You are on page 1of 73

Indofood Sukses Makmur (INDF) berdiri sejak tahun 1990.

seiring dengan
berjalannya waktu INDF mencatatakan sahamnya (IPO) di Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 14 Juli 1994. INDF sendiri memiliki empat kelompok bisnis usaha
(group) yang meliputi (1)Produk Konsumen bermerek (CBP), (2)Bogasari,
(3)Agribisnis, (4)Distribusi. Dari tahun 2014 hingga 2017 revenue dari INDF terus
mengalami peningkatan di setiap tahunnya sedangkan di tahun 2018 pada kuartal III
kinerja INDF mengalami penurunan sebesar 15 persen dilihat dari segi laba bersih
dari angka Rp4,24 triliun di tahun 2017 menjadi Rp3,58 triliun di tahun 2018.
Sedangkan jika dibandingkan dengan kuartal II laba bersih dari kuartal III mengalami
pertumbuhan sebesar 47 persen dari Rp2,43 di kuartal II menjadi Rp3,58 triliun di
kuartal III. Dan total revenue di kuartal III tahun 2018 mengalami pertumbuhan
sebesar 52 persen dari Rp35,99 di kuartal II menjadi Rp54,74 milyar di kuartal III.
Per 31 Desember 2017, nilai kapitalisasi pasar INDF mencapai angka Rp66,95 triliun.
Sedangkan di tahun 2018 tepatnya di kuartal III mengalami penurunan dan mencapai
angka Rp65,85 triliun. Harga saham INDF per 14 Desember 2018 sebesar Rp7.050.
Bagaimana prospek saham INDF di masa yang akan datang membutuhkan analisis
baik dari segi fundamental yang mencakup analisis ekonomi, industri dan perusahaan
maupun segi teknikal.
Prospek ekonomi Indonesia di tahun 2018 tergolong megalami pertumbuhan
meskipun di tahun ini telah terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dengan
China yang berdampak pada negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu
di tahun ini, The Fed telah meningkatkan suku bunga acuan sebanyal tiga kali, hal ini
membuat pemerintah Indonesia untuk mengambil langka preventif untuk
mempertahnakan perekonomian Indonesia. Salah satu langka prefentive yang diambil
oleh pemerintah indonesia adalah dengan menaikan tingkat suku bunga acauan BI

1
Rate sebanyak enam kali dengan total kenaikan sebesar 175 basis point. Pada tahun
2017,dengan menurunnya tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis point membuat
pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencapai
angka 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi di tahun ini di tompang oleh banyaknya
modal asing yang masuk ke Indonesia sebesar 9,11 miliar dollar angka ini jauh lebih
tinggi dari pada tahun sebelumnya. Dan total cadangan devisa negara mencapai angka
128,8 miliar dollar. Menurunnya tingkat suku bunga acuan dan banyaknya modal
asing yang masuk ke Indonesia membuat nilai tukar rupiah di tahun ini mengalami
apresiasi sebesar 0,02 persen menjadi Rp13.343. Pada tahun 2018, tepatnya bulan
Agustus bank indonesia kembali menaikan lagi tingkat suku bunga acuan sebesar
5,50 persen. Salah satu penyebab meningkatnya suku bunga acuan ini adalah karena
meningkatnya suku bunga acuan Amerika. Di tahun yang sama dilansir dari data
Kemenkeu, menujukkan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2018
tepatnya di bulan Agustus ikut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Angka pertumbuhan di tahun 2018 merupakan angka tertinggi sejak
tahun 2013. Pendorong utama kinerja pertumbuhan ekonomi pada periode ini adalah
komponen konsumsi masyarakat dan sektor perdagangan yang meningkat terkait
dengan momentum idul fitri yang bersamaan dengan libur panjang tahun ajaran
sekolah. Meskipun kinerja ekonomi menunjukkan kearah positif namun tidak pada
laju investasi, di tahun ini laju investasi cenderung mengalami perlambatan. Pada
tahun 2018 menujukkan jika PDB di kuartal II mengalami pertumbuhan sebesar 2
persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dari angka 5,06 menjadi 5,27. Dari
segi investasi baik dari penanaman modal asing ataupun penanaman modal dalam
negeri di kuartal I tahun 2018 mengalami pertumbuhan hingga mencapai angka
Rp185,3 triliun. Sedangkan di kuartal II tingkat investasi yang terjadi di Indonesia
mencapai Rp176,3 triliun. Pertumbuhan ekonomi global di tahun 2018 dan 2019
diperkirakan akan berada di angka 3,9 persen. Negara berkembang masih menjadi
prioritas utama untuk pemulihan ekonomi global, dengan proyeksi pertumbuhan 5,1
persen di tahun 2019, dengan kata lain angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan

2
proyeksi di tahun 2018 yang hanya mencapai angka 4,9 persen. Sedangkan
perekonomian di negara maju mengalami perlambatan dari 2,4 persen di tahun 2018
menjadi 2,2 persen di tahun 2019. Pada tahun 2018, pemerataan pertumbuhan
ekonomi di seluruh wilayah Indonesia mengalami peningkatan, kecuali pada wilayah
kalimantan. Pertumbuhan jawa dan sumatera merupakan penompang terbesar bagi
pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka 58,61 persen di wilayah jawa dan 21,54
persen di wilayah sumatera. Di tahun sama, tingkat kemiskinan di Indonesia telah
mencapai single digit yang berada di angka 9,82 persen. Angka tersebut merupakan
angka yang cukup fantastik bagi indonesia sebagai negara berkembang yang
notabennya memiliki jumlah masyarakat yang banyak. Laju inflasi di tahun ini relatif
terkendali sebesar 2,13 persen (ytd) atau 3,20 persen (yoy), angka ini lebih rendah
jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai angka 2,53 persen (ytd) atau
3,82 persen (yoy). Meskipun di kuartal I tahun 2018 jumlah investasi yang masuk di
Indonesia tergolong tinggi namun hal itu tidak membuat tingkat investasi yang terjadi
di dalam pasar saham ikut mengalami kenaikan, hal ini terlihat sepanjang tahun 2018
secara kumulatif tingkat IHSG mengalami pelemahan sebesar 7,29 persen. Pelemahan
nilai IHSG di tahun 2018 ini, disebabkan oleh tekanan-tekanan dari penurunan harga
yang dialami oleh emiten-emiten di setiap sektor yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Pada tahun 2019, Kementerian Keuangan menargetkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kisaran 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi ini didukung
dengan berbagai cara seperti meningkatkan perluasan kerja dengan tujuan agar dapat
menurunkan tingkat pengangguran yang berkisar antara 4,8-5,2 persen, target
penurunan tingkat kemiskinan berkisar 8,5-9,5 persen dan gini ratio sebesar 0,38-0,39
serta IPM sebesar 71,98. Selain menargetkan pada pertumbuhan ekonomi,pemerintah
juga menargetkan pendapatan negara mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen
dengan nominal sebesar Rp2142,5 triliun lebih tinggi dibandingkan dengan APBN
tahun 2018.
Analisis industri INDF memperlihatkan jika dari segi nilai PER yang terdapat
pada grafik 10 menujukkan nilai PER INDF berada di angka 14,25 sedangkan ICBP

3
memiliki nilai PER sebesar 22,21. Angka-angka ini tergolong rendah jika
dibandingkan dengan perusahaan dalam satu industri konsumsi. Posisi teratas adalah
Unilever (UNVR), kemudian disusul oleh perusahaan Mayora (MYOR) dan
perusahaan Multi Bintang Indonesia (MLBI). Meskipun nilai PER pada PT. Indofood
menujukan nilai yang terendah dari semua kompetitor dalam satu industri, namun
INDF melalui anak perusahaan ICBP mampu menujukan jika Indofood corporation
memiliki nilai pasar saham yang relative tinggi ketiga setelah Unilever dan Gudang
Garam dengan angka kapitalisasi pasar yang dimiliki oleh ICBP sebesar
Rp101,750,147,300,000. INDF merupakan perusahaan yang mampu menunjukan
performa yang cukup unggul dalam sektor industri makanan dan minuman. INDF
juga mampu menujukan tingkat profit tertinggi dan tingkat penjualan tertinggi
dibandingkan semua perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Dari segi penjualan
INDF berada di perangkat ketiga setelah ASII.
Group industri andalan INDF adalah industri produk makanan bermerek
(ICBP). Di dalam grup produk konsumen bermerek memiliki 5 divisi yang mana tiap
divisi memiliki difersifikasi portofolio produk yang beraneka ragam dan sangat
diminati oleh para konsumen. Dari kelima divisi tersebut penyumbang pendapatan
terbesar bagi perusahaan adalah divisi mie instan yang telah menyumbang
pendapatan perusahaan terbesar daripada divisi lain sebesar 65 persen. Selain itu di
tahun 2018 ICBP juga memiliki nilai kapitalisasi terbesar ketiga setelah UNVR dan
GGRM. Di tahun 2018 kuartal III ICBP telah menompang pertumbuhan INDF dari
segi revenue yang mencapai angka Rp29.211.382 juta.
INDF melakukan initial public offering (IPO) pada tanggal 14 Juli 1994 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 6.200 per
saham dengan jumlah saham yang beredar sebesar 21.000.000. Saham yang beredar
per 29 Desember 2017 adalah sebesar 12,85 miliar lembar saham dengan harga pada
saati itu Rp7.625. Sedangkan jumlah saham yang beredar per 23 November 2018
adalah sebesar 7,70 miliar lembar saham dengan harga sebesar Rp 6.250.

4
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya harga saham pada tahun 2018 jauh lebih
rendah dari tahun 2017.
Pada Kuartal III 2018, total aset yang dimiliki INDF mengalami peningkatan
sebesar (2,5%) yang awalnya Rp93.619.499 juta menjadi Rp.95.989.207 juta.
Peningkatan total aset itu dipengaruhi oleh peningkatan aset lancar dan aset tidak
lancar. Peningkatan aset lancar pada kuartal III dipengaruhi oleh piutang dagang dan
piutang finansial. Peningkatan pada piutang dagang sebesar (4%) dan peningkatan
pada piutang finansial sebesar (2%). Sedangkan peningkatan pada aset tidak lancar,
dipengaruhi oleh peningkatan pada aset tetap sebesar 1,1%. Jumlah kas yang dimiliki
oleh perusahaan pada kuartal III lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah kas di
kuartal II. Rasio DER pada kuartal III sama dengan nilai PER pada kuartal II yang
mencapai angka 0,98 persen sedangkan di kuartal I rasio DER hanya mencapai angka
0,90 persen. Dengan melihat angka pada rasio DER yang lebih baik menunjukan
bahwa perusahaan mampu mengelola struktur keuangan perusahaan dengan baik.
Laba bersih yang diperoleh perusahaan Indofood pada kuartal III tahun 2018
mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya pada tahun yang sama.
Laba perusahaan selama kuartal I sebesar Rp1.618.172 juta, kuartal II sebesar
Rp2.941.547 juta dan pada kuartal III sebesar Rp4.323.310 juta.
Performa rasio keuangan INDF selama 2014 hingga 2018 kuartal III terus
mengalami fluktuasi. Nilai ROE dari tahun 2016 hingga 2018 terus mengalami
penurunan, yang awalnya nilai ROE mencapai angka 11,99 persen ditahun 2018
menjadi 7,74. Hal yang sama juga terjadi pada nilai ROA perusahaan dari tahun 2016
hingga 2018 juga menunjukkan angka penurunan nilai ROA di tahun 2017 mencapai
angka 5,85 persen sedangkan di tahun 2018 sebesar 3,91 persen. Begitupun pada nilai
EPS di tahun 2018 kuartal III mengalami tren penurunan yang mencapai angka
Rp428 sedangkan di tahun 2017 sebesar Rp474,75. Rasio profitabilitas berbasis pada
pendapatan yaitu GPM, OPM dan NPM menunjukkan gambaran (a) Tingkat GPM di
lima tahun terakhir cenderung mengalami fluktuatif, tingkat GPM paling tinggi
terjadi di tahun 2016 sebesar 29,11 persen. Tingginya tingkat GPM suatu perusahaan

5
menunjukan jika perusahaan mampu untuk meningkatkan efesiensi dalam produksi
dengan menekan harga pokok produksi yang rendah. Di tahun 2018 tingkat GPM
mengalami penurunan sebesar 3 persen dengan angka sebesar 28,26 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2016. (b) Tingkat OPM di lima tahun terakhir ini terus
mengalami tren kenaikan, angka tertinggi terjadi di tahun 2017 sebesar 12,46 persen.
Sedangkan di tahun 2018 mencapai angka 12,40 persen. Besarnya angka tersebut
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengelola pengeluaran untuk biaya
operasi relatif lebih kecil dari pada tahun-tahun sebelumnya. (c) Dari tingkat nilai
NPM tahun 2018 mencapai angka 6,54 persen angka ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai angka 7,33 persen. tingginya nilai
NPM suatu perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan
laba bersih yang cukup tinggi dari setiap penjualan produk yang diproduksi oleh
perusahaan.
perusahaan mampu mengelola persediaan dengan baik dengan melihat nilai
inventory turnover 8,4 kali per tahun sedangkan di tahun 2018 perputaran inventory
hanya mencapai angka 4,51 kali per tahun. Perputaran aset yang dimiliki oleh
perusahaan dapat dilihat dari aset tetap (FAT) dan aset total (TAT) perusahaan. Nilai
FAT yang dimiliki oleh perusahaan berada di kisaran angka 2,3 dan nilai TAT lebih
kecil dari pada nilai FAT yang hanya berada di kisaran angka 0,7. Disisi lain, tingkat
rasio lancar perusahaan juga dpaat dilihat dari current ratio (CR) dan quick ratio (QR),
nilai dari kedua rasio lancar tersebut relatif cukup tinggi. Nilai CR berada di kisaran
angka 153,09 dan nilai QR berada di angka 1,14.
Berdasarakan analisis ekonomi,industri dan perusahaan selanjutnya upaya
melakukan penafsiran nilai saham menggunakan pendekatan teknikal dan
fundamental. Dari segi analisis teknikal dengan menggunakan indikator accumulation
and distribution menujukkan jika saham INDF berada pada fase akumulasi yang
mana pada fase tersebut banyak dari pelaku pasar atau investor yang melakukan
pembelian saham INDF. Hal ini diperkuat dengan adanya indikator ADX yang
menujukkan jika harga saham INDF berada pada tren harga yang sedang menguat

