You are on page 1of 10

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

GANGGUAN TAJAM PENGLIHATAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR


KELAS V DAN KELAS VI DI SDN 017 BUKIT RAYA PEKANBARU
TAHUN 2014

Juneti
Eka Bebasari
Efhandi Nukman
Juneti_fk.unri@yahoo.com

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 1


Abstrack

Description of The Factors That Affected Visual Acuity Disorders in Elementary School

5th and 6th Grade at SDN 017 Bukit Raya Pekanbaru on 2014

by

Juneti

Vision screening recommended to detect tampering visual acuity at school age.

gender, academic achievement, play activities, family history of glasses and nutritional status

is one of the risk of sharp vision disorders. purpose of this study to determine visual acuity

disturbances. This is a descriptive study with cross-sectional research design and total

sampling techniques has been done in september 2014. Snellen card and the questionnaire

questions of the schedule of activities performed during the 3 days are used for data retrieval

for 1 hour / day. most respondents have normal vision with the best visual acuity 83.76%. the

results of this study showed the most characteristic sex is women (68.42%), academic

achievement (38.47%), activity play (81.58%), look close and long activity that most people

do is read near as many as 16 people (42.1%) with a close distance ≤ 30cm and  2

hours/day, watching tv as many as 18 people (47.36%) at a distance of 3 times the diagonal

length of the tv and  2 hours/day, using a computer, notebook, playstation / video games as

many as 16 people (42.1%) at a distance ≤ 50cm and  2 hours/day. family history of glasses

age  40 years and nutritional status (63.2%).

Keyword: visual acuity disorders, elementary school kids, factor affected visual disorders

PENDAHULUAN (chilhood blindness), sehingga


Masalah kebutaan pada peringatan hari penglihatan sedunia
anak-anak merupakan salah satu “Vision For Children” memberikan
masalah kesehatan yang dihadapi makna bahwa semua orang harus
oleh dunia terutama negara-negara memberikan perhatian kepada anak-
berkembang seperti Indonesia. anak sebagai generasi penerus yang
Menurut WHO, 3,9% kebutaan mengalami gangguan penglihatan
terjadi pada masa anak-anak atau buta. Tujuannya agar mereka

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 2


bisa memperoleh kembali fungsi melakukan vision screening secara
penglihatannya dan mereka dapat nasional. Pada penelitian Fachrian
menikmati kehidupan yang didapatkan angka gangguan tajam
berkualitas seperti anak-anak normal penglihatan yang cukup tinggi pada
lainnya. Selain itu yang akan dicapai pada siswa kelas V dan VI sekolah
adalah anak-anak bisa tumbuh dan dasar(SD) “X” Jatinegara Jakarta
berkembang dengan mata yang sehat, Timur, yaitu sebesar 51,9%.3,4
setiap anak bisa pergi ke sekolah, Gangguan tajam penglihatan
dan orang tua mereka dapat melihat ini merupakan masalah pada
anak-anaknya tumbuh dan masyarakat yang akan selalu
berkembang.1,2 dijumpai selama tidak didapati
Survey kesehatan indera adanya tindakan preventif sejak dini.
penglihatan dan pendengaran Seperti yang kita ketahui penglihatan
tahun1993-1996 menunjukkan angka adalah salah satu faktor yang sangat
kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, penting dalam seluruh aspek
gangguan penglihatan berat sebesar kehidupan termasuk diantaranya
1.1% dan gangguan penglihatan pada proses pendidikan. Penglihatan
sedang sebesar 1,8%. Angka juga merupakan jalur informasi
kebutaan ini merupakan yang utama. Oleh karena itu keterlambatan
tertinggi dibandingkan dengan melakukan koreksi adanya gangguan
Negara-negara asia tenggara lainnya tajam penglihatan terutama pada
(Bangladesh 1%, India 0,7%, dan anak usia sekolah akan sangat
Thailand 0,3%). Dan menurut WHO mempengaruhi kemampuan
ini telah menjadi masalah sosial. menyerap materi pembelajaran dan
Untuk itu perlu peran serta aktif dari berkurangnya potensi untuk
5
semua pihak untuk menanggulangi meningkatkan kecerdasan. Dengan
masalah kebutaan di Indonesia. alasan inilah, peneliti tertarik ingin
Disamping masalah kebutaan, melakukan penelitian tentang apa
gangguan penglihatan akibat saja faktor-faktor yang
kelainan refraksi dengan prevalensi mempengaruhi tajam penglihatan
22,1% juga menjadi masalah serius pada anak sekolah dasar kelas V dan
jika tidak cepat ditanggulangi. 10% kelas VI di SDN Bukit Raya
dari anak usia sekolah (5-19 tahun) Pekanbaru tahun 2014. dan alasan
menderita kelainan refraksi, peneliti memilih SDN 017 Bukit
sedangkan angka pemakaian Raya adalah karena SD tersebut
kacamata koreksi sampai saat ini memiliki akreditasi A sehingga
masih rendah yaitu 12,5% dari aktivitas belajarnya lebih padat.
kebutuhan.2
Vision screening METODE PENELITIAN
direkomendasikan WHO sebagai Desain penelitian
cara yang efektif untuk mendeteksi Penelitian ini merupakan penelitian
gangguan penglihatan pada anak yang bersifat deskriptif dengan
secara dini.2,5 Setiap anak harus pendekatan cross sectional yaitu
mendapatkan pemeriksaan mata suatu jenis penelitian yang
secara berkala setidaknya satu tahun pengukuran variabel-variabelnya
sekali yang dimulai sejak awal dilakukan hanya satu kali pada suatu
masuk sekolah (setelah usia lima saat.
tahun).2,3 Indonesia belum dapat

