Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 2
Jurnal 2
ABSTRACT
Constipation is considered it is normal, but if not addressed can lead to more
serious situations such as impaction (stool become hard and dry) and
obstruction. An increase in these complaints with increasing age, around 30–40%
of people over 65 years old complaining of constipation. The purpose of this
research is to analyze the relationship of the intake fiber, fat, and position of
defecation with constipation in the elderly in Social Rehabilitation Unit “Pucang
Gading” Semarang. This research use a kind of explanatory research with cross
sectional approach. The population of the research was the whole of the elderly
living in Social Rehabilitation “Pucang Gading” Semar ang with a total 77 people.
The subject of research as many as 35 people selected by purposive. Data
analysis using Chi Square and Rank Spearman. The results showed as much as
40% elderly experiencing constipation, fiber intake enough category of elderly
54,3%, fat intake enough category of elderly 74,3%, and the position of the
defecation squat of 68,6%. There is a relationship between fiber intake with
constipation (p = 0,013) and there is a relationship between fiber intake with a
period of defecation (p=0,026). There is no relationship between fat intake with
constipation (p = 0,432) and there is a relationship between fat intake with a
period defecation (p=0,010). There is a relationship between the position of
defecation with constipation (p = 0,011). The study recomemends to the chef or
manager Social Rehabilitation “Pucang Gading” Semaran g serves food with the
texture that is soft that the elderly can chew the food especially food containing
sources of fiber such as vegetables and fruits.
Keywords : constipation, elderly, fiber intake, fat intake, position of defecation
Bibliography : 88, 1995-2015
PENDAHULUAN
Konstipasi adalah persepsi gangguan cara peningkatan kesehatan dan kualitas
buang air besar berupa berkurangnya hidup. Kelompok usia lanjut merupakan
frekuensi buang air besar kurang dari 3 kelompok yang rentan terhadap masalah
kali seminggu atau 3 hari tidak buang air kesehatan karena berbagai perubahan
besar atau buang air besar diperlukan fisiologi dan psikologi yang umum terjadi.3
mengejan secara berlebihan.1 Hal ini Konstipasi merupakan keluhan saluran
terjadi pada semua kelompok umur tetapi cerna yang terbanyak pada usia lanjut.
lebih sering terjadi pada mereka yang Terjadi peningkatan keluhan ini dengan
berusia lebih dari 65 tahun dan umur bertambahnya usia, sekitar 30-40% orang
dibawah 4 tahun.2 Seiring dengan berusia di atas 65 tahun mengeluh
peningkatan usia harapan hidup, konstipasi.4 Hasil penelitian pada pasien
perhatian yang lebih besar difokuskan usia 17 – 93 tahun menunjukkan bahwa
pada populasi usia lanjut menyangkut prevalensi konstipasi sebesar 81% pada
257
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pasien usia 17-93 tahun yang datang maka frekuensi defekasi akan semakin
berobat ke Rumah Sakit Umum Pusat H. berkurang yaitu dibawah 3 kali / minggu.11
Adam Malik, Sumatera Utara.5 Hasil Riset Puslitbang Gizi Depkes RI
Pada masyarakat lanjut usia, tahun 2001, rata – rata asupan serat
penyakit-penyakit kronis dan masyarakat Indonesia hanya 10,5 gram
ketidakmampuan (disability) banyak per hari. Hal itu menunjukkan bahwa
dijumpai seiring dengan penurunan fungsi asupan serat masyarakat Indonesia hanya
organ tubuh dan berbagai perubahan sekitar 1/3 dari kebutuhan total.12
fisik.6 Penurunan fungsi organ tubuh pada Penelitian pada mahasiswa gizi FKM
lansia yaitu pada sistem gastrointestinal UI menunjukkan bahwa sebesar 58,2%
yang mengalami perubahan struktur dan seseorang yang mengkonsumsi rendah
fungsi usus besar. Pada usus besar lansia serat mengalami konstipasi.10 Hal ini
terjadi peningkatan kelokan-kelokan dikarenakan serat makanan memiliki
pembuluh darah sehingga motilitas kolon kemampuan mengikat air di dalam kolon
menjadi berkurang. Keadaan ini akan membuat volume feses menjadi lebih
menyebabkan absorpsi air dan elektrolit besar dan akan merangsang saraf pada
meningkat (pada kolon sudah tidak terjadi rektum sehingga menimbulkan keinginan
absorpsi makanan), feses menjadi lebih untuk defekasi. Dengan demikian feses
keras, sehingga keluhan sulit buang air lebih mudah dieliminir. Pengaruh nyata
besar merupakan keluhan yang sering yang telah dibuktikan dengan
didapat pada lansia.7 mengkonsumsi serat adalah
Pada umumnya konstipasi dianggap bertambahnya volume feses, melunakkan
sebagai hal yang biasa namun jika tidak konsistensi feses dan memperpendek
diatasi konstipasi dapat menimbulkan waktu transit di usus.13
situasi yang lebih serius seperti impaksi Asupan lemak ke dalam tubuh