6
dengan tingkat resistence level yang berada pada kisaran Rp7.127 dan Rp7.250
sedangkan tingkat support level pada saham INDF berada di kisaran harga Rp6.500
dan Rp5.870. Berdasarkan hasil analisis pendekatan fundamental menunjukan jika
kekuatan ekonomi Indonesia masih mampu bertahan dalam mendongkrak investasi
dalam negeri meskipun pada tahun ini terdapat gejolak perang dagang antara Amerika
Serikat dengan China yang berdampak pada negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Dari aspek industri, memperlihatkan jika INDF masih memiliki kekuatan
pasar yang cukup besar dibandingkan dengan para pesaingnya khususnya dari segi
penjualan.
Hasil penaksiran nilai intrinsik saham dengan pendekatan perbandingan relatif
yang menggunakan nilai PER menunjukkan jika harga saham INDF berada pada
kisaran harga untuk tahun 2016 sebesra Rp6.976 dengan rentang harga Rp Rp9.165
hingga Rp11.615. Sedangkan estimasi harga saham INDF di tahun 2019 sebesar
Rp7.674 dengan rentang harga Rp9.420 hingga Rp12.777. Taksiran nilai saham
dengan pendekatan dividen discount model adalah sebesar Rp6.232 hingga Rp10.497.
Ketiga model (Analisis Teknika, Relative Comparison dan Dividend Discount Model)
memberikan rentang taksiran nilai saham seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel A. Kisaran Tafsiran Nilai Saham INDF
PENDEKATAN ANALISIS TERENDAH MODERAT TERTINGGI INDF
Teknikal 6.5 7.127 7.25 6.500 - 7.250
Fundamental
a.Perbandingan Relatif 6.976 8.564 11.615 6.976 - 11.615
b.Dividen Discount Model 6.232 7.755 10.497 6.232 - 10.497
Berdasarkan hasil analisis yang ada, rekomendasi untuk membeli saham
INDF terlihat semakin menguat namun dengan beberapa catatan seperti telah
dipaparkan dalam analisis teknikal untuk menentukan waktu transaksi yang tepat.
Berdasarkan terdapat empat alasan utama untuk rekomendasi beli saham
INDF yaitu: (a) Adanya trend perekonomian Indonesia yang relatif kuat dan daya
tahan yang cukup kuat dalam menghadapi adanya perang dagang antara Amerika
Serikat dan China. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan tingkat PDB di tahun

7
2018 yang semakin meningkat serta nilai tukar rupiah yang semakin mengkuat dan
menjadi mata uang terkuat di Asia di tahun 2018. (b)Analisis industri menunjukkan
jika di tahun 2018, INDF terus mengalami pertumbuhan baik dari segi penjualan
ataupun dari segi laba bersih. Hal ini didukung oleh adanya tekanan dari pemerintah
dalam meningkatkan pertumbuhan di industri makanan. Hal inilah yang
menyebabkan pertumbuhan pada perusahaan Indofood Sukses Makmur, Tbk.
(c)Analisis teknikal menujukkan nilai intrinsik saham INDF berada pada kisaran
harga Rp6.500 hingga Rp7.250. Dari analisis tersebut mengindikasikan jika nilai
saham sekarang di pasar sebesar Rp7.050 angka ini tergolong rendah dan masih
memiliki potensi untuk dibeli karena nilai intrinsiknya yang lebih tinggi. (d) analisis
fundamental yang menggunakan relative comparison tepatnya dengan model
pendekatan PER dan dividend discount model menunjukkan jika harga saham INDF
memiliki nilai intrinsik yang jauh lebih tinggi dari nilai saham di pasar. Untuk
perbandingan relatif sebesar Rp6.976 sampai Rp11.615 dan dividend discount model
sebesar Rp6.232 sampai Rp10.497. Dari angka ini dapat diartikan jika nilai intrinsik
saham INDF tergolong undervalue atau lebih tinggi dari pasar sehingga saham INDF
direkomendasikan untuk beli.

Pada awal berdirinya, PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk bernama PT.


Panganjaya Intikusuma dan berdiri pada tahun 1990. Perusahaan ini memulai
kegiatan usahanya pada bidang makanan dan minuman ringan, dan mulai bergerak
melalui joint venture dengan perusahaan Fritolay Netherlands Holding yang
notabennya merupakan perusahaan afiliasi dari PepsiCo. Inc. Seiring dengan
perkembangan perusahaan, pada tahun 1994 PT. Panganjaya Intikusuma merubah
nama perusahaan menjadi PT. Indofood Sukses Makmur dan di tahun yang sama
perusahaan ini juga mencatatkan sahahmnya di Bursa Efek Indonesia. Dalam dua
dekade terakhir ini, Indofood telah bertranformasi yang awalnya merupakan

8
perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman ringan sekarang menjadi
sebuah perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup
seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan
baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. Dalam menjalankan
bisnisnya, INDF memiliki model bisnis yang terdiri dari empat kelompok usaha
strategis (grup) yang meliputi (1) Produk konsumen bermerek (CBP), yang mana
kelompok usaha ini didukung oleh beberapa merek dari beragam produk konsumen
seperti mie instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan
khusus dan minuman; (2) Bogasari, kelompok usaha ini memiliki kegiatan usaha
utama yang memproduksi tepung terigu dan pasta; (3) Agribisnis, kegiatan usaha
utama pada kelompok usaha ini adalah meliputi penelitian dan pengembangan,
pemulihan benih bibit, pembudidayaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi
dan pemasaran produk minyak goreng, margarin dan shortening; (4) Distribusi,
kelompok usaha pada bidang ini merupakan asset strategis dan bagian penting dari
kegiatan operasional Indofood yang terintegrasi secara vertikal. Dengan
menggunakan jaringan distribusi seperti ini, maka Indofood berhasil memiliki 1.300
distribution yang berada di lokasi yang pada dengan outlet ritel (www.indofood.com).

Berdasarkan data yang kami peroleh dari bursa efek indonesia


memperlihatkan bahwa selama empat tahun terakhir ini yaitu dimulai dari tahun 2014
hingga 2017 kinerja PT. Indofood Sukses Makmur Tbk selalu mengalami
peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dapat dilihat bahwa pendapatan (revenue) INDF mengalami peningkatan sebesar
0.74 persen di tahun 2015 yang awalnya total revenue hanya sebesar Rp63,59 milyar
di tahun 2014 menjadi Rp64,06 milyar. Pada tahun 2017, total revenue yang
diperoleh INDF juga mengalami peningkatan sebesar 5,15 persen dari Rp66,75 di
tahun 2016 menjadi Rp70,19 milyar di tahun 2017. Namun pada tahun 2018, kinerja
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari laba
bersih yang diperoleh perusahaan hingga kuartal III pada tahun ini menurun sebesar

9
15 persen dari Rp4,24 triliun di tahun 2017 pada kuartal yang sama menjadi Rp3,58
triliun di tahun 2018 namun jika dibandingkan dengan kuartal II di tahun 2018, laba
bersih perusahaan mengalami peningkatan sebesar 47 persen dari Rp.24,33 di kuartal
II menjadi Rp3,58 triliun di kuartal III. Selain itu, INDF juga mengumumkan jika
total revenue di kuartal III tahun 2018 juga mengalami peningkatan sebesar 52 persen
dari Rp35,99 milyar di kuartal II menjadi Rp54,74 milyar di tahun 2018 kuartal III.
Total revenue di tahun 2018 pada kuartal III juga mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya di kuartal yang sama. Peningkatan total
revenue ini diikuti dengan peningkatan pada beban pokok penjualan perusahaan dari
Rp25,83 miliar menjadi Rp39,27 miliar. Tidak hanya beban pokok penjualan saja
yang mengalami peningkatan, beban penjualan dan distribusi perusahaan, beban
umum dan administrasi serta beban keuangan INDF juga ikut mengalami peningkatan.
Dengan meningkatnya beban yang di tanggung oleh perusahaan, hal ini membuat
margin laba yang diperoleh perusahaan mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2017 di kuartal III.

Menurut Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, Anthoni


Salim yang dilansir dari finance.detik.com menjelaskan bahwa penurunan kinerja
perusahaan pada tahun 2018 ini disebabkan oleh melemahnya harga komoditas
minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang diiringi dengan menurunnya
jumlah permintaan dunia akan minyak kelapa sawit. Penyumbang pendapatan
terbesar berasal dari kelompok usaha strategis konsumen bermerek sebesar 54 persen.
Produk Bogasari menyumbang pendapatan sebesar 22 persen, agribisnis sebesar 15
persen dan distribusi menyumbang pendapatan sebesar 9 persen. Disisi lain, anak
perusahaan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang bernama PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga mengumumkan kenaikan laba bersih sebesar 11,1
persen pada kuartal I 2018 dari Rp1,09 triliun menjadi Rp1,21 triliun. Di awal tahun
2018 penyumbang pendapatan terbesar berasal dari divisi mie instan sebesar 65
persen, divisi dairy menyumbnag 19 persen, makanan ringan menyumbang tujuh

10
persen, penyedap makanan tiga persen, nutrisi dan makanan khusus dua persen serta
minuman empat persen. Semua divisi penyumbang pendapatan ini berasal dari
kelompok usaha strategis konsumen bermerek. Dengan meningkatnya total revenue
dan laba bersih pada kuartal III tahun 2018 terdapat indikasi akan kenaikan harga
saham INDF itu sendiri. Salah satu indikasi yang dapat digunakan oleh investor untuk
melihat mahal murahnya harga saham adalan nilai PBV, jika nilai PBV berada di atas
angka 1 maka dapat dikatakan jika harga saham tersebut tergolong mahal begitupun
sebaliknya. Pada saham INDF memperlihatkan jika nilai PBV di kuartal III 2018
cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dari
1,18 di kuartal II 2018 menjadi 1,26 di kuartal III pada tahun 2018. Berdasarkan nilai
PBV yang dihasilkan oleh saham INDF menujukkan jika harga saham INDF pada
tahun 2018 di kuartal III tergolong mahal. Dibawah ini kami lampirkan ringkasan
laporan kinerja keuangan INDF yang kami peroleh dari website Bursa Efek Indonesia.

Tabel 1. Ringkasan Laporan Kinerja Keuangan INDF

Ratios Des-14 Des-15 Des-16 Des-17 18-Sep


Current Ratio (%) 180,74 170,53 150,81 150,27 113,10
Dividend (Rp) 220 168,00 235,00 237,00 237,00
EPS (Rp) 442,5 338,02 472,02 474,75 428
BV (Rp) 4.695,49 4.911,10 5.004,47 5.325,11 5.530,28
DAR (X) 0,52 0,53 0,47 0,47 0,49
DER (X) 1,08 1,13 0,87 0,88 0,97
ROA (%) 5,99 4,04 6,41 5,85 3,91
ROE (%) 12,48 8,60 11,99 11,00 7,74
GPM (%) 26,81 26,94 29,11 28,31 28,26
OPM (%) 11,34 11,49 12,41 12,46 12,40
NPM (%) 8,09 5,79 7,89 7,33 6,54
Payout Ratio (%) 49,72 49,70 49,79 49,92 55,37
Yield 3,26 3,25 2,97 3,11 3,40
PBV (X) 1,45 1,05 1,55 1,43 1,26
PER (X) 14,67 15,31 16,11 16,06 16,30
PER Industri 24,22 17,71 23,77 18,48 20,01
Sumber: BEI. Bursa Efek Indonesia. November 19. 2018

11
Tingginya jumlah pendapatan perusahaan dapat mengakibatkan meningkatnya
harga saham dari perusahaan tersebut. Hal ini juga berlaku bagi PT Indofood Sukses
Makmur Tbk, yang mana pada kuartal III tahun 2018 perusahaan mampu
memperoleh pendapatan dan laba bersih yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan
kuartal sebelumnya di tahun yang sama. Peningkatan pada laba bersih dan
pendapatan juga diikuti dengan adanya peningkatan nilai PBV di kuartal III pada
tahun 2018. Sesuai data yang kami peroleh dari BEI menujukkan bahwa harga saham
yang dilihat dari nilai PBV menujukkan jika bahwa harga saham INDF tergolong
mahal, hal ini ditunjukan oleh nilai PBV yang mencapai angka diatas 1. Selain
melihat dari nilai PBV, penulis juga meninjuai harga saham perusahan berdasarkan
nilai PER perusahaan yang dibandingkan dengan nilai PER di industri yang sejenis.
Rata-rata nilai PER pada PT Indofood cenderung lebih rendah jika dibandingkan
dengan nilai PER di Industri. Selama lima tahun terakhir nilai PER yang dimiliki oleh
PT. Indofood terus mengalami peningkatan, di tahun 2014 nilai PER perusahaan
mencapai 14,67, tahun 2015 mencapai 15,31, tahun 2016 mencapai 16,11, tahun 2017
nilai PER perusahaan mengalami penurunan dengan nilai PER sebesar 16,06 namun
pada tahu 2018 di kuartal III nilai PER PT Indofood kembali mengalami peningkatan
hingga mencapai angka 16,30. Berikut ini kami perlihatkan nilai PER pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk dan nilai PER Se-Industri pada lima tahun terakhir.

12
Sumber: Data olahan dari BEI. Bursa Efek Indonesia. November 19. 2018

Grafik 1. Nilai PER Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk & PER Industri
tahun 2014-2018 (kuartal II)
Dari grafik diatas menunjukan bahwa nilai PER yang dimiliki oleh PT
Indofood Sukses Makmur Tbk berada dibawah rata-rata nilai PER industri makanan
dan minuman. Hal ini mengindikasikan jika harga saham yang dimiliki oleh INDF
dilihat dari nilai PER tergolong murah dibandingkan dengan harga saham pada
industri yang sejenis.

Sumber: BEI. Bursa Efek Indonesia. November 19. 2018

Gambar 1. Harga saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 2014-2018

13
Menurunnya harga saham pada PT Indofood di kuartal III tahun 2018
mungkin dapat dikatakan terpengaruh oleh jumlah nilai kapitalisasi pasar perusahaan
yang cenderung menurun jika dibandingkan dengan nilai kapitalisasi di tahun
sebelumnya. Nilai kapitalisasi pasar merupakan cerminan dari total nilai perusahaan
yang mana nilai perusahaan dihitung dari jumlah saham yang beredar dikali dengan
harga saham di pasar. Jadi jika nilai kapitalisasi pasar suatu perusahaan semakin besar
maka harga saham perusahaan juga akan tinggi begitupun sebaliknya. Per 31
Desember 2016 tercatat bahwa nilai kapitalisasi pasar yang diperoleh perusahaan
sebesar Rp69,584 triliun dan per 31 Desember 2017 sebesar Rp66,950 triliun
sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan dalam nilai kapitalisasi pasar, per
30 September 2018 menunjukan angka sebesar Rp61,24 triliun.

Berdasarkan laporan kinerja keuangan diatas memperlihatkan perkembangan


rasio keuangan lima tahun terakhir pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada
laporan tersebut menunjukkan bahwa nilai EPS yang dimiliki oleh INDF berfluktuasi
setiap tahunnya. Di tahun 2014 dan 2015, nilai EPS mencapai angka Rp442.50 dan
Rp338.02 hal ini menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
menurun. Sedangkan di tahun 2016 dan 2017, nilai EPS mencapai Rp472.02 dan
Rp474.75 di tahun ini menunjukkan jika kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih perusahaan meningkat. Besarnya nilai EPS yang diperoleh perusahaan maka
akan memberikan dampak pada besarnya dividend yang akan dibagikan oleh
perusahaan kepada para investor. Di tahun 2016 dan 2017 jumlah dividen yang
dibagikan oleh Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami peningkatan sebesar Rp235
dan Rp237 angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya
yang mencapai angka Rp222 dan Rp168.