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 3


Lokasi penelitian dan waktu skor item dengan skor total
penelitian (corrected item-total correlation).
Penelitian ini dilakukan di SDN 017 Item dikatakan valid jika rhitung> rtabel.
Bukit Raya Pekanbaru pada bulan Pada signifikansi 5% dengan n=20,
September tahun 2014. maka diketahui rtabel= 0,497. Dari
Populasi dan sampel hasil korelasi antar skor-skor item
Populasi penelitian ini adalah seluruh dengan skor total, maka diperoleh 4
murid sekolah dasar kelas V dan item yang tidak valid dan 14 item
kelas VI diSDN Bukit Raya yang valid.
Pekanbaru tahun 2014. Sampel
panelitian ini menggunakan teknik Analisis data
total sampling yang memenuhi Data yang dikumpulkan akan
kriteria inklusi dan ekslusi. diolah secara manual dan akan
Kriteria inklusi disajikan dalam bentuk tabel
Kriteria Inklusi pada penelitian ini distribusi frekuensi atau diagram
adalah seluruh siswa kelas V dan yang dihitung dalam satuan persen
kelas VI di SDN 017 Bukit Raya berdasarkan hasil kuesioner.
Pekanbaru tahun 2014 yang Etika Penelitian
mengalami gangguann tajam Penelitian ini telah dinyatakan lolos
penglihatan setelah diuji kartu kaji etik oleh Unit Etika Penelitian
Snellen dan bersedia menjadi Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
responden penelitian. Kedokteran Universitas Riau dengan
Pengumpulan dan pengolahan nomor: Penelitian ini telah lolos kaji
data etik dari Unit Etika Penelitian
Data yang dikumpulkan Kedokteran Universitas Riau
merupakan data anak sekolah dasar No.81/UN19.1.28/UEPKK/2014.
di SDN 017 Bukit raya Pekanbaru HASIL PENELITIAN
Data yang telah dikumpulkan Hasil penelitian ini
akan diolah secara manual dan akan menunjukkan bahwa terdapat
disajikan dalam bentuk tabel responden yang mengalami
distribusi frekuensi yang dihitung gangguan tajam penglihatan
dalam satuan persen berdasarkan (Ametrop) sebanyak 38 orang
kuisioner sedangkan tajam penglihatan yang
Keabsahan data normal (Emetrop) berjumlah 196
Untuk menguji keabsahan orang. Penelitian ini menggunakan
data (validitas data) yang kuisioner tersebut yang ditetapkan
dikumpulkan dilakukan triangulasi berdasarkan total sampling yang
data yaitu: memenuhi kriteria inklusi.
Setiap responden yang menjadi
subyek penelitian diminta untuk Karakteristik pasien
mengisi kuesioner dengan bentuk Tabel 4.1 Hasil Gambaran gangguan
pengisian ya atau tidak. tajam penglihatan
Instrumen ini telah dilakukan uji N Gangguan Frekuen Persenta
validitas dan reliabilitas terhadap 20 o Tajam si se (%)
siswa di SDN 003 Ujung Batu Penglihat
Kabupaten Rokan Hulu. Uji validitas an
skala resiliensi dihitung dengan 1 Gangguan 16 42,1
mengkorelasikan masing-masing unilateral

