You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu
berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan
pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prinsip, argumen, kesimpulan, isu, pernyataan,
keyakinan, dan aktivitas (Bandman dan Bandman, 1988)
Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam
setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan proses berpikir, oleh karena itu
sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir secara umum. Pemikir kritis dalam praktik
keperawatan adalah seseorang yang mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis,
menerapkan standar, mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan
melakukan transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan kebiasaan-
kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif, kreatif, fleksibel, integritas
intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi, inquisitiviness, dan perseverance.
Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan pada prinsipnya
merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan (feeling), dan melakukan (doing).
Mengingat profesi perawat merupakan profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia,
maka dalam menjalankan aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling,
dan doing secara konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir dengan
menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya, menangani perubahan yang
berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan penting.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari berpikir kritis dalam keperawatan?
2. Apa yang melatar belakangi berpikir kritis dalam keperawatan?
3. Apa karakteristik dari berpikir kritis?
4. Bagaimana cara berpikir kritis yang baik?
5. Apa sajalah model dari berpikir kritis?
1.3. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui cara berpikir kritis dalam keperawatan.
2. Untuk menyusun kriteria hasil untuk berpikir kritis dan evaluasi dalam keperawatan.
3. Rencana intervensi yang spesifik dan untuk melaksanakan berpikir kritis dalam
menangani klien.
4. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.
5. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi.
Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi.
Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir dapat berubah setiap hari hari atau bahkan
setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan
keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga
untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu
seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.
Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin telah berpikir,
“apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?” “apakah saya harus berbaring di
tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah saya harus menggunakan stabilo atau saya hanya
membaca saja?” anda memikirkan jawabannya untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda
memikirkan jawaban tersebut? Apakah anda mengingat perkataan guru anda bahwa konsentrasi
akan meningkat jika anda duduk dekat meja? Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena
anda selalu berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda mempertimbangkan
semua pilihan dan berpikir mengenai keuntungan dan kerugiannya sebelum memutuskan model
belajar yang anda gunakan?
Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang berbeda. Anda
mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi belajar dilihat sebagai suatu masalah
yang harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau
berbeda, seperti membaca sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua
tindakan yang anda lakukan memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran sama. Jika anda
seperti sebagian besar masyarakat, anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan
tentang cara berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan cara
berpikir adalah hal penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda memahami cara
berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan memelihara cara berpikir anda dalam
keperawatan.
Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana perawat mampu
berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk menganalisis proses berpikir.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam mempertanggung
jawabkan profesionalisme dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.

2.2. Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya,
menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membu at
kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving dengan melakukan sesuatu pemecahan
masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klein. Penerapan berpikik kritis dalam proses
keperawatan diintregrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan dan digunakan untuk
pengkajian rumusan diaknusis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
A. Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang informasi apa yang
dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan, berpikir tentang kesesuaian
informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian dan
mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap masalah kesehatan
klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat untuk mengatasi masalah secara
mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan bekerja sama secara interdisiplin, serta
perlu/tidaknya perawatan klien yang harus dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian,
berpikir kritis pada tahap pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.
Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan yang paling
kritis, karena harus menentukan masalah dan argumentasi secara rasional. Oleh karena itu, perlu
dilatih sehingga lebih tajam dalam mengidentifikasi masalah.
B. Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan
Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil
untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di
mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja
dengan klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal yang paling prioritas,
begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian tujuannya.
C. Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi
Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam
menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat
keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan
untuk membantu mencapai tujuan dalam perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan
pikiran tentang apa yang harus dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana intervensi
keperawatan itu dilakukan.
D. Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi
Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di mana perawat
harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien, dan memutuskan
apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons
klien setelah beberapa tindakan keperawatan dilakukan. Bekerja sama dengan klien dalam rangka
evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan model konsep total recall.

2.3. Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan konseptualisasi
merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan
disimpan di dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan (reasonable)
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat
dari fakta atau fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam
berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data
dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu menguji
apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain, dengan
menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.
5. Kemandirian Berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara benar, dan dapat dipercaya.
6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif
Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk mencipta
berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.
7. Berpikir Adil dan Terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan
menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh kesabaran dan kemauan,
kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi mengapa memilih dan memutuskan seperti
itu.
8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

2.4. Cara Berpikir Kritis Yang Baik


A. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)
1. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.
2. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
3. Memilih informasi yang relevan.
4. Merumuskan /memformulasikan masalah.
B. Menilai informasi yang relevan
1. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.
2. Mengecek konsistensi.
3. Mengidentifikasi asumsi.
4. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.
5. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.
6. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.
C. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan
1. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.
2. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
masalah/kesimpulan yang diambil.

2.5. Model dari Berpikir Kritis


Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:
1. Ingatan Total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana cara
untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau pikiran,
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang
kompleks. Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa
berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
2. Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat
alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala
hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan
sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya
tidak jelas, ini adalah proses intuitif. Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam
diri”. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”,
yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.
3. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu
yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini
dalam situasi sosial, anda akan disebut “terlalu memaksa”. Penyelidikan termasuk menggali
dan mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu.
Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor
yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun
hal tersebut tampak tidak bermakna.
4. Ide baru dan Kreativitas (N)
Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide
baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan
yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang
dipelajari perawat yang harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk
menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
5. Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)
Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi
bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran
disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan, “meta”, yang berarti “diantara
atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti “proses mengetahui”. Apabila anda
berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui bagaimana Anda berpikir.
Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar
kita “hanya berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan bagaimana
kita berpikir.

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan. Berpikir
kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi, prisip, argumen, kesimpulan,
isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy dan PNI
mempunyai kerangka berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara
koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi secara holistis dari stresor yang
didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai stimulus terhadap stres (sakit) yang berperan
memperbaiki jenis koping (cognator) individu melalui proses pembelajaran. Perbaikan respons
cognator berpengaruh terhadap sistem hormonal yang dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis
mempunyai efek terhadap respons imunitas (Th) dalam Roy disebut regulator.

3.2. Saran
Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas dalam
pembahasan “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”. apabila ada kekeliruan atau tidak
jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada kekurangan dari materi
ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki makalah ini.terimakasih.

Daftar Pustaka
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
Medika.
Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rubenfeld, M, Gaie. 2010. Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis Kompetensi.
Jakarta:EGC

You might also like