Keadaan perekonomian dunia saat ini telah mengalami penurunan hal


diakibatkan perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dengan China yang

14
sampai saat ini belum menemukan titik damai. Kejadian ini sangat mempengaruhi
keadaan perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia. Ancaman yang
timbul dari terjadinya perang dagang antara Amerika dan China adalah defisitnya
neraca perdagangan Indonesia. Di lansir dari finance.detik.com menunjukkan bahwa
di tahun 2018 Bank Sentral Amerika Serikat telah meningkatkan suku bunga acuan
sebesar 25 basis point menjadi 2,25 persen. Selama satu tahun ini Bank sentral telah
menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Salah satu tujuan Bank sentral
Amerika meningkatkan suku bunga acuan adalah untuk mengurangi tingkat inflasi
dan jumlah penggangguran di Amerika Serikat. Dengan meningkatnya suku bunga
acuan yang ditetapkan oleh bank sentral Amerika memberikan dampak pada
stabilisasi perekonomian Indonesia. Meningkatnya suku bunga acuan dan terjadinya
perang dagang antara Amerika dan China membuat nilai tukar rupiah terpuruk hingga
mencapai angka Rp15 ribu per dollar. Dampak lain yang akan terjadi ketika Bank
Sentral Amerika meningkatkan suku bunga acuannya adalah keluarnya dana asing
dari pasar financial domestik dan membuat investor untuk mengalihkan investasinya
dalam dollar. Melihat dampak yang timbul dari naiknya suku bunga acuan dari bank
central Amerika membuat pemerintah Indonesia khususnya Bank Sentral Indonesia
melakukan langkah preventif untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menarik para
investor untuk tetap berinvestasi di pasar financial domestik dengan cara
meningkatkan tingkat suku bunga BI Rate. Namun dengan naiknya suku bunga BI
Rate juga dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam
setahun ini BI telah menaikan suku bunga BI Rate sebanyak 6 kali dengan total
kenaikan sebesar 175 basis point dan yang terakhir kali BI menaikan suku bunga
acuan sebesar 25 basis point menjadi 6 persen di bulan November 2018
(databooks.com).

Kebijakan peningkatan suku bunga BI Rate ini ditempuh untuk menjaga


stabilitas sekaligus mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik. Dengan
kenaikan ini mendorong suku bunga kredit meningkat sampai kisaran 2-6 basis point.

15
Di saat yang bersamaan tingkat suku bunga simpanan juga meningkat sebesar 13-37
basis point. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maupun simpanan dapat
mempengaruhi likuiditas perbankan ditengah kenaikan suku bunga acuan. Berikut ini
kami lampirkan volatility dari tingkat suku bunga BI Rate dari bulan Januari-
November 2018.

Sumber: Databook.com
Gambar 2. Volatility Suku Bunga BI Rate (Januari-November 2018)

Berdasarkan data historis BI dan Badan Pusat Statistik, setiap kenaikan suku
bunga BI Rate dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Pada
tahun 2014 tingkat suku bunga BI Rate berada di angka 7,50 persen dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan hingga mencapai angka 5,1
persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai angka sebesar 5,8
persen. Pada tahun yang sama bank indonesia juga memproyeksikan tingkat inflasi
sebesar 4,5±1 persen. Pada tahun 2015 bulan sedikit meningkatkan tingkat suku
bunga BI Rate sebesar 7,75 persen dengan menetapkan tingkat suku bunga di angka
tersebut menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tetap konsisten dengan upaya untuk
mengarahkan inflasi sampai tingkat 4±1 persen. Besarnya tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh pemerintah diatas membuat pertumbuhan ekonomi ditahun ini pada

16
kuartal I mengalami perlambatan di angka 4,72 persen. Perlambatan ini disebabkan
karena melemahnya pertumbuhan investasi dan konsumsi pemerintah. Kondisi
perlambatan ini disebabkan oleh penyerapan belanja pemerintah yang tidak sesuai
dengan ekspektasi, termasuk realisasi proyek infrastruktur. Perlambatan
perekonomian indonesia pada saat itu diiringi dengan perlambatan pada
perekonomian global. Kemudian di tahun 2016, bank indonesia menetapkan tingkat
suku bunga BI Rate sebesar 6,5 persen. Dengan melihat trend penurunan pada tingkat
suku bunga membuat pertumbuhan ekonomi di tahun ini mengalami pertumbuhan
sebesar 5,02 persen lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi yang membaik dipengaruhi oleh keadaan tingkat konsumsi
rumah tangga yang membaik dari sebelumnya ditambah dengan adanya kelonggaran
moneter dan makroprudensial, serta penguatan stimulus fiskal yang dilakukan dengan
cara pengampunan pajak dan tingginya angka pembelanjaan pemerintah. Di tahun
yang sama neraca perdagangan menunjukkan angka yang positif sebesar 0,9 miliar
dollar, peningkatan ini disebabkan adanya pertumbuhan pada tingkat ekspor produk
maufaktur nonmigas. Selain itu, banyaknya jumlah modal asing yang masuk ke
indonesia hingga mencapai 7,3 milliar dollar AS di bulan juni. Adanya fakta tersebut
membuat cadangan devisa yang dimiliki indonesia pada tahun 2016 tercatat sebesar
109,8 milliar dollar AS. Di tahun 2017, bank indonesia kembali menurunkan tingkat
suku bunga acuan sebesar 25 basis point dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen.
Penurunan pada tingkat suku bunga ini dilakukan agar pemerintah dapat
menstabilkan perekonomian indonesia. Dengan menurunnya suku bunga acuan
membuat peningkatan pada pertumbuhan ekonomi indonesia lebih baik dari
sebelumnya yang mencapai angka 5,07 persen. Sama dengan tahun sebelumnya
industri konsumsi rumah tangga terus mengalami peningkatan khusunya pada
penjualan ritel dan penjualan barang-barang tahan lama. di tahun ini neraca
perdagangan masih mengalami surplus yang ditompang oleh neraca perdagangan
nonmigas yang melampaui defisit neraca perdagangan migas. Ditambah banyaknya
modal asing yang masuk ke indonesia sebesar 9,11 miliar dollar angka ini jauh lebih

17
tinggi dari pada tahun sebelumnya. Dan total cadangan devisa negara mencapai angka
128,8 miliar dollar. Menurunnya tingkat suku bunga acuan dan banyaknya modal
asing yang masuk ke indonesia membuat nilai tukar rupiah di tahun ini mengalami
apresiasi sebesar 0,02 persen menjadi Rp13.343.

Pada tahun 2018, tepatnya bulan Agustus bank indonesia kembali menaikan
lagi tingkat suku bunga acuan sebesar 5,50 persen. Angka ini lebih besar jika
dibandingkan dengan angka di tahun sebelumnya. Salah satu penyebab meningkatnya
suku bunga acuan ini adalah karena meningkatnya suku bunga acuan Amerika. Selain
itu pemerintah juga ingin menarik para investor untuk tetap bisa berinvestasi di
domestik sehingga pemerintah mampu menahan para investor untuk melakukan
investasi ke luar negeri. Dan di tahun yang sama menurut kemenkeu, pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada triwulan II 2018 tepatnya di bulan Agustus juga ikut
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka
pertumbuhan di tahun 2018 merupakan angka tertinggi sejak tahun 2013. Pendorong
utama kinerja pertumbuhan ekonomi pada periode ini adalah komponen konsumsi
masyarakat dan sektor perdagangan yang meningkat terkait dengan momentum idul
fitri yang bersamaan dengan libur panjang tahun ajaran sekolah. Meskipun kinerja
ekonomi menunjukkan kearah positif namun tidak pada laju investasi, di tahun ini
laju investasi cenderung mengalami perlambatan. Berikut lampiran dibawah ini
menunjukan pertumbuhan PDB yang berdasarkan pengeluaran.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Gambar 3. Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran

18
Berikut ini kami lampirkan gambar pergerakan tingkat suku bunga acuan
dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2005-Mei 2018.

Sumber: databook.com
Gambar 4. Pergerakan tingkat suku bunga & pertumbuhan ekonomi 2005-2018
Dari data di atas dapat disimpulkan jika pergerakan suku bunga BI Rate selalu
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Meningkatnya suku bunga BI
Rate dapat membuat kinerja perekonomian Indonesia mengalami penurunan. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja perekonomian di Indonesia.
Pertama adalah, menurunnya realisasi investasi yang masuk ke indonesia sebagai
sumber pertumbuhan dari perekonomian indonesia. Pada bulan Agustus 2018, Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi
penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada
periode kuartal II tahun 2018 mengalami perlambatan investasi dibandingkan dengan
periode kuartal I. Di periode kuartal I menunjukan tingkat angka investasi sebesar
Rp185,3 triliun sedangkan di kuartal II hanya mencapai angka Rp176,3 triliun.
Perlambatan laju investasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
disebabkan oleh gejolak nilai kurs yang cenderung melemah ditambah dengan perang
dagang yang terjadi antara Amerika serikat dengan China. Selain itu di tahun ini
sampai tahun 2019 indonesia akan memasuki tahun politik, ditengah kondisi yang

19
tidak stabil memperlihatkan jika di tahun mendatang laju investasi masih cenderung
melambat (bkpm.go.id). Berikut kami lampirkan perkembangan realisasi investasi
dari Badan Koordinasi Penanaman Modal periode 2013 - Juni 2018 (per triwulan).

Sumber: data dari Badan Koordinator Penanaman Modal


Gambar 5. Perkembangan Realiasasi Investasi 2013-Juni 2018 (Per Triwulan)
Kedua dari sisi ekspor, penurunan pada laju ekspor di Indonesia juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik
memperlihatkan jika Per Agustus 2018 tingkat ekspor indonesia menurun sebesar
2,90 dibandingkan dengan bulan juli 2018 dari US$16.290,2 juta menjadi
US$15.818,1 juta. Penurunan ekspor di bulan agustus 2018 ini dipengaruhi oleh
penurunan ekspor pada sektor nonmigas sebesar 2,86 persen, dari US$14.858,9 juta
menjadi US$14.433,5 juta. Begitupun pada sektor migas juga ikut mengalami
penurunan sebesar 3,27 persen. Menurunnya ekspor di indonesia ini diakibatkan oleh
meningkatnya harga ekspor baik di sektor nonmigas ataupun sektor migas. Rata-rata
harga ekspor di sektor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 10,60 persen dari
bulan sebelumnya sedangkan di sektor migas meningkat sebesar 3,48 persen.
Meningkatnya harga ekspor ini membuat volume ekspor juga ikut menurun
(bps.go.id).

20
Dengan menurunnya tingkat ekspor baik dari sektor nonmigas ataupun sektor
migas serta meningkatnya harga eskpor, hal ini membuat neraca perdagangan
Indonesia di tahun ini masih mengalami defisit. Hal ini diperkuat oleh data yang
diperoleh dari Kemenkeu yang memperlihatkan jika pada triwulan II di tahun 2018
masih terjadi pelebaran defisit pada transaksi berjalan yang belum mampu ditutpi
oleh surplus transaksi. Tercatat jika defisit transaksi berjalan pada periode ini sebesar
US$8,0 miliar atau setara dengan tiga persen dari PDB Indonesia. Berikut kami
lampirkan grafik perkembangan cadangan devisa dan neraca pembayaran Indonesia
tahun 2015-2018.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 2. Neraca Pembayaran & Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2015-2018
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari website kemenkeu
memperlihatkan bahwa volatilitas di sektor keuangan global tegolong relatif tinggi.
Penyebab utama dari volatilitas tersebut adalah perubahan kebijakan di Amerika
Serikat seiring dengan pemulihan ekonominya. Adapun langkah yang diambil dalam
memulihkan perekenomian di Amerika adalah dengan meningkatkan suku bunga oleh
THE FED yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

21
Selain itu tekanan pada sektor global juga disebabkan oleh kebijakan fiskal ekspansif
AS seperti reformasi pajak dan pelebaran defisit yang membuat imbal hasil surat
berharga negara semakin meningkat.

Perubahan fundamental atas kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika


Serikat mendorong terjadinya depresiasi mata uang di negara berkembang yang
dipicu oleh pembalikan arus modal di negara tersebut. Tingkat depresiasi yang
terbesar pada tahun 2018 ini dialami oleh negara Argentina dan Turki. Dengan
terjadinya depresiasi di stiap negara berkembang membuat para investor berbondong-
bondong menjual mata uang negara tersebut kedalam mata uang dollar sehingga
membuat permintaan akan mata uang dollar AS meningkat. Berikut kami perlihatkan
grafik apresiasi atau depresiasi mata uang dunia terhadap dollar AS.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 3. Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Dunia terhadap Dollar AS
Pertumbuhan ekonomi global di tahun 2018 dan 2019 diperkirakan akan
berada di angka 3,9 persen. Negara berkembang masih menjadi prioritas utama untuk
pemulihan ekonomi global, dengan proyeksi pertumbuhan 5,1 persen di tahun 2019,
dengan kata lain angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi di tahun 2018

22
yang hanya mencapai angka 4,9 persen. Sedangkan perekonomian di negara maju
mengalami perlambatan dari 2,4 persen di tahun 2018 menjadi 2,2 persen di tahun
2019. proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2019 dengan tingkat tersebut
merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi pasca krisis keuangan global.
Dibawah ini kami perlihatkan tabel pertumbuhan ekonomi global.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Gambar 6. Pertumbuhan Ekonomi Global
Pada tahun ini, pemerataan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah
Indonesia mengalami peningkatan, kecuali pada wilayah kalimantan. Pertumbuhan
jawa dan sumatera merupakan penompang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi yang
mencapai angka 58,61 persen di wilayah jawa dan 21,54 persen di wilayah sumatera.
Meskipun wilayah jawa dan sumatera merupakan penyumbang utama bagi
pertumbuhan ekonomi di indonesia, wilayah timur juga ikut menyumbang
pertumbuhan ekonomi melalui sektor pertambangan.

23
Di tahun sama, tingkat kemiskinan di Indonesia telah mencapai single digit
yang berada di angka 9,82 persen. Angka tersebut merupakan angka yang cukup
fantastik bagi indonesia sebagai negara berkembang yang notabennya memiliki
jumlah masyarakat yang banyak. Berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mengurangi tingkat kemiskinan di indonesia. Salah satu cara yang diambil oleh
pemerintah dalam mengentas tingkat kemiskinan adalah dengan menggunakan
strategi kebijakan melalui pengurangan beban masyrakat miskin dan rentan miskin
serta peningkatan kapasitas penghasilan dari masyarakat. Dibawah ini grafik dari
perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia dai tahun 1976-2018.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 4. Kemiskinan di Indonesia
Meskipun nilai tukar rupiah di tahun ini terus mengalami gejolak di tambah
dengan peningkatan pada suku bunga BI Rate yang ditetapkan oleh pemerintah akibat
dari peningkatan suku bunga acuan the fed, namun hal ini tidak mempengaruhi laju
inflasi di indonesia. Laju inflasi di tahun ini relatif terkendali sebesar 2,13 persen (ytd)
atau 3,20 persen (yoy), angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2017
yang mencapai angka 2,53 persen (ytd) atau 3,82 persen (yoy). Pada tahun depan,
beberapa potensi yang dapat menganggu stabilitas ekonomi berasal dari eksposur

24
nilai tukar rupiah. Berikut grafik yang menunjukan komponen pembentuk inflasi di
tahun 2018.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 5. Komponen Pembentuk Inflasi pada tahun 2018
Di dalam pasar saham, sepanjang tahun 2018 secara kumulatif tingkat IHSG
mengalami pelemahan sebesar 7,29 persen. Tidak hanya pasar saham di indonesia
saja yang mengalami pelemahan namun hampir seluruh pasar saham di dunia juga
ikut mengalami pelemahan. Pelemahan di pasar sahan ini didorong oleh terjadinya
fluktuasi geopolitik global yang bersumber dari Amerika Serikat yang secara tidak
langsung membuat bank sentral di setiap negara mengambil langkah preventif untuk
mempertahankan perekonomian negaranya. Dibawah ini ditunjukkan grafik kinerja
pasar saham global 2018.