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 4


2 Gangguan 22 57,9 5 Status gizi
bilateral  sanga 1 2,63%
Berdasarkan tabel 4.1 siswa t kurus 3 7,89%
yang mengalami gangguan tajam  kurus 24 63,2%
penglihatan unilateral adalah  norm 7 18,42%
sebanyak 16 orang (42,1%) dan yang al 3 7,89%
mengalami gangguan tajam  gemu
penglihatan bilateral adalah sebanyak k
22 orang (57,9%).  obesit
as
Tabel 4.2 Berdasarkan Jenis kelamin,
Prestasi belajar disekolah, aktivitas
bermain, keluarga inti berkaca mata,
status gizi Tabel 4.3 aktivitas melihat dekat dan
lama pada responden
N Karakteristik Frekue Persent Aktivitas n %
o nsi ase melihat dekat
1 Jenis kelamin dan lama
: 12 31,58 Membaca
 Laki- 26 % 1. ≤ 30 cm 8 21.05 %
laki 68,42 dan > 2 jam/hari
 Pere % 2. ≤ 30 cm 16 42.1 %
mpuan dan < 2 jam/hari
2 Prestasi 3. 30-33 5 13.16 %
belajar : 23 60,53 cm dan > 2
 berpr 15 % jam/hari
estasi 38,47 4. 30-33 9 23.67 %
 tidak % cm dan < 2
berprestasi jam/hari
3 Aktivitas Menonton
bermain : 31 81,58 televisi
 berm 7 % 1. ≤ 3 X 13 34.21 %
ain di dalam 18,42 panjang
rumah % diagonal tv dan
 berm > 2 jam/hari
2. ≤ 3 X 2 5.26 %
ain di luar
rumah panjang
4 Keluarga inti diagonal tv dan
berkaca 7 18,42 <2 jam/hari
mata: 11 % 3. ≥ 3 X 18 47.36 %
 >40 28,95 panjang
tahun % diagonal tv dan
 < 40 > 2 jam/hari
tahun 4. ≥ 3 X 5 13.16 %
panjang
diagonal tv
dan < 2
jam/hari

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 5


Menggunakan penglihatan yaitu sebanyak 23 orang
laptop, game/ (60,53%) dan siswa yang tidak
playstation berprestasi mengalami gangguan
1. ≤ 50 cm dan 42.1 % tajam penglihatan sebanyak 15 orang
> 2 jam/hari 16 (38, 47).
2. ≤ 50 cm dan 34.21 % Hasil ini sesuai
13
< 2 jam/ hari dengan penelitian Jones18 dimana
3. ≥ 50 cm dan 2 5.26 % anak kelas III dengan penglihatan
> 2 jam/hari normal dan akhirnya menderita
4. ≥ 50 cm dan 7 18.43 % kelainan refraksi miopia pada kelas
< 2 jam/hari VI berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga dan aktivitas luar ruangan
selama 7,98 jam per minggu (1,14
jam per hari). Sementara anak kelas
III dengan penglihatan tetap normal
PEMBAHASAN dikelas VI berpartisipasi dalam
Karakteristik responden kegiatan olahraga dan aktivitas luar
Dari hasil penelitian ruangan selama 11,65 jam per
menunjukan Untuk karakteristik minggu (1,66 jam per hari).
jenis kelamin paling banyak yang Peningkatan aktivitas olahraga
berjenis kelamin perempuan. Dari diperlukan apabila aktivitas melihat
beberapa penelitian juga banyak dekat dan lama tinggi.
ditemukan yang mengalami Dari 38 responden pada penelitian
gangguan tajam penglihatan lebih ini didapatkan hasil keluarga inti
banyak yang berjenis kelamin responden yang tidak menggunakan
perempuan. Selain itu, hal ini juga kacamata sebanyak 20 orang
dapat dihubungkan dengan aktivitas (52,68%) dan yang menggunakan
diluar ruangan yang cenderung lebih kacamata pada usia > 40 tahun
banyak dilakukan oleh laki-laki. adalah sebanyak 7 orang (18,42%)
Olahraga diluar ruangan dan yang menggunakan kacamatapada
mendapatkan paparan cahaya usia < 40 tahun sebanyak 11 orang
matahari yang cukup dapat (28,97%) menurut penelitian
4
mencegah terjadinya pemanjangan Fachrian menyatakan bahwa tidak
bola mata dan dapat mencegah ada hubungan yang bermakna antara
terjadinya gangguan tajam keluarga inti berkacamata (gangguan
penglihatan. Penelitian dari Usman tajam penglihatan) dengan anak yang
S, juga memperlihatkan kasus juga mengalami gangguan tajam
miopia/ gangguan tajam penglihatan penglihatan karena gangguan tajam
lebih banyak terjadi pada jenis penglihatan lebih banyak
kelamin perempuan, yaitu 47 orang dipengaruhi oleh kebiasaan dalam
(75,9%) dari total 64 responden di melakukan aktivitas melihat dekat
Pekanbaru23. dan lama. Faktor keturunan lebih
Ini juga membuktikan bahwa berpengaruh kepada kebiasaan yang
banyaknya responden yang diturunkan orangtua kepada anaknya.
berprestasi dapat meningkatkan Seperti pernyataan dari dokter young
aktivitas melihat dekat dan lama, dari National Eye Institute, hanya
dimana siswa yang berprestasi lebih karena orang tua dan anak-anak
banyak mengalami gangguan tajam berbicara bahasa yang sama.

