1. Perbandingan Strktur Satu Dewan dan Dua Dewan Struktur dewan dalam suatu perusahaan terbagi menjadi dua model yaitu, single-board system yang banyak digunakan di negara seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia sedangkan dual-board system banyak digunakan di negara Eropa dan termasuk juga di Indonesia. Dalam sistem single-board, terdapat satu board of director (BOD) yang terdiri dari direktur eksekutif dan non-eksekutif. Tugas dari direktur eksekutif ini bertanggungjawab dalam kegiatan perusahaan sehari-hari sedangkan tugas dari direktur non-eksekutif ialah ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan strategis perusahaan dan pengawasan terhadap tim eksekutif. Dual-board system terdiri dari dua dewan yaitu dewan pengawas atau disebut juga dewan komisaris dan dewan pelaksana atau disebut juga dewan direktur, dalam hal ini peran dari dewan komisaris dan dewan direktur dipisah secara jelas. Dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direktur. Dewan direktur bertugas untuk memimpin suatu lembaga perusahaan swasta, pemerintah, atau lembaga pendidikan. Kelebihan dari sistem satu dewan adalah pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat, seluruh anggota dewan mempunyai akses langsung mengenai informasi perusahaan sehingga seluruh dewan mengetahui seluruh kegiatan perusahaan. Kelemahan dari sistem satu dewan ialah tingkat ketergantungan yang tinggi pada CEO, tidak ada pemisah antara fungsi pengawasan dan pelaksanaan. Kelebihan dari sistem dua dewan adalah ada pemisahan antara fungsi pengawasan dan pelaksanaan. Sedangkan kelemahan dari sistem dua dewan ini ialah dewan komisaris tidak memiliki akses kepada seluruh informasi perusahaan sehingga sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh dewan direktur. Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua dewan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direktur yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas seusai dengan fungsinya masing-masing. Keduanya bertanggungjawab untu memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang, oleh karena itu, dewan komisaris dan direktur harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan. 2. Organ Korporat : RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”), Perseroan Terbatas memiliki 3 (tiga) organ penting , yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Ketiga organ ini mempunyai fungsi dan kewenangannya masing-masing, berikut penjabarannya: 1) RUPS RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan eksklusif yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Menurut Pasal 1 angka 4 UU PT, RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang- Undang ini dan/atau anggaran dasar. RUPS mempunyai kewenangan untuk ; Mengambil keputusan sesuai dengan ketentuan forum yang terdapat dalam UU PT. Mengubah anggaran dasar sesuai dengan ketentuan forum yang terdapat dalam UU PT. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan, pengajuan permohonan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran Perseroan sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UU PT. 2) Direksi Direksi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalankan perseroan sesuai dengan tujuan dan maksud di dirikannya perseroan. Direksi yang diangkat oleh perusahaan tidak harus memiliki kewarganegaraan Indonesia tetapi juga dapat memiliki kewarganegaraan asing. UU PT sendiri tidak mengatur mengenai ketentuan warga negara apa yang dapat menduduki jabatan direktur. Namun, dalam Pasal 46 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa “Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu”, sehingga dapat diartikan jika tenaga kerja asing boleh menjadi direktur suatu perusahaan kecuali untuk jabatan yang mengurusi atau berhubungan secara langsung dengan kepegawaian atau personalia seperti Direktur HRD. Direksi mempunyai kewenangan untuk menjalan pengurusan perusahaan dengan kebijakan yang dipandang tepat dan dengan batas yang ditentukan oleh Undang- Undang dan/atau anggaran dasar. Selain itu, direksi mempunyai kewajiban untuk; Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi Membuat laporan tahunan untuk disampaikan kepada RUPS. Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan Perseroan diatas dan dokumen Perseroan lainnya. 3) Komisaris Komisaris mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan pengursan, jalannya pengurusan pada umumnya kepada Perseroan ataupun usaha Perseroan kepada Direksi. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 108 UU PT. Komisaris yang melakukan pengawasan mempunyai beban tanggung jawab yang sama dengan Direksi. Kewajiban mengenai tugas komisaris terdapat dalam Pasal 116 UU PT; Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya Melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau keluarganya pada Perseroan dan Perseroan lain Memberikan laporan tentang tugas pengawsan yang telah dilakukan selama tahun buku kepada RUPS 3. Hubungan Antar Organ RUPS merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang dewan komisaris dan direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan termasuk untuk melakukan penggantian dan pemberhentian anggota. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dewan komisaris tidak boleh ikut serta dalam mengambil keputusan operasional perusahaan. Dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namum, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggungjawab bersama.
B. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Menurut OECD
Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam OECD terdapat 6 prinsip yang mengatur tentang corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut secara garis besar menjelaskan tentang kerangka kerja corporate governance, perlindungan atas hak-hak pemegang saham, perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham, peranan stakeholders dalam corporate governance, keterbukaan dan tranparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris. 1. Menjamin Kerangka Dasar CG yang Efektif Pada prinsip 1 ini menyatakan bahwa corporate governance harus mendorong terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sesuai dengan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggung jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan hukum. Prinsip 1 OECD ini secara lebih jelas membahas 4 subprinsip: 1) Kerangka corporate governance harus dikembangkan dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian secara keseluruhan, integritas pasar dan insentif yang tercipta bagi pelaku pasar serta meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar. 2) Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan corporate governance harus sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku, transparan dan dapat di tegakkan. 3) Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat telah terpenuhi. 4) Otoritas dalam pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum harus memiliki kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan tugasnya secara profesional dan objektif. Selanjutnya, keputusan-keputusannya harus tepat waktu, transparan, dan jelas. 2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan Saham Prinsip ini menyatakan bahwa kerangka tata kelola korporat harus melindungi dan memfalitasi pelaksanaan hal-hak pemegang saham. Hal ini terutama mengingat pemegang saham suatu perusahaan public memiliki hak-hak khusus seperti saham tersebut dapat dibeli, dijual ataupun ditransfer tanpa halangan. Pemegang saham tersebut juga berhak atas keuntungan perusahaan sebesar porsi kepemilikannya. Selain itu pemegang saham mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang relevan dan mempunyai hak untuk mempengaruhi jalannya perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Prinsip ini diperlukan untuk mengatasi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan. Dengan dilaksanakannya prinsip lain maka kecil kemungkinan manajemen dapat melaksanakan tindakan menguntungkan dirinya dan merugikan perusahaan. 3. Perlakuan yang Adil terhadap Pemegang Saham Prinsip ke 3 ini menekankan bahwa perlu adanya perlakuan yang sama kepada seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk menuntut atas pelanggaran hak-hak mereka. Prinsip ini dibagi atas 3 sub prinsip. Pertama, perlakuan yang sama antara pemegang saham dalam kelas saham yang sama. Kedua, larangan transaksi orang dalam dan perdagangan tutup sendiri yang merugikan pihak lain. Ketiga, kewajiban dari komisaris, direksi dan manajemen kunci untuk mengungkapkan kepentingannya kepada dewan komisaris jika baik langsung maupun tidak langsung atau atas nama pihak ketiga mempunyai kepentingan yang material dalam suatu transaksi atau suatu hal yang mempengaruhi perusahaan. 