25
Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 6. Kinerja Pasar Saham Global 2018

Pelemahan nilai IHSG di tahun 2018 ini, disebabkan oleh tekanan-tekanan


dari penurunan harga yang dialami oleh emiten-emiten di setiap sektor yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Dampak yang paling terasa akibat ketidakstabilan
perekonomian Indonesia sangat dirasakan oleh sektor barang konsumsi dan sektor
infrastruktur, sedangkan hanya sektor industri dasar dan pertambangan yang
mengalami penguatan. Berikut dilampirkan tabel kinerja sektoral IHSG tahun 2018

Sumber: Kemenkeu.go.id
Gambar 7. Kinerja Sektoral IHSG Tahun 2018

26
Pada tahun 2019, Kementerian Keuangan menargetkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada kisaran 5,3 persen. Pertumbuhan ekonomi ini didukung dengan
berbagai cara seperti meningkatkan perluasan kerja dengan tujuan agar dapat
menurunkan tingkat pengangguran yang berkisar antara 4,8-5,2 persen, target
penurunan tingkat kemiskinan berkisar 8,5-9,5 persen dan gini ratio sebesar 0,38-0,39
serta IPM sebesar 71,98. Dibawah ini dilampirkan Rencana APBN 2019.

Sumber: Kemenkeu.go.id
Gambar 8. RAPBN Indonesia tahun 2019
Tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi saja yang ditargetkan oleh
pemerintah akan tetapi pemerintah juga menargetkan pendapatan negara mengalami
pertumbuhan sebesar 15 persen dengan nominal sebesar Rp2142,5 triliun lebih tinggi
dibandingkan dengan APBN tahun 2018. Pendapatan negara tersebut berasal dari
penerimaan atas pajak yang menyumbang sebesar Rp1781,0 triliun atau dengan
presentas pertumbuhan sebesar 83,1 persen, sedangkan PNBP dan hibah di targetkan
mencapai Rp361,5 triliun atau sebesar 16,9 persen dari total pendapatan negara.

27
Berikut kami lampirkan grafik terkait pendapatan negara dari tahun 2014-2019

Sumber: Kemenkeu.go.id
Grafik 7. Pendapatan Negara dari Tahun 2014-2019

Di paragraf sebelumnya telah dijelaskan jika INDF memiliki 4 jenis model


bisnis yang terdiri dari banyak kelompok usaha strategis (grup) yang meliputi (1)
produk konsumen bermerek (CBP), (2) Grup Bogasari, (3) Grup Agribisnis, (4) Grup
Distribusi. Bagian ini akan menganalisis terkait analisis industri pada perusahaan
Indofood dan dalam laporan ini lebih menekankan pada analisis industri di kelompok
usaha produk konsumen bermerek (CBP) yang merupakan kelompok usaha yang
telah memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan kinerja perusahaan.

PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di


industri pengolahan nonmigas tepatnya di sektor makanan dan minuman. Menurut
kementerian perindustrian menunjukan ada tujuh sektor unggulan manufaktur yang
berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan pada kinerja ekonomi di Indonesia

28
salah satunya adalah sektor makanan dan minuman. Sektor makanan dan minuman
telah menyumbang pertumbuhan PDB sebesar 33 persen di tahun 2018. Gambar
dibawah ini memperlihatkan

Sumber: Kemenpan.go.id

Gambar 9. Kontribusi Subsektor Industri Terhadap PDB TW I 2018

3.1 Tinjauan pada Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP)

Grup andalan dari PT. Indofood adalah grup produk konsumen bermerek. Di
dalam grup produk konsumen bermerek memiliki 5 divisi yang mana tiap divisi
memiliki difersifikasi portofolio produk yang beraneka ragam dan sangat diminati
oleh para konsumen dan hampir semua produk yang dihasilkan dari grup ini telah
menjadi barang primer bagi para konsumen. Adapun 5 divisi yang berada dibawah
naungan grup produk konsumen bermerek adalah divisi mie instan; divisi dairy;
divisi makanan ringan; divisi penyedap makanan; divisi nutrisi dan makanan khusus;
dan divisi minuman. Dari kelima divisi tersebut penyumbang pendapatan terbesar
bagi perusahaan adalah divisi mie instan yang telah menyumbang sebesar 65 persen,
divisi dairy menyumbang 19 persen, makanan ringan 7 persen, penyedap makanan 3

29
persen, dan divisi minuman 4 persen. Grafik dibawah ini menunjukan perkembangan
dalam penjualan produk yang di produksi dari setiap divisi di grup produk konsumen
bermerek periode 2017-2018. Dari grafik dibawah ini, menunjukkan bahwa di setiap
divisi setiap tahunnya terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan divisi yang dengan hasil penjualan
tertinggi berasal dari divisi mie instan dan divisi dairy.

Sumber: Data diolah dari annual report INDF tahun 2017


Grafik 8. Penjualan Produk Di Group Produk Makanan Bermerek Tahun
2017-2018
Berdasarkan data yang dihimpun dari World Instant Noodles Association
(WINA), total konsumsi mi instan di Indonesia pada tahun 2017 mengalami
peningkatan sebesar 16 miliar bungkus, angka ini mengalami pertumbuhan dari tahun
seblumnya yang hanya mencapai angka 14,8 miliar. Menurut Asosiasi produsen Roti,
Biskuit dan Mie Instan menyatakan bahwa peningkatan pada daya konsumsi
masyarkat akan mie instan disebabkan karena saat ini mie instan telah dijadikan
sebagai lauk pendamping atau makanan pengganti nasi bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu faktor kemudahan dalam memasak, harga yang murah serta rasa yang
sesuai dengan selera masyarakat ditambah dengan beragamnya rasa yang disediakan

30
oleh para produsen dapat meningkatkan daya konsumsi masyarakat akan mie instan.
Dengan meningkatnya tingkat permintaan akan mie instan dari masyarakat hal inilah
yang membuat pendapatan yang diperoleh indofood terus mengalami peningkatan.
Karena tingginya daya konsumsi masyarakat indonesia akan mie instan maka
indonesia termasuk kedalam kategori negara yang memiliki daya konsumsi akan mie
instan tertinggi kedua setelah China. Berikut dilampirkan grafik akan kosumsi mie
instan di Indonesia di tahun 2010-2017 dan gambar tingkat konsumsi mie instan di
dunia.

Sumber: Databooks.co.id
Grafik 9. Tingkat Konsumsi Mie Instan Di Indonesia Tahun 2010-2017

Sumber: Google.com
Gambar 10. Tingkat Konsumsi Mie Instan Di Dunia

31
Jika dilihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan mie instan di
setiap wilayah yang ada di indonesia, wilayah paling tinggi dalam hal mengkonsumsi
mie instan adalah wilayah kepulauan bangka belitung. Dibawah ini kami paparkan
gambar terkait tingkat konsumsi masayarakat Indonesia akan mie instan di seluruh
wilayah Indonesia.

Sumber: Google.com
Gambar 11. Tingkat Konsumsi Mie Instan Di Seluruh Wilayah Indonesia
Sampai awal tahun 2017 ini, Indofood Sukses Makmur masih menjadi
penguasa pasar mie instan di Indonesia melalui merek-merek yang mereka produksi
seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, dan Pop Mie. Berdasarkan data Bloomberg,
Indofood Sukses Makmur telah menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen.
Meskipun banyak pesiang kakap yang menaungi sektor yang sama di mie instan
seperti perusahaan wingsfood yang juga memproduksi mie sedap, namun pangsa

32
pasar mie sedap masih jauh dibawah indomie hasil produksi indofood. Keunggulan
pada produk ini dipertegas dengan penghargaan yang diterima oleh indomie sebagai
the most loved Indonesia brand menurut Brand Z Kantar Milwardbrown dan nrand no
1 most chosen indonesia brand menurut Kantar Worldpanel. Gambar dibawah ini
menunjukan pangsa pasar mie instan domestik Triwulan III di tahun 2016.

Sumber: Databoks.co.id
Gambar 12. Pangsa Pasar Mie Instan Dimestik Triwulan III Tahun 2016
Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan pada industri nonmigas
di tahun 2019 mencapai angka 8,4 persen yang diikuti dengan membaiknya
perekonomian global. Pencapaian target tersebut akan dipacu oleh semua subsektor
terutama industri makanan dan minuman. Begitupun yang terjadi pada tahun 2018,
kementerian perindustrian juga menargetkan pertumbuhan industri pengolahan
nonmigas sebesar 5,67 persen, target pertumbuhan di tahun 2019 lebih tinggi
daripada tahun 2018. Tahun 2019 merupakan tahun politik, dengan adanay tahun

33
politik ini sangat memicu permintaan akan produk makanan dan minuman yang
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan yang beregerak disektor makanan
dan minuman. Di landir dari kompas.com, ketua umum gabungan pengusaha
makanan dan minuman memperkirakan pertumbuhan permintaan akan makanan dan
minuman menjelang tahun politik mengalami pertumbuhan yang berkisar antara 9
persen. Di tahun 2018 pada semester 1, pertumbuhan industri makanan dan minuman
mencapai 8,7 persen angka ini sangat melampau target yang berkisar 8 persen.
Dengan adanya peningkatan tersebut membuat menteri perindustrian merasa optimis
untuk menargetkan pertumbuhan pada industri nonmigas yang ditopang dari sektor
makanan dan minuman.

3.2 Perbandingan INDF dengan Perusahaan Satu Sektor Industri

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur, yang mana di dalam satu industri tersebut memiliki
banyak sektor industri barang konsumsi. Pada grafik dibawah ini menunjukan
besarnya nilai PER dari setiap sektor di industri barang konsumsi.

Sumber: Data diolah dari Bursa Efek Indonesia, 2018


Grafik 10. Nilai PER Indofood & Sektor Konsumsi

34
Dengan melihat dari nilai PER pada grafik diatas menunjukkan jika nilai PER
Indofood (INDF maupun ICBP) bukan menjadi pilihan utama bagi para investor.
Nilai PER INDF berada di angka 14.25 sedangkan ICBP memiliki nilai PER sebesar
22.21. angka-angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan 10
perusahaan konsumsi pembanding, posisi teratas adalah Unilever (UNVR), kemudian
disusul oleh perusahaan Mayora (MYOR) dan posisi terendah adalah Indofood
(INDF).

Meskipun nilai PER pada PT. Indofood menujukan nilai yang terendah dari
semua kompetitor dalam satu industri, namun INDF melalui anak perusahaan ICBP
mampu menujukan jika Indofood corporation memiliki nilai pasar saham yang
relative tinggi ketiga setelah Unilever dan Gudang Garam dengan angka kapitalisasi
pasar yang dimiliki oleh ICBP sebesar Rp101,750,147,300,000. dibawah ini
dilampirkan nilai pasar saham INDF dengan para kompetitornya dalam satu industri.

Sumber: Data diolah dari Bursa Efek Indonesia, 2018


Grafik 11. Market Capitalization INDF & Sektor Konsumsi

35
3.3 Perbandingan INDF dengan Top 20 Profit Terbesar di BEI

INDF merupakan perusahaan yang mampu menunjukan performa yang cukup


unggul dalam sektor industri makanan dan minuman. INDF juga mampu menujukan
tingkat profit tertinggi dan tingkat penjualan tertinggi dibandingkan semua
perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Tabel di bawah ini menujukan 20
perusahaan terbaik berdasarkan dari laba bersih dan tingkat penjualan di tahun 2017.

Tabel 2. 20 Perusahaan Terbaik Berdasarkan Laba Bersih Tahun 2017

20 Perusahaan Terbaik Berdasarkan Laba Bersih Tahun 2017


NO Code Listed Stock Total Net Income
( RP)
1 Pertamina Pertamina 36,4 Triliun
2 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 29,04 Triliun
3 BBCA Bank Central Asia Tbk 23,3 Triliun
4 TLKM Telkomsel 22,14 Triliun
5 BMRI Bank Mnadiri Persero Tbk 20 Triliun
6 ASII Astra Internasional Tbk 18,88 Triliun
7 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 13,62 Triliun
8 HMSP HM Sampoerna Tbk 12,67 Triliun
9 GGRM Gudang Garam Tbk 7,75 Triliun
10 UNVR Unilever Tbk 7 Triliun
11 ADRO Adaro Energy Tbk 6,5 Triliun
12 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 4,17 Triliun
13 BDMN Bank Danamon Tbk 3,7 Triliun
14 SMGR Semen Indonesia Tbk 1,4 Triliun
15 PT. Kereta Api Indonesia 1,4 Triliun
16 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 1,30 Triliun
17 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional 1,22 Triliun
18 SMRA Summarecon Agung Tbk 362,06 Miliar
19 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 300,27 Miliar
20 SAME Sarana Meditama Metropolitan Tbk 72,01 Miliar

36
Tabel 3. 20 Perusahaan Terbaik Berdasarkan Penjualan Tahun 2017

20 Perusahaan Terbaik Berdasarkan Penjualan Tahun 2017


NO Code Listed Stock Total Net
Income ( RP)
1 ASII Astra Internasional Tbk 206,1 Triliun
2 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 128,26 Triliun
3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 70,19 Triliun
4 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk 69,4 Triliun
5 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk 61,46 Triliun
6 WSKT Waskita Karya Tbk 45,21 Triliun
7 BMRI Bank Mandiri Tbk 44,8 Triliun
8 BBCA Bank Central Asia Tbk 41,8 Triliun
9 UNVR Unilever Tbk 41,2 Triliun
10 SMGR Semen Indonesia Tbk 27,81 Triliun
11 WIKA Wijaya Karya Tbk 26,18 Triliun
12 AKRA AKR Corporindo Tbk 18,29 Triliun
13 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional 11,14 Triliun
14 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 10,35 Triliun
15 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk 5,94 Triliun
16 PWON Pakuwon Jati Tbk 5,72 Triliun
17 SMRA Summarecon Agung Tbk 5,64 Triliun
18 SCMA Surya Citra Media Tbk 4,45Triliun
19 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 2,5Triliun
20 MNCN Media Nusantara Citra Tbk 938,27 Miliar
Sumber: Aturduit.com, 2018

Berdasarkan Tabel tersebut tammpak bahwa INDF berada pada urutan


tertinggi setelah TLKM dan ASII dengan kategori penjualan tertinggi. Sedangkan
pada kategori laba bersin tertinggi INDF berada paa posisi ke 12 setelah UNVR dan
ADRO. Meskipun UNVR memiliki nilai PER yang tinggi dan laba bersih yang tinggi
dibandingkan dengan INDF namun UNVR memiliki tingkat penjualan yang lebih
kecil dari pada INDF.

