Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………… 1
BAB I BILANGAN
A. Konsep Bilangan .................................................................................... 2
B. Sistem Numerasi Bilangan ..................................................................... 2
C. Macam – Macam Bilangan ………............................................................ 3
BAB II BILANGAN BULAT DAN OPERASI HITUNG PADA BILANGAN BULAT
A. Pengertian Bilangan Bulat ......................................................................... 5
B. Penjumlahan Bilangan Bulat ..................................................................... 5
C. Pengurangan Bilangan bulat ..................................................................... 9
D. Perkalian Bilangan Bulat ............................................................................ 11
E. Pembagian Bilangan Bulat ......................................................................... 14
BAB III BILANGAN PECAHAN DAN OPERASI HITUNG PADA BILANGAN
PECAHAN
A. Pengertian Bilangan Pecahan …….............................................................. 17
B. Bilangan Pecahan Senilai ........................................................................... 19
C. Bilangan Pecahan Murni, Senama dan Campuran ……............................... 20
D. Penjumlahan dan Pengurangam Bilangan Pecahan .................................. 20
E. Perkalian Bilangan Pecahan ...................................................................... 22
F. Pembagian Bilangan Pecahan ................................................................... 24
G. Pecahan desimal ....................................................................................... 27
BAB IV PERSEN, PERBANDINGAN, dan SKALA
A. Persen ....................................................................................................... 31
B. Perbandingan ............................................................................................ 32
C. Skala .......................................................................................................... 33
BAB V FPB dan KPK
A. FPB ............................................................................................................ 35
B. KPK............................................................................................................. 37
TAUTAN SUMBER PENUNJANG PEMBELAJARAN ……………………………………………… 38
RANGKUMAN ………………………………………………………………………………………………….… 39
Capaian Pembelajaran:
1. Menguasai materi pelajaran Matematika secara luas dan mendalam meliputi
menganalisis kompetensi (capaian pembelajaran) sebagai dasar pemilihan materi dan
menerapkan serta mengevaluasi materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks).
2. Menguasai teori, aplikasi, pendekatan, teknik, atau metode keilmuan, teknologi, atau
seni yang relevan dengan pembelajaran matematika.
PENDAHULUAN
BAB I BILANGAN
A. Konsep Bilangan
Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak didefinisikan (underfined
term). Bilangan merupakan suatu konsep yang abstrak, bukan simbol, bukan pula angka.
Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa diartikan sebagai jumlah atau banyaknya atau
urutan sesuatu atau bagian dari suatu keseluruhan. Bilangan merupakan konsep yang
bastrak, bukan simbol, dan bukan angka. Tanda-tanda yang sering ditemukan bukan
suatu bilangan tetapi merupakan lambang bilangan. Lambang bilangan biasa disebut
dengan angka.
C. Macam-Macam Bilangan
a. Bilangan kardinal
Bilangan kardinal menyatakan hasil membilang (berkaitan dengan
pertanyaan berapa banyak). Bilangan kardinal juga digunakan untuk
menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
g. Bilangan bulat
Himpunan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan asli dengan
lawannya dan juga bilangan nol disebut himpunan bilangan bulat.
Himpunan bilangan bulat = {...,-3,-2,-1,0,1,2,3,...}
h. Bilangan rasional
𝑎
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk ,
𝑏
BAB II
BILANGAN BULAT DAN OPERASI HITUNG PADA BILANGAN BULAT
Pada gambar yang lain mengilustrasikan 32 + 51, dimana nilai tempat puluhan
diwakili oleh stik dan nilai tempat satuan diwakili oleh noktah. Pada ilustrasi
tersebut memperlihatkan bahwa untuk menjumlahkan, maka jumlahkanlah
sesuai dengan nilai tempat yang sama, yaitu nilai tempat puluhan dengan
puluhan (30 + 50) dan nilai tempat satuan dengan nilai tempat satuan (2 + 1).
