cenderung berlanjut mengalami
terkadang tidak peduli dengan bayinya, keadaan depresi postpartum (Beck et al,
jika keadaan initerjadi secara terus- 1992, Henshaw et al 2004 dalam
menerus dan tidak segera diatasi maka Baston&Hall, 2010). Postpartum blues
ibu akan jatuh pada keadaan depresi yang berat meningkatkan risiko depresi
(Rimandini & Sari, 2014). Post dalam 6 bulan pertama persa-linan.
partum blues terjadi pada hari-hari Disamping itu, dikatakan ibu dengan
pertama post partum, puncak gejalanya riwayat depresi sebelumnya
terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post memungkinkan tiga kali lebih besar
partum dengan durasi mulai dari mengalami postpartum blues.
beberapa jam sampai beberapa hari Ibu post partum blues harus
(Gonidakis, et al., 2007). Berbagai studi ditangani secara adekuat, karena peran
mengenai post partum blues di luar ibu sangat berpengaruh terhadap
negeri (Jepang) dengan angka kejadian perkembangan anak dalam hubungannya
yang cukup tinggi dan sangat bervariasi dengan ibu dan keluarga. Untuk itu
antara 26-85%, secara global seorang ibu yang berada dalam kondisi
diperkirakan terdapat 20% wanita pasca melahirkan perlu mendapat
melahirkan menderita post partum blues. dukungan dari orang- orang yang ada
Sedangkan di Indonesia, satu dari 10 disekitarnya salah satunya dengan cara
wanita yang baru saja melahirkan memberikan konseling. Konseling
memiliki kecenderungan post partum sangat dibutuhkan sebagai media
blues (Depkes RI, 2008). Apabila post perantara yang dapat membantu
partum blues tidak dapat tertangani mengatasi berbagai macam
maka akhirnya dapat menjadi masalah permasalahan pada ibu primipara yang
yang menyulitkan, tidak menyenangkan merupakan pengalaman pertama kali
bagi yang mengalaminya, dan bahkan dalam melahirkan untuk keluar dari
kadang-kadang gangguan ini dapat masalah yang tengah dihadapinya.
berkembang menjadi keadaan yang lebih

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 116


TINJAUAN PUSTAKA a. Membangun hubungan
Konseling Klien dan konselor harus saling
1. Pengertian Konseling mengenal dan menjalin kedekatan
Menurut Rogers dalam Lubis, emosional sebelum sampai pada
L.N.,2011, mengartikan konseling pemecahan masalahnya.
sebagai hubungan membantu dimana b. Identifikasi dan penilaian masalah
salah satu pihak (konselor) bertujuan Apabila hubungan konseling telah
meningkatkan kemampuan dan fungsi terjalin baik, maka langkah
mental pihak lain (klien), agar dapat selanjutnya adalah mulai
menghadapi persoalan konflik yang mendiskusikan sasaran spesifik dan
dihadapi dengan lebih baik. Konseling tingkah laku seperti apa yang
diartikan “bantuan” adalah dengan menjadi ukuran keberhasilan
menyediakan kondisi, sarana, konseling.
keterampilan, yang membuat klien dapat c. Memfasilitasi perubahan konseling
membantu dirinya sendiri dalam Dalam hal ini, konselor harus
memenuhi rasa aman,cinta, harga mengevaluasi terus-menerus apakah
diri,membuat keputusan dan aktualisasi ada kemajuan dalam proses
diri. Memberikan bantuan juga konseling,atau atau intervensi yang
mencakup kesediaan konselor untuk digunakan tidak tepat sehingga
mendengarkan perjalanan hidup klien harus dicari kembali alternatif dan
baik masa lalunya,harapan- strategi yang baru.
harapan,keinginan yang tidak terpenuhi, d. Evaluasi dan terminasi
kegagalan yang dialami,trauma,dan Langkah terakhir dalam proses
konflik yang sedang dihadapi klien. konseling adalah evaluasi terhadap
2. Langkah Konseling hasil konseling akan dilakukan
Proses konseling pada dasarnya secara keseluruhan.yang menjadi
bersifat sistematis, ada tahapan-tahapan ukuran keberhasilan konseling akan
yang mesti dilalui untuk sampai pada tampak pada kemajuan tingkah laku
pencapaian konseling yang sukses. klien yang berkembang kearah yang
Langkah konseling tersebut sebagai lebih positif.
berikut :