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 6


Demikian juga dengan gangguan karena upaya berlebihan dari sistem
tajam penglihatan, biasanya hasil penglihatan yang berada dalam
dari fakta bahwa orangtua yang suka kondisi kurang sempurna untuk
membaca, mereka berbagi budaya memperoleh ketajaman penglihatan
mereka dengan mendorong anak- dalam waktu yang lama ini akan
anak mereka untuk membaca juga. mengurangi kemampuan akomodasi
Dan penelitian ini menunjukkan mata sehingga berakibat terjadinya
bahwa membaca dan beraktivitas gangguan tajam penglihatan.4. Hal ini
melihat dekat dan lama merupakan terbukti dengan penelitian Kristianti
faktor dominan dalam kebanyakan yang mendapatkan hubungan antara
kasus gangguan tajam penglihatan. kelelahan mata dengan miopia.21
Dalam hal ini seseorang yang lebih Hasil penelitian mendapatkan
banyak waktunya membaca tanpa persentase responden dengan tajam
istirahat akan lebih besar penglihatan optimal (>6/6) pada
kemungkinannya mengalami salah satu mata (unilateral) dengan
gangguan tajam penglihatan.18 tajam penglihatan terbaik adalah
Hasil penelitian ini sebesar 42,1%. Hasil ini kurang
memperoleh data mengenai aktivitas lebih sama dengan persentase tajam
bermain diluar ruangan yang lebih penglihatan optimal siswa kelas V
sedikit yaitu sebanyak 7 orang dan kelas VI di SD “X” Jatinegara
(18,42%) dan sebanyak 31 orang Jakarta Timur yakni sebesar 48,1%.4
(81,58%) lebih banyak Hal ini menunjukkan bahwa
menghabiskan waktu bermain gangguan tajam penglihatan di kota
didalam ruangan. Hasil penelitian Pekanbaru cukup mengkhawatirkan
menunjukkan sebagian besar seperti halnya kota besar seperti
responden yang mengalami Jakarta.
gangguan tajam penglihatan Hasil penelitian untuk karakteristik
melakukan kebiasaan melihat dekat status gizi di SDN 017 Bukit Raya
dan lama didalam ruangan yang Pekanbaru dilakukan pada kelas V
berisiko gangguan tajam penglihatan dan VI di dapatkan data bahwa
antara lain membaca dengan jarak sebagian besar siswa memiliki status
yang dekat dan lama, menonton gizi normal 24 orang (63,2%).
televisi dengan jarak yang dekat dan Menurut penelitian Fachrian4 status
lama, menggunakan komputer gizi dengan gangguan tajam
dengan jarak yang dekat dan lama, penglihatan menunjukkan hubungan
bermain video game dengan jarak yang tidak bermakna pada siswa
dekat dan lama. Kebiasaan melihat siswi di sekolah tersebut. Hal ini
dekat dan lama dalam jarak yang tidak jauh berbeda dengan penelitian
kurang dari standar ukur merupakan yang dilakukan oleh Fachrian4
faktor resiko terjadinya gangguan dimana sebanyak 63,3% responden
tajam penglihatan, seperti yang yang menderita kelainan tajam
diperoleh oleh fachrian4 dimana jarak penglihatan memiliki status gizi
pandang yang kurang dari standar normal. Hal ini kemungkinan
ukur dalam waktu yang lama dapat disebabkan masih banyaknya faktor
menimbulkan kelelahan mata yang menpengaruhi status gizi
(astenopia) seperti mata merah, mata responden diantaranya zat gizi dalam
pegal, mata berair, mata pedih dan makanan, pengetahuan, kebiasaan
penglihatan kabur. Hal ini terjadi makan dan sosial ekonomi.24