37
INDF melakukan initial public offering (IPO) pada tanggal 14 Juli 1994 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp 6.200 per
saham dengan jumlah saham yang beredar sebesar 21.000.000. Saham yang beredar
per 29 Desember 2017 adalah sebesar 12,85 miliar lembar saham dengan harga pada
saati itu Rp7.625. Sedangkan jumlah saham yang beredar per 23 November 2018
adalah sebesar 7,70 miliar lembar saham dengan harga sebesar Rp 6.250.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya harga saham pada tahun 2018 jauh lebih
rendah dari tahun 2017. Rendahnya harga saham pada saat ini karena dipengaruhi
oleh net income yang diperoleh indofood pada tahun ini yang berdampak pada
kecilnya nilai PBV dan nilai PER dibandingkan dengan nilai PER Industri.

Komposisi pemegang saham INDF hingga tahun 2017 dapat dicermati pada
tabel dibawah ini. Mayoritas pemegang saham INDF adalah first pacific company,
yang merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Hongkong. Dan Indofood
melalui CAB Holdings Limited yang secara tidak langsung merupakan entitas anak
dari first pacific company telah menjadi pemegang saham mayoritas di Indofood.

Table 4. Komposisi Pemegang Saham dan Tipe Pemegang Saham INDF 2017

Percentage Of
Share Issued
Name Of Shareholder Share
Fully Paid
Ownership
CAB Holdings Limited 4.396.103.450 50,07%
Komisaris & Direksi
Anthoni Salim (Presiden Direktur) 1.329.770 0,02%
Taufik Wiraarmadja (Direktur) 50 0,00%
Franciscus Welirang (Direktur) 250 0,00%
Publik 4.382.943.030 49.91%
Total 8.780.426.500 100,00%

38
Type Of Shareholder (2017)
Number Of Percentage Of Share
Type Of Shareholder
Shareholder Ownership
Badan Usaha Asing 1.073 83,30%
Badan Usaha Dalam
705 14,90%
Negeri
Perorangan Asing 174 0,05%
Perorangan Dalam
12.19 1,75%
Negeri
Total 14.142 100,00%
Sumber: Annual Report, 2017

PT Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki 4 jenis group bisnis yang masing-
maisng group memiliki diversifikasi produk yang cukup beragam. Adapun 4 jenis
group bisnis beserta diversifikasi produk yang beragam akan disajikan dalam tabel 7.
dalam menjalankan usahanya, indofood memiliki perusahaan sebanyak 103
perusahaan. Indofood membagi kepemilikan saham yang mereka miliki dengan
membagi secara langsung ataupun tidak langsung kepada anak perusahaan yang
indofood miliki. Anak perusahaan yang memiliki hak atas kepemilikan saham secara
langsung berjumlah 20 anak perusahaan. Sedangkan anak perusahaan yang memiliki
hak atas kepemilikan saham secara tidak langsung berjumlah 83 anak perusahaan.
Berikut akan kami sajikan list dari anak perusahaan Indofood yang tertulis dalam
laporan konsolidasi dan subsidiary tahun 2018 kuartal II.
Tabel 5. Grup Bisnis INDF & Diversifikasi Produk Di Setiap Grup Bisnis
Grup Bisnis INDF & Produk Diversifikasi dari Setiap Divisi (Produk Makanan Bermerek)
Divisi Mie Divisi Diary Divisi Divisi Divisi Divisi
Instan Makanan Penyedap Nutrisi & Minuman
Ringan Makanan Makanan
Khusus
Indomie Indomilk Chitato Indofood Promina Ichi Ocha
Bumbu Racik
Supermie Cap Enak Qtela Indofood Sun Cafela Latte
Kecap Manis
Sarimi Tiga Sapi Jetz Sambal GoVit Club
Indofood

39
Sakura Kremer Cheetos Sambal Balado GoWell Indofood Freiss
Indofood
Pop Mie Orchid Butter Chiki Sambal Terasi TeKita
Indofood
Pop Bihun Indoeskrim Lays Sambal Hijau Fruitamin
Indofood
Mie Telur Cap Milkuat Doritoz Bumbu Spesial Pepsi
3 Ayam Indofood
Trenz Buburia Mirinda
Dueto Kecap Piring 7UP
Lombok
Inti Gandum Tropicana
Twister
Wonderland Sting

Grup Bisnis INDF & Produk Diversifikasi Dari Setiap Divisi (Bogasari)
Divisi Tepung Terigu Divisi Pasta
Cakra Kembar La Fonte
Segitiga Biru
Kunci Biru
Lencana Merah
Taj Mahal
Chesa
Grup Bisnis INDF & Produk Diversifikasi Dari Setiap Divisi (Agribisnis)
Divisi Perkebunan Divisi Minyak & Lemak Nabati
Kelapa Sawit Bimoli
1. Bimoli Spesial
2. Delima
3. Happy Soya Oil
4. Mahakam
Karet Palmia
1. Simas
2. Amanda
3. Malinda
4. Simas Palmia
5. Royal Palmia
Gula
1. Indo Sugar
Teh
1. Teh Kahuripan

40
Tabel 6. Entintas Anak Perusahaan INDF

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Langsung


Nama Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
Perusahaan
PT Prima
jasa investasi dan PT Putri Daya
Intipangan Sejati distribusi
manajemen Usahautama (PDU)
(PIPS)
PT Bogasari
PT Arthanugraha
Sentra Flour Mills penggilingan tepung produksi kopi
Mandiri (ANM)
(BSFM)
PT Bogasari Flour
penggilingan tepung Pascari Pte Ltd (PPL) pelayaran
Mils (BFM)
PT Inti Abadi PT Pelayaran Tahta
produksi bahan kemasan pelayaran
Kemasindo Bahtera (PTB)
PT Indobahtera Indofood Singapore
Era Sejahtera pelayaran Holdings Pte Ltd investasi
(IES) (ISHPL)
PT Mileva
produksi makanan dari Ocean 21 Pte. Ltd
Makmur Mandiri investasi
susu (Ocean 21)
(MMM)
PT Saripangan
PT Mandiri Pangan industri dan
Mandiri Sejahtera penggilingan tepung
Makmur perdagangan
(SMS)
PT Bina Makna PT Indofood CBP produksi group
Indopratama investasi Sukses Makmur Tbk produk konsumen
(BMI) (ICBP) bermerek
perkebunan kelapa
sawit, pengolahan
PT Indomarco Adi PT Salim Ivomas dan produksi
distribusi
Prima (IAP) Pratama Tbk (SIMP) munyak goreng
dan produk sejenis
lainnya
produksi kopra dan Indofood Agri
PT Argha Giri
pengolahan minyak Resources, Ltd investasi
Perkasa (AGP)
kelapa (IFAR)
Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui ICBP)
Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
pemasaran dan
PT Indofood Fritolay produksi makanan PT Indo Oji Sukses
distribusi produk
Makmur (IFL) ringan (IOSP)
paper diapers

41
Indofood (M) Food
PT Pinnacle Permata jasa konsultasi
Industries Sdn. Bhd produksi mie
Makmur (PPM) manajemen
(IFI)

Drayton Pte.Ltd investasi dan agen PT Sukses artha Jaya jasa konsultasi
(Drayton) perdagangan ekspor (SAJ) manajemen

produksi distribusi
PT Indofood pemasaran dan produk yang
Anugerah Sukses penjualan minuman PT Indolakto (IDLK) berhubungan dengan
Barokah (IASB) non alkohol susu dan kawasan
industri

industri makanan,
pengembangan,
pengolahan minyak
PT Indofood produksi serta
dan lemak nabati PT Indokuat Sukses
Tsukishima sukses pemasaran produk yg
untuk industri roti Makmur (Indokuat)
Makmur (ITSM) berkaitan dengan
confectionary dan
susu
restoran

perdagangan umum PT Surya Rengo produksi bahan


PT Buana Distrindo
dan pengangkutan Containers (SRC) kemasan

pemasaran dan PT Anugerah


PT Tirta Makmur produksi minuman
distribusi air minum Indofood Barokah
Perkasa non alkohol
dalam kemasan Makmur (AIBM)

perikanan serta
PT Indofood Mitra industri pengolahan PT Prima Cahaya produksi minuman
Bahari Makmur makanan dan hasil Indobeverages ringan bersoda dan
(IMBM) perikanan di (PCIB) tidak bersoda
indonesia

PT Indofood Comsa
PT Tirta Sukses produksi air minum
Sukses Makmur pengolahan restauran
Perkasa (TSP) dalam kemasan
(ICSM)

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui BSFM)


Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
Ocean Sari
pengolahan dan
International Pte.Ltd
perdagangan tepung
(OSI)

42
Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui SIMP)
Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
perkebunan karet dan
PT Kebun Mandiri Lonsum Singapore perdagangan dan
perkebunan dan
Sejahtera (KMS) Pte.Ltd (LSP) pemasaran
pabrik kelapa sawit

Asian Synergies Sumatra Bioscience perdagangan,pemasa


investasi
Limited (ASL) Pte.Ltd (SB) ran dan penelitian

Silveron Investments PT Lajuperdana perkebunan tebu dan


investasi
Limited (SIL) Indah (LPI) pabrik gula

PT Kebun Ganda perkebunan kelapa PT Cakra Alam


stasiun bongkar muat
Prima (KGP) sawit Makmur (CAM)

PT Hijaupertiwi
PT Citranusa perkebunan dan perkebunan kelapa
Indah Plantations
Intisawit (CNIS) pabrik kelapa sawit sawit
(HPIP)

investasi dan jasa


PT Indoagri Inti PT Cangkul perkebunan kelapa
manajemen dan
Plantation (IIP) Bumisubur (CBS) sawit
pengangkutan

PT Gunung Mas perkebunan dan PT Tani Musi perkebunan kelapa


Raya (GMR) pabrik kelapa sawit Persada (TMPS) sawit

perkebunan
PT Sumatra Agri perkebunan kelapa
PT Indriplant (IP) dan pabrik kelapa
Sejahtera (SAS) sawit
sawit

PT Cibaliung
perkebunan kelapa PT Tani Andalas perkebunan kelapa
Tunggal Plantations
sawit Sejahtera (TAS) sawit
(CTP)

PT Samudera
perkebunan dan
PT Serikat Putra (SP) Sejahtera Pratama jasa pengangkutan
pabrik kelapa sawit
(SSP)

pemuliaan benih
PT Sarana Inti kelapa sawit, PT Pelangi perkebunan kelapa
Pratama (SAIN) investasi dan jasa Intipertiwi (PIP) sawit
riset manajemen dan

43
teknik

PT Riau Agrotama perkebunan dan PT Intimegah Bestari perkebunan kelapa


Plantation (RAP) pabrik kelapa sawit Pertiwi (IBP) sawit

Indointernational
PT Citra Kalbar perkebunan kelapa Green Energy
investasi
Sarana (CKS) sawit Resources Pte.Ltd
(IGER)

industri pupuk
perkebunan kelapa PT Kencana Subur
PT Jake Sarana (JS) buatan campuran
sawit Sejahtera (KSS)
hara makro primer

PT Swadaya Bhakti perkebunan kelapa PT Pratama Citra industri rumah


Negaramas (SBN) sawit Gemilang (PCG) prefabrikasi

PT Agro Subur perkebunan kelapa Agri Investments Pte


investasi
Permai (ASP) sawit Ltd (AIPL)

investasi dan
PT Mentari Subur PT Mentari Pertiwi
perkebunan dan investasi
Abadi (MSA) Makmur (MPM)
pabrik kelapa sawit

PT Gunta Samba perkebunan dan PT Sumalindo Alam pengelolaan hutan


(GS) pabrik kelapa sawit Lestari (SAL) tanaman industri

PT Multi Pacific perkebunan dan PT Wana Kaltim pengelolaan hutan


International (MPI) pabrik kelapa sawit Lestari (WKL) tanaman industri

PT Madusari
PT Mega Citra
investasi Lampung Indah perkebunan tebu
Perdana (MCP)
(MLI)

pertanian,kehutanan,
PT Mitra Inti Sejati perkebunan dan PT Wushan Hijau
perikanan,dan
Plantation (MISP) pabrik kelapa sawit Lestari (WHL)
perdagangan

pemuliaan benih PT Perusahaan


PT Perusahaan
kelapa sawit, Perkebunan,Perindus perdagangan,pertania
Perkebunan London
mengelola dan trian dan n,perindustrian dan
Sumatera Indonesia
memelihara Perdagangan Umum keagenan
Tbk (LSIP)
perkebunan karet dan Pasir Luhur (PL)

44
kakao

PT Multi Agro perkebunan,


Kencana Prima pengolahan dan
(MAKP) perdagangan

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui IFAR)


Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
IndoAgri Brazil
IFAR Brazil Pte.Ltd
investasi Participacoes Ltda. investasi
(IFAR Brazil)
(IndoAgri Brazil)

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui PIPS)


Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
PT Samudra Sukses
pelayaran
Makmur (SSM)

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui PPL)


Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha
Ocean Hiryu Pte.Ltd
Boga Indah Pte.Ltd pelayaran pelayaran
(Ocean Hiryu)

Diamond Indah Glory Sky Enterprise


pelayaran pelayaran
Pte.Ltd Pte.Ltd (Glory Sky)

Sari Indah Pte.Ltd Ocean Ace Shipping


pelayaran pelayaran
(SIPL) Pte.Ltd(Ocean Ace)

Ocean Glory
Fame Sea Enterprise
pelayaran Maritime Pte.Ltd pelayaran
Inc (FSEI)
(Ocean Glory)

Ocean Phoenix Ocean Sukses


Pte.Ltd (Ocean pelayaran Pte.Ltd (Ocean pelayaran
Phoenix) Sukses)

Ocean Amazing Ocean Makmur


Pte.Ltd (Ocean pelayaran Pte.Ltd (Ocean pelayaran
Amazing) Makmur)

Entitas Anak Perusahaan INDF Secara Tidak Langsung (Melalui ICBP & LSIP)
Nama Perusahaan Jenis Usaha Nama Perusahaan Jenis Usaha

45
Asian Assets
PT Aston Investama
Management Pte.Ltd investasi investasi
Perkasa (AIP)
(AAM)

pemilikan dan
Harvest Gems PT Aston Inti
investasi pengelolaan gedung
Pte.Ltd (HG) Makmur (AIM)
perkantoran

Sumber: Laporan Konsolidasi dan subsidiary PT Indofood Sukses Makmur Tbk


(Juni 2018).
Perusahaan sangat berkomitmen kepada para pemegang sahamnya hal ini
dibuktikan melalui pembagian dividen yang dilakukan oleh perusahaan setiap
tahunnya kepada para pemegang sahamnya. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
di tahun 2018 dilangsungkan pada tanggal 31 Mei 2018. Pada RUPS tahun ini
menghasilkan, pembagian dividen sejumlah Rp237 per saham atau sejumlah
Rp2.080.961 angka ini lebih besar dari pada tahun 2017 yang hanya membagikan
dividen kas sejumlah Rp235 per saham atau sejumlah Rp2.063.401. Dan Dividen ini
telah dibagikan dan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham pada bulan
Juli 2018.
INDF merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak
dibidang makanan dan minuman. Besarnya perusahaan ini diperkuat oleh setiap anak
perusahaan yang menduduki lini produksi yang dimiliki oleh perusahaan dengan kata
lain selama proses produksi berlangsung yang dimulai dari hulu hingga hilir indofood
memanfaatkan atau menggunakan di setiap bagian dari rantai bisnisnya melalui
kepemilikan dari anak perusahaan dan perusahaan afiliasi dari indofood. Sehingga
dengan memanfaatkan setiap lini produksi melalui anak perusahaannya indofood
dapat meminimalkan biaya operasi dan meningkatkan jumlah produksi sehingga
dapat memperoleh keuntungan yang relatif besar.