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 117


3. Tekhnik Konseling lainnya. Biasanya penderita akan
Teknik konseling disebut juga sembuh kembali tanpa ada atau dengan
strategi konseling atau keterampilan pengobatan. Meskipun demikian,
konseling yakni cara yang digunakan kadang diperlukan terapi oleh ahli
seorang konselor dalam hubungan penyakit jiwa.
konseling untuk membantu klienagar 1. Pengertian PostPartum Blues
berkembang potensinya serta mampu PostPartum Blues adalah
mengatasi masalah yang dihadapi perasaan sedih dan depresi segera setelah
dengan mempertimbangkan kondisi persalinan, dengan gejala dimulai dua
lingkungan, yakni nilai sosial, budaya, atau tiga hari pasca persalinan dan
dan agama. biasanya hilang dalam waktu satu atau
Post Partum Blues dua minggu (Gennaro, dalam Bobak
Secara psikologis, setelah dkk., 2004). Periode PostPartum adalah
melahirkan seorang ibu akan merasakan periode waktu yang muncul sesegera
gejala-gejala psikiatrik. Post partum setelah seorang wanita melahirkan
blues adalah keadaan dimana ibu merasa hingga 52 minggu (Registered
sedih berkaitan dengan bayinya disebut Nurses’Association of Ontario, 2005).
baby blues. Penyebabnya antara lain : Postpartum blues adalah suatu
perubahan perasaan saat hamil, tingkat keadaan depresi bersifat
perubahan fisik dan emosional, sementara yang dialami oleh
perubahan yang ibu alami akan kembali kebanyakan ibu yang baru melahirkan
secara perlahan setelah beraadaptasi karena perubahan tingkat hormon,
dengan peran barunya. Gejala psikiatrik, tanggung jawab baru akibat perluasan
terutama gejala depresi ringan sampai keluarga dan pengasuhan terhadap bayi.
berat serta gejala neonatus traumatic, Keadaan ini biasanya muncul antara hari
antara lain rasa takut yang berlebihan ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca
dalam masa hamil struktur perorangan persalinan, seringkali setelah pasien
yang tidak normal sebelumnya, riwayat keluar dari rumah sakit. Apabila gejala
psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan ini berlanjut lebih dari dua minggu, maka
abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) dapat menjadi tanda terjadinya gangguan
abnormal,riwayat kelahiran mati atau depresi yang lebih berat, ataupun
kelahiran cacat, dan riwayat penyakit

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 118


psikosis postpartum dan tidak boleh kadang mengalami kebingungan ringan
diabaikan (Novak dan Broom, 2009). atau mudah lupa, Pola tidur yang tidak
Dari pengertian di atas dapat teratur karena kebutuhan bayi yang baru
disimpulkan bahwa pengertian dilahirkannya, ketidaknyamanan karena
Postpartum blues adalah suatu keadaan kelahiran anak, dan perasaan asing
psikologis setelah melahirkan yang terhadap lingkungan tempat bersalin,
bersifat sementara dan dialami oleh Merasa kesepian, jauh dari keluarga,
kebanyakan ibu baru, muncul pada hari menyalahkan diri sendiri karena suasana
ke-tiga atau ke-empat dan biasanya hati yang terus berubah-ubah,
berakhir dalam dua minggu pasca Kehilangan kontrol terhadap
persalinan, ditunjukkan dengan adanya kehidupannya karena ketergantungan
perasaan sedih dan depresi, sebagai bayi yang baru dilahirkannya.
bentuk depresi postpartum tingkat Gennaro (dalam Bobak dkk.,
ringan sehingga memungkinkan 2004) menjelaskan bahwa selama Pos
terjadinya gangguan yang lebih berat, partum blues, ibu akan mengalami
disebabkan karena perubahan tingkat perasaan kecewa dan mudah
hormon, tanggung jawab baru akibat tersinggung, ditunjukkan dengan
perluasan keluarga dan pengasuhan perilaku mudah menangis, kehilangan
terhadap bayi (Novak dan Broom, 2009). nafsu makan, mengalami gangguan
2. Gejala Post partum Blues tidur, dan merasa cemas. Hansen, Jones
Gejala post partum blues (Novak (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan
dan Broom, 2009) yaitu suatu keadaan bahwa Post partum blues dapat
yang tidak dapat dijelaskan, merasa menyebabkan serangan menangis,
sedih, mudah tersinggung, gangguan perasaan kesepian atau ditolak,
pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya kecemasan, kebingungan, kegelisahan,
dengan kata lain, ciri-ciri post partum kelelahan, mudah lalai, dan sulit tidur.
blues menurut Young dan Ehrhardt Kennerley dan Gath menggambarkan
(dalam Strong dan Devault, 2009) suatu instrumen yang reliable danvalid
diantaranya: Perubahan keadaan dan yang mengukur tujuh gejala Postpartum
suasana hati ibu yang bergantian dan Blues, yaitu perubahan suasana hati yang
sulit diprediksi seperti menangis, tidak pasti, merasa “tidak mampu”,
kelelahan, mudah tersinggung, kadang- kecemasan, perasaan emosional yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 119