Sehingga nilai akhirnya adalah 83.
Pada contoh di atas bilangan bulat positif dilambangkan dengan koin berwarna
hitam, dan bilangan bulat negatif dilambangkan dengan koin berwarna merah.
Dengan catatan ketentuan bahwa pada saat koin berbeda warna digabungkan
akan bernilai netral atau 0.
Untuk gambar (a) mengilustrasikan 3 koin hitam digabungkan dengan 1 koin
hitam sehingga menjadi 4 koin hitam, atau 3 + 1 = 4.
Untuk gambar (b) mengilustrasikan 2 koin merah akan digabungan dengan 1
koin merah sehingga menjadi 3 koin merah, atau (-2) + (-1) = (-3).
Pada gambar (c) mengilustrasikan 3 koin hitam digabungkan dengan 4 koin
merah (ketentuan menyebutkan bahwa pada saat koin berbeda warna
digabungkan akan bernilai 0), sehingga hanya menyisakan 1 koin merah, atau 3
+ (-4) = -1.
2. Garis bilangan
Seperti pada penjumlahan bilangan yang lain, pada penjumlahan bilangan bulat
dapat diilustrasikan sebagai perpindahan sepanjang garis bilangan. Suatu
bilangan bulat positif menggambarkan gerakan ke arah kanan, sedangkan
bilangan bulat negatif menggambarkan gerakan ke arah kiri, dan operasi hitung
penjumlahan diilustrasikan dengan langkah maju.
Perhatikan ilustrasi gambar berikut ini:
Pada gambar (a) untuk mengilustrasikan 3 + 1, maka dari titik 0 akan bergerak ke
arah kanan 3 langkah, kemudian bergerak maju lagi 1 langkah, sehingga akan
berakhir di titik 4, atau 3 + 1 = 4.
Pada gambar (b) untuk mengilustrasikan (-2) + (-1), dari titik 0 akan bergerak
maju ke arah kiri 2 langkah, kemudian bergerak maju lagi (tetap ke arah kiri) 1
langkah, sehingga akan berakhir di titik -3, atau (-2) + (-1) = -3.
Pada gambar (c) untuk mengilustrasikan 3 + (-4), dari titik 0 bergerak maju ke
arah kanan 3 langkah kemudian bergerak maju ke arah kiri (berbalik arah)
sebanyak 4 langkah, sehingga akan berakhir di titik -1, atau 3 + (-4) = -1.
Untuk contoh pengembangan lembar kerja pada materi operasi bilangan bulat
dapat dilihat pada materi penunjang.
es krim ataupun stik lidi. Satu ikat besar lidi melambangkan nilai tempat
puluhan, dan satu lidi melambangkan nilai tempat satuan. Untuk
mengilustrasikan 53 – 29, maka terdapat 5 ikat besar lidi dan 3 lidi satuan, dari
kumpulan lidi tersebut akan diminta 2 ikat besar lidi dan 9 lidi satuan. Untuk
memudahkan 1 ikat besar lidi satuan akan dipecah menjadi 10 lidi satuan,
sehingga menjadi 4 ikat lidi besar dan 13 lidi satuan. Setelah diminta maka akan
tersisa 2 ikat besar lidi dan 4 lidi satuan atau 53 – 29 = 24.
Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif diilustrasikan
oleh gambar berikut ini:
Pada gambar tersebut bilangan positif diwakilkan oleh koin berwarna hitam, dan
bilangan negatif diwakilkan oleh koin berwarna merah.
Gambar (a) mengilustrasikan terdapat 6 koin hitam kemudian akan diambil 2
koin hitam, sehingga sisa koin hitam adalah 4 koin hitam, atau 6 – 2 = 4.
Gambar (b) mengilustrasikan terdapat 4 koin merah kemudian akan diambil 1
koin merah, sehingga sisa koin merah adalah 3 koin, atau (-4) – (-1) = (-3).