46
Pada Kuartal III 2018, total aset yang dimiliki INDF mengalami peningkatan
sebesar (2,5%) yang awalnya Rp93.619.499 juta menjadi Rp.95.989.207 juta.
Peningkatan total aset itu dipengaruhi oleh peningkatan aset lancar dan aset tidak
lancar. Peningkatan aset lancar pada kuartal III dipengaruhi oleh piutang dagang dan
piutang finansial. Peningkatan pada piutang dagang sebesar (4%) dan peningkatan
pada piutang finansial sebesar (2%). Sedangkan peningkatan pada aset tidak lancar,
dipengaruhi oleh peningkatan pada aset tetap sebesar 1,1%. Jumlah kas yang dimiliki
oleh perusahaan pada kuartal III lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah kas di
kuartal II. Penurunan pada jumlah kas di kuartal III membuat perusahaan
meningkatkan proporsi hutang yang lebih besar dari kuartal sebelumnya, yang
awalnya jumlah hutang sebesar Rp46.446.700 menjadi Rp47.435.443 sedangkan total
ekuitas sebesar Rp48.553.764. Proporsi ekuitas di kuartal III lebih besar
dibandingkan dengan proporsi hutang. Rasio DER pada kuartal III sama dengan nilai
PER pada kuartal II yang mencapai angka 0,98 persen sedangkan di kuartal I rasio
DER hanya mencapai angka 0,90 persen. Dengan melihat angka pada rasio DER
yang lebih baik menunjukan bahwa perusahaan mampu mengelola struktur keuangan
perusahaan dengan baik.
Laba bersih yang diperoleh perusahaan Indofood pada kuartal III tahun 2018
mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya pada tahun yang sama.
Laba perusahaan selama kuartal I sebesar Rp1.618.172 juta, kuartal II sebesar
Rp2.941.547 juta dan pada kuartal III sebesar Rp4.323.310 juta. Peningkatan pada
laba bersih di setiap kuartal di tahun 2018 dari kuartal I hingga kuartal III disebabkan
oleh peningkatan pada net sales. Net sales pada kuartal III mencapai angka
Rp54.742.187 juta sedangkan net sales di kuartal II sebesar Rp35.999.542 dan di
kuartal I sebesar Rp17.631.161 juta.

47
Tabel 7. Neraca Konsolidasi Dari Kuartal II - Kuartal III Tahun 2018
Jutaan Rupiah Kuartal II Kuartal III Perubahan
Kas 14.157.331 12,661,468 -11%
Investasi jangka pendek 1.129.930 1.276.132 13%
Piutang usaha 5.841.579 6.136.021 5%
Piutang bukan usaha 1.649.034 1.685.913 2%
Persediaan 9.756.966 12.145.480 24%
Aset biologis 547.275 492.433 -10%
Uang muka dan jaminan 754.724 854.069 13%
Pajak dibayar di muka 568.61 667.728 11%
Biaya dibayar di muka dan aset 640.986 497.818 -22%
lancar lainnya
Total Aset Lancar 35.377.756 35.553.231 5%
Tagihan Pajak Penghasilan 222.635 219,586 -1%
Piutang plasma 1.249.836 1,342,279 7%
Aset pajak tangguhan 1.978.382 1.992.063 1%
Investasi jangka panjang 3.855.912 4.118.139 7%
Aset tetap 41.593.461 42.050.257 1%
Properti investasi 42.188 42.188 0%
Biaya ditangguhkan 808.049 848.035 5%
Goodwill 3.968.725 3.968.725 0%
Aset tak berwujud 2.203,298 2.169.988 -2%
Biaya dibayar dimuka jangka 937.691 924.418 -1%
panjang
Aset tidak lancar lainnya 1.381.566 2.760.298 100%
Total Aset Tidak Lancar 58.241.743 60.435.976 4%
Total Aset 93.619.499 95.989.207 3%
Jutaan Rupiah Kuartal II Kuartal III Perubahan
Utang bank jangka pendek 11.763.742 16.456.462 40%
Utang trust receipt 1.141.704 993.62 -13%
Utang usaha 4.548.381 4.211.555 -7%
Utang lain-lain dan uang muka 1.573.271 1.556.285 -1%
Beban akrual 2.165.098 1.980.748 -9%
Liabilitas imbalan kerja jangka 582.315 841.585 45%
pendek
Utang pajak 1.000.315 394.719 -61%
Utang bank jangka panjang yang 3.788.116 3.000.999 -21%
jatuh tempo
Utang obligasi 0 0 0%

48
Utang pembelian aset tetap 2.528 2.62 4%
Total Liabilitas Jangka Pendek 26.918.233 31.435.755 17%
Utang bank jangka panjang 5,131,699 5.531.035 8%
Utang obligasi jangka panjang 3.988.627 1.991.647 -50%
Utang pembelian aset tetap 0 0 0%
Total Utang Jangka Panjang 9.120.326 7.522.682 -18%
Liabilitas pajak tangguhan 1.060.655 984.777 -7%
Utang kepada pihak berelasi 417.859 417.859 -100%
Uang muka setoran modal 0 0 0%
Liabilitas imbalan kerja 6.832.513 6.975.833 2%
Liabilitas estimasi atas biaya 97.114 98.537 1%
Total Liabilitas Jangka Panjang 17.528.467 15.999.688 -9%
Total Liabilitas 46.446.700 47.435.443 2%
Modal disetor 878,043 878.043 0%
Tambahan modal disetor 283.732 283.732 0%
Laba yang belum terealisasi dari aset 1.149.047 1.245.771 8%
Selisih atas perubahan ekuitas entitas 6.469.733 6.554.359 1%
anak dan dampak
Selisih kurs atas penjabaran laporan 1.125.269 1.188.760 6%
keuangan
Saldo laba 110 110 0%
Cadangan umum 21.259.765 22.122.345 4%
Ekuitas yang dapat diatribusikan 31.275.589 32.383.010 4%
kepada pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali 15.800.241 16.170.754 2%
Total Ekuitas 47.102.766 48.553.764 3%
Total Liabilitas dan Ekuitas 88.400.877 95.989.207 9%
Sumber: Laporan Konsolidasi dan Subsidiary Kuartal II & Kuartal III, 2018
Bila dilihat berdasarkan total revenue dari setiap grup bisnis, kontribusi
terbesar bagi pendapatan perusahaan di kuartal III pada tahun 2018 berasal dari grup
produk konsumen bermerek dengan nominal sebesar Rp29.211.382 juta dan
pendapatan pada kuartal III lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya
di tahun yang sama dengan nominal sebesar Rp19.450.665 juta. Dibawah ini
dilampirkan laporan keuangan konsolidasian interim pada setiap grup bisnis dari PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2018 di kuartal III.

49
Tabel 8. Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Kuartal III 2018
Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Kuartal III 2018 (Jutaan Rupiah)
Produk Konsumen Bogasari Agribisnis Distribusi Eliminasi Total
Bermerek
Total Penjualan 29.211.382 15.390.24 10.254.331 4.377.506 (4.491.277) 54.742.187
Neto 5
Laba Usaha 4.356.578 772.464 614.553 122.845 1.072 5.867.492
Segmen
Laba Usaha 6.791.776
Laba Periode 3.580.090
Berjalan

Laporan Keuangan Konsolidasian Interim Kuartal III 2018 (Jutaan Rupiah)


Aset Dan Produk Konsumen Bogasari Agribisnis Distribusi Eliminasi Total
Liabilitas Bermerek

Aset Segmen 32.622.760 14.636.058 37.391.102 6.000.109 1.221.039 91.871.068


Investasi jangka 1.188.086 1.308.771 1.621.282 0 0 4.118.139
panjang
Total Aset 33.810.846 15.944.829 39.012.384 6.000.109 1.221.039 95.989.207
Liabilitas 11.887.500 13.482.744 18.921.318 4.812.960 (1.669.079) 47.435.443
Segmen
Sumber: Laporan Konsolidasi dan Subsidiary Kuartal II, 2018
Disisi lain, aliran kas operasi kuartal III 2018 menjadi Rp3.189.407 juta
mengalami penurunan sebesar 17 persen dari Rp3.875.870 juta pada kuartal II. Di
tahun yang sama, aliran kas pendanaan di kuartal III mengalami pertumbuhan jika
dibandingkan dengan kuartal II, aliran kas pendanaan di kuartal II mencapai angka
Rp-926.281 sedangkan di kuartal III mencapai Rp367.349. Meskipun aliran kas
pendanaan di kuartal III mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan kuartal
sebelumnya, namun jumlah kas INDF pada kuartal II jauh lebih besar dibandingkan
dengan kuartal III tahun 2018. Berikut dilampirkan laporan arus kas konsolidasian
interim kuartal II tahun 2018.

50
Tabel 9. Laporan Arus Kas Kuartal II & Kuartal III Tahun 2018
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan kas dari pelanggan 34.994.704 54.073.767
Pembayaran kas kepada pemasok (16.959.697) (29.476.933)
Pembayaran untuk beban produksi (8.823.082) (12.808.410)
dan usaha
Pembayaran kepada karyawan (3.992.002) (5.632.155)
Kas yang diperoleh dari operasi 5.219.923 6.156.269
Penerimaan penghasilan bunga 274.531 375.949
Pembayaran pajak (neto) -905.51 (2.391.150)
Pembayaran beban bunga -688.869 (1.070.645)
Pembayaran lainnya (neto) -24.205 118.984
Kas Neto yang Diperoleh Dari 3.875.870 3.189.407
Aktivitas Operasi
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan dari divestasi operasi 0 449.019
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Kuartal II Kuartal III
Penerimaan dari penjualan aset tetap 112.926 50.789
Penambahan aset tetap dan tanaman (1.749.053) (4.360.688)
perkebunan
Penambahan investasi dan penyertaan -542.306 -723.816
di entitas asosiasi
Akuisisi entitas anak -223.373 -223.373
Akuisisi entitas anak dari kepentingan -180.275 -180.275
nonpengendali
Pembayaran uang muka untuk proyek -170.249 0
dan perolehan aset tetap
Penambahan aset biologis -38.166 -94.231
Kas Neto yang Digunakan Untuk (2.790.496) (5.082.575)
Aktivitas Investasi
Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan dari utang bank jangka 11.580.640 23.297.908
pendek
Penerimaan dari utang bank jangka 617.042 0
panjang

51
Penerimaan pinjaman jangka panjang 137.9 67.9
dari pihak berelasi
Kontribusi modal dan uang muka 3.414 3.414
setoran
Penerimaan dari penerbitan obligasi 0 0
Pembayaran utang bank jangka (10.038.099) (20.228.321)
pendek
Pembayaran utang bank jangka (3.120.352) 0
panjang
Pembayaran dividen kas 0 (2.080.961)
Pembayaran dividen kas entitas anak -105.126 -688.523
Pembayaran pinjaman jangka panjang -1.7 -1.7
dari pihak berelasi
Pelunasan obligasi 0 0
Pembayaran utang pembelian aset 0 -2.368
tetap
Kas Neto yang Digunakan Untuk -926.281 367.349
Aktivitas Pendanaan
Perubahan nilai tukar atas kas dan 308.24 497.289
setara kas
Kenaikan neto kas dan setara kas 467.333 0
Penurunan neto kas dan setara kas 0 (1.028.530)
Kas dan setara kas pada awal periode 13.689.996 13.689.998
Kas dan setara kas pada akhir periode 14.157.331 12.661.468
Kas dan setara kas dari operasi 14.157.331 12.661.468
Neto 14.157.331 12.661.468
Arus Kas Dari Aktivitas Operasi Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan kas dari pelanggan 34.994.704 54.073.767
Pembayaran kas kepada pemasok (16.959.697) (29.476.933)
Pembayaran untuk beban produksi (8.823.082) (12.808.410)
dan usaha
Pembayaran kepada karyawan (3.992.002) (5.632.155)
Kas yang diperoleh dari operasi 5.219.923 6.156.269
Penerimaan penghasilan bunga 274.531 375.949
Pembayaran pajak (neto) -905.51 (2.391.150)
Pembayaran beban bunga -688.869 (1.070.645)
Pembayaran lainnya (neto) -24.205 118.984
Kas Neto yang Diperoleh Dari 3.875.870 3.189.407
Aktivitas Operasi

52
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan dari divestasi operasi 0 449.019
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Kuartal II Kuartal III
Penerimaan dari penjualan aset tetap 112.926 50.789
Penambahan aset tetap dan tanaman (1.749.053) (4.360.688)
perkebunan
Penambahan investasi dan penyertaan -542.306 -723.816
di entitas asosiasi
Akuisisi entitas anak -223.373 -223.373
Akuisisi entitas anak dari kepentingan -180.275 -180.275
nonpengendali
Pembayaran uang muka untuk proyek -170.249 0
dan perolehan aset tetap
Penambahan aset biologis -38.166 -94.231
Kas Neto yang Digunakan Untuk (2.790.496) (5.082.575)
Aktivitas Investasi
Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan Kuartal II Kuartal III
(Jutaan Rupiah)
Penerimaan dari utang bank jangka 11.580.640 23.297.908
pendek
Penerimaan dari utang bank jangka 617.042 0
panjang
Penerimaan pinjaman jangka panjang 137.9 67.9
dari pihak berelasi
Kontribusi modal dan uang muka 3.414 3.414
setoran
Penerimaan dari penerbitan obligasi 0 0
Pembayaran utang bank jangka (10.038.099) (20.228.321)
pendek
Pembayaran utang bank jangka (3.120.352) 0
panjang
Pembayaran dividen kas 0 (2.080.961)
Pembayaran dividen kas entitas anak -105.126 -688.523
Pembayaran pinjaman jangka panjang -1.7 -1.7
dari pihak berelasi
Pelunasan obligasi 0 0
Pembayaran utang pembelian aset 0 -2.368
tetap

53
Kas Neto yang Digunakan Untuk -926.281 367.349
Aktivitas Pendanaan
Perubahan nilai tukar atas kas dan 308.24 497.289
setara kas
Kenaikan neto kas dan setara kas 467.333 0
Penurunan neto kas dan setara kas 0 (1.028.530)
Kas dan setara kas pada awal periode 13.689.996 13.689.998
Kas dan setara kas pada akhir periode 14.157.331 12.661.468
Kas dan setara kas dari operasi 14.157.331 12.661.468
Neto 14.157.331 12.661.468
Sumber: Lapora Konsolidasi dan Subsidiary INDF Kuartal II & III 2018
Performa rasio keuangan INDF selama 2014 hingga 2018 kuartal III
menunjukan kinerja yang baik. Tabel dibawah ini akan menujukan tingkat semua
rasio keuangan perusahaan selama lima tahun terakhir. Dari tabel tersebut terlihat jika
semua rasio keuangan perusahaan setiap tahunnya terus mengalami fluktuasi, nilai
ROE dari tahun 2016 hingga 2018 terus mengalami penurunan, yang awalnya nilai
ROE mencapai angka 11,99 persen ditahun 2018 menjadi 7,74, penurunan nilai ROE
setiap tahunnya dipengaruhi oleh menurunnya jumlah laba yang diperoleh perusahaan.
Menurunnya nilai ROE pada suatu perusahaan menunjukan bahwa perusahaan belum
menggunakan ekuitas yang dimilikinya secara efisien dan efektif, hal ini sangat
mempengaruhi kepercayaan investor dalam melakukan investasi pada perusahaan.
Hal yang sama juga terjadi pada nilai ROA perusahaan dari tahun 2016 hingga 2018
juga menunjukkan angka penurunan. Menurunnya nilai ROA dari tahun 2016 hingga
2018 menunjukan jika di tahun tersebut perusahaan belum bisa mengelola semua aset
yang dimilikinya untuk dapat menghasilkan suatu pendapatan bagi perusahaan.
Meskipun perusahaan memiliki nilai ROE dan ROA yang memiliki tren penurunan di
tahun 2016 hingga 2018, namun di tahun 2017 nilai EPS mengalami kenaikan sebesar
0,9 persen jika dibandingkan dengan tahun 2016, sedangkan pada tahun 2018 nilai
EPS berada di tren penurunan yang mencapai angka Rp428. Dengan menurunnya
EPS di tahun 2018 dapat mengindikasikan jika harga saham INDF di tahun tersebut
lebih rendah dari pada tahun sebelumnya.