berlebihan, mengalami kesedihan, bayi yang terus menangis sehingga
kelelahan, dan kebingungan atau fikiran membuat ibu frustasi, perilaku anak
yang kacau (dalam Bobak dkk, 2004). semakin nakal sehingga ibu menjadi
3. Penyebab Post Partum Blues stress , adanya persoalan dengan suami ,
Beberapa penyebab post partum stress bila bayinya kuning , adanya
blues diantaranya: Perubahan hormon, masalah dengan ibu, terganggunya tidur
stress , asi tidak keluar , frustasi karena ibu pada malam hari karena bayinya
bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh, menangis, jika ibu mengalami luka
kelelahan pasca melahirkan, dan operasi, yang rasa sakitnya menambah
sakitnya akibat operasi, suami yang tidak masalah bagi ibu, setiap kegiatan ibu
membantu, tidak mau mengerti perasaan menjadi terbatas karena hadirnya
istri maupun persoalan lainnya dengan seorang bayi ,takut melakukan hubungan
suami. , masalah dengan orang tua dan suami isteri karena takut mengganggu
mertua, takut kehilangan bayi,Sendirian bayi, kebanyakan para ibu baru ingin
mengurus bayi, tidak ada yang pulang ke rumah orang tuanya dan
membantu, Takut untuk memulai berada didekat ibunya.
hubungan suami istri (ML), anak akan
terganggu, Bayi sakit (Kuning, dll), Rasa METODOLOGI PENELITIAN
bosan si Ibu, Problem dengan si Sulung. Desain penelitian yang digunakan
4. Masalah Pada Postpartum Blues dalam penelitian ini adalah Quasi
Beberapa masalah yang dapat Eksperiment dengan rancangan one
timbul pada klien yang mengalami Post group pretest-posttest. Tujuan penelitian
partum blues diantaranya: menangis dan ini adalah untuk mengidentifikasi
ditambah ketakutan tidak bisa memberi efektifitas konseling terhadap post
ASI, frustasi karena anak tidak mau partum blues pada ibu primipara di
tidur, ibu merasa lelah, migraine, dan Puskesmas Helvetia Medan.
cenderung sensitif, merasa sebal dengan Populasi dan Sampel
suami, masalah dalam menghadapi Peubah yang diamati/diukur dalam
omongan ibu mertua, menangis dan penelitian ini adalah ibu primipara di
takut apabila bayinya meninggal, Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 32
menahan rasa rindu dan merasa jauh dari orang.
suami, menghabiskan waktu dengan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 120


Metode Pengumpulan Data pengujian dilakukan dengan
Teknik pengumpulan data dilakukan mengunakan uji-t dependen. Dimana
dengan menggunakan wawancara, dan pada kelompok berpasangan, subjek
kuesioner yang mengacu pada kerangka yang sama diperiksa sebelum dan setelah
konsep dan tinjauan pustaka. Data yang intervensi (desain before dan after).
digunakan untuk mengetahui keadaan Taraf signifikan (α = 0.05), pedoman
klien berdasarkan gejala post partum dalam menerima hipotesis: jika data nilai
blues pada ibu primipara dipuskesmas (p) < 0.05 maka Ho ditolak dan apabila
Helvetia adalah data primer yang didapat nilai (p) > 0.05 maka Ho gagal ditolak.
langsung dari tim peneliti. Data sekunder
HASIL DAN PEMBAHASAN
didapat dari sistem manajemen
Puskesmas. Penelitian dimulai dengan Hasil Penelitian
A. Analisa Univariat
mengirimkan surat izin survei awal Post Partum Blues Sebelum dan
penelitian dari Universitas Prima Sesudah diberikan Konseling.