(feses menjadi keras dan kering) dan berfungsi sebagai cadangan energy yang
obstruksi. Konstipasi kronis dapat disimpan di jaringan lemak. Lemak yang
mengakibatkan divertikulosis, kanker paling banyak dalam makanan adalah
kolon, dan terjadinya hemoroid.8 Kanker trigliserida yang tersusun dari sebuah inti
kolon terjadi karena konsistensi tinja yang gliserol dan tiga rantai panjang asam
keras memperlambat pengeluaran tinja lemak.14 15 Kebiasaan mengkonsumsi
sehingga bakteri memiliki waktu yang makanan tinggi lemak seperti fast food
cukup lama untuk memproduksi dan gorengan dapat mengakibatkan
karsinogen dan karsinogen yang terjadinya konstipasi.16 Sebab makanan
9
diproduksi menjadi lebih konsentrat. tersebut banyak mengandung sumber
Penyebab konstipasi pada lansia lemak, kolestrol yang tinggi dan rendah
bukan hanya dari penurunan fungsi organ serat.17
tubuh seperti sistem gastrointestinal tetapi Posisi yang salah saat buang air
dapat disebabkan oleh beberapa faktor besar dapat menyebabkan buang air
antara lain diet rendah serat, kurang besar menjadi sulit, rasa tidak tuntas, dan
minum, kebiasaan buang air besar yang membutuhkan usaha mengejan untuk
tidak teratur, kurang olahraga, dan mengeluarkan feses dimana jika hal
penggunaan obat-obatan.1 Selain itu tersebut tidak diatasi dapat menyebabkan
konstipasi juga dapat disebabkan oleh konstipasi. Posisi jongkok saat buang air
asupan serat, asupan cairan, aktivitas besar merupakan cara yang paling baik
fisik, stres, konsumsi kopi, konsumsi dibandingkan dengan posisi duduk. Ketika
minuman probiotik, dan posisi saat buang keinginan buang air besar muncul,
air besar.10 diafragma akan memberikan tekanan
Asupan serat yang kurang dapat yang kuat pada sisa-sisa pencernaan agar
menimbulkan konstipasi. Semakin sampai pada rektum.18 Hasil penelitian
tercukupi asupan serat maka frekuensi pada mahasiswi gizi menunjukkan bahwa
defekasi semakin normal yaitu diatas 3 konstipasi fungsional lebih banyak terjadi
kali dalam seminggu dan sebaliknya pada responden yang memiliki posisi
semakin tidak tercukupi asupan serat kurang baik atau posisi duduk pada saat
258
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
259
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
260
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
261
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
262
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sendi sebagai akibat tingginya kadar asam masih sedikit sehingga masih diperlukan
urat di dalam darah. lebih banyak kasus untuk membuktikan
Hubungan Asupan Serat dengan bahwa asupan lemak mempunyai
Konstipasi hubungan terhadap kejadian konstipasi
Berdasarkan hasil uji statistik Chi pada lansia. Selain itu penelitian lain
Square menunjukkan bahwa ada mengenai asupan lemak dengan
hubungan antara asupan serat dengan konstipasi juga belum pernah dilakukan
kejadian konstipasi, sedangkan hasil uji sehingga memerlukan penelitian lebih
Rank Spearman menunjukkan adanya lanjut untuk mengetahui hubungan asupan
hubungan antara asupan serat (gram) lemak dengan kejadian konstipasi.
dengan periode buang air besar (hari) dan Namun hasil uji statistik
nilai koefisien korelasinya yang negatif menggunakan Rank Spearman
menjelaskan bahwa semakin besar menunjukkan adanya hubungan antara
asupan serat semakin kecil periode buang asupan lemak (gram) dengan periode
air besar atau dapat dikatakan buang air buang air besar (hari) dan nilai koefisien
besarnya semakin sering. korelasi memiliki arah korelasi negatif
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang artinya semakin besar asupan lemak
penelitian yang dilakukan pada anak semakin sering periode buang air besar
sekolah dasar di Kota Bogor yang (hari). Oleh karena itu hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak sejalan dengan teori yang
yang signifikan antara asupan serat menyebutkan bahwa kebiasaan
dengan konsistensi feses (p = 0,016) mengkonsumsi makanan tinggi lemak
artinya semakin tercukupi asupan serat seperti fast food dan gorengan dapat
maka konsistensi feses semakin lembut, mengakibatkan terjadinya konstipasi
bervolume dan dapat dikeluarkan dengan sebab makanan tersebut banyak
lancar begitupula sebaliknya.11 mengandung sumber lemak dan kolesterol
Lansia yang mengalami konstipasi yang tinggi serta rendah serat.17 Faktor
sebagian besar dikarenakan asupan penyebab hasil penelitian tidak sejalan
seratnya kurang sebab sering tidak dengan teori kemungkinan dikarenakan
menghabiskan makanan yang telah responden yang asupan lemaknya tinggi
disediakan oleh pihak panti. Hasil seimbang dengan asupan serat dan
penelitian tersebut serupa dengan cairan yang diperlukan oleh tubuh
penelitian yang dilakukan pada lansia di sehingga frekuensi buang air besar
Panti Tresna Werdha Abdi Desa Cengkeh mereka menjadi sering.
