You are on page 1of 6

ENTERITIS PADA SAPI PERAH DARA

 Pendahuluan
Penyakit enteritis merupakan penyakit radang pada usus yang
banyak terjadi di peternakan, terutama di peternakan rakyat

 Anamnesa
Sapi perah dara umur sekitar 7 bulan, badan sedang, kulit tidak
kusam, diare berlangsung selama satu hari

 Gejala klinis
 Diare selama sehari, tidak terdapat darah
 Makan masih mau
 Makan makanan penguaat masih mau
 Suhu badan 39, 5 C

 Penanganan dan terapi


 Penagganan yang dilkukan berupa pemberian antibiotika
golongan oksitetrasiklin dengan merk dagang VETOKSI- Sb
dengan dosis 5 ml
 Terapi suportif di berikan Biosan TP injeksi sebanyak 5 ml

 Hasil
 Setelah pengobatan yang dilakuakan sapi mengalami perbaikan
kondisi dimana 2 hari kemudian sudah tidak diare lagi.

 Peresepan
 R/ inj vetoxy sb vial no I
R/ inj biosan vial no I
S. I.m.m

 Kesimpulan
 Pegobatan yang dilakukan pada sapi perah dara yang mengalami
enteritis memberikanhasil yang optimal hewan sembuh dalam
dua hari.
KERACUNAN SIANIDA PADA SAPI POTONG PAK KECIK

 Pendahuluan
Zat anti nutrisi banyak kita temukan pada pakan ternak diantaranya
adalah sianida yang banyak terkandung dalam daun singkong

 Anamesa
 Pada bulan november sapi betiana umur 4 tahun tidak mau
makan, tidak terjadi pengeluaran fefes, suhu tubuh normal
 Pada bulan desember sapi sering mengalami jatuh secara, tiba –
tiba nafsu makan baik , kondisi tubuh normal cenderung gemuk

 Gejala klinis
 Sapi tiba- tiba jatuh dalam waktu yang tidak dapat ditentukan
 Dapat bangun dengan sendirinya tetapi lama

 Penanganan dan terapi


 Penanganan dilakukan dengan cara mebuat sapi dalam posisi
duduk dan ditempatkan pada kondisi yang kering
 Terapi yang dilakukan dengan memberikan histami dan biosan
sebai terapi suportif

 Hasil
 Dari terapi yang dilakukan tidak memberikan perbaikan tetap
sapi tiba tiban jatuh hal ini mungkin disebabkan karena
kerusakan sel pada jaringan otak susah terlalu parah

 Kesimpulan
Kerusakan yang terjadi pada syaraf pusat sudah terlalu parah dan
banyak mengakibatkan gejala kejang intermiten
RETENSIO SEKUNDINARUM PADA SAPI POTONG MILIK PAK
HORIK

 Pendahuluan
 Pada peristiwa kelahiran yang normal, selaput foetus akan keluar
dalam waktu 1- 2 jam pengeluran sekundinae yang melebihi dari
waktu tersebut dianggap sebagai keadaan yang tidak normal.

 Anamnesa
 Sapi betina habis beranak, makan mau, minum mau , sering
merejan

 Gejala klinis
 Sapi merejan, terdapat adanya sekundiinae pada vulva

 Penaganan dan terapi


 Penanganan sekundinae di keluarkan secara manual dengan
tangan yang sudah kita cuci memakai antiseptik.
 Sekundinae di keluarkan dengan cara melepas dari karannkula
pada uterus.
 Terapi yang dilakukan pemberian bolus colibact 2 biji intrauterin
dan pemberian vitamin biosan

 Peresepan
 R/ inj biodin vial 100 ml no I
S .i.m.m
R/Sulfadiazine 1000 mg
Trimetroprim 200 mg
m.f.l. Bolus
S

 Hasil
 Setelah dua hari dilakukan pengecekan sapi tidak menunjukkan
gejala merejan ataupun megelurkan leleran pada vulva