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 7


a. Sebagian besar responden
SIMPULAN DAN SARAN yang membaca dengan jarak
Simpulan yang dekat ≤ 30 cm dan waktu <
Berdasarkan hasil penelitian 2 jam/ hari adalah 16 orang
yang telah dilakukan dapat diambil (42,1%).
kesimpulan sebagai berikut : b. Sebagian besar responden
1. Karakteristik umum subjek yang menonton televisi dengan
penelitian adalah sebagai berikut : jarak ≥ 3 X panjang diagonal tv
a. Responden yang memiliki dan waktu > 2 jam/ hari adalah
gangguan tajam penglihatan 18 orang (47,37%).
adalah 38 orang (16,24%) c. Sebagian besar responden
b. Responden yang memiliki yang menggunakan komputer,
gangguan unilateral 16 laptop, playstation/ video game
(42,1%). dengan jarak ≤ 50 cm dan > 2
c. Responden yang memiliki jam/ hari adalah 16 orang
gangguan bilateral 22 (42,1%).
(57,9%). Saran
2. Karateristik berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi ini, penulis memberikan saran yaitu:
gangguan tajam penglihatan : 1. Diharapkan kepada siswa siswi
a. Sebagian besar responden SDN 017 Bukit Raya Pekanbaru
yang menglami gangguan tajam kelas V dan kelas VI yang
penglihatan adalah perempuan mengalami gangguan tajam
26 orang (68,42%). penglihatan agar menggunakan
b. sebagian besar responden kacamata.
yang mengalami gangguan 2. Perlu dilakukan skrining secara
tajam penglihatan adalah berkala pada siswa sekolah dasar
responden yang berprestasi di Pekanbaru yang dilakukan
berjumlah 23 orang ( 60,53%). oleh Dinas Kesehatan agar dapat
c. Sebagian besar responden dilakukan penanggulangan
yang mengalami gangguan secepatnya jika ditemukan
tajam penglihatan yaitu gangguan tajam penglihatan.
responden yang aktivitas Pemeriksaan dapat dilakukan
bermain di dalam rumah yaitu oleh puskesmas atau sekolah
sebanyak 81,58%. bersangkutan yang telah dilatih
d. Sebagian besar reponden untuk pemeriksaan tajam
yang keluarga initinya penglihatan siswa dengan
menggunakan kacamata pada menggunakan kartu snellen atau
usia < 40 tahun adalah 11 orang pinhole test.
( 28,95%). 3. Diharapkan kepada peneliti lain
e. Responden yang mengalami yang akan melakukan penelitian
gangguan tajam penglihatan yang sama dengan jumlah sampel
sebagian besarnya adalah siswa sekolah dasar yang lebih
memiliki status gizi normal banyak sekaligus didapatkan
adalah 24 orang (63,2%). angka prevalensi gangguan tajam
penglihatan di kota Pekanbaru.
3. Aktivitas melihat dekat dan lama :