54
Rasio profitabilitas berbasis pada pendapatan yaitu GPM, OPM dan NPM,
dalam laporan ini rasio tersebut menujukan gambaran seperti berikut:

a. Tingkat GPM di lima tahun terakhir cenderung mengalami fluktuatif, tingkat


GPM paling tinggi terjadi di tahun 2016 sebesar 29,11 persen. Tingginya tingkat
GPM suatu perusahaan menunjukan jika perusahaan mampu untuk meningkatkan
efesiensi dalam produksi dengan menekan harga pokok produksi yang rendah. Di
tahun 2018 tingkat GPM mengalami penurunan sebesar 3 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2016. Angka tersebut memperlihatkan bahwa di
tahun 2018 perusahaan belum secara maksimal dalam menekan harga pokok
produksi yang rendah sehingga dapat menciptakan efesiensi produksi dan
berujung pada peningkatan pendapatan.

b. Tingkat OPM di lima tahun terakhir ini terus mengalami tren kenaikan, angka
tertinggi terjadi di tahun 2017 sebesar 12,46 persen. Besarnya angka tersebut
mengindikasikan bahwa perusahaan mampu mengelola pengeluaran untuk biaya
operasi relatif lebih kecil dari pada tahun-tahun sebelumnya.

c. Tingkat NPM suatu perusahaan tersebut digunakan untuk mengukur seberapa


besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap penjualan. Selama lima tahun
terakhir ini, setiap tahunnya nilai NPM perusahaan INDF terus mengalami
fluktuasi, nilai NPM tertinggi terjadi di tahun 2014, tingginya nilai NPM suatu
perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba
bersih yang cukup tinggi dari setiap penjualan produk yang diproduksi oleh
perusahaan.

55
Tabel 10. Rasio Keuangan INDF Konsolidasi

Ratio Des-2014 Des-2015 Des-2016 Des-2017 18-Sep Average


ROE (%) 12,48% 8,60% 11,99% 11% 7,74% 10%
ROA (%) 5,99% 4,04% 6,41% 5,85% 3,91% 5%
GPM (%) 26,81% 26,94% 29,11% 28,31% 28,26% 28%
OPM (%) 11,34% 11,49% 12,41% 12,46% 12,40% 12%
NPM (%) 8,09% 5,79% 7,89% 7,33% 6,54% 7%
EPS (Rp) 442,5 338,02 472,02 474,75 428 431,058
IT 7,52 8,4 7,88 7,24 4,51 7,11
DSO 20,3 24,2 25,2 26,2 38,97 26,97
FAT 2,89 2,55 2,6 2,36 1,3 2,34
TAT 0,74 0,7 0,81 0,8 0,57 0,72
CR 180,74 170,53 150,81 150,27 113,1 153,09
QR 1,43 1,4 1,07 1,05 0,74 1,14
DER 1,08 1,13 0,87 0,88 0,97 1,0
DAR 0,52 0,53 0,47 0,47 0,49 0,5
Sumber: Data diolah dari Laporan Keuangan Konsolidasi

Berdasarkan tabel di atas menujukan jika pada tahun 2015 perusahaan


mampu mengelola persediaan dengan baik dengan melihat nilai inventory turnover
8,4 kali per tahun sedangkan di tahun 2018 perputaran inventory hanya mencapai
angka 4,51 kali per tahun. Perputaran aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat dilihat
dari aset tetap (FAT) dan aset total (TAT) perusahaan. Nilai FAT yang dimiliki oleh
perusahaan berada di kisaran angka 2,3 dan nilai TAT lebih kecil dari pada nilai FAT
yang hanya berada di kisaran angka 0,7. Disisi lain, tingkat rasio lancar perusahaan
juga dpaat dilihat dari current ratio (CR) dan quick ratio (QR), nilai dari kedua rasio
lancar tersebut relatif cukup tinggi. Nilai CR berada di kisaran angka 153,09 dan nilai
QR berada di angka 1,14. besarnya nilai current ratio suatu perusahaan menandakan
jika perusahaan memiliki kemampuan yang cepat dalam mendapatkan tambahan kas
dari aset yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan jika nilai quick ratio menunjukan
angka yang tinggi mengindikasikan jika perusahaan mampu memanfaatkan hutang
lancar dengan baik. Pada sisi yang lain, tingkat leverage perusahaan yang diproksikan

56
menggunakan rasio DER dan DAR menujukan nilai yang masih aman dan berada
pada kisaran 1,0 (DER) dan 0,5 (DAR).

Perusahaan Indofood Sukses Makmur (INDF) pada penutupan perdagangan


hari jumat ini ditutup dengan kenaikan di harga Rp7.075 berdasarkan indikator
stochastick yang berada di level 40-50 dengan kecenderungan naik, saham INDF
masih mempunyai potensi kenaikan menuju resisten terdekat yaitu Rp7.125. Range
pergerakan saham INDF sendiri untuk beberapa hari kedepan diperkirakan akan
bergerak dengan rentang harga Rp6.850 sampai Rp7.125. Ada 3 point mengapa
Rp6.850 adalah support harga untuk pergerakan saham Indofood yaitu:

1. Berdasarkan Moving Average dengan pergerakan harga 1 tahun

2. Area support middle band dari Bollinger Band dan

3. Support dari tren naik jangka pendek

Selama satu tahun ini saham INDF cenderung mengalami tren penurunan di
bulan November dengan titik terendah Rp5.575 berdasarkan indikator Fibonacci
retracement, meskipun sempat mengalami tren penurunan namun INDF berhasil
rebound hingga menembus level 100% dengan titik tertinggi Rp6.400. Setelah
breakout, terlihat saham INDF tertahan di level 138,6% di bulan Desember dengan
harga pada saat ini sebesar Rp7.125. Indikator ADX yang berada dibawah level 50
tepatnya pada level 34,56 memberikan tanda bahwa saham INDF saat ini tidak ada
tren yang kuat, baik itu tren kenaikan maupun tren penurunan yang mana hal tersebut
mengindikasikan untuk Buy and Hold (trending). Sehingga berdasarkan indikator
ADX saham INDF untuk saat ini lebih cenderung untuk diperdagangkan jangka
pendek.
Akumulasi saham INDF menjadi rasional jika harga berada di dekat area
support Rp6.850, dengan catatan jika penembusan terjadi dan harga saham ditutup

57
dibawah Moving Average 200 maka saham INDF memiliki potensi untuk turun
menuju harga Rp6.708 (lower band).

Pergerakan harga saham INDF dan transaksi selama tiga bulan terakhir serta
transaksi pada bulan Desember dengan Bollinger Band pada Gambar 14 menujukan
bahwa:

 Harga penutupan INDF tanggal 28 Sept 2018 di Rp5.900 dan dalam jangka
pendek akan bergerak dalam range Support di harga Rp5.800 dan Resistance di
harga Rp6.025.

 Harga penutupan INDF tanggal 14 Desember 2018 di Rp7.075 dan dalam jangka
pendek akan bergerak dalam range Support di harga Rp6.850 dan Resistance di
harga Rp7.125

Berdasarkan indikator Bollinger Bands pada Gambar 14, menujukan jika


harga saham INDF selama tiga bulan terakhir yang jatuh pada bulan september
masih berada di area Middle Band, sehingga belum bisa dikatakan relatif rendah atau
tinggi. Namun jika harga saham ditutup pada bulan Desember tepatnya pada tanggal
14 Desember, indikator Bollinger Area menunjukan berada di area Upper Band, hal
tersebut menujukan jika harga saham INDF pada saat itu tergolong relatif tinggi dan
overbought. Selain itu berdasarkan indikator ini juga, memperlihatkan jika pada
tanggal 14 Desember 2018 dapat dikatakan jika pasar dalam keadaan ramai hal ini
dibuktikan dengan volatilitas yang tinggi dan jarak antar band yang terbuka lebar.

58
Technical View

Gambar 13. Technical View

59
Gambar 14. Bollinger Band 1 Januari - 14 Desember 2018
Sementara itu pengukuran tren teknikal dengan metode Average Directional
Movement Index (ADX) dan Aaron Indicator digunakan untuk mengukur tren suatu
saham. Pada Gambar 15 menunjukan bahwa indikator ADX pada saham INDF yang
terjadi di tanggal 14 Desember 2018 berada pada level 34,54 hal tersebut menunjukan
jika pada tanggal tersebut adanya trend harga yang sedang menguat. Sedangkan jika
berdasarkan indikator Aaron menunjukan jika pada tanggal 14 Desember 2018
menujukan potensi uptrend hal ini dibuktikan dengan indikator AroonUp yang
berwarna merah berada di tingkat 95 dan pada saat yang sama indikator AroonDown
berada di antara level 0 dan 30 tepatnya pada level 14.

60
Gambar 15. Average Directional Movement Index (ADX) dan Aaron Indicator

Upaya untuk mengukur tekanan beli dan jual pada suatu saham dilakukan
dengan menggunakan indikator Accumulation/Distribution (A/D) dan Chaikin Money
Flow (CMF). Gambar 16 dibawah ini menunjukan bahwa pada tanggal 14 Desember
2018 dilihat dari indikator A/D dan CMF menujukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan harga penutup sebelumnya. Kenaikan indikator A/D
meperlihatkan jika saham INDF pada saat ini sedang berada dalam fase akumulasi
dengan artian banyak pelaku pasar yang membeli saham INDF. Sesuai dengan hukum
ekonomi, harga akan mengalami peningkatan ketika indikator A/D mulai bergerak
naik dan terlihat fase distribusi akan berakhir. Dengan adanya kenaikan tersebut dapat
disarankan untuk membeli saham INDF. Hal ini juga diperkuat dengan hasil dari
indikator CMF yang menujukkan, bahwa garis CMF pada Gambar 16 telah melintasi
ke atas garis nol. Jika garis CMF melintasi ke atas garis nol maka indikator ini
memberikan potensi sinyal beli.

61
Gambar 16. Accumulation/Distribution (A/D) dan Chaikin Money Flow (CMF)
Selanjutnya untuk mengukur overbought dan oversold pada suatu saham
dapat menggunakan indikator CCI dan Slow Stochastic. Pada Gambar 17 dibawah ini
akan menujukkan pergerakan saham INDF menggunakan indikator tersebut. Ketika
garis CCI mengarah ke atas mengindikasikan jika pasar sedang dalam keadaan bullish
(harga sedang naik) selain itu garis CCI yang megarah ke atas juga dapat
mengindikasikan terjadinya overbought. Sedangkan jika garis CCI mengarah ke
bawah mengindikasikan jika pasar sedang dalam keadaan bearish (harga sedang
turun) dan juga dapat dikatakan jika terjadi oversold. Berdasarkan hasil pada Gambar
17 dibawah ini dapat disimpulkan bahwa:

 Saham INDF masih berada di area overbought (jenuh beli) dengan artian harga
saham INDF cenderung akan terkoreksi karena harga saham sudah terlampau
tinggi sehingga terdapat kemungkinan harga saham akan mengalami penurunan.
Jika harga saham terus turun hingga menembus level Rp6.850 maka diperkirakan
akan menuju harga Rp6.500

 Namun jika menguat, maka akan mencoba untuk menembus titik resist di atas
Rp7.125 dan titik resist selajuntnya Rp7.175.

62
Gambar 17. Indikator CCI dan Slow Stochastic

Gambar 18 di bawah ini akan menujukkan pergerakan harga INDF selama


satu tahun yang dapat digunakan untuk mendeteksi resistence level dan support level.
Berdasarkan hasil tersebut, titik resistance level berada pada kisaran Rp7.127 dan
Rp7.250. Sedangkan titik support level berada pada kisaran Rp6.500 dan Rp5.870.

Gambar 18. Resistence dan Support Level

63
Teknik penilaian saham INDF dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu:
a. Perbandingan relatif dengan Industri berdasarkan price earning ratio (PER) dan
market to book value (MBV)
b. Free Cash Flow Discount Model
c. Dividend Discount Model
a. Perbandingan relatif

Perbandingan relatif mengacu pada nilai PER yang didominasi oleh anak
perusahaan Indofood yaitu ICBP. Berdasarkan Tabel 1 diketahui jika nilai PER pada
saham INDF sebesar 16,30 sedangkan industri sebesar 20,01. Perbandingan estimasi
PER dengan sektor industri konsumsi lainnya telah disajikan dalam Grafik 10. Jika
dihitung rata-rata dari 10 PER industri konsumsi tersebut mencapai angka 27,34
(Average Top 10) angka ini hampir mendekati dan melebihi estimasi nilai PER ICBP
yang mencapai angka 22,21. Namun jika dibandingkan dengan nilai PER industri,
nilai PER ICBP jauh lebih tinggi dari nilai PER industri. Tabel 11 dibawah ini
menyajikan taksiran nilai saham INDF untuk tahun 2018 yakni Rp6.976,40 dengan
rentang harga Rp8.564,28 hingga Rp11.701,52.

Tabel 11. Penilaian Saham Berdasarkan PER Pembanding


Panel A: Tahun 2018

Estimasi
Taksiran
INDF & Benchmark PER EPS INDF
Nilai INDF
(2018)
Indofood Sukses Makmur 16.3 428 6.976,40
Indofood CBP Sukses Makmur 22.21 428 9.505,88
Industri 20,01 428 8.564,28
Average Top 10 27.14 428 11.615,92
Rata-Rata 21,42 428 9.165,62
Sumber: Laporan Keuangan INDF Konsolidasi. Grafik 10 dan Tabel 1

64
Pada tabel panel B dibawah ini menujukkan prediksi taksiran nilai saham
INDF di tahun 2019. pada tahun 2019, penulis menaksirkan adanya pertumbuhan
pada nilai EPS pada saham INDF sebesar 10 persen, yang mana dengan pertumbuhan
nilai EPS dapat mempengaruhi taksiran pada nilai saham INDF. Angka pertumbuhan
EPS ini di dasari oleh adanya isu akan pertumbuhan pada industri makanan yang
mana ketika terdapat isu akan pertumbuhan pada industri makanan memberikan
dampak bagi PT Indofood pada pertumbuhan akan penjualan produk yang cukup
besar yang mana besarnya penjualan produk dapat berdampak pada laba ataupun
pendapatan yang diperoleh perusahaan. Dan ketika laba perusahaan indofood
mengalami peningkatan secara tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan pada
nilai EPS pada saham INDF.