4. Peranan Pemangku Kepentingan dalam Corporate Governance Kerangka corporate governance harus mengakui hak stakeholders yang dicakup oleh perundang-undangan atau perjanjian dan mendukung secara aktif kerjasama antara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang bekesinambungan dari kondisi keuangan perusahaan yang dapat diandalkan. Pertama-tama, hak-hak pemangku kepentingan yang dicakup dalam perundang-undangan atau perjanjian harus dihormati. Jika kepentingan stakeholder dilindungi oleh undang-undang, maka stakeholders seharusnya memiliki kesempatan untuk menuntut secara efektif atas hak-hak yang dilanggar. Mekanisme peningkatan kinerja bagi partisipasi karyawan harus diperkenankan untuk berkembang. Jika stakeholders berpartisipasi dalam proses corporate governance, maka stakeholder harus memiliki akses atas informasi yang relevan, memadai dan dapat diandalkan secara tepat waktu dan berkala. Stakeholders termasuk didalamnya individu karyawan dan serikat karyawan, seharusnya dapat secara bebas mengkomunikasikan kepedulian mereka terhadap praktik ilegal atau tidak etis kepada dewan, dan tindakan tersebut seharusnya tidak merpengaruhi hak-hak mereka. Terakhir, kerangka corporate governance harus dilengkapi dengan kerangka insolvency yang efisien dan efektif serta penegakan hukum yang efektif atas hak-hak kreditur. 5. Keterbukaan dan Transparansi Kerangka kerja corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi yang tepat waktu dan akurat dilakukan atas semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Keterbukaan yang dimaksud harus meliputi, namun tidak terbatas pada informasi material atas: keuangan dan hasil operasi perusahaan, tujuan perusahaan, kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan pihak terkait, faktor-faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting berkaitan dengan karyawan dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan kebijakan tata kelola khususnya berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola perusahaan dan penerapannya. Selain itu informasi harus disajikan dan diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi yang berkualitas tinggi dan keterbukaan keuangan dan non-keuangan. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor yang independen, kompeten dan memenuhi kualifikasi, dalam rangka menyediakan jaminan/kepastian eksternal dan objektif kepada pengurus dan pemegang saham bahwa laporan keuangan perusahaan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan melaksanakan tugasnya terhadap perusahaan dengan menjaga/secara profesional selama melakukan audit. Sementara itu media penyebaran informasi harus memberikan akses informasi yang relevan bagi pengguna secara sama, tepat waktu dan biaya yang efisien. Selanjutnya kerangka corporate governance harus mengarah dan mendorong terciptanya ketentuan mengenai analisa atau saran dari analis, pedagang perantara efek, pemeringkat dan pihak lainnya yang relevan dengan keputusan investor, tidak mengandung benturan kepentingan yang material yang mungkin mempengaruhi integritas analisa atau saran yang diberikan. 6. Tanggung Jawab Dewan Kerangka kerja corporate governance harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham. 1) Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad yang baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham. 2) Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang saham secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan harus memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil. 3) Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan. 4) Fungsi-fungsi utama harus dimiliki oleh suatu dewan. 5) Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen dalam melakukan pengurusan perusahaan. 6) Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. C. Manfaat Tata Kelola bagi Korporat dan Lingkungan 1. Meningkatkan kualitas kerja para karyawan Dengan adanya good corporate governance, maka kondisi lingkungan pekerjaan akan menjadi lebih baik. Bertambah baiknya lingkungan dan suasana dari lingkungan pekerjaan, maka karyawan akan merasa lebih dihargai dalam pekerjaannya. Hal ini akan bermanfaat pada lebih baiknya dan meningkatnya kualitas kerja yang dilakukan oleh para karyawan. Karyawan bisa merasa nyaman dan senang dalam bekerja di perusahaan yang menerapkan good corporate governance tersebut. 