Indonesia ke puskesmas Helvetia Tabel 1 Distribusi Kategori postpartum


Medan. Setelah mendapai izin dari blues pada ibu primipara

Puskesmas Helvetia Medan untuk Post Sebelum Sesudah


Partum
melakukan penelitian, peneliti langsung Blues
mendatangi responden dan menjelaskan n % n %
Post Partum 32 100 0 0
tujuan, manfaat dan prosedur penelitian. blues jika
Peneliti memberikan lembar persetujuan skor ≥13
Tidak Post 0 0 32 100
kepada responden (informed consent), Partum
Blues jika
kemudian tim peneliti melakukan <13
Jumlah 32 100 32 100
konseling kepada klien selama klien
dirawat inap di Puskesmas Helvetia
B. Analisis Bivariat
Medan dan diobservasi kembali saat ibu
Untuk mengetahui pengaruh satu
kunjungan ulang ke puskesmas.
variabel independen terhadap variabel
Analisis Data
dependen dilakukan analisis bivariat
Analisis yang digunakan untuk
menggunakan uji Paired Sampel t-test
menguji efektivitas konseling terhadap
bila data berdistribusi normal (p<0,005)
postpartum blues pada ibu primipara
dan uji Wilcoxon bila data tidak
dalam menganalisis data secara bivariat,
berdistribusi normal (p>0,005).

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 121


Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan Scale). Untuk penilaian kuesioner
uji normalitas data. EPDS, setiap pertanyaan memiliki nilai
Normalitas merupakan syarat yang berbeda pada jawabannya. Tiap
yang harus terpenuhi dalam jawaban diberi nilai 0, 1, 2, 3 sesuai
menggunakan uji independen. Uji dengan beratnya gejala. Untuk soal
normalitas menggunakan uji shapiro nomor 1, 2, dan 4 diberi nilai: 0 untuk
wilk yang digunakan untuk data <50. jawaban a, 1 untuk jawaban b, 2 untuk
Nilai p = 0,308 dengan alfa 5% atau 0,05, jawaban c, 3 untuk jawaban d.
maka nilai p > 0,05 yang artinya tidak Sedangkan untuk soal nomor 3, 5, 6, 7,
terdapat perbedaan signifikan antara 8, 9, dan 10 diberi nilai sebaliknya 3
distribusi data dengan distribusi data untuk jawaban a, 2 untuk jawaban b, 1
teoritis. Data berdistribusi normal maka untuk jawaban c , dan 0 untuk jawaban
dapat dilakukan uji beda secara d. Total nilai 13 atau lebih menunjukkan
parametrik dengan uji T berpasangan. terjadiya post partum blues.
Tabel 2. Efektivitas Konseling Post Partum Blues adalah
Terhadap Postpartum Blues pada Ibu
perasaan sedih dan depresi segera setelah
Primipara
persalinan, dengan gejala dimulai dua
Variabel Mean SD Beda P-value N
Mean atau tiga hari pasca persalinan dan
biasanya hilang dalam waktu satu atau
Postpartum 16,78 3,270 32
blues sebelum dua minggu, waktu dan durasi post
diberikan 6,531 0,000
partum blues (Baby blues) dapat terjadi
konseling 10,25 2,627 32
segera setelah kelahiran, tapi akan segera
Post Partum
blues sesudah menghilang dalam beberapa hari sampai
diberikan
konseling satu minggu. Kalau lebih dan 1 minggu,
sudah termasuk depresi dan patolologis
sehingga harus dikonsultasikan ke
Pembahasan
Post Partum Blues Sebelum dan dokter. Menurut Bobak dkk (2004)
Sesudah Diberikan Konseling Penyebab post partum blues diantaranya
Indikator Post Partum blues Perubahan Hormon, stres, ASI tidak
adalah hasil perolehan informasi dari keluar, Frustasi karena bayi tidak mau
keseluruhan pertanyaan pada kuesioner tidur, nangis dan gumoh, Kelelahan
EPDS (Edinburgh Postnatal Depression pasca melahirkan, dan sakitnya akibat