Turi Kecamatan Binjai Utara Kabupaten Hubungan Posisi Buang Air Besar
Binjai yang menunjukkan bahwa lansia dengan Konstipasi
yang mengalami konstipasi (20,4%) Berdasarkan hasil uji statistik Chi
cenderung dikarenakan konsumsi serat Square menunjukkan bawa ada hubungan
yang tidak cukup. Hal ini terjadi karena antara posisi buang air besar dengan
lansia tidak menghabiskan makanannya kejadian konstipasi. Hasil penelitian ini
dengan alasan tidak menyukai makanan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
yang dihidangkan dan lebih senang untuk pada anak berusia 10-15 tahun yang
membeli jajanan yang cenderung tinggi menunjukkan adanya hubungan yang
karbohidrat dan lemak.25 bermakna antara posisi buang air besar
Hubungan Asupan Lemak dengan dengan kejadian konstipasi (p < 0,05).26
Konstipasi Penelitian ini serupa dengan studi
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan di Jepang dengan
menggunakan Chi Square menunjukkan pengukuran tekanan abdomen dan sudut
bahwa tidak ada hubungan antara asupan anorektal menggunakan video manometri
lemak dengan kejadian konstipasi pada pada tiga posisi saat buang air besar yaitu
lansia. Faktor yang dapat menjadi duduk, duduk dengan kaki membentuk
penyebab ketidakbermaknaan antara sudut 600 dan posisi jongkok menjelaskan
asupan lemak dengan kejadian konstipasi bahwa sudut rektoanal atau sudut yang
adalah jumlah kasus konstipasi yang terbentuk antara anus dan rektum pada
263
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
264
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Program Studi Gizi, Fakultas 22. Beck, Mary. Ilmu Gizi dan Diet
Kesehatan Masyarakat, 2013 Hubungannya dengan Penyakit-
11. Ambarita, Elyzzabeth Mayorga et al. Penyakit untuk Perawat dan Dokter.
Hubungan Asupan Serat Makanan dan Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica
Air dengan Pola Defekasi Anak (YEM), 2011
Sekolah Dasar di Kota Bogor. Jurnal 23. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9 (1) : 7- Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
14 Utama, 2003
12. Sari, Sri Kumala. Tingkat Pengetahuan 24. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Universitas Sumatera Utara tentang Utama, 2004
Pentingnya Serat untuk Mencegah 25. Sinurat, Drosif. Gambaran Konsumsi
Konstipasi Tahun 2009. Skripsi : Serat Serta Kaitannya Dengan
Fakultas Kedokteran, Universitas Penyakit dan Konstipasi Pada Lansia di
Sumatera Utara, 2009 Panti Tresna Werdha Abdi Desa
13. Kusharto CM. Serat Makanan dan Cengkeh Turi Kecamatn Binjai Utara
Peranannya bagi Kesehatan. Jurnal Kotamadya Binjai Tahun 2003. Skripsi :
Gizi dan Pangan,2006, 1(2), 45—54 Fakultas Kesehatan Masyarakat,
14. Guyton, Arthur C dan J.E.Hall.Buku Universitas Sumatera Utara, 2003
Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. 26. Tanjung, Fahrul Azmi. Hubungan Posisi
Penerjemah Irawati Setyawan, LMA Saat Buang Air Besar Dengan Kejadian
Ken Ariata T, Alex Santoso. Judul Asli Konstipasi Fungsional Pada Anak.
Medical Textbook Of Physiology. Tesis : Program Magister Kedokteran
Jakarta : EGC, 2007 Klinik – Spesialis Ilmu Kesehatan Anak,
15. Mayes, PA.Lipid yang Memiliki Makna Fakultas Kedokteran, Universitas
Fisiologis. In : Murray RK, Granner DK, Sumatera Utara. 2011
Mayes PA, Rodwell VW (eds). Biokimia 27. Sakakibara, Ryuji. Influence of Body
Harper edisi 25. Jakarta : EGC, 2003a, Position on Defecation in Humans.
pp 151-2 Lower Urinary Tract Symptoms 2.
16. Chhajer. Biman Constipation. New 2010 : 16 - 21
Delhi : Fusion Books, 2005
17. Khomsan, Ali et al. Pengantar Pangan
dan Gizi. Jakarta : Penebar
Swadaya,2004
18. Isbit, Jonathan.Health Benefits of the
Natural Squatting Position.
http://www.naturesplatform.com/health_
benefits.html (Diakses pada 9 Maret
2015), 2001
19. Tanjung, Fahrul Azmi. Hubungan Posisi
saat Buang Air Besar dengan Kejadian
Konstipasi Fungsional pada Anak.
Tesis. Program Magister Kedokteram
Klinik Spesialis Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, 2011
20. Richmond JP, Wright ME. Development
of a constipation risk assesment scale.
Elsevier. 2005; 9: 37-48
21. Kartono, Djoko dkk. Penyempurnaan
Kecukupan Gizi Untuk Orang
Indonesia dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi. Jakarta : Auditorium
LIPI, 2012
265