Gambar (c) mengilustrasikan terdapat 2 koin hitam, tetapi akan diambil 5 koin
hitam. Karena koin hitam tidak mencukupi maka akan disediakan lagi 3 koin
hitam, dan agar bernilai netral maka juga disediakan 3 koin merah. Sehingga sisa
koinnya adalah 3 koin merah, atau 2 – 5 = -3.
Pada operasi hitung pengurangan berlaku definisi:
Misalkan a dan b bilangan bulat. a – b adalah sebuah bilangan bulat c yang
bersifat b + c = a.
Untuk contoh pengembangan lembar kerja pada materi operasi bilangan bulat
dapat dilihat pada materi penunjang.
Jika pada operasi hitung penjumlahan berlaku sifat komutatif, asosiatif, memiliki
unsur identitas dan memiliki unsur invers, menurut anda apakah pada operasi
hitung pengurangan memiliki sifat yang sama? Jika tidak mengapa?
Sebagai ilustrasi pada sifat komutatif atau sifat pertukaran, jika pada operasi
hitung pengurangan pada bilangan bulat berlaku sifat tersebut, maka haruslah
berlaku a – b = b – a. Dengan menggunakan contoh penyangkalan 5 – 3 = 2, dan
3 – 5 = -2, hal tersebut menunjukkan bahwa pada operasi pengurangan tidak
berlaku sifat komutatif.
Untuk sifat yang lain silahkan dianalisis apakah berlaku atau tidak?
Contoh yang lain adalah menggunakan koin muatan, dimana koin berwarna
merah memiliki nilai negatif. Pada setiap kelompok terdapat 3 koin merah (3
koin bernilai negatif), dan terdapat 4 kelompok. Secara matematis ditulis (-3) +(-
3) + (-3) +(-3) = 4 x (-3) = -12.
Beberapa contoh sebelumnya adalah perkalian dua bilangan bulat positif dan
perkalian bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.
Bagaimana untuk perkalian bilangan bulat negatif dan bilangan bulat negatif?
Perhatikan pola perkalian bilangan berikut ini
3. Sifat asosiatif
Jika a, b dan c anggota bilangan bulat, maka (ab)c = a(bc)
4. Sifat distributif
Jika a, b, c anggota himpunan bilangan bulat, maka a(b+c) = ab+ac
Salah satu cara lain yang dapat dilakukan adalah mencoba membuat
daftar atau tabel berapa banyak pada setiap kelompok. Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan setiap kelompok adalah 12. Atau dengan
kata lai 48 : 4 = 12.
Jika pada operasi hitung perkaian berlaku sifat komutatif, asosiatif, distributif, dan
memiliki unsur identitas, menurut anda apakah pada operasi hitung pembagian memiliki
sifat yang sama? Jika tidak mengapa?
BAB III
BILANGAN PECAHAN DAN OPERASI HITUNG
PADA BILANGAN PECAHAN
Guru memperlihatkan gambar yang mewakili bilangan 1 dan gambar yang mewakili
bilangan 1 .
2
Guru dapat memperlihatkan ruas garis yang mewakili bilangan 1 dan ruas garis yang
mewakili bilangan 1
4
0 1
Satu satuan panjang yang mewakili bilangan 1
0 1 1
4
A
Banyak anggota himpunan A adalah 4
himpunan A adalah 2 .
4
Perhatikan contoh kasus berikut ini:
Coba diskusikan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan apa yang dapat dilakukan oleh
anda sebagai seorang guru?
1
Gambar tersebut menggambarkan pecahan melalui berbagai macam ilustrasi.
4
Gambar tersebut menggambarkan bagian yang sama dari bagian yang diarsir tetapi
dengan pembagi yang berbeda. Bilangan-bilangan pecahan senilai adalah bilangan-
bilangan pecahan yang cara penulisannya berbeda tetapi mempunyai hasil bagi yang
sama, atau bilangan-bilangan itu mewakili daerah yang sama, atau mewakili bagian yang
sama.
1 bagian 1 bagian
2
Gambar b.
Bagian yang diarsir dari seluruh gambar di atas adalah 1 bagian ditambah 1 bagian
2
atau 1 1 bagian. Gambar a dan gambar b adalah dua gambar yang sama. Bagian yang
2
gelap pada gambar a dan bagian yang gelap pada gambar b menunjukkan luas daerah
1 3
Perhatikan penjumlahan + = ? Untuk mencari hasil penjumlahan itu, kita dapat
5 5
menggunakan bangun yang tampak seperti gambar berikut:
1 3 4
Dari gambar di atas, tampak bahwa + = .
5 5 5
4 3
Perhatikan pengurangan – = ? Untuk mencari hasil pengurangan itu, kita
7 7
dapat menggunakan bangun yang tampak seperti berikut:
4 3 1
Dari gambar di atas, tampak bahwa – =
7 7 7
Penyelesaian dengan algoritma, masalah di atas dapat diselesaikan sebagai berikut:
1 3 (1 + 3) 4
+ = = , dan
5 5 5 5
4 3 (4 − 3) 1
– = = .
7 7 7 7
1 1
Perhatikan pengurangan – =?
2 3
Untuk mencari hasil pengurangan itu, kita dapat menggunakan bangun yang tampak
seperti berikut:
1 3
atau
2 6
1
Sisa
6
1 2
diambil atau
3 6
1 1 3 2 1
Dari gambar di atas, tampak bahwa – = – =
2 3 6 6 6
1 1
Terdapat contoh kasus “ibu memiliki bagian kue, kemudian adik meminta
3 2
bagian kue yang dimiliki ibu, berapa bagian kue yang diminta adik?” ilustrasi
cerita tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut ini:
1
Mewakili kue milik ibu bagian
3
1
Mewakili kue yang diminta oleh adik bagian dari milik ibu. Dari gambar
2
1 1
tersebut terlihat bahwa adik sekarang memiliki bagian dari bagian kue atau
2 3
1
senilai dengan bagian kue.
6
1 1
Secara matematis hal tersebut menggambarkan x
2 3
Perhatikan contoh selanjutnya:
1 5
Gambar disamping mengilustrasikan x .
3 7
5
Atau awalnya terdapat bagian dan
7
1
diminta bagian, berapa bagian yang
3
1
diminta. Besar bagianyang diminta adalah
3
5 1 5
bagian dari bagian atau x .
7 3 7
1
Mewakili
3
1 1
Mewakili :2= .
3 6
1 1
Dengan demikian, :3= .
3 6
1
Contoh kasus yang lain yaitu 1 : = ?. Untuk menyelesaikan permasalahan itu
3
dapat digunakan definisi itu adalah sebagai berikut:
a : b = n jika dan hanya jika n x b = a
Dengan definisi itu, akan kita coba menyelesaikan masalah c, yaitu:
1 1 1
1: = ….., artinya ….. x = 1, atau sama dengan berapa kali agar sama
3 3 3
1 1
dengan 1. Akhirnya, kita dapat menemukan bahwa 1 : = 3 karena 3 x = 1.
3 3
1 1
Tingkatan kasus yang lain adalah : , perhatikan ilustrasi gambar berikut ini.
2 3
1
Mewakili
3
Gambar a
Gambar b
1
Mewakili
2
1
Dari gambar di atas tampak bahwa kita memerlukan 1 kali bidang gelap
2
gambar a agar dapat tepat menutup bidang gelap gambar b.
1 1 1 1 1 1
Dengan kata lain, 1 x = , atau : =1 .
2 3 2 2 3 2
jika bilangan yang ditulis sebagai pecahan desimal itu memuat sejumlah
bilangan yang tidak berhingga tetapi berulang, maka kita harus memanipilasi
bilangan itu sehingga bentuk pecahan desimalnya diperoleh.
7 8
a. 9,078 = 9 + +
100 1000
9000 70 8
= + +
1000 1000 1000
9078
= .
1000
b. 5,3939393…
Misal, n = 5,3939393…
100 n = 539,3939
n = 5,3939393…
-
99 n = 534
534
n =
99
3. Operasi Pada Bilangan Pecahan Desimal.
Perhatikan contoh di bawah ini:
a. 0,652 = 0 + 0,6 + 0,05 + 0,002
0,343 = 0 + 0,3 + 0,04 + 0,003
+
= 0 + 0,9 + 0,09 + 0,005
= 0 + 0,900 + 0,09 + 0,005
= 0,995.
Dengan demikian, 0,652 + 0,343 = 0,995.
b. 0,379 = 0 + 0,3 + 0,07 + 0,009
0,257 = 0 + 0,2 + 0,05 + 0,007
+
= 0 + 0,5 + 0,12 + 0,016
= 0 + 0,500 + 0,120 + 0,016
= 0, 636
A. Persen
Untuk menjelaskan konsep persen, dapat dibantu dengan gambar kotak-kotak
perratusan berikut ini.
(3) menentukan suatu bilangan jika persen dari suatu bilangan diketahui.
B. Perbandingan
75000 𝑚
=
5 7
5𝑚 = 75000 𝑥 7
75000 𝑥 7
𝑚=
5
𝑚 = 105000
Contoh yang lain adalah:
Pada sebuah peternakan ayam terdapat 40 ayam. Untuk 40 ayam tersebut
disediakan sebuah karung makanan ayam yang akan habis dalam waktu 5 hari.
Karena adanya wabah virus, ayam yang tersisa hanya 25 ayam. Cukup untuk
berapa harikah satu karung pakan ayam?
40 𝑚
= (semakin sedikit ayam, waktu untuk menghabiskan makanan ayam
25 5
semakin lama)
25m = 40 x 5
25m = 200
m = 8 hari.
C. Skala
Untuk mengilustrasikan konsep skala, dapat dimulai dengan cerita tentang
denah sebuah tanah.
Sebidang tanah berbentuk persegipanjang dengan panjang 100 m dan lebar 50
m. Jika 1cm pada gambar denah menunjukkan 1.000 cm pada bidang tanah
sebenarnya, gambarlah denah bidang tanah itu!
Karena 100 m = 10.000 cm dan 50 m = 5.000 cm, panjang dan lebar denah itu berturut-
turut adalah 10.000 / 1.000 = 10 cm dan 5.000 / 1. 000 = 5 cm. Akhirnya dengan mudah
mereka dapat menggambar denah itu, yaitu:
10 cm
5 cm
Untuk contoh pengembangan lembar kerja pada materi KPKdan FPB dapat
dilihat pada materi penunjang.
Catatan: pada materi penunjang sudah tersedia contoh lembar kerja yang bisa
digunakan. Untuk metode yang lain yang dapat digunakan untuk menentukan
FPB dapat dipelajari lebih lanjut secara mandiri.
Seperti halnya FPB, untuk menentukan KPK juga dapat dilakuakan dengan metode
irisan himpunan dan metode faktorisasi prima
1. Metode Irisan Himpunan
Untuk menentukan KPK melalui metode irisan himpunan, sebelumnya dapat
ditentukan terlebih dahulu kelipatan-kelipatan positif dari bilangan-bilangan,
kemudian tentukan himpunan persekutuan dari kelipatan bilangan- bilangan
itu, dan tentukan yang terkecil.
Contoh:
Tentukan KPK dari 12, 15, dan 20
Kelipatan 12 = {12,24,36,48,60,72,84,96,108,120,132.....}
Kelipatan 15 = {15,30,45,60,75,90,105,120,135.....}
Kelipatan 20 = {20,40,60,80,100,120,140...}
Kelipatan persekutuan dari 12, 15, 20 = {60,120,...}
KPK 12,15,20 = 60
Berikut adalah beberapa tautan sumber pembelajaran penunjang yang dapat dipelajari guna
menambah pemahaman:
a. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986031-
SUFYANI_PRABAWANTO/Bahan_Ajar__untuk_Guru_Kelas_Kelas_5_%281%29.pdf
b. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENDIDIKAN_MATEMATIKA_II/PEND.MAT_II-
BBM_8_%28PEMB._PERSEN%2C_PERBANDINGAN%2C_%26_SKALA.pdf
c. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196008301986031-
SUFYANI_PRABAWANTO/Bahan_Ajar__untuk_Guru_Kelas_5_%282%29.pdf
d. http://p4tkmatematika.org/wp-content/uploads/2009/10/PEMBELAJARANOPERASI-HITUNg.pdf
BAB I BILANGAN
1. Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak didefinisikan (underfined term).
2. Lambang bilangan biasa disebut dengan angka.
3. Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan
bilangan.
4. Bilangan kardinal menyatakan hasil membilang (berkaitan dengan pertanyaan
berapa banyakdan menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
5. Bilangan ordinal menyatakan urutan atau menyatakan banyaknya suatu objek.
6. Bilangan komposit adalah bilangan asli yang memiliki lebih dari 2 faktor.
7. Bilangan asli dapat digolongkan menurut faktornya yaitu: bilangan genap, bilangan
ganjil, dan bilangan prima.
8. Bilangan cacah dapat disefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk
menyatakan kardinalitas suatu himpunan.
9. Bilangan sempurna adalah bilangan asli yang jumlah faktornya (kecuali faktor yang
sama dengan dirinya) sama dengan bilangan tersebut.
10. Himpunan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan asli dengan lawannya
dan juga bilangan nol disebut himpunan bilangan bulat.
a
11. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a
b
2. Jika a dan b adalah bilangan bulat positif, maka jumlah dari kedua bilangan akan
dilambangkan a+b, yang diperoleh dengan menentukan cacah atau banyaknya
gabungan himpunan dari a dan b, dengan catatan kedua himpunan tidak memiliki
persekutuan.
3. Untuk membantu siswa memahami konsep operasi hitung penjumalahan ataupun
pengurangan dapat dibantu dengan menggunakan media koin 2 sisi ataupun dengan
garis bilangan.
4. Sifat operasi hitung penjumlahan antara lain bersifat tertutup, komutatif, asosiatif,
memiliki unsur identitas, dan memiliki invers terhadap penjumlahan.
5. Operasi hitung pengurangan pada dasarnya merupakan kebalikan dari operasi
penjumlahan. Jika sebuah bilangan bulat positif a dikurangi dengan bilangan bulat
positif b menghasilkan bilangan bulat positif c (a – b = c), maka operasi penjumlahan
yang terkait adalah b + c = a.
6. Perkalian pada dua buah bilangan bulat positif adalah penjumlahan yang berulang.
7. Sifat operasi hitung penjumlahan antara lain bersifat tertutup, komutatif, asosiatif,
distributif dan memiliki unsur identitas.
8. Untuk setiap a dan b anggota bilangan bulat, dengan b≠0, maka a : b = c sedemikian
sehingga a= bc.
BAB III BILANGAN PECAHAN DAN OPERASI HITUNG PADA BILANGAN PECAHAN
a
1. Bilangan pecahan dilambangkan dengan , b ≠ 0.
b
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, A., Burton, L., Nelson, L. (2011). Mathematics for Elementary Teachers. USA: Mc
Graw Hill
Musser, G., Burger, W., Peterson, B. (2011). Mathematics for Elementary Teachers: A
Contemporary Approach. USA: John Willey & Sons
Prabawanto, S, Tiurlina, Nuraeni, E. ( 2008). Pendidikan Matematika II. Bandung: UPI Press
Walle, John. (2007). Elementary and Middle School Mathematics. Pearson Prentice Hall