1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan saat ini. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki

kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa.

Berbagai program telah dibuat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan

pada anak. Dengan keberhasilan berbagai program yang dilakukan menyebabkan

pergeseran pola penyakit pada anak. Prevalensi penyakit menular pada anak

mengalami penurunan akibat berhasilnya program yang telah dilakukan oleh

pemerintah, sementara itu penyakit yang sifatnya diturunkan atau genetik

cenderung meningkat, seperti penyakit kelainan darah (Prawirohardjo, 2010)

Berbagai penyakit kelainan darah merupakan penyakit yang relaif sulit

untuk dihindari. Terlebih pengetahuan tentang penyakit ini belum merata hingga

ke daerah. Begitu juga dengan penyakit thalassemia. World Heatlh

Organization (WHO) menyatakan, sekitar 5% dari seluruh populasi di dunia

adalah karier talasemia. United Nations International Children’s Emergency

Fund (UNICEF) memperkirakan sekitar 29,7 juta pembawa talasemia-β berada di

India dan sekitar 10.000 bayi lahir dengan talasemia-β mayor. Jumlah penderita

1
 2

talasemia di Yayasan Talasemia Indonesia cabang Banyumas terus meningkat,

pada tahun 2008 terdapat 44 penderita, pada tahun 2009 meningkat 32,3%

menjadi 65 penderita. Pada tahun 2010, penderita talasemia meningkat lagi

53,85% menjadi 100 penderita dan tahun 2011 meningkat menjadi 63% (Rejeki.

dkk, 2012)

Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif. Secara nolekuler thalasemia dibedakan atas thalasemia

alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas thalasemia mayor dan minor

(Mansyur, 2012)

Pasien thalassemia umumnya menunjukkan gejala klinis yang berat,

berupa anemia, hepatosplenomegali, pertumbuhan yang terhambat dan gizi

kurang sampai gizi buruk. Pasien thalassemia memerlukan transfusi darah

terusmenerus. Gejala anemia bahkan sudah dapat terlihat pada usia kurang dari

satu tahun. Bentuk heterozigot biasanya secara klinis sukar dikenal karena tidak

memperlihatkan gejala klinis yang nyata dan umumnya tidak memerlukan

pengobatan. Gangguan pertumbuhan pada penderita thalassemia disebabkan oleh

banyak faktor, antara lain faktor hormonal akibat hemokromatosis pada kelenjar

endokrin, hipoksia jaringan akibat anemia, serta adanya defisiensi mikronutrien

terutama defisiensi seng. Faktor lain yang berperan pada pertumbuhan penderita

thalassemia adalah faktor genetik dan lingkungan. Nutrisi merupakan faktor

lingkungan yang panting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beratnya

 3

anemia dan hepatosplenomegali menyebabkan nafsu makan menurun, sehingga

asupan makanan berkurang, berakibat terjadinya gangguan gizi (Ariyanti, 2012)

Beredasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengangkat

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan masalah gangguan tumbuh

kembang pada kasus thalasemia diruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

“.

1.2 Ruang Lingkup

Dalam ruang lingkup ini penulis hanya akan membahas Konsep Teori

Thalasemia dan Konsep Asuhan keperawatan Thalasemia dengan Masalah

Gangguan Tumbuh Kembang di Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan meliputi tujuan umum dan khusus

1.3.1. Tujuan Umum

Dapat menjelaskan konsep teori dan Konsep Asuhan keperawatan

Thalasemia dengan Masalah Gangguan Tumbuh Kembang

1.3.2. Tujuan khusus

a. Menjeaskan konsep teori tentang Thalasemia

b. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan dengan prioritas masalah

gangguan tumbuh kembang

 4

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

metode deskriptif yang menjelaskan konsep teori thalasemia dan konsep asuhan

kepeawatan thalasemia.