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 8


UCAPAN TERIMA KASIH news/0605/08/141155. [diakses
Penulis mengucapkan terima Available tanggal 8 april 2014].
kasih kepada pihak Fakultas 8. Vaughan DG, Asbury T, Riordan
Kedokteran Universitas Riau, dosen P, Oftalmologi umum. Alih bahasa
pembimbing, pihak sekolah SDN Tambajong J dan pendit B.U. Edisi
14. Jakarta : Widya Medika ; 2000.
017 Bukit raya Pekanbaru serta 9. DSC, Lam RF, Lau JTF, Chong
seluruh pihak yang telah memberikan KS, Cheung EYY, et al.
dukungan baik moril maupun materil Prevalence, incidence, and
dalam melaksanakan penelitian ini. progression of myopia of school
children in hong kong/
DAFTAR PUSTAKA investigative Opthalmology and
1. He M, Zeng J, Liu Y, Xu J, Pokharel VVisual science. 2004;45:332-9.
GP, Ellwein LB. Refraktive Error 10. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan &
and Visual impairment in urban Asbury’s General Opthalmology.
children in southern China. Invest 17th ed. USA : Mc Graw-hill,2007.
Ofthalmol Vis Sci. 2004;45:793-9. 11. Near-work activity, night-light, and
2. Department kesehatan RI. myopia in the Singapore-china
Keputusan menteri Kesehatan study. Arch Ophthalmol.
Republik Indonesia Nomor 2002;120:620-7.
1473/MENKES/SK/X/2005 Tentang 12. Ilyas S, Kelainan refraksi dan
rencana Strategi Nasional koreksi Penglihatan. Jakarta ; balai
Penanggulangan Gangguan penerbit FKUI;2004
Penglihatan dan kebutaan untuk 13. Ilyas S, Dasar-teknik pemeriksaaan
mencapai Vision 2020. dalam ilmu penyakit mata. Edisi
[PERATURAN]. 2005. @. Jakarta : Balai penerbit
3. Tananuvat N, Manassakorn A, FKUI;2003 5-9,21-2, 29-30.
Worapong A, Kupat J, 14. Kristianti F, Faktor resiko yang
Chuwuttayakorn J, Wattananikorn berhubungan dengan terjadinya
S. Vision Screening in school cacat mata myopia pada mahasiswa
children: two year results. J Med keperawatan Fakultas Kedokteran
Assoc Thai. 2004; 87(6): 679-84. Gadjah mada Yogyakarta,[skripsi]
4. Fachrian D, Rahayu AB, Nasen AP, Yogyakarta; 2008.
Rerung NE, Pramesti M, Sari Ea, 15. Saw SM, Tan SB, Fung D, Tan
dkk. Prevalensi kelainan tajam DTH, et al. IQ and the association
penglihatan pada pelajar SD “X” with myopia in children.
Jatinegara Jakarta Timur. Maj Investigative Opthalmology and
Kedokt Indo. 2009;59:260-5. Visual Science. 2004;45:2948-8.
5. Sagala FS, Miopia, Menurunnya 16. Dijk KV. Defenition : visual
prestasi belajar anak perkotaan . impairment. [ diunduh pada 6 juni
http://www.4.203.71.11//kesehatan/ 2014 ].
news/0605/08/141155. [diakses http://www.bpaindia.org/VIB%20C
Available tanggal 8 april 2014]. hapter-I.pdf
6. Ganong WF. Buku ajar fisiologi 17. Prosedur pemeriksaan mata.
kedokteran. Alih bahasa: [diakses 1 mei 2014]
widjajakusuma HMD, Irawati D, http://www.litbang.depkes.go.id.
Siagian M, Moeloek D, Pendit BU. 18. Jones LA, Sinnott LT, Multi DO,
Edisi 20. Jakarta : EGC;2003.43- Mitchell GL, Moeschberger ML,
151.f Zadnik K. Parental history’of
7. Sagala FS, Miopia, Menurunnya myopia, sports and outdoors
prestasi belajar anak perkotaan . activities, and future myopia.
http://www.4.203.71.11//kesehatan/ Investigative Opthalmology and
Visual Science. 2007;48:3524.

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 9


19. American Optometric Association.
Computer vision syndrome (CVS) :
The effects of video display terminal
use on eye health and vision.
[diunduh pada 7 Agustus 2014].
http://www.aoa.org/x5380.xml.
20. Affandi ES. Sindrom penglihatan
komputer (computer vision
syndrome). Maj Kedokt Indon.
Maret 2005;55(3):297-300.
21. Kistianti F. Faktor risiko yang
berhubungan dengan terjadinya
cacat mata myopia pada mahasiswa
keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta,[skripsi]. Yogyakarta:
2008.
22. France Y. Merril J. Steven M.
myopia is ussualy not inharited And
Can Be Improved With Eye
Exercises, Eliminating Or Reducing
Dependency On Carmtive Lenses.
American Vision Institute.
23. Usman S. Hubungan Antara Faktor
Keturunan, Aktivitas Melihat Dekat
dan Pencegahan Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas
Riau Terhadap Ke jadian Miopia :
2014
24. Suspriansah DY, Bakri B, Fajar T .
Status Gizi . Jakarta: EGC;
2001.h.13-18.96.312.
25. Notoadmodjo S.Metodologi
penelitian kesehatan. 1 st ed.
Jakarta: Rineka cipta ; 2004
26. Dahlan S. statistik untuk kedokteran
dan kesehatan. 3th sd. Jakarta
arkans; 2004
27. Budiarto E. Metodologi penelitian
kedokteran. 1st ed. Jakarta; EGC;
2003

JOM FK Volume II No. 2 Oktober 2015 Page 10

You might also like