2. Meningkatkan keterikatan kerja para karyawan Kualitas pekerjaan dari para karyawannya bertambah dan juga kondisi dari lingkungan pekerjaan yang membuat nyaman, maka karyawan pun akan memiliki keterikatan kerja yang baik dengan perusahaannya. Hal ini akan berdampak pada perusahaan yang tidak perlu repot dalam mengevaluasi hasil kerja dari para karyawannya. Karena dengan meningkatnya keterikatan kerja dari para karyawan, maka hasil pekerjaan pun akan menjadi lebih baik dan juga lebih fokus. 3. Meningkatkan kinerja perusahaan Manfaat GCG yang berdampak pada kualitas pekerjaan pada karyawan, maka hal ini akan berdampak langsung pada kinerja keseluruhan dari perusahaan tersebut. Good corporate governance dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan dari karyawan, dan juga akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja keseluruhan dari perusahaan itu sendiri. 4. Neraca perusahaan yang lebih baik Dengan meningkatnya kondisi kualitas pekerjaan dari karyawan dan juga meningkatnya kinerja dari perusahaan secara keseluruhan, maka hal ini juga akan berdampak pada kondisi neraca keuangan dari perusahaan yang akan menjadi lebih baik dan mengarah kea rah yang positif. Itu artinya, kemungkinan perusahaan merugi resikonya akn menjadi lebih kecil, dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan good corporate governance. 5. Penggunaan sumber daya yang lebih efektif Selain itu manfaat GCG bagi perusahaan yang diterapkan , pengelolaan dan penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efektif. Perusahaan hanya akan menaruh karyawan yang sesuai dengan kemampuannya. Hal ini tidak terjadi tumpang tindih tugas yang menagkibatkan kekacauan pada tubuh perusahaan tersebut. 6. Dapat mencegah munculnya KKN KKN atau yang sering kita kenal dengan istilah korupsi, kolusi dan nepotisme merupakan salah satu faktor penghambat dari kemajuan suatu perusahaan. Dengan adanya KKN pada suatu perusahaan dapat menyebabkan : Perusahaan menjadi rugi Penempatan sumber daya yang tidak pas dan tidak efektif Bangkrut Terjerat kasus hukum Dengan menerapkan prinsip dan konsep dari good corporate governance ini, maka KKN yang sering terjadi pada perusahaan dapat dikrangi dan ditekan jumlahnya. 7. Suasana lingkungan bekerja yang lebih baik Manfaat Good corporate governance juga berguna untuk meningkatkan lingkungan bekerja menjadi lebih baik. Setiap karyawan akan merasa dihargai dan membuat mereka akan merasa betah. Dengan begitu, penerapan good corporate governance akan menyebabkan lingkungan pekerjaan darikaryawan menjadi lebih baik. 8. Mencegah terjadinya turnover pada karyawan Turnover merupakan istilah lain untuk pindah kerja pada karyawan. Sering sekali kita mendengan ada istilah karyawan yang tidak betah, baru 1 – 2 tahun bekerja sudah ingin berhenti dan pindah dari pekerjaannya. Tentu saja hal ini dapat merugikan pihak perusahaan. Namun demikian, dengan penerapan konsep good corporate governance, intensi karyawan dalam melakukan turnover ini dapat ditekan dan diminamilisir. Hal ini karena good corporate governance dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dan membuat karyawan menjadi lebih betah berapa dalam perusahaan tersebut. 9. Melindungi hak para pemegang saham Manfaat GCG bagi perusahaan dalam konsep ini dapat melindungi hak dan kepentingan dari para pemegang saham perusahaan. Dengan adanya good corporate governance, maka kepentingan dan juga hak dari pemegang saham untuk menjalankan tugasnya menjadi lebih optimal, sehingga para pemegang saham dapat menciptakan kebijakaan – kebijakan yang nantinya akan bermanfaat bagi perusahaan dan karyawannya. 10. Meningkatkan nilai perusahaan dan menarik investor Suatu perusahaan yang menerapkan good corporate governance dengan bak dan optimal akan memiliki suasana dan kualitas pekerjaan yang baik. Selain itu good corporate governance juga dapat berpengaruh pada kondisi neraca keuangan perusahaan. Hal ini akan menjadi nilai tambah dari suatu perusahaan di mata para investor. Para investor akan lebih tertarik untuk menanamkan saham pada perusahaan yang memiliki kualitas dan suasana bekerja yang baik serta neraca keuangan yang positif. 11. Hubungan antar perangkat perusahaan yang lebih baik Biasanya beberapa karyawan terutama bawahan seringkali merasa takut apabila berhadapan dengan atasannya. Namun, dengan penerapan good corporate governance secara tepat, hal ini tidak akan tejadi. Hubungan antara perangkat perusahaan, baik horizontal maupun vertical akan menjadi lebih harmonis.