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 122


operasi,Suami yang tidak membantu, kondisi,sarana, keterampilan, yang
tidak mau mengerti perasaan istri membuat klien dapat membantu dirinya
maupun persoalan lainnya dengan sendiri dalam memenuhi rasa
suami, Masalah dengan Orang tua dan aman,cinta, harga diri,membuat
Mertua,Takut kehilangan bayi,Sendirian keputusan dan aktualisasi diri.
mengurus bayi, tidak ada yang Memberikan bantuan juga mencakup
membantu,Takut untuk memulai kesediaan konselor untuk mendengarkan
hubungan suami istri (ML), anak akan perjalanan hidup klien baik masa
terganggu, Bayi sakit (Kuning, dll), Rasa lalunya,harapan-harapan,keinginan yang
bosan si Ibu, Problem dengan si Sulung. tidak terpenuhi, kegagalan yang
Berdasarkan Hasil Wawancara dialami,trauma,dan konflik yang sedang
Bersama ibu Yang mengalami dihadapi klien. Tekhnik konseling
Postpartum blues beberapa masalah disebut juga strategi konseling atau
yang timbul pada klien yang mengalami keterampilan konseling yakni cara yang
post partum blues diantaranya: digunakan seorang konselor dalam
Menangis dan ditambah ketakutan tidak hubungan konseling untuk membantu
bisa memberi ASI, frustasi karena anak klien agar berkembang potensinya serta
tidak mau tidur, Ibu merasa lelah dan mampu mengatasi masalah yang
lebih sensitif, menangis dan takut dihadapi dengan mempertimbangkan
apabila tidak dapat merawat bayinya, kondisi lingkungan, yakni nilai-nilai
terganggunya tidur ibu pada malam hari sosial,budaya, dan agama (Rogers dalam
karena bayinya menangis, sebagian ibu Lubis, L.N., 2011).
yang riwayat bersalin sectio caesarea , Hasil penelitian menunjukkan
ibu mengalami luka operasi yang rasa bahwa sebagian besar responden
sakitnya menambah masala bagi ibu, memerlukan bantuan dari tenaga medis
Kebanyakan para ibu baru ingin pulang untuk masalah yang dihadapi pada
ke rumah orang tuanya dan berada postpartum blues. Berdasarkan hasil
didekat ibunya karena kurangnya screening yang telah dilakukan gejala-
dukungan suami. gejala yang paling sering muncul pada
Efektivitas Konseling Terhadap ibu yang mengalami babyblues adalah
Postpartum Blues pada Ibu Primipara
hampir selalu menyalahkan diri sendiri
Konseling diartikan “bantuan”
secara tidak semestinya bila keadaan
adalah dengan menyediakan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 123