Panel B: Tahun 2019

Estimasi
Taksiran
INDF & Benchmark PER EPS INDF
Nilai INDF
2018)
Indofood Sukses Makmur 16,3 470,8 7.674,04
Indofood CBP Sukses Makmur 22,21 470,8 10.456,47
Industri 20,01 470,8 9.420,71
Average Top 10 27,14 470,8 12.777,51
Rata-Rata 21,42 470,8 10.082,18
Sumber: Laporan Keuangan INDF Konsolidasi. Grafik 10 dan Tabel 1

Berdasarkan tabel 11 panel B menunjukan jika estimasi harga saham INDF


pada tahun 2019 sebesar Rp7.674,04 dengan rentang harga Rp9.420,71 hingga
Rp12.871,67.

b. Free Cash Flow Discount Model

Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan free cash flow (FCF) discount
model disajikan dalam Tabel 12 untuk menghitung FCF aktual terlebih dahulu
sebelum melakukan estimasi FCF untuk 3 hingga 5 tahun ke depan. Hasil

65
perhitungan FCF aktual selama 5 tahun terakhir menunjukkan tingkat FCF INDF
berfluktuasi dengan beberapa data menunjukkan jika FCF negatif. Nilai FCF yang
negatif namun didukung dengan tingkat EBIT dan NOPAT yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan sedang melakukan investasi aset tetap dalam
jumlah yang signifikan sehingga FCF aktual tidak dapat digunakan sebagai basis
untuk menaksirkan FCF INDF di masa yang akan datang. Pada sisi lain belum cukup
informasi untuk melakukan proyeksi FCF INDF dengan proyeksi lainnya. Oleh
karena itu pendekatan ini tidak dapat digunakan dalam menaksir nilai saham INDF.

Tabel 12. Perhitungan Free Cash Flow INDF (Dalam Miliar Rupiah)

DES-2014 DES-2015 DES-2016 DES-2017 Sep-18


EBIT 6,340,185 4,962,084 7,385,228 7,658,554 5,296,009
NOPAT 4484246 3231713 4852481 5145063 3580090
NWC 18355292 17709207 9766002 10877636 4117476
NFA 21,982,095 25,096,342 25,701,913 29,787,303 42,050,257
OC 40337387 42805549 35467915 40664939 46167733
NCI 2468162 -7337634 5197024 5502794
FCF 763551 12190115 -51961 -1922704
TAX RATE 29 35 34 33 32
Sumber: Laporan Keuangan INDF (diolah)

Keterangan perhitungan FCF:

FCF = NOPAT – NCI

NOPAT = EBIT * (1- Tax rate)

NCI = OCt – OCt-1

OC = NWC + NFA

OC = Operating Capital

NWC = Net Working Capital = Current assets – Non Interest Current Liabilities

NFA = Net Fixed Assets

WACC = wdrd(1 – T) + wpsrps + wsrs

66
c. Dividend Discount Model

Pendekatan Dividend Discount Model (DDM) dilakukan dengan


menggunakan tiga skenario yaitu Pesimis, Moderat dan Optimis. Dan setiap skenario
terdapat asumsi jika dividen disetiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Perhitungan
growth (g) dapat di estimasikan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan
berkelanjutan. Sedangkan untuk menghitung biaya modal (Ke) dapat ditentukan
dengan menggunakan pendekatan CAPM. Adapun informasi tentang komponen yang
diketahui sebagai berikut:

 Beta = 1,11

 Return Pasar = 11,15% (Dihitung dari adjusted closed IHSG dari 2014-2018)

 Rf = Risk Free Rate = 6% (Diperoleh dari BI 7-day Repo di tahun 2018)

 CAPM = 6% + (11.15% - 6%) * 1,11 = 12%

Masing-masing skenario menggunakan basis data dengan rentan waktu yang sama.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Proyeksi dividen menggunakan rata-rata pertumbuhan dividen dari tahun 2013-


2018 = 9,7%

b. t= tahun prediksi periode supernormal adalah 5 tahun

c. TV = terminal value menggunakan pertumbuhan konstan = Gn (pesimis) = 7,5%,


Gn (moderat) = 8,5% dan Gn (optimis) = 9,5%

67
1. Skenarion Pesimis Gn = 7,5%

Tabel 13. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham INDF: Skenario Pesimis, Gn 7,5%

ADG X
T TAHUN Proyeksi Dividen PVIF
PVIF
0 2018 237
1 2019 260,12 0.892857143 232,25
2 2020 285,50 0.797193878 227,60
3 2021 313,36 0.711780248 223,04
4 2022 343,93 0.635518078 218,57
5 2023 377,48 0.567426856 214,19
TV 9.017,65 0.567426856 5116,86
Tafsiran Nilai Intrinsik Lembar 6.232,52
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (diolah)

2. Skenario Moderat Gn = 8,5%

Tabel 14. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham INDF: Skenario Moderat, Gn 8,5%

T TAHUN Proyeksi Dividen PVIF ADG X PVIF


0 2018 237
1 2019 260,12 0.892857143 232,25
2 2020 285,50 0.797193878 227,60
3 2021 313,36 0.711780248 223,04
4 2022 343,93 0.635518078 218,57
5 2023 377,48 0.567426856 214,19
TV 11.701,98 0.567426856 6640,02
Tafsiran Nilai Intrinsik Lembar 7.755,68
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (diolah)

68
3. Skenario Optimis Gn = 9,5%

Tabel 15. Penafsiran Nilai Intrinsik Saham INDF: Skenario Optimis, Gn 9,5%

ADG X
T TAHUN Proyeksi Dividen PVIF
PVIF
0 2018 237
1 2019 260,12 0.892857143 232,25
2 2020 285,50 0.797193878 227,60
3 2021 313,36 0.711780248 223,04
4 2022 343,93 0.635518078 218,57
5 2023 377,48 0.567426856 214,19
TV 16.533,76 0.567426856 9.381,70
Tafsiran Nilai Intrinsik Lembar 10.497,36
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan (diolah)

Berdasarkan asumsi dan pengolahan data di atas tafsiran nilai saham INDF
dengan skenario pada tabel 13,14,15. Dimana dengan skenario A adalah Pesimis,
Skenario B Moderat dan skenario C adalah Optimis. Dari perhitungan diatas dapat
diperoleh taksiran nilai saham INDF berada pada kisaran Rp6.232 hingga Rp10.497.

Berdasarkan Gambar 16 telah menyajikan akan kekuatan daya beli atau jual
akan saham INDF. Pada gambar tersebut menunjukan jika pada penutupan harga
saham tepatnya pada tanggal 14 Desember 2018, memperlihatkan jika saham INDF
berada pada fase akumulasi yang mana pada fase tersebut banyak dari pelaku pasar
atau investor yang melakukan pembelian saham INDF.

Dilihat dari segi pendekatan teknikal yang menggunakan metode Average


Directional Movement Index (ADX) menunjukan jika harga saham INDF berada pada
tren harga yang sedang menguat dengan tingkat resistence level yang berada pada
kisaran Rp7.127 dan Rp7.250 (penutupan tanggal 14 Deseember 2018). Hingga
penutupan minggu ke 3 dibulan desember harga saham INDF terus mengalami

69
peningkatan dengan tingkat penutupan sebesar Rp7.500. adapun tingkat support level
pada saham INDF berada di kisaran harga Rp6.500 dan Rp5.870. Pendekatan teknikal
ini bersifat jangka pendek oleh karena itu pendekatan ini harus dibandingkan dengan
menggunakan pendekatan fundamental. Berdasarkan hasil analisis pendekatan
fundamental menunjukan jika kekuatan ekonomi Indonesia masih mampu bertahan
dalam mendongkrak investasi dalam negeri meskipun pada tahun ini terdapat gejolak
perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang berdampak pada negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Dari aspek industri, memperlihatkan jika INDF
masih memiliki kekuatan pasar yang cukup besar dibandingkan dengan para
pesaingnya khususnya dari segi penjualan.

Hasil penaksiran nilai intrinsik saham dengan pendekatan perbandingan relatif


yang menggunakan nilai PER menunjukkan jika harga saham INDF berada pada
kisaran harga untuk tahun 2016 sebesra Rp6.976 dengan rentang harga Rp Rp9.165
hingga Rp11.615. Sedangkan estimasi harga saham INDF di tahun 2019 sebesar
Rp7.674 dengan rentang harga Rp9.420 hingga Rp12.777. Taksiran nilai saham
dengan pendekatan dividen discount model adalah sebesar Rp8.161 dengan rentang
harga Rp6.232 hingga Rp10.497. Tabel 16 menujukkan rentang taksiran nilai sahan
dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut baik pendekatan teknikal maupun
pendekatan fundamnetal. Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan jika
rekomendasi untuk membeli saham INDF semakin menguat.

Tabel 16. Kisaran Tafsiran Nilai Saham INDF

PENDEKATAN ANALISIS TERENDAH MODERAT TERTINGGI INDF


Teknikal 6.5 7.127 7.25 6.500 - 7.250
Fundamental
a.Perbandingan Relatif 6.976 8.564 11.615 6.976 - 11.615
b.Dividen Discount Model 6.232 7.755 10.497 6.232 - 10.497

70
Empat alasan utama rekomendasi beli:

1. Adanya trend perekonomian Indonesia yang relatif kuat dan daya tahan yang
cukup kuat dalam menghadapi adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan
China. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan tingkat PDB di tahun 2018 yang
semakin meningkat serta nilai tukar rupiah yang semakin mengkuat dan menjadi
mata uang terkuat di Asia di tahun 2018.

2. Analisis industri menunjukkan jika di tahun 2018, INDF terus mengalami


pertumbuhan baik dari segi penjualan ataupun dari segi laba bersih. Hal ini
didukung oleh adanya tekanan dari pemerintah dalam meningkatkan
pertumbuhan di industri makanan. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan
pada perusahaan Indofood Sukses Makmur, Tbk.

3. Dari segi analisis teknikal menujukkan nilai intrinsik saham INDF berada pada
kisaran harga Rp6.500 hingga Rp7.250. Dari analisis tersebut mengindikasikan
jika nilai saham sekarang di pasar sebesar Rp7.050 angka ini tergolong rendah
dan masih memiliki potensi untuk dibeli karena nilai intrinsiknya yang lebih
tinggi.

4. Dari segi analisis fundamental yang menggunakan relative comparison tepatnya


dengan model pendekatan PER dan dividend discount model menunjukkan jika
harga saham INDF memiliki nilai intrinsik yang jauh lebih tinggi dari nilai
saham di pasar. Untuk perbandingan relatif sebesar Rp6.976 sampai Rp11.615
dan dividend discount model sebesar Rp6.232 sampai Rp10.497. Dari angka ini
dapat diartikan jika nilai intrinsik saham INDF tergolong undervalue atau lebih
tinggi dari pasar sehingga saham INDF direkomendasikan untuk beli.

71
BI.go.id, “Keadaan Ekonomi Global dan Domestik”. Dikutip pada 20 Desember 2018
dari https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/SP_160214.aspx
BI.go.id,”Laporan Keuangan Tahunan” dikutip pada 15 Desember 2018, dari
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporantahunan/perekonomian/Pages/LPI_20
17.aspx
BKPM.go.id, “Pertumbuhan Investasi Di Indonesia tahun 2018”. Dikutip pada 19
Desember 2018, dari
https://www.bkpm.go.id/images/uploads/file_siaran_pers/Narasi_Indonesia_T
W_II_2018_Final.pdf
BPS.go.id, “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II”. Dikutip pada 20
Desember 2018 dari
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/08/06/1521/ekonomi-indonesia-
triwulan-ii-2018-tumbuh-5-27-persen.html
BPS.go.id, “Tingkat Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2018”. Dikutip pada 20
Desember 2018 dari
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/09/17/1504/ekspor-agustus-2018-
mencapai-us-15-82-miliar--impor-agustus-2018-sebesar-us-16-84-miliar--
turun-7-97-persen-dibanding-juli-2018-.html
Bursa Efek Indonesia, “Ringkasan Performa perusahaan Tercatat”. Dikutip pada 18
Desember 2018 dari https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-
statistik/ringkasan-performa-perusahaan-tercatat/
CNN Indonesia, “omset Indofood”. Dikutip pada 19 Desember 2018 dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180430114138-
92294625/permintaan-masih-rendah-omzet-indofood-turun-tipis-1-persen
CNBC Indonesia, “Dampak Kenaikan Suku Bunga”. Dikutip pada 19 Desember 2018
dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20180215122200-17-
4496/begini-dampaknya-saat-as-naikkan-suku-bunga
Databoks.co.id, “ BI Menaikan Suku Bunga Acuan”. Dikutip pada 20 Desember 2018,
dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/11/16/jaga-rupiah-bi-
kembali-naikkan-suku-bunga-acuan-25-bps
Databoks,co.id, “Kenaikan Suku Bunga Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi”. Dikutip pada 20 Desember 2018, dari

72
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/04/kenaikan-suku-bunga-
berpengaruh-terhadap-pertumbuhan-ekonomi
Dewi Wiwiek, “Sekilas Ekonomi Indonesia 2014”. Dikutip pada 19 Desember 2018
darihttps://www.kompasiana.com/dewi.wiwiek/552ff8596ea83405778b462c/s
ekilas-ekonomi-indonesia-2014
Financial.bisnis.com, “Alasan The FED Menaikan Suku Bunga Acuan”. Dikutip pada
19 Desember 2018 dari,
http://finansial.bisnis.com/read/20180614/11/806236/alasan-the-fed-kerek-
lagi-suku-bunga-acuan-jadi-2
Finance.detik.com, “Dampak Perdang Dagang Amerika Serikat VS China”. Dikutip
pada 19 Desember 2018 dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-4073010/dampak-perang-dagang-as-china-ke-ri-dan-cara-
antisipasinya
Finance.detik.com, “Penurunan Laba Bersih Indofood”. Dikutip pada 19 Desember
2018 dari https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4281040/laba-bersih-
indofood-anjlok-13
Finance.detik.com, “The FED Naikan Suku Bunga Acuan”. Dikutip pada 20
Desember 2018 dari https://finance.detik.com/moneter/d-4231004/the-fed-
naikkan-suku-bunga-jadi-2-225
Idn Times.Com, “Dampak Perang dagang Amerika VS China Terhadap Indonesia”.
Dikutip pada 19 Desember 2018 dari
https://www.idntimes.com/business/economy/helmi/3-dampak-perang-dagang-
amerika-vs-china-terhadap-indonesia/full
Kementerian Keuangan (2018), “Pertumbuhan Perekonomian Indonesia”. Dikutip
pada 19 Desember 2018 dari
http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/tekf/2018/tekf3/tekf_edisi3_2018
a.pdf
Market Bisnis.Com, “Penjualan Mie Instan Indofood tahun 2018”. Dikutip pada 19
Desember 2018 dari
http://market.bisnis.com/read/20180505/192/791967/penjualan-mi-instan-
indofood-rp655-triliun-per-maret-2018

73

You might also like