 Kesimpulan
 Penaganan dan terapi yang dilakukan memberikan hasil yang
optimal hewan sembuh dalam waktu 2 hari hewan sudah tidak
merejan lagi.
MILK FIVER PADA SAPI PERAH MILIK PAK SRIAWAN

 Pendahuluan
 Salah satu penyakit metabolik yang sering terjadi pada sapi perah
yang baru saja melahirkan adalah milk fiver

 Anamnesa
 Sapi perah habis melahirkan kurang lebih sehari, tidak dapat
berdiri , makan rumput, konsentrat,

 Gejala klinis
 Produksi susu kurang lebih 15 liter
 Suhu tubuh 41C
 Nafsu makan menurun
 Tidak dapat berdiri
 Ekspresi muka masih cerah

 Penaganan dan terapi


 Sapi dibawa ke tempat yang tidak licin dengan menggunakan
terpal.
 Sapi diposisikan duduk( nderu )
 Injeksi Calcidek plus dan biosan TP

 Peresepan
 R/inj Biosan Tp vial 100 ml no I
Calcidek Plus 10 ml no I
S.i.m.m

 Hasil
 Setelah dilakukan injeksi secara intravena pada vena jugularis,
sekitar satu jam sapi sudah mampu bagun meskipun dalam
keaadan tremor.

 Kesimpulan
 Kejadian milk fiver bila dilakukan pertolongan dengan cepat akan
memberikan kesembuhan yang berlangsung cepat. Namun hal
tersebut berlangsung sebaliknya bila pertolongan lambat akan
memberikan hasil yang kurang baik dan cenderung gagal dan
tidak memberikan kesembuhan.
KASTRASI PADA ANJING KAMPUNG
BRUNO
DI KLINIK HEWAN DOKTER RUDI

 Signalemen
 Anjing kampung
 Jantan
 Umur kurang lebih satu tahun
 Warna bulu hitam dan belang putih.

 Premedikasi dan anastesi


 Anastesi yang dilakukan menggunakan ketamin
 Acp dan atropin diberikan sebagai premedikasi.

 Proses pembedahan
 Kastrasi yang dilakukan menggunkan metoda terbuka dengan
membuka semua jaringan termasuk tunica vaginalis
 Spermatid cord di buang, sebelum dibuang dilakukan ligasi
terlebih dahulu, dengan cut gat chromic, pemotongan spermatid
cord pada daerah yang dekat dengan testis.

 Hasil
 Dengan kastrasi yang terbuka yang dilakukan ada kemungkinan akan
menyebabkan adanya hernia skrotali karena tunica vaginalis terbuka
 Tekhnik jahit yang digunakan adalah menerus sederhana hasil yang
didapat jahitan kuat dan tidak miudah jebol

 Kesimpulan
 Kastrasi adalah suatu cara untuk membuang testis pada hewan
jantan, cara yang dilakukan dapat berupa cara terbuka dan ter
tutup cara tertutup banyak dilakukabn pada hewan hewan yang
masih kecil.
MASTITIS PADA ANJING

 Mastitis pada anjing pom di klinik 911

 Pendahuluan
 Radang pada ambing merupakan penyakit yang sulit untuk di
sembuhkan secara total hal ini dikarenakan apabila sudah parah
akan merusak jaringan pada ambing dan sangat sulit untuk
dipulihkan

 Anamnesa
 Anjing pom usia 3 tahun
 Makanan dog food
 Suhu badan normal
 Nafsu makan baik
 Pada pemeriksaan pada ambing sakit bila di pegang, merah
meradang

 Gejala klinis
 Ambing bengkak dan memerah
 Sakit bila di pegang

TERAPI DAN PENANGANAN

 Kesimpulan
 Mastitis merupakan sdalah satu penyakit kronis pada ambing
yang sangat sulit untuk di sembuhkan, kebanyakan mastitis
disebabkan oleh infeksi dari bakteri staphylococcus atau E. coli

You might also like