menjadi buruk. Hal tersebut nampak mencapai penyesuaian diri dengan
bahwa ibu sangat sedih bila anaknya lingkungannya.
menangis, ibu susah tidur dan terkadang
suka marah-marah tanpa sebab yang KESIMPULAN DAN SARAN
jelas. Selain itu ibu juga sering merasa Kesimpulan
khawatir dan cemas tanpa alasan yang Adapun yang menjadi kesimpulan
jelas. Hal tersebut diungkapkan terhadap hasil penelitian ini adalah:
responden tentang apa yang terjadi Hasil penelitian melalui kuesioner EPDS
selanjutnya, bagaimana jika ia tidak postpartum blues ibu primipara
mampu merawat bayinya dan bagaimana diperoleh p-value 0,000 Maka dapat
nanti bayinya kelak. Perasaan-perasaan disimpulkan bahwa ada efektivitas
yang belum jelas tersebut sangat Konseling terhadap Postpartum Blues
menghantui ibu sehingga sering merasa pada ibu primipara.
murung dan tidak nafsu makan. Saran
Responden juga cukup sering merasa Adapun yang menjadi saran dalam
sedih dan jengkel tidak menentu hal penelitian ini adalah:
tersebut biasanya terjadi saat suaminya 1. Bagi Petugas Kesehatan perlu
atau keluarganya khususnya ibunya menerapkan konseling pada ibu
tidak ada untuk mendampinginya. yang mengalami post partum blues
Konseling merupakan suatu dan memberikan penyuluhan
bantuan yang diberikan oleh konselor kepada ibu nifas dan keluarganya
pada individu yang mengalami masalah tentang perubahan psikologis yang
secara tatap muka dengan tujuan agar terjadi pada ibu postpartum, agar
setiap individu tersebut dapat dapat merawat diri dan bayinya
mengambil keputusan secara mandiri dirumah, serta suami dan keluarga
atas permasalahan yang dihadapinya tetap memberikan dukungan baik
baik masalah psikologis, sosial, dan lain- secara emosional, materi, dan
lain dengan harapan dapat memecahkan spiritual.
masalahnya, memahami dirinya, 2. Penelitian selanjutnya dapat
mengarahkan dirinya sesuai dengan menggali lebih luas tentang faktor
kemampuan dan potensinya sehingga yang menimbulkan postpartum
blues dan dapat menyelesaikan

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 124


permasalahan klinis tentang 107–115.Diperoleh tanggal 08
penyebab post partum blues yaitu Mei 2017 dari
http://www.jadjournal.com
ASI tidak keluar. Dengan ibu tidak
Ibrahim, F., Rahma, & Ikhsan, M.
memberikan ASI beralih ke susu (2012). Faktor faktor yang
formula, keberhasilan ASI eksklusif berhubungan dengan depresi post
partum di RSIA Pertiwi Makassar
tidak tercapai, perlu upaya
tahun 2012. FKM Unhas.
memberikan informasi pentingnya Diperoleh pada tanggal 10 Mei
ASI eksklusif 2017 dari
http://repository.unhas.ac.id/itstre
3. Sebaiknya ibu disaat hamil
am/handle/123456789/250/Fatma
mempersiapkan diri dalam %2
menghadapi persalinan dengan Irawati, D dan Yuliani, F.
meningkatkan pengetahuan (2014).Pengaruh Faktor
PsikososialDan Cara
mengenai cara merawat bayi agar PersalinanTerhadap Terjadinya
tidak terjadi post partum blues. PostPartum Blues Pada Ibu
Kejadian terjadinya Post partum Nifas.Hospital Majapahit (6) 1-
7Vol 6 No. 1 Pebruari
blues dapat dicegah dengan 2014.Diperoleh tanggal 10 Mei
meyakinkan ibu dapat merawat 2017
darihttp://www.poltekkesmajapait
bayinya sehingga kekhawatiran ibu
.ac.id.
yang berkaitan dengan bayinya
Lubis.L.N.2013.Memahami dasar- dasar
dapat teratasi. konseling dalam teori dan
Praktik.Jakarta.Kencana.

DAFTAR PUSTAKA Murwati, dan Immaninditya, Y. (2014).


Studi Deskriptif Tingkat Depresi
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Postpartum Pada Ibu Nifas Di
Suatu Pendekatan Praktik. Wilayah Kerja Puskesmas Klaten
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Selatan Tahun 2013. J. Kebidanan
Bobak, Laudermilk, Jensen, et all. Indonesia. Vol. 5,No.1. Januari
(2005). Buku AjarKeperawatan 2014 (27-34). Diperoleh tanggal
Maternitas. Jakarta: EGC 12 Mei 2015 dari
Creasoft. https://d3bidanpoltekkessolofiles.
wordpress.com/.
Gonidakis, F., Rabavilas, A.D.,Varsou,
E., Kreatsas, G., &Christodoulou, Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
G.N. (2007). Maternity blues in Penelitian Kesehatan. Jakarta:
athens,greece: A study during Rineka Cipta.
thefirst 3 days after delivery.
Journal of Affective Disorders, 99,

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 125


Rimandini dan Sari. 2014. Asuhan
Kebidanan Masa Nifas.Jakarta.CV
Trans Info Media.
Saryono. (2010). Depresi pasca
persalinan. Bogor: Rekatama

Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018